Perundang-perundangan dan dokumen yang mengandung materi hukum disiplin militer adalah :
1 Dewan kehormatan militer yang ditentukan dalam peraturan
pemerintah Nomor 40 tahun 1952. 2
Sapta Marga. 3
Sumpah Prajurit.
c. Makna Perzinahan Menurut Pasal 284 KUHP
Didalam ketentuan Pasal 27 BW pada dasarnya mempunyai ketentuan yang sama dengan ketentuan pada Pasal 2 Undang-undang
Perkawinan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yang berbunyi: “pada asasnya dalam perkawinan seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami”, karena pasal ini sudah mencakup ketentuan tersebut
Pasal 27 BW maka berdasarkan Pasal 66 Undang-undang Perkawinan, Pasal 284 KUHP harus dibaca tanpa menyebutkan
Pasal 27 BW lagi. Jadi jika seorang pria sudah kawin, melakukan persetubuhan dengan seorang wanita yang bukan istrinya, maka ia
telah melakukan delik perzinahan, tanpa mempersoalkan apakah pasal 27 BW berlaku baginya SR. Sianturi, 1983 : 225.
Makna dari Pasal 284 KUHP ini adalah bahwa hanya pelaku persetubuhan yang sudah terikat perkawinan yang dapat disebut
sebagai pelaku. Jika keduanya sudah terikat perkawinan, maka keduanya adalah pelaku. Jika salah satu saja yang sudah terikat
perkawinan, maka yang belum terikat perkawinan itu disebut sebagai peserta zina sedangkan jika persetubuhan itu dilakukan oleh
dua orang dimana ke dua orang tersebut sama-sama belum terikat suatu perkawinan, maka tidak ada pelaku zina diantara mereka.
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami-istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga
rumah tangga yang bahagia, dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hal ini apabila dalam perkawinan terjadi
adanya persetubuhan yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai ikatan perkawinan maka persetubuhan tersebut
dipandang sebagai perzinahan karena terjadi pelanggaran terhadap janji setia perkawinan. Sebagai gambaran dapat dilihat contoh
berikut ini : A_________B.................C_________D
Ket : _________ = hubungan perkawinan .................. = hubungan perzinahan
B dan C melakukan perzinahan maka yang berhak mengadu karena perbuatan B adalah A, atau D dapat mengadu karena
perbuatan C. Pengaduan tersebut karena masing-masing pengadu merasa dilanggar “janji setia perkawinannya”.
Jika A mengadukan B maka B adalah pelaku sedangkan C tidak jika ditinjau dari sudut perkawinan A dan B, dalam hal ini C
adalah peserta. C dapat dipidana dengan sebutan sebagai peserta tetapi tidak dapat dipidana sebagai pelaku dan sekaligus peserta
zinah, seperti juga B adalah pelaku sekaligus peserta. Karena ancaman pidana bagi pelaku atau peserta adalah sama, maka
berdasarkan Pasal 63 ayat 1 KUHP yang diterapkan hanya satu pidana saja. Dengan demikian uraian-uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa delik tersebut Pasal 284 ayat 1 ke-1a dan ke-1b atau ke-1a dan ke-2b adalah berdiri sendiri-sendiri.
5. Tinjauan umum tentang Delik Aduan