Derajat deficit neurologis HASIL PENELITIAN

kelemahan tungkai. Pada letak lesi torakal, dari 21 pasien, maka 11 orang 52,3 mengeluhkan kelemahan tungkai sebagai keluhan utamanya, lalu diikuti nyeri sebanyak 6 orang 28,5, lalu deformitas sebanyak 3 orang 14,2, dan abses sebanyak 1 orang 0,4. Pada letak lesi torako-lumbal, maka dari 16 pasien, keluhan terbanyak adalah nyeri, yakni sebanyak 8 orang 50, diikuti dengan deformitas sebanyak 6 orang 37,5, lalu abses sebanyak 2 orang 12,5. Pada letak lesi lumbal, dari total 26 pasien, maka keluhan terbanyak adalah berupa nyeri, yakni sebanyak 19 orang 73, diikuti deformitas sebanyak 4 orang 15,3, dan kelemahan tungkai sebanyak 3 orang 11,5. Pada letak lesi sacral, dari total 2 pasien, maka kedua-duanya mengeluhkan nyeri sebagai keluhan utama. Dari data di atas, maka didapatkan data bahwa pada letak lesi torakal, maka kelamahan tungkai menjadi keluhan utama terbanyak; pada letak lesi torako-lumbal dan lesi lumbal, maka nyeri menjadi keluhan utama terbanyak. Hal ini dapat dijelaskan oleh karena volume kanal vertebrae torakal yang lebih sempit dibandingkan lumbal sehingga kemungkinan untuk mendapatkan kompresi dari spinal cord menjadi lebih bermakna.

5.8 Derajat deficit neurologis

Berdasarkan derajat deficit neurologis berdasarkan kategori frankel, maka didapati penderita dengan kategori frankel A sebanyak 2 orang 3, frankel B sebanyak 4 orang 6, frankel C sebanyak 14 orang 21,2, frankel D sebanyak 15 orang 22,7 dan frankel E sebanyak 31 orang 47. Jika dilakukan tabel silang antara derajat frankel dan letak lesi tulang belakang, maka didapati data sebagai berikut. Pada letak lesi cervical, dijumpai satu-satunya penderita berada dalam kategori frankel D. Pada letak lesi torakal, maka dari 21 penderita, dijumpai penderita dengan frankel C sebanyak 9 orang 42,8, diikuti dengan frankel D sebanyak 4 orang 19, lalu frankel E sebanyak 6 orang 28,5 dan frankel B sebanyak 2 orang 0.9. Lalu jika digabungkan antara frankel A,B,C,D, maka dijumpai proporsi pasien sebanyak 15 orang dari seluruh 21 penderita 71,4. Hal ini menunjukkan bahwa pada letak lesi torakal, maka sebesar 71,4 penderita berada dalam keadaan deficit neurologis, dibandingkan dengan 28,5 yang berada dalam keadaan tanpa deficit neurologis. Universitas Sumatera Utara Pada letak lesi torako-lumbal, maka dijumpai proporsi derajat frankel yang terbanyak adalah frankel D, sebanyak 6 orang dari total 16 orang 37,5, diikuti frankel E sebanyak 5 orang 31,2, lalu diikuti frankel C sebanyak 3 orang 18,7, dan frankel A sebanyak 2 orang 12,5. Jika proporsi frankel A,B,C,D digabungkan maka didapati penderita sejumlah 11 orang dari total 16 orang 68,75. Hal ini menunjukkan bahwa pada letak lesi torakal, maka sebesar 68,75 penderita mengalami deficit neurologis, dibandingan dengan 31,2 yang tidak mengalami deficit neurologis. Pada letak lesi lumbal, maka dari 26 penderita, dijumpai sebanyak 18 orang termasuk kategori frankel E 69,2, diikuti frankel D sebanyak 4 orang 15,3, frankel B sebanyak 2 orang 7,6, dan frankel C sebanyak 2 orang 7,6. Jika proporsi frankel A,B,C,D digabungkan maka didapati penderita sejumlah 8 orang, dari total 26 orang 30,07. Hal ini menunjukkan bahwa pada letak lesi lumbal, sebesar 69,2 penderita berada dalam kondisi tanpa deficit neurologis, dibandingkan dengan 30,07 yang mengalami deficit neurologis. Pada letak lesi sacrum, maka dari total 2 penderita, kedua-duanya berada pada ketegori frankel E. Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa pada letak lesi torakal dan torako- lumbal, maka lebih banyak penderita yang berada dalam keadaan deficit neurologis, sedangkan pada letak lesi lumbal, maka lebih banyak penderita yang berada dalam keadaan tanpa desifit neurologis.

5.9 Tatalaksana