Penerapan kurikulum program akselerasi di SMP 3 Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

RUDI PURWANTO NIM: 104018200631

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010M/1431 H


(2)

Tangerang Selatan“ telah diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Kamis, Tanggal 24 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 24 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal dan Tanda Tangan

Ketua Jurusan/ Ka. Prodi KI-MP

Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil (………..…...……) (….….………….)

NIP. I9560530 198503 1 002

Ketua Prodi Manajemen Pendidikan

Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd (………..…...) (………..……….) NIP. 19650717 199403 1 003

Penguji I

Dr. Muhammad Zuhdi, M.Ed (………..…...) (….………..) NIP. 19720704 199703 1 002

Penguji II

Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil (………..…...……) (….….………….)

NIP. I9560530 198503 1 002

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP.19571005 198703 1 003


(3)

pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain peserta didik dapat menyelesaikan proses belajarnya lebih cepat dari siswa siswa yang mengikuti program reguler (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun).

Program yang diperuntukan bagi siswa berbakat tersebut memerlukan perhatian khusus, supaya peserta didik tidak berprestasi di bawah potensinya (under achiever). Kurikulum dibuat secara khusus dan disesuaikan dengan kemampuan siswa, sehingga kemampuan yang di miliki oleh siswa berbakat dapat berkembang dengan semaksimal mungkin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan kurikulum program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan, mulai dari penetapan tujuan, pemberian materi/pengalaman belajar, pemilihan strategi/organisasi, hingga evaluasi kurikulum program akselerasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam pengumpulan data digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul di peroleh dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum, koordinator program, sekretaris program akselerasi yaitu, guru yang mengajar di kelas akselerasi, Kabag TU, dan dari hasil observasi peneliti di lapangan.

Dari penelitian yang berfokus pada penerapan kurikulum program akselerasi ditemukan bahwa: (1). Tujuan penyelenggaraan program akselerasi adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat atau anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata, guna memenuhi kebutuhan pendidikannya dengan memberikan kesempatan menyelesaikan pendidikan lebih cepat; (2). Materi yang di gunakan di ambil dari rumusan materi diknas; (3). Penyampaian materi disesuaikan dengan kemampuan siswa; (4). Penyeleksian rekruitmen siswa dilakukan secara khusus dan ketat dengan menggunakan berbagai metode (metode tes dan non tes); (5). Pemilihan guru didasarkan pada pertimbangan segi profesionalitas, sikap, dan kepribadian; (6). Kesatuan waktu persemester di kelas akselerasi hanya 4 bulan; (7). Proses Belajar Mengajar (PBM) menggunakan metode variatif, tepat sesuai dengan siswa yang diajar; (8). Evaluasi setiap mata pelajaran dibuat oleh guru bidang studi masing-masing dan hasilnya langsung diberitahukan kepada siswa atau diberikan kepada wali kelas.

Akhirnya penulis berharap, semoga dengan adanya penelitian semacam ini pengembangan kurikulum program akselerasi dan pengembangan pendidikan program akselerasi ke depan akan menjadi lebih baik.


(4)

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang terus menerus tanpa berhenti sedetikpun memberikan dan melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak terhitung kepada penulis. Terutama nikmat Iman, Islam dan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis meyakini bahwa penulisan skripsi ini mustahil selesai tanpa pertolongan dan bimbingan Allah SWT. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada sang panutan dan uswah Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia menjalankan ajarannya hingga akhir zaman.

Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia dan setiap manusia diciptakan dengan kondisi yang berbeda-beda sebagai bentuk ujian bagi mereka. Seperti firman Allah dalam surat al-An’am ayat 165 berikut:

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian (yang lain) beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu ...”

Sebagian dari manusia diciptakan dengan keunggulan intelektual dan mereka biasa disebut sebagai manusia cerdas. Keberadaan kelompok manusia cerdas adalah suatu potensi sumber daya manusia yang dapat membawa perbaikan di segala relung kahidupan. Namun, mereka juga dapat membawa kehancuran apabila menyalahgunakan kecerdasannya tersebut. Di sinilah tugas pendidikan lewat kurikulum yang diterapkan di sekolah untuk mengantisipasi segala kemungkinan negatif yang akan muncul dan untuk terus menggali dan memperhatikan keseimbangan pendidikannya.

Pada prinsipnya penulisan skripsi ini bukanlah sekedar syarat atau tugas akhir mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Akan tetapi jauh dari pada itu adalah suatu kewajiban dan ajang pembuktian diri sebagai seorang mahasiswa untuk dapat menyelesaikan sebuah karya tulis. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna, memang tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan karya yang sangat sederhana ini, karena banyak hambatan dan tantangan yang harus penulis hadapi baik dari faktor internal maupun


(5)

Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis berterima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama penulisan skripsi maupun selama masa kuliah kurang lebih lima tahun. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Bapak Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd. Katua Program Studi Manajemen Pendidikan serta Ibu Ifah staf Jurusan Kependidikan Mananjemen Pendidikan..

3. Bapak Drs. Mujahid, AK dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh dedikasi selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd dosen Penasehat Akademik, atas motivasinya yang tidak henti-hentinya telah diberikan selama masa kuliah.

5. Bapak/Ibu dosen di lingkungan Jurusan KI-Manajemen Pendidikan yang telah meberikan pelayanan, bimbingan berupa pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dengan ketulusan dan profesinalisme yang tinggi

6. Bapak Maryono, SE kepala sekolah SMPN 3 Tangerang Selatan, Bpk Sholeh Fathoni selaku PKS Kurikulum &Pengajaran, Hj. Eni Subekti Koordinator Program Akselerasi, Hj. Siti Budayah, S.pd Sekretaris Program Akselerasi, Ibu Takhriyah Agustina dan Kabag TU yang telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.

7. Ayahanda Djohan AZ. dan Ibunda tercinta Siti Zuhroh, bagaimanapun penulis sadar bahwa tanpa dukungan, do’a, dan kasih sayang yang selalu mereka berdua berikan mustahil penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Saudara-saudaraku tercinta Adek Teguh Santoso, Puspita Sari, Sumidi, keren Lovenska yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat yang senasib dan seperjuangan di MABES NKRI yang selalu berbagi dalam suka maupun duka Moh Fauzi Ibrahim (Ozy) sang organisatoris, Shalihin Mujiono sang patriotis, Da’i Mukmin sang ustad, Kamal Basya sang diplomat, Sholihin Botak (Kacong),


(6)

9. Adinda terkhayal Amalia Isnaini (Adhe) yang dalam sosoknya yang mengawang-awang telah memberikan semangat tersendiri bagi penulis.

10.Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KI-Manajemen Pendidikan Tahun 2009/2010. Semoga kreativitas teman-teman selalu tumbuh dalam rangka untuk mengembangkan nilai akademis maupun organisatoris khususnya di lingkungan Mahasiswa KI-Manajemen Pendidikan.

11.Teman-teman Tim Manjeman Sekolah Guru Kreatif (SGK) atas dukungan dan motivasinya yang terus menerus diberikan kepada penulis untuk penyelesaian karya tulis ini. Semoga SGK kedepan tetap eksis, tambah maju dan kehadirannya makin bermanfaat untuk kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

12.Teman-teman KI-Manajemen Pendidikan tahun akademik 2004/2005 khususnya kelas A, M. Amin Nasrullah, Edi Suderajad, Ridwan Munandar, Sulaeman, Laily Wulandari, Mulyani, Eva, Pupuy, Shofa, Farhan, Evi, Astri, Juju, Mukhyar, Tati, Memah, Murni, Dede, Bunda Sintha, Lala, Suhro, Rustana, Jamal, Yusmiati, Robi Amin, dan Zaharuddin (Pak Ustadz) semoga persahabatan kita tetap kompak. Penulis mengakui masih banyak nama yang belum disebut yang ikut berperan besar dalam penulisan skripsi baik langsung maupun tidak.

Karya tulis yang sangat sederhana ini tentunya masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat kontruktif penulis harapkan. Namun demikian penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi diri pribadi khususnya dan ilmu pengetahuan bidang manajemen pendidikan pada umumnya. Akhirnya hanya kepada Allah jua segala sesuatunya penulis kembalikan.

Ciputat, 03 Juni 2010 M 20 Jumadil Akhir 1431 H

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II : DESKRIPSI TEORITIS DAN KONSEPTUAL A. Deskripsi Teori ... 6

1. Hakekat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum ... 6

b. Komponen Kurikulum ... 9

1. Komponen Tujuan ... 9

2. Komponen Materi/Pengalaman Belajar ... 10

3. Komponen Strategi/Organisasi ... 11

4. Komponen Evaluasi ... 11

c. Pengembangan Kurikulum ... 11

2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi a. Pengertian Program Akselerasi ... 12

b. Aspek Psikologis Program Akselerasi ... 15

c. Aspek Yuridis Program Akselerasi ... 17

d. Penerapan Program Akselerasi ... 18

3. Kurikulum Program Akselerasi a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi ... 28


(8)

C. Deskripsi Konseptual ... 31

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 33

1. Tujuan Umum Penelitian ... 33

2. Tujuan Khusus Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

1. Tempat Penelitian ... 33

2. Waktu Penelitian ... 34

C. Metode Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Wawancara ... 35

2. Observasi ... 35

3. Studi Dokumentasi ... 35

E. Teknik Analisis Data... 35

1. Seleksi Data ... 36

2. Klasifikasi Data ... 36

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat SMPN 3 Tangerang Selatan ... 37

2. Visi dan Misi SMPN 3 Tangerang Selatan... 38

a. Visi Sekolah ... 38

b. Misi Sekolah ... 39

3. Letak Geografis ... 39

4. Sarana dan Prasarana ... 39

a. Prasarana Belajar ... 40

b. Sarana Belajar ... 40

5. Ekstrakulikuler ... 40

6. Keadaan Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan ... 41


(9)

8. Struktur Organisasi ... 44

B. Deskripsi Data ... 45

C. Analisis Data dan Penyampaian Hasil Penelitian ... 45

1. Tujuan Kurikulum Program Akselerasi ... 46

a. Tujuan Program ... 46

b. Tujuan Pembelajaran ... 47

2. Materi/Pengalaman Belajar Kurikulum Program Akselerasi ... 48

a. Perumusan Materi ... 48

b. Isi Materi ... 49

3. Organisasi/Strategi Belajar Mengajar Kurikulum Program Akselerasi ... 51

a. Karakteristik Siswa ... 51

b. Karakteristik Guru ... 53

c. Waktu Belajar ... 54

d. Pendekatan Belajar ... 56

e. Media Belajar ... 57

f. Lingkungan Belajar ... 58

4. Evaluasi Kurikulum Program Akselerasi ... 59

a. Pelaksanaan Evaluasi ... 59

b. Analisis Hasil Evaluasi ... 60

c. Penyampaian Hasil Evaluasi ... 61

D. Kesimpulan ... 62

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : The three-ringed conception of giftedness ... 16 Gambar 2 : Faktor penunjang pencapaian out put ... 20 Gambar 3 : Struktur organisasi SMPN 3 Tangerang Selatan ... 44

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel tahun pelajaran 2008/2009 41 Tabel 2 : Data siswa dan siswi SMPN 3 Tangsel kelas akselerasi tahun pelajaran 2009/2010 ... 41 Tabel 3 : Data Tenaga Administrasi (TU) serta jenjang pendidikannya ... 42 Tabel 4 : Data keseluruhan guru serta jenjang pendidikannya di SMPN 3

Tangerang Selatan ... 42 Tabel 5 : Data guru yang mengajar di kelas akselerasi ... 43 Tabel 6 : Data tenaga kepustakaan (pustakawan) dan laboraturium (Laboran)

... 43 Tabel 7: Jadwal kegiatan belajar mengajar siswa akselerasi ... 56


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan yang menentukan pertumbuhan suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, yang menjadikan peningkatan kecakapan dan kemampuan sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.

Dalam kerangka inilah pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju dalam pengembangan sumber daya manusia. Demikian halnya bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah yang sangat luas, usaha pengembangan sumber daya manusia untuk pembangunan dapat diperoleh melalui pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) no. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menjelaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

1

Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI no 47 tahun 2008, (Bandung: Citra Umbara, 2008) h. 6.


(12)

Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk dapat melayani sebanyak-banyaknya jumlah siswa. Kelemahan yang tampak dari penyelenggaran pendidikan seperti ini adalah kurang terakomodasinya kebutuhan individual siswa di luar kelompok siswa normal. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa hakikat pendidikan adalah untuk memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi kecerdasan dan bakatnya secara optimal.

Akibat penyelenggaraan pendidikan yang bersifat massal tersebut adalah kurang terakomodasinya potensi anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata (anak berbakat), sehingga ketika mereka di kelas akan merasa jenuh dan bosan sehingga sering berprestasi di bawah potensinya (under achiever).

Ciri-ciri kelompok anak berbakat antara lain adalah waktu relatif lebih cepat memahami bahan ajar, baik konsep, prosedur, prinsip maupun fakta secara komprehensif dengan mengaitkan maupun membandingkan, dan mampu mengaplikasikan pada berbagai situasi yang berbeda serta mampu mengungkapkan dengan bahasa sendiri.2

Dengan karakteristik tersebut, anak berbakat dapat menyelesaikan materi pelajaran lebih cepat dari anak yang mempunyai kecerdasan rata-rata. Karena itu perlu dikembangkan kurikulum yang memungkinkan siswa berbakat secara akumulatif dapat menyelesaikan studinya lebih awal dengan standar kompetensi yang sama dengan siswa yang menyelesaikan studi dalam waktu regular (Sekolah Dasar 6 tahun, SLTP 3 tahun dan SMU 3 tahun).

Kebijakan pengembangan kurikulum guna memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan istimewa sebenarnya telah diamanatkan oleh UU sisdikas no. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 4 bahwa

“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak

2 Agnes Tri Harjaningrum., Peranan Orang Tua dan Praktisi dalam Membantu Tumbuh Kembang Anak Berbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan (Jakarta: Prenada, 2007) hal. 121-123


(13)

memperoleh pendidikan khusus”. Oleh karena itu perlu dikembangkan kurikulum khusus untuk mewadahi anak-anak yang istimewa tersebut.

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang diberlakukan mulai tahun 2006, dikatakan bahwa pengembangan kurikulum standar nasional yang digunakan untuk pelaksanaan program percepatan belajar (akselerasi) pada dasarnya dilakukan untuk membantu peserta didik yang memiliki integritas pribadi dan kompetensi di atas rata-rata untuk menyelesaikan kegiatan relajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat dan agar kompetensinya muncul serta berkembang secara maksimal.3 Melalui proses belajar mengajar yang menekankan kompetensi dengan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Lifeskill diharapkan peserta didik akan menjadi pribadi yang unggul secara akademis maupun nonakademis.

Perubahan orientasi pelayanan pendidikan ini juga dipengaruhi oleh perubahan orientasi manajemen pendidikan berbasis pusat menuju menajemen pendidikan berbasis sekolah, sehingga setiap sekolah memiliki peluang besar untuk mengatur dan mengembangkan dirinya dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada anak didiknya.

Kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) yang diterapkan di tiap-tiap sekolah tetap berada dan tidak terlepas dari koridor kebijakan pemerintah yang ditetapkan secara nasional. Salah satu ketentuan pemerintah yang harus diperhatikan dan dijalankan oleh sekolah yang menerapkan kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) adalah “penerapan program percepatan belajar harus mampu mengantarkan anak didik untuk perkembangan yang seimbang antara kreatifitas dan disiplin, keseimbangan antara persaingan(kompetisi) dan kerjasama (kooperatif), keseimbangan antara pengembangan kemampuan berfikir holistik dengan kemampuan berfikir atomistik, dan keseimbangan antara emosional dan spiritual”.4 Selain itu

3 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet Ke-2, h. 95-97.

4 Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, 2009 , h. 27-30.


(14)

komponen kurikulum yang terdiri dari tujuan, materi/pengalaman belajar, organisasi dan evaluasi, harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah jika menginginkan mutu lulusan yang baik.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, menarik kiranya untuk diadakan penelitian berkaitan dengan Penerapan Kurikulum Program Percepatan Belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. Salah satu sekolah yang diberikan izin dan diakui Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas, sebagai sekolah yang melaksanakan program percepatan belajar (akselerasi).

Penelitian ini sangat penting dilakukan agar dapat dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk menggambarkan extrapotensi yang dimiliki oleh anak-anak Indonesia. Dengan pengetahuan tersebut maka penanganan terhadap anak yang memiliki kemampuan istimewa dapat mendapatkan tempat yang semestinya.

B. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang penerapan kurikulum program akselerasi (percepatan belajar), identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Kurang efektifnya pelaksanaan program akselerasi di sekolah.

2. Kurang efektifnya penerapan kurikulum program akselerasi di sekolah. 3. Penerapan kurikulum program akselerasi masih terhambat berbagai

kendala di lapangan.

4. Pelaksanaan program akselerasi belum dapat mengantarkan keseimbangan antara intelektual dan spiritual.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah:

1. Penelitian ini difokuskan pada kurikulum program akselerasi yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, yang terdiri dari 4


(15)

komponen yaitu: tujuan, materi/pengalaman belajar, strategi/organisasi, dan evaluasi.

2. Kurikulum yang dimaksud adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan difokuskan pada penelitian ini

adalah “Bagaimana Penerapan Kurikulum Program Akselerasi di SMPN 3

Tangerang Selatan ?”

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan yang lebih baik.

2. Sebagai bahan rujukan bagi para peneliti yang meneliti tentang Penerapan Kurikulum Program Akselerasi.

3. Bagi guru, dapat memberikan masukan alternatif dalam mengajar siswa akselerasi.

4. Bagi siswa, dapat membantu proses belajar dan diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap pentingnya mata pelajaran.

5. Bagi penulis, dapat mengetahui penerapan kurikulum program akselerasi dengan baik.


(16)

6

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS DAN DESKRIPSI KONSEPTUAL

A. Deskripsi Teori

1. Hakekat Kurikulum a. Pengertian Kurikulum

Banyak pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli. Pengertian satu dengan yang lainnya sangat beragam.

Pada Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I pasal I bagian ketentuan umum No. 19 tertulis “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.1

Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere,

yang artinya jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start hingga finish ini disebut

currere.2

1

Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS & PP RI No 47 tahun 2008, h. 4.

2

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993) h. 1.


(17)

Selain di bidang olah raga, istilah kurikulum kemudian juga digunakan dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah atau mata pelajaran yang diberikan dilembaga-lembaga pendidikan.

Dalam kamus Webster, kurikulum diberi arti “a. The Aggregate of course of study given in a school, collage. b. The regular or a particular course of study in a school, collage”.3 Disini “kurikulum”

khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran, yakni sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat. Kurikulum juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.

Kurikulum mengalami perkembangan dan tafsiran yang beragam, hampir setiap ahli kurikulum mempunyai rumusan tersendiri, walaupun di antara berbagai rumusan tersebut terdapat aspek-aspek persamaan. Diantaranya adalah:

Hilda Taba dalam bukunya, Curriculum Development, Theory and Practice (1962), seperti yang dikutip oleh Subandijah (1993) mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning.4

Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang di luar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.5

Beberapa tafsiran lainnya dikemukakan sebagai berikut:

Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis. Mata

3Webster’s College Dictionary,

(New York: Random House , 2001), Second Revised, h. 304.

4

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum,... h. 2.

5


(18)

ajaran tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya.

Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain, sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa yang memberikan kesempatan belajar. Itu sebabnya, suatu kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar maksud tersebut dapat tercapai. Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. Semua kesempatan dan kegiatan yang akan dan perlu dilakukan oleh siswa direncanakan dalam suatu kurikulum.

Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Perumusan/pengertian kurikulum lainnya yang agak berbeda dengan pengertian-pengertian sebelumnya lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian pengalaman belajar. Salah satu pendukung dari pengalaman ini menyatakan sebagai berikut:

“Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses, activities, and experiences which pupils have under direction of the school, whether in the classroom or not”6.

Pengertian itu menunjukan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan diluar kelas. Tidak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstra kurikulum. Semua kegiatan yang memberikan

6


(19)

pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum.

Dari berbagai macam pengertian kurikulum di atas, peneliti lebih cenderung menggunakan pengertian yang di rumuskan oleh depdiknas bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

b. Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen, yang bekerjasama guna mencapai suatu tujuan. Masing-masing komponen saling berkaitan erat dan saling menunjang, satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Misalnya tujuan berkaitan dengan bahan pelajaran karena untuk mencapai tujuan diperlukan bahan pelajaran. Bahan pelajaran diberikan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, setelah itu dievaluasi untuk menilai apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai.

Komponen-komponen kurikulum tersebut adalah (1). Tujuan, (2). Materi/Pengalaman belajar, (3). Strategi/Organisasi, (4). Evaluasi.7 1. Komponen Tujuan

Tujuan merupakan batasan cita-cita yang diinginkan dalam suatu kegiatan yang dilakukan manusia. Dengan adanya tujuan, manusia dipacu untuk selalu berpijak pada kenyataan dan berfikir konkret serta lebih khusus. Keberhasilan suatu program dapat diukur dari seberapa jauh atau seberapa banyak tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

7


(20)

Secara hirarkis tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur. Tujuan pendidikan dari bersifat umum sampai kepada tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu: a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)

b. Tujuan Institusional (TI) c. Tujuan Kurikuler (TK)

d. Tujuan Instruksional atau tujuan Pembelajaran (TP)8

Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, baik dari tujuan nasional

sampai tujuan pembelajaran, selanjutnya dapat

ditetapkan/direncanakan pelaksanaan pembelajaran. Dewasa ini lewat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), guru diberikan kewenangan secara leluasa untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah.

2. Komponen Materi/Pengalaman belajar

Isi atau materi adalah semua pengalaman belajar yang diorganisasikan, apa yang harus dipelajari siswa dan kegiatan apa yang relevan dengan isi.

Isi kurikulum pada hakikatnya adalah materi kurikulum. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 BAB I Pasal I Ayat 5 ditetapkan mengenai standar isi kurikulum, bahwa ... “standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu” 9

.

8

Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)., (Jakarta: Kencana 2008) h. 106.

9


(21)

3. Komponen Strategi/Organisasi

Komponen ini tentulah sangat penting dalam suatu proses pengajaran atau pendidikan. Komponen ini mencakup pembahasan tentang metode dan teknik yang dipakai, juga mempunyai keterkaitan erat dengan sarana prasarana, media belajar, cara mengorganisasikan kelas, siswa, waktu belajar dan materi.

Dalam dunia pendidikan strategi diartikan “a plan, method, or

series activities designed to achieve a particulalar education goal” 10

. Jadi dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Di dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.

Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Dalam proses belajar mengajar, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan pelajarannya.

4. Komponen Evaluasi

Evaluasi ditunjukan untuk melakukan penilaian terhadap belajar siswa (hasil dan proses) maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran. Labih lanjut suatu evaluasi/penilaian amat penting dan tidak hanya untuk memperlihatkan sejauh mana tingkat prestasi anak didik tetapi juga sebagai sumber informasi dalam upaya perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum.

c. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan

10

Wina Sanjaya, KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN; Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)., ... h. 294.


(22)

tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena begitu pentingnya fungsi dan peran kurikulum, maka setiap pengembangan kurikulum pada jenjang mana pun harus didasarkan pada asas-asas tertentu.

2. Hakekat Penerapan Program Akselerasi a. Pengertian Program Akselerasi

Anak berbakat merupakan aset pembangunan nasional yang luar biasa, untuk itu diperlukan kesadaran akan pentingnya membina dan mengembangkan anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara optimal melalui pelayanan pendidikan. Sebaliknya apabila mendapatkan pendidikan yang yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan kecerdasanya maka tidak mustahil mereka akan berpretasi di bawah potensinya (under achiever) atau bahkan menjadi anak yang bermasalah (mengalami gangguan belajar).

Program pendidikan akselerasi yang dilaksanakan bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, melalui tiga jalur yaitu:

1. Enrichment (pengayaan).

Aktivitas yang memungkinkan perluasan materi kurikulum yang cocok untuk semua siswa. Kurikulum yang menunjuk pada pengayaan, lebih bervariasi dalam pengalaman-pengalaman pendidikan, atau suatu kurikulum yang telah dimodifikasi atau tambahan dalam beberapa cara. Program pengayaan ini bertujuan untuk mendukung kurikulum siswa yang lebih dalam atau luas dari pada yang disediakan sekolah pada umumnya.

2. Extention (pendalaman).

Aktivitas yang memungkinkan investasi bidang studi lebih untuk kebanyakan siswa. Pendalaman bisa berbentuk:

a. Jadwal belajar yang fleksibel. b. Mentoring.

c. Kompetisi.

d. Pembelajaran berbasis sumber daya (resource based learning). 3. Acceleration (percepatan).

Penyesuaian waktu belajar untuk menemukan kapasitas siswa dan penyesuaian ini diarahkan untuk tingkat abstraksi tinggi, berpikir


(23)

kreatif dan penuntasan bahan-bahan sulit. Akselerasi mungkin terjadi pada kelas-kelas khusus.11

Salah satu bentuk pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan anak di atas rata-rata adalah dengan program percepatan belajar (akselerasi). Siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa diberi kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan lebih cepat. Selain itu penerapan program akselerasi ini mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Secara umum, penerapan program percepatan belajar bertujuan: a. Memberikan pelayanan terhadap peserta didik yang memiliki

karakteristik khusus dari aspek kognitif dan afektif;

b. Memenuhi hak asasinya selaku peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan dirinya;

c. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik;

d. Menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan. 2. Tujuan Khusus

a. Menghargai peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk dapat menyelesaikan pendidikan lebih cepat;

b. Mamacu kualitas/mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara berimbang;

c. Meningkatkan efektivitas dan efensiasi proses pembelajaran peserta didik. 12

11

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB), Depdiknas., Pembinaan Siswa Cerdas Istimewa & BErbakat Istimewa bagi Orang Tua, Guru & Siswa, 2008., h. 14.

12

Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual), (Jakarta: PT Grasindo, 2004) h. 21-22.


(24)

Sebelum membahas lebih jauh tentang akselerasi, akan dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian akselerasi itu sendiri. Menurut Fox bahwa akselerasi berarti penyesuaian waktu belajar untuk menemukan kapasitas siswa, dan penyesuaian diarahkan untuk anstraksi tinggi, berfikir kreatif dan penuntasan bahan-bahan yang sulit.13

Program Percepatan Belajar (akselerasi) adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.14 Program percepatan belajar adalah program pemberian layanan pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang dimiliki siswa. Peserta didik dapat menyelesaikan belajar sekurang-kurangnya 2 tahun di SMP.15

Uraian di atas menggambarkan secara jelas bahwa pelaksanaan program akselerasi berbeda dengan program pembelajaran secara individual atau belajar berkelanjutan. Di dalam program pembelajaran akselerasi diterapkan keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri, kebebasan menggunakan waktu belajar, keleluasan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan dan intensitas belajar dalam mencapai tujuan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kecerdasan siswa. Namun dalam program pembelajaran individual, tetap dilakukan dalam kelas klasikal massal dimana siswa melakukan pembelajaran seperti biasa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program percepatan belajar adalah salah satu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak

13

Reni Akbar dkk, Kurikulum berdiferensiasi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001). h.10.

14

Direktorat Pendidikan Luar Biasa, Informasi Mengenai Program Percepatan Belajar BAI Siswa Berbakat Akademik, 2006., www.ditlb.or.id/profile.

15

Imam Wibawa Mukti. Mengenal Program Akselerasi. Minggu 3 Agustus 2008. http://akselerasismptarbak.blogspot.com/2008/08/mengenal-program-akselerasi.html.


(25)

berbakat dengan jangka waktu pendidikan yang lebih cepat dari program kelas regular, guna memenuhi kebutuhan anak didik yang disesuaikan dengan kecerdasan, minat, bakat dan motivasi, yang didukung oleh kecepatan mengajar guru dan lingkungan belajar yang mendukung siswa belajar secara cepat.

b. Aspek Psikologis Program Akselerasi

Secara psikologis anak berbakat diidentikan dengan istilah anak yang memiliki kecerdasan dan kemampuan luar biasa. Berkenaan dengan hal itu maka teori-teori program percepatan belajar yang digunakan disini adalah mengacu pada teori tentang anak berbakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Terman tentang anak berbakat dengan menggunakan kriteria IQ yang tinggi untuk menentukan keberbakatan, telah membuat keberbakatan cenderung diasosiasikan dengan nilai IQ yang tinggi dan identifikasi anak berbakat pada umumnya didasarkan pada tes intelegensia (Uni Dimensional)16. Penilaian ini kemudian dikembangakan oleh Renzulli yang menentang konsep uni-dimensional tersebut dan mengajukan konsep multiple talent. Ia menyatakan bahwa sejauh mana seseorang termasuk berbakat (memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa) tidak hanya ditentukan oleh tes intelegensia saja, melainkan juga kreatifitas dan tanggung jawab terhadap tugas. Karena intelegensia yang tinggi belum cukup menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa, demikian pula kreatifitas tanpa mengikat diri dengan tugas belum menjamin prestasi unggul. Oleh karena itu, ketiga ciri tersebut merupakan unsur yang esensial dan penting dalam menentukan keberbakatan seseorang.17 Sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini:

16

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gransindo, 1999), Cet. Ke-3, h. 20-21.

17

Joseph S. Renzulli and Sally M. Reis, Enriching Curriculum for All Students, (Calitornia: Corwin Press, 2008), Second Edition, h. 15.


(26)

Gambar 2. The three-ringed conception of giftedness18.

Dari gambar di atas terlihat bahwa anak yang berbakat tidak cukup hanya mempunyai kecerdasan intelektual saja, tetapi juga harus memiliki kreatifitas, komitmen terhadap tugas, dan kemampuan diatas rata-rata secara bersamaan.

Kemudian, anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa tidak selamanya melakukan hal-hal yang selalu bersifat positif, tetapi mereka juga seperti layaknya anak pada umumnya yang membutuhkan pengertian, perhatian, aktualisasi diri dan penghargaan. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka ada kemungkinan timbul masalah-masalah psikologis tertentu , misalnya:

1. Kemampuan berfikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;

2. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;

3. Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus keinginan untuk memaksa atau mempertahankan pendapat; 4. Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah

tersinggung atau peka terhadap kritik;

5. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada

18

Gambar diambil dari Joseph S. Renzulli and Sally M. Reis, Enriching Curriculum for All Students, (Calitornia: Corwin Press, 2008), Second Edition h. 18.


(27)

kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung;

6. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya;

7. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau teman-temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;

8. Sikap acuh dan tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.19

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, sekolah perlu mengadakan bimbingan dan konseling. Selain mengadakan bimbingan dan konseling, perlu diupayakan pula untuk memberikan kepuasan rohani yang bermanfaat dengan memberikan pelayanan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat kemampuan dan kecerdasan anak didiknya.

c. Aspek Yuridis Program Akselerasi

Selain landasan teoritis tentang anak berbakat dalam menjalankan program akselerasi, tiap-tiap sekolah yang telah menerapkan program akselerasi ini juga mempunyai landasan hukum Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, antara lain :

Bab II Pasal 3:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.20

19

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. 22-23.

20


(28)

Bab IV Pasal 5 ayat 4 :

“ Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus “ .21

Bab V Pasal 12 ayat 1 :

“ Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:… (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan “.22

Bab VI Pasal 32 ayat I :

“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.23

Perundangan yang menyangkut perlindungan anak juga memberikan penegasan melalui UU No 23/2002 pasal 52 yang mengamanatkan bahwa ”anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebelitas untuk memperoleh pendidikan khusus”.

Pemberian pendidikan khusus bukan sekedar memberikan kesempatan memperoleh pendidikan tetapi harus mengkondisikan pada peluang bagi pengembangan potensi khusus dan kebutuhan yang anak miliki. Sebagai konsekuensi dari ketentuan ini maka harus disediakan kurikulum, evaluasi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhannya. d. Penerapan Program Akselerasi

Penyelenggaraan program akselerasi merupakan salah satu program pelayanan pendidikan bagi anak berbakat untuk mencapai keunggulan dalam pendidikannya (outputnya). Pendidikan adalah suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku peserta

21

Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 7. 22

Undang-undang RI No 20 tahun 2003, ... h. 9. 23


(29)

didik. Secara konkrit perubahan perilaku tersebut mencakup kognitif, afektif dan psikomotorik.

Perhatian khusus kepada peserta didik yang berpotensi cerdas/atau bakat istimewa selaras dengan fungsi utama pendidikan, yaitu mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal. Pengembangan tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Tanpa pelayanan pembinaan yang sistematis terhadap peserta didik yang berpotensi cerdas dan atau bakat istimewa, bangsa Indonesia yang tidak terukur nilainya.

Upaya peningkatan kemampuan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang satu sama lain saling berkait. Faktor tersebut merupakan sistem dalam sistem pendidikan. Bila ingin mengembangkan sub-sistem tertentu, menuntut penyesuaian sub-sub-sistem yang lain.

Faktor penunjang pencapaian keunggulan output pendidikan anak berbakat sedikitnya terdiri dari delapan faktor, sebagaimana dikutip oleh Busro yaitu: (1) masukan (input, intake), (2) kurikulum, (3) tujuan pendidikan, (4) sarana dan prasarana, (5) dana, (6) manajemen, (7) lingkungan, (8) proses belajar mengajar, yang digambarkan secara diagramatis seperti dibawah ini24.

24

Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang, Skripsi Perpustakaan Utama UIN Syarif hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 1428 H/2007 M), h. 39. t.d.


(30)

Gambar 3: Faktor penunjang pencapaian out put25

Pertama, masukan (input, intake). Pada dasarnya siswa yang mengikuti pelayanan pendidikan akselerasi terbuka untuk semuanya yang dalam pelaksanaan pembelajaran memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga penyelenggara dalam hal ini sekolah. Siswa diseleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria dan prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan.

Proses penerimaan peserta didik harus bersifat objektif, transparan, akuntabel dan dilakukan seleksi secara ketat, dengan menerapkan tahapan sebagai berikut:

1. Seleksi Administrasi

a. Hasil Ujian Nasional dari sekolah sebelumnya dengan nilai rata-rata 8,0

b. Tes kemampuan akademis, dengan nilai rata-rata minimal 8,0

25

Gambar diambil dari Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang, Skripsi Perpustakaan Utama UIN Syarif hidayatullah Jakarta, (Jakarta, 1428 H/2007 M), h. 39. t.d.


(31)

2. Psikologis

Setelah peserta didik diidentifikasi sebagai nominasi melalui proses seleksi administratif, selanjutnya dilakukan tes penilaian dari guru, orang tua, atau konselor yang lebih memahami dengan pasti tingkat keberbakatannya. Pada tahap ini, calon yang lolos pada tahap penjaringan diberikan tes yang dilakukan secara kelompok maupun secara individual, yaitu tes inteligensi, tes kreatifitas, dan skala Task Commitment. Untuk

pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas

Istimewa/Berbakat Istimewa (PDCI/BI) pada tahap ini diberikan juga tes proyektif sebagai tes penunjang untuk mengetahui aspek emosi dan sosial calon siswa anak berbakat. Skala Task Commitment, yang mengacu pada indikator: a. tangguh dan ulet (tidak mudah menyerah)

b. mandiri dan bertanggungjawab

c. menetapkan tujuan aspirasi yang realistis dengan resiko sedang

d. suka belajar, dan mempunyai orientasi pada tugas yang tinggi

e. konsentrasi baik

f. mempunyai hasrat untuk meningkatkan diri (working improvment)

g. mempunyai hasrat bekerja sebaik-baiknya (working the best he/she can)

h. mempunyai hasrat untuk berhasil dalam bidang akademis 3. Kesehatan fisik, yang ditunjukan dengan surat keterangan dari

dokter.

4. kesediaan calon peserta didik dan persetujuan orang tua/wali, yaitu pernyataan tertulis dari peserta didik dan orang tua/wali untuk mengikuti program akselerasi.26

Kedua, kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berdiferensiasi. Kurikulum berdiferensiasi bertitik tolak dari kurikulum umum, yang merupakan dasar bagi semua anak didik dan memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar ketrampilan, pengetahuan, pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang akan memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau tuntutan jenjang pendidikan yang lebih tinggi27. Kurikulum ini dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah serta

26

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 76-78.

27


(32)

melibatkan tenaga ahli dari lingkungan perguruan tinggi, berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang berbermakna dan tepat antar substansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni berkembang secara dinamis. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara kesinambungan antara semua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.


(33)

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara28.

Ketiga, tenaga kependidikan/guru, karena siswanya memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinya harus terdiri atas tenaga kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode, dan media pembelajaran, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas. Secara umum kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru/pendidik terdiri dari: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial29.

Secara spesifik, beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru yang mengajar di program akselerasi, antara lain:

1. Lulusan perguruan tinggi minimal S-I yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkan, serta berasal dari LPTK atau perguruan tinggi umum negeri/swasta yang terakreditasi A atau setara dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

3. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian dan kompetensi guru.

4. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik kecerdasan istimewa (baik cerdas istimewa secara umum, maupun peserta didik yang cerdas istimewa pada bidang khusus).

5. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.

6. Mampu mengelola proses pembelajaran peserta didik yang meliputi :

a. perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar.

b. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi kecerdasan.

7. Mampu mengembangkan materi, metode, produk dan lingkungan belajar.

28

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, h. ... 44-46.

29


(34)

8. Memahami psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan. 9. Mampu mengembangan kreativitas peserta didik.

10.Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran.

11.Dapat menggunakan perangkat komputer dan teknologi informasi lainnya dalam proses pembelajaran.

12.Memiliki pengalaman mengajar di kelas reguler sekurangkurangnya tiga tahun dengan prestasi yang baik. 13.Mampu berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan

(stakeholder) terkait penyelenggaraan pendidikan30.

Keempat, sarana dan prasarana yang menunjang diperlukan untuk dapat mendukung kegiatan belajar mengajar dalam program akselerasi, oleh karena itu sarana dan prasarana yang digunakan pun harus sesuai dengan standar. Yang dimaksud dengan standar sarana dan prasarana adalah standat nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboraturium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi31. Secara terperinci Depdikas menyebutkan bahwa sekolah penyelenggara pendidikan khusus PDCI/BI ( program akselerasi), harus memenuhi sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan peserta didik yang mencakup sarana dan prasarana belajar sebagai berikut:

1. Prasana Belajar

a. Ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU dan OSIS.

b. Ruang kelas, dengan formasi tempat duduk yang mudah dipindahkan sesuai dengan keperluan.

c. Ruang lab. matematika, fisika, kimia, biologi (untuk SD/MI: lab IPA), lab. IPS, lab. bahasa, lab. komputer, ruang audiovisual dan ruang perpustakaan.

30

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 81-82.

31

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 37.


(35)

d. Kantin sekolah, koperasi sekolah, mushola/tempat ibadah dan poliklinik.

e. Aula pertemuan. f. Lapangan olah raga. g. Kamar mandi/WC.

h. Ruang pengembangan bakat. 2. Sarana Belajar

a. Sumber belajar seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, koran, modul, lembar kerja, kaset video, VCD, CD-ROM, dan sebagainya.

b. Media pembelajaran seperti radio, cassette recorder, TV, OHP,

wireless, slide projektor, LD/LCD/VCD/DVD player,

komputer, dan sebagainya.

c. Alat praktik dan alat peraga seperti, torso, peta dinding, globe, dsb.

d. Adanya sarana TIK berupa jaringan berupa jaringan intranet dan internet, yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran dan lain-lain32.

Kelima, Dana. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam program akselerasi perlu adanya dukungan dana yang cukup dan memadai untuk menutupi biaya operasional pendidikan. Biaya operasional satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai dengan standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan33.

Dalam garis besarnya standar pembiayaan ini mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

2. Biaya investasi meliputi biaya pembelian sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. 3. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan

oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

32

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 82-83.

33

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 42.


(36)

4. Biaya operasional satuan pendidikan meliputi: (1) gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan yang melekat pada gaji; (2) bahan atau peralatan habis pakai; (3) biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan sebagainya.

5. Standar biaya operasional pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP34.

Sumber dana atau pembiayaan berasal dari orang tua siswa, pemerintah kabupaten/kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat. Penyelenggara program akselerasi harus mampu menggalang dana dari sumber-sumber tersebut dalam jumlah yang cukup memadai untuk membiayai kegiatan operasional dan peningkatan mutu program akselerasi35.

Keenam, manajemen. Seluruh potensi yang dimiliki oleh sekolah harus diberdayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disinilah peran penting manajemen karena dalam implementasi kurikululum menuntut adanya pelaksanaan pengorganisasian, koordinasi motivasi, pengawasan, sistem penunjang serta sistem komunikasi dan monitoring yang efektif, secara keseluruhan berasal dari ilmu manajemen. Dengan kata lain, tanpa pemberdayaan konsep manajemen secara tepat guna, maka implementasi kurikulum tidak berlangsung secara efektif36. Untuk itu manajemen pada sekolah dengan diselenggarakannya program akselerasi, harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realitis dan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan jauh kedepan.

Ketujuh, lingkungan belajar yang kondusif dibutuhkan untuk mendukung terciptanya proses belajar mengajar dengan baik. Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi keunggulan menjadi

34

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 42.

35

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 86.

36

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 18.


(37)

keunggulan yang nyata. Lingkungan tersebut berupa lingkungan dalam arti fisik maupun sosial di sekolah, di masyarakat, dan di rumah.

Lingkungan yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti sarana, perpustakaan, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan diantara para peserta didik itu sendiri, serta penataan organiasasi dan bahan pembelajaran yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Lingkungan belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas pesrta didik37.

Oleh karena itu sekolah, masyarakat, keluarga dan semua pihak harus menciptakan lingkungan yang kondusif supaya proses belajar mengajar program akselerasi berjalan dengan baik sehingga menghasilkan lulusan yang bermutu sesuai dengan harapan semua pihak.

Kedelapan, proses belajar mengajar yang baik akan menghasilkan lulusan yang bermutu, oleh karena itu seyogyanya bagi guru yang mengajar di kelas akselerasi tidak hanya menambahkan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) tetapi harus pula ditingkatkan bobot materi pelajaran dan bobot kegiatan pembelajaran. Sebab tanpa itu sesungguhnya guru telah memberlakukan menu pembelajaran dengan materi yang tidak sesuai dengan karakter mereka yang berkemampuan di atas rata-rata peserta didik38.

Kesembilan, Output. Yang dimaksud dengan Output pendidikan adalah siswa lulusan sekolah yang dihasilkan dari proses kegiatan belajar mengajar39. Dari output ini akan terlihat apakah komponen yang telah disebutkan di atas berjalan dengan semestinya atau tidak, jika komponen-kompenen tersebut dapat berjalan dengan semestinya

37

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemamdirian Guru dan Kepala Sekolah, ... h. 76.

38

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h. 55.

39

Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Program Kelas Akselerasi di SMA Negeri 1 Pamulang Tangerang, ... h. 45.


(38)

maka akan tercapai tujuan dari penyelenggaran program akselerasi yaitu membentuk manusia yang berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik, dan juga membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional40.

3. Kurikulum Program Akselerasi

a. Pengertian Kurikulum Program Akselerasi

Kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) adalah kurikulum nasional standar yang dilakukan improvisasi waktu sesuai dengan tuntutan belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar.

Kurikulum percepatan belajar menggunakan kurikulum tahun 1994 dan lokal/pengayaan materi dengan penekanan pada materi yang esensial dan dikembangakan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berpikikir holistik, kreatif, sistemik, linier, dan konvergen untuk memenuhi tuntutan masa kini dan masa depan41.

Kurikulum percepatan belajar ini lebih dikenal dengan sebutan “kurikulum berdiferensiasi”. Istilah diferensiasi dalam pengertian “kurikulum berdiferensiasi” menunjuk pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang khusus untuk kebutuhan tumbuh

40

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, ... h.10.

41

Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ... h. 25.


(39)

kembang bakat tertentu. Jadi, ada perbedaan dengan kurikulum yang sedang berlaku di Negara kita.42.

Diferensiasi adalah konsep yang cukup sulit ditentukan secara pasti sebab diferensiasi terkait dengan pemahaman perbedaan individual dan penemuan strategi instruksional yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan harus ditumbuhkan, diterapkan dalam situasi sekolah dan situasi kelas.43

Clendening & Davies seperti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi menjelaskan bahwa yang dimaksud differentiated adalah isi pelajaran yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan gaya belajar anak berbakat, dan rencana yang memfasilitasi kinerja siswa.44

Pengertian kurikulum program percepatan belajar atau kurikulum pendidikan khusus bagi PDCI/BI menurut pedoman penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik cerdas istimewa adalah:

Kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang berdeferensiasi dan dimodifikasi serta dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sestematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan mendatang45.

Dalam pengembangannya kurikulum berdiferensiasi memiliki empat dimensi dan yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dilihat secara terpisah. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dimensi umum

Merupakan kurikulum inti yang memberikan keterampilan dasar, pengetahuan, pemahaman, nilai, dan sikap.

42

Conny R. Semiawan, Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi, (Jakarta: PT Grasindo, 1992) h. 8.

43

Direktorat PSLB, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas., Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Mata Pelajaran MIPA Siswa Cerdas Istimewa, 2009. h. 17.

44

Reni Akbar-Hawadi, Kurikulum Berdiferensiasi, ... h. 3.

45

Direktorat PSLB, Depdiknas., Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Cerdas Istimewa, 2009., h. 48.


(40)

2. Dimensi yang dideferensiasikan

Dimensi ini berkaitan erat dengan ciri khas perkembangan peserta didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa, yang merupakan program khusus dan pilihan terhadap bidang studi tertentu.

3. Dimensi non akademis

Dimensi ini memberikan kesempatan peserta didik untuk belajar di luar kegiatan sekolah formal melalui media lain (radio, TV, internet, CD-ROM, wawancara dengan pakar, kunjungan musium). 4. Dimensi suasana belajar

Pengalaman belajar yang dijabarkan dari lingkungan keluarga dan sekolah, iklim akademis, sistem ganjaran dan hukuman, hubungan antara peserta didik dengan guru, dan lain-lain.46

Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum percepatan belajar atau kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional yang diimprovisasi dan disusun khusus disesuaikan dengan keceradasan, minat dan bakat siswa guna memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, nilai-nilai, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik dan sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini dan mendatang.

b. Penerapan Kurikulum Program Akselerasi

Penerapan kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) berarti penerapan komponen kurikulum itu sendiri yang terdiri dari Tujuan, Materi/Pengalaman belajar, Strategi/Organisasi, Evaluasi, seperti yang telah dijabarkan sebelumnya. Pelaksanaan komponen ini tidak sama dengan program reguler karena perencanaan dan pelaksanaannya dibuat khusus untuk memberikan pendidikan pada anak berbakat. Selain pelaksanaan komponen kurikulum, pengadaan

46

Reni Akbar-Hawadi, Akselerasi (A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektuali ... h. 25-26.


(41)

dan pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam satuan kurikulum pendidikan program percepatan belajar juga merupakan suatu persyaratan yang ada di dalam pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar (akselerasi).

Berikut adalah karakteristik yang membedakan kurikulum akselerasi dengan kurikulum biasa yaitu:

1. Materi pengalaman belajar yang menumbuhkan kreativitas harus dipilih untuk digemukan dan dipadatkan dengan cara: a. Menambah bagian-bagian baru yang menarik dan

merupakan tantangan bagi siswa berbakat.

b. Mengubah bagian-bagian yang kurang sesuai, dan

c. Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin dan bersifat mengulang.

2. Terjadi penanjakan dinamis mental dan tindakan kreatif

(creative action).

3. Berorientasi pada proses, kegiatan aktif dan penerapan tugas, serta memberi peluang pada siswa untuk memilih sendiri kegiatan belajar sesuai dengan minat dan kemampuan.

4. Komponen yang bersifat teknis, seperti fasilitas, komposisi guru, pendekatan proses belajar mengajar, dan penggunaan metode mengajar yang bervariasi47.

B. Deskripsi Konseptual

Strategi penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum sekarang ini bersifat minimal yang wajib ditempuh pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum tersebut diasumsikan sesuai bagi sebagian besar peserta didik dengan kemampuan belajar rata-rata dan dilakukan secara klasikal-massal. Dengan strategi penerapan seperti ini akan membuat anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata (anak berbakat) dapat berprestasi di bawah potensi (Under Achiever).

47


(42)

Salah satu bentuk pelayanan pendidikan bagi anak berbakat adalah dengan melaksanakan kurikulum percepatan belajar (akselerasi). Penerapan program percepatan belajar ini tidak dilakukan oleh semua sekolah, hanya beberapa sekolah yang telah memenuhi syarat penyelenggaraan, diakui dan diizinkan oleh depdiknas.

Pelaksanaan program akselerasi yang dilakukan sekolah dikembangkan sendiri sesuai dengan kemampuan dan kebijakan sekolah yang melaksanakan, namun tetap dipantau dan tidak terlepas dari peraturan dan pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar yang telah dikeluarkan oleh pemerintah/depdiknas.

Pelaksanaan kurikulum program percepatan belajar yang dilakukan oleh sekolah yang telah memenuhi persyaratan adalah melalui perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan komponen-komponen kurikulum seperti tujuan, materi, strategi dan evaluasi.

Telah banyak teori kurikulum yang dikeluarkan oleh para ahli guna memberikan gambaran mengenai pelayanan pendidikan bagi anak-anak berbakat, namun belum ada penelitian yang menggambarkan bagaimana pelaksanaan komponen-komponen kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) itu dilakukan di lapangan.

Pelaksanaan kadang lebih nyata dari teori-teori yang dikemukakan, atas dasar pemikiran itu, dilakukan penelitian untuk mencoba memberikan gambaran tentang bagaimana pelaksanaan komponen-komponen kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) yang ada di lapangan.


(43)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Penerapan Kurikulum Program Percepatan Belajar (Akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan.

2. Tujuan Khusus Penelitian.

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Apa tujuan program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan.

b. Materi apa yang diberikan pada program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan.

c. Bagaimana organisasi/strategi belajar mengajar dilaksanakan pada program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan. d. Bagaimana melaksanakan evaluasi pada program percepatan belajar

(akselerasi) SMPN 3 Tangerang Selatan. B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 3 Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl. Ir. H. Djuanda Ciputat Tangerang Selatan Banten.


(44)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010, yang dimulai pada 4 Januari s/d 31 Maret 2010.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode deskriptif analitis. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan, mendeskripsikan atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau kejadian. Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual, gejala, kejadian, dan sifat populasi atau daerah tertentu1. Apa yang akan dimasukan melalui deskripsi tergantung pada pertanyaan yang berusaha dijawab peneliti.2 Penelitian deskriptif biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesis, malainkan untuk mencari informasi untuk mengambil keputusan atau kesimpulan. Berdasarkan proses sifat dan analisis datanya, penelitian ini bersifat eksploratif bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Karena penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala nyata yang ada dilapangan maka tidak ada intervensi dari peneliti.

Bila dilihat dari ruang lingkup penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan studi kasus. Penelitian kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan. Subjek yang diteliti terdiri dari suatu kesatuan (unit) secara mendalam, sehingga hasilnya merupakan gambaran lengkap atau kasus pada unit itu.3

Penelitian ini merupakan upaya untuk menggali informasi dan mengungkap bagaimana penyelenggaran kurikulum program akselerasi (percepatan pendidikan) di SMPN 3 Tangerang Selatan Banten.

1

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007) Cet. Ke-2 h. 47.

2

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidika: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008) h. 174-175.

3


(45)

D. Teknik Pengumpulan Data

Intrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sumber utama di dalam pengumpulan data diperolah melalui:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada wakil kepala sekolah bidang kurikulum, koordinator program akselerasi, sekretaris program akselerasi dan guru akselerasi berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan alat bantu tape recorder (alat perekam). Hasilnya untuk memperkaya data yang telah diambil berdasarkan wawancara dan observasi.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk melihat langsung pelaksanaan komponen-komponen kurikulum program percepatan belajar (akselerasi) di SMPN 3 Tangerang Selatan dan mencatat kejadian-kejadian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud adalah berupa arsip-arsip yang digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas output (siswa) yang mengikuti program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan.

E. Tehnik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data-data tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti (peneliti), akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu.

Data yang didapat selanjutnya di analisis secara deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan akhir dari tujuan penelitian. Analisa data dilakukan selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul.

Selama pengumpulan data dan setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis dengan mendeskripsikan data terlebih dahulu. Deskripsi data dilakukan dengan 2 tahap, yaitu:


(1)

8. Apakah didalam merancang kurikulum terjadi pengurangan materi agar proses akselerasi tercapai?

Jawab: Tidak

9. Apakah dalam merancang materi terdapat penambahan materi pada kurikulum akselerasi untuk menambah keluasan dan kedalaman materi?

Jawab: Ya, guru berusaha menambah keluasan dan kedalaman materi

10. Apakah ada mata pelajaran khusus yang isi materinya dideferensiasikan hanya untuk siswa akselerasi dan tidak diberikan dikelas regular?

Jawab: Tidak ada

11. Bagaimana cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi? Jawab: Berdasarkan hasil rapat

12. Sejauh mana keterlibatan guru yang mengajar dikelas akselerasi dalam menyusun materi kurikulum akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan?

Jawab: Guru diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan materi pelajaran

13. Berapa lama belajar yang harus dijalani siswa akselerasi, baik persemester dan pertatap muka?

Jawab: Waktu belajar: selama 2 tahun terbagi dalam 6 semester (1 semester 4 bulan)

14. Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara khusus untuk siswa akselerasi? (jika ia sebutkan?)

Jawab: CD, TV, LCD

15. Bagaimana pelaksanaan evaluasi siswa yang mengikuti kurikulum akselerasi? Jawab: Evaluasi: evaluasi harian (ulangan harian), ulaangan tenagh semester

(UTS), ulangan akhir semester (UAS)

16. Apakah ada waktu khusus yang dimiliki siswa akselerasi untuk melakukan evaluasi?

Jawab: Waktu ulangan, terprogram dalam hari-hari efektif belajar. 17. Apakah hasil evaluasi belajar disampaikan secara transparan?

Jawab: Ya, setiap ulangan nilai disampaikan kepada siswa dan orang tua. 18. Bagaimana cara penyampaian hasil evaluasi tersebut?


(2)

HASIL WAWANCARA Nama Responden : Takriyah Agustina, S.Pd Jabatan : Guru Program Akselerasi

Tempat wawancara : SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Hari wawancara : Sabtu, 27 Februari 2010

1. Bagaimana pendapat ibu mengenai pendidikan program akselerasi di SMPN 3 Tangerang Selatan ?

Diakselerasi pasti beda dengan direguler, kalau direguler kebetulan ibu mengajar bahasa Indonesia, jadi materi yang anak kira sudah belajar di SD, di SMP tinggal ibu lanjutkan saja, pelajaran yang kira-kira bisa dipelajari dirumah, mereka belajar dirumah, baru yang sulit nanti ibu jelaskan, jadi ada materi yang ibu singkat yang tidak sama dengan yang direguler, misalnya direguler itu seharusnya 3 kali pertemuan jadi diaksel itu cukup hanya 2 kali pertemuan, kalau dua kali ya bisa cukup satu kali, dan kebetulan juga kan siswanya sedikit jadi hal itu bisa berjalan. Kalau diregulerkan siswanya 40 yang pasti dengan waktu misalnya dikurikulum itu dua kali pertemuan emang harus dua kali pertemuan karena memang siswanya, saya sih, ibu harus memperhatikan siswa atau memeang kebetulan, jika materi itu memang harus tampilan siswa kan memerlukan waktu yang lama , berbeda jika di aksel kan memang siswanya sedikit Cuma 20an gitu jadi satu kali pertemuan dua jam pelajaran bisa selesai. Seperti itu.

2. Apakah rancangan materi pembelajaran tetap sesuai dan mengacu dengan kurikulum nasional?

Jawaban:

Kalau tujuan pembelajaran masih mengacu dan sesuai dengan kurikulum nasional, kita kan memang acuannya kurikulum nasional. Dengan kurikulum tersebut anak-anak diharapkan bisa mengerti dan juga terampil berbahasa,


(3)

karena saya mengajar bahasa indonsia. Jadi rancangan materi pembelajaran tetap sesuai dengan kurikulum nasional, kita tidak melenceng dari situ. 3. Apakah didalam merancang kurikulum terjadi pengurangan materi agar

proses akselerasi tercapai? Jawaban:

kalau pengurangan materi sebenarnya tidak ada, tetapi untuk materi-materi yang diperkirakan mudah, maka guru hanya mengajarkannya secara sekilas, tetapi untuk materi-materi sulit, biasanya diperdalam oleh guru. Khusus untuk kelas sembilan (IX), apabila materi yang akan diajarkan sudah pernah diajarkan di kelas tujuh (VII) atau di kelas delapan (VIII), maka ibu cuma mengajar garis besarnya.

4. Apakah dalam merancang materi terdapat penambahan materi pada kurikulum akselerasi untuk menambah keluasan dan kedalaman materi?

Jawaban:

Untuk penambahan juga ada, jika sekiranya materi yang dibutuhkan siswa perlu untuk ditambah, maka ya ibu tambah, misalnya jika ada siswa yang bertanya kepada ibu tentang sesuatu yang tidak terdapat di buku, maka ibu harus mencari referensi dari buku lain dan mungkin juga dengan contoh lain yang terdapat dibuku tersebut. Misalnya lagi jika mereka belajar tentang karya ilimiah, ya ibu bisa memberi contoh skripsi ibu yang lama, atau makalah-makalah, atau jika dirumah ibu ada jurnal, bisa juga di buat contoh kepada siswa.

5. Sejauh mana keterlibatan guru yang mengajar dikelas akselerasi dalam menyusun materi kurikulum program akselerasi?

Jawaban:

Kalau RPP itu yang membuat adalah guru bidangnya masing-masing, apabila kita perlukan dari materi lain ya kita cari.


(4)

6. Berapa lama belajar yang harus dijalani siswa akselerasi, baik semester atau pertatap muka?

Jawaban:

Waktu pembelajaran sama seperti pembelajaran direguler, sama dua jam. Untuk semesternya yang berbeda, jika direguler itu 6 bulan persemester kalau diaksel hanya 4 bulan persemester, itu yang membedakan. Waktu belajar harian juga sama, anak-anak reguler pulang jam dua, anak aksel juga pulang jam dua. Untuk satu materi jam pelajaran sama yaitu 40 menit. Kalau ada penambahan materi, itu diluar jam pelajaran, jadi kalau diluar jam pelajaran, ada jam tambahan, itu dilakukan setelah siswa pulang sekolah, untuk lamanya penambahan tergantung gurunya yang mengajar.

7. Bagaimana gambaran umum pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dan metode apa yang biasanya digunakan dikelas akselerasi?

Jawaban:

Untuk metodenya kita bervariasi, ada diskusi, tanya jawab trus ada inquiry, jadi tidak selalu sama. Jika metodenya selalu sama kan monoton, jika monoton kan siswa juga bosen. Apalagi bahasa, anak-anak setiap harinya juga sudah berbahasa, padahal bahasa itu kan sulit. Materi kurikulum sekarang jika ibu lihat berbeda dengan materi kurikulum ketika dulu ibu sekolah, menurut ibu, materi kurikulum 2006 itu lebih sulit dari pada kurikulum tahun 1994, kalau yang kurikulum 1994 itu kalimat majemuk itu diajarkan di kelas 3 SMP, sekarang SD sudah diajarkan kalimat majemuk. Ibu tahu tentang hal itu karena kebetulan anak ibu masih sekolah SD.

8. Apakah ada media belajar atau sumber belajar yang diperuntukan secara khusus untuk siswa akselerasi? (jika ia sebutkan?)


(5)

9. Lingkungan belajar bagaimanakah yang dibuat untuk mendukung siswa akselerasi?

Jawaban:

Lingkungan belajar yang membuat anak nyaman, karena anak aksel itu kan berbeda dengan anak regular, jadi lingkungannya harus lebih kondusif, agar mereka merasa lebih nyaman, agar mereka juga tidak bosan karena ketemu guru yang sama selama dua tahun, berbeda dengan regular, kalau direguler kan selama tiga tahun ketemu dengan guru yang berbeda, jadi ada variasinya. 10. Bagaimana pelaksanaan evaluasi siswa yang mengikuti kurikulum akselerasi?

Jawaban:

Untuk evaluasinya, ada yang harian, ada yang per KD kita adakan ulangan, ada juga kalanya mereka harus tampil ke depan, karena saya mengajar bahasa Indonesia, maka ibu ajarkan kepada mereka untuk terampil menulis dan juga terampil berbahasa. Ada juga ujian semester, ujian tengah semester, sama seperti direguler, tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa mampu menangap dan mengerti materi yang kita kita ajarkan. Selain itu, saya sebagai guru juga harus instrospeksi diri, apakah didalam mengajar ada kekurangan, atau materi yang saya ajarkan terlalu rumit untuk siswa, ataukah soal yang saya buat terlalu sulit untuk siswa, ataukah terlalu mudah, itu kan perlu kita evaluasi juga.

11. Apakah ada perbedaan analisis hasil evaluasi belajar siswa akselerasi dengan siswa regular?

Jawaban:

Pasti berbeda analisisnya, karena mereka berada dikelas yang khusus. Selain itu, tingkat kesukaran soalnya pun juga berbeda dengan yang direguler, tidak kita samakan.


(6)

12. Bagaimana cara penyampaian hasil evaluasi tersebut? Jawaban:

Penyampaiannya biasanya langsung saya bagikan ke siswa atau melalui wali kelas, jika mereka memerlukan perbaikan, saya langsung memberitahu bahwa mereka perlu perbaikan, dan kapan mereka harus melakukan perbaikan dan kapan mereka siap.

13. Bagaimana cara anda mengatasi siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran dikelas?

Jawaban:

Siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran dikelas biasanya saya berikan tambahan materi tersendiri. Kadang ada orang tua mereka yang tanggap, mereka menanyakan tentang bagaimana perkembangan anaknya disekolah, maka orang tuanya saya beri tahu dan orang tuanya juga paham tentang perkembangan mereka. Karena perkembangan setiap siswa berbeda-beda, jadi ada beberapa siswa yang saya beri tambahan materi.

14. Bagaimana cara memilih guru yang akan mengajar dikelas akselerasi? Jawaban:

Saya juga kurang tahu bagaimana mekanisme pemilihannya, saya sempet bertanya sama koordinator aksel, kenapa harus saya, kan masih ada guru lainnya yang masa kerjanya lebih dari saya, tetapi mereka menilai bahwa anda mampu untuk mengajar di aksel. Mungkin mereka mempunyai kriteria tersendiri yang tidak diceritakan kepada saya. Tetapi saya berkesimpulan bahwa diantara kriteria tersebut adalah, S1 dibidang yang akan diajarkan, misalkan saya S1 di bidang bahasa Indonesia, dan juga masa mengajar atau masa kerjanya lebih dari 5 tahun.