Tinjauan tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

apabila orang atau badan hukum perdata merasa dirugikan kepentingannya oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara. “Bahwa perumusan AAUPB beserta perincian asas-asasnya secara lengkap memang tidak dikumpulkan dan dituangkan secara konkret dan formal dalam bentuk suatu peraturan perundang-undangan khusus tentang AAUPB sebab asas-asas yang bersangkutan justru merupakan kaidah hukum tidak tertulis sebagai pencerminan norma-norma etis berpemerintahan yang wajib diperhatikan dan dipatuhi di samping mendasarkan pada kaidah-kaidah hukum tertulis. ” 31 Asas-asas umum pemerintahan yang baik terdiri dari tiga belas asas, yaitu: 32 1. Asas kepastian hukum principle of legal security = rechtszekerheid beginsel; 2. Asas keseimbangan principle of proportionality = evenredigheid beginsel; 3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan principle of equality = gelijkheid beginsel; 4. Asas bertindak cermat principle of carefulness = zorgvuldigheidsbeginsel; 31 Paulus Efendi Lotulung, 1995:14, sebagaimana dikutip dalam Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, Asas-asas Umum Pemerinahan yang Baik, Op.Cit., hlm. 153. 32 Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Yogyakarta, Liberty, 1982, hlm.76. 5. Asas motivasi untuk setiap keputusan principle of motivation = motiveringsbeginsel; 6. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan principle of non misuse of competence; 7. Asas permainan yang layak principle of fair play; 8. Asas keadilan atau kewajaran principle of ressonableness or prohibitation of arbitrariness-redelijkheids beginsel of verbod van willekeur; 9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar principle of metting raised expectation = begensil van opgewekte verwachtingen; 10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal principle of undoing the consequenses of an annuled decision = herstelbeginsel 11. Asas perlindungan atas pandangan hidup cara hidup pribadi principle of protecting the personal way of life; 12. Asas kebijaksanaan sapientia; 13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum principle of public service. Sementara itu, asas umum penyelenggaraan negara yang diatur dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut: 1. asas kepastian hukum; 2. asas tertib penyelenggara negara; 3. asas kepentingan umum; 4. asas keterbukaan; 5. asas proporsionalitas; 6. asas profesionalitas; 7. asas akuntabilitas; 8. asas efisiensi; dan 9. asas efektivitas. Salah satu instrumen hukum yang kini digunakan dalam pembangunan Indonesia adalah Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang diundangkan pada tanggal 5 Oktober 2004. Sistem Perencanaan Pembanguanan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Ada lima pendekatan dalam rangkaian perencanaan sesuai Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pendekatan tersebut meliputi pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah top-down, dan pendekatan bawah atas bottom-up. Sementara itu, dalam Pasal 2 ayat 3 dan penjelasannya undang-undang di atas, telah dipaparkan asas-asas umum penyelenggaraan negara, yaitu: 1. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara Negara; 2. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara; 3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif; 4. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara; 5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara; 6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 7. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut Fikih Siyasah ketatanegaraan menurut Islam, Al-Quran dan Hadis menjadi sumber utama dalam menggali asas-asas umum pemerintahan yang baik, di samping dasar hukum yang lain, putusan hakim, dan hasil penelitian. Contoh asas-asas tersebut adalah asas amanah, asas tanggung jawab al-mas-uliyyah, asas maslahat al-mashlahah, dan asas pengawasan al-muhasabah. Pengawasan terdiri atas pengawasan transendental al-muhasabah al-ilahiyah, pengawasan oleh pribadi al- muhasabah al-syakhsyiyyah, dan pengawasan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan al-muhasabah al-qomariyah. 33 33 Ahmad Sukardja, Op.Cit. hlm. 242.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris. Penelitian empiris dilakukan dengan pencarian data melalui kuisioner dan wawancara langsung dengan responden untuk mengetahui pengawasan di lapangan. Penelitian ini didukung dengan literatur-literatur yang terkait dengan masalah yang diteliti.

B. Data Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder yang diambil dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan dan penelitian pustaka, dengan uraian sebagai berikut: 1. Data Sekunder, merupakan bahan penelitian yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, serta bahan non hukum. a. Bahan hukum primer, merupakan bahan pustaka berupa peraturan perundang-undangan, antara lain: 1 UUD Negara RI Tahun 1945; 2 UU RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 3 UU RI Nomor 41 tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; 4 UU RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 5 UU RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 7 Peraturan Daerah Provinsi Daerah IstimewaYogyakartaNomor 10 Tahun 2011 tentangPerlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; 8 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Gedung; 9 Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031; b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, digunakan untuk proses analisis, yaitu: 1 Buku-buku terkait. 2 Dokumen-dokumen terkait; 3 Makalah-makalah seminar terkait. 4 Jurnal-jurnal dan literatur terkait. c. Bahan hukum tersier 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2 Kamus Bahasa Belanda. 3 Kamus Inggris-Indonesia. 4 Surat kabar harian dan online. d. Bahan non hukum, yaitu berupa buku-buku ilmu administrasi negara, ilmu managemen, data statistik, dan dokumen non hukum lainnya yang terkait dengan penelitian ini. 2. Data Primer, merupakan data yangakan diperoleh dari studi lapangan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden. a. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. b. Responden dan Narasumber Untuk menetapkan sampel, penelitimenggunakan metode non random sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah menentukanmenunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Hal ini berarti bahwa sampel yang telah ditunjuk memiliki ciri-ciri karakteristik khusus sesuai dengan atau mengarah pada data yang dibutuhkan. 1 Responden penelitian adalah sebagai berikut: 1 Kepala Desa Sumberagung; 2 Kepala Kantor Pengendalian Pertanahan Daerah KPPD Kabupaten Sleman; 1 Mukti Fajar N.D. dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum, Yogyakarta, FH UMY, 2007, hlm. 123.