39
Kemudian tegangan pada tight side tension T
T
sesuai gambar 4.3 dapat dihitung dengan rumus pada persamaan 2.16. dimana g
c
= 32.2 ftsec
2
, W = 0.07 sehingga dapat diperoleh :
T
T
=
0,9
− 0,9
60 2
1 �
+
2
=
2397.98 0,9
− 0,9 0.07
314.15 60
2 1
32.2
+
0.0057 2
= 2664.37 N
Dan tegangan slack side tension Ts pada sabuk-V sesuai gambar 4.3 dapat dihitung melalui rumus sesuai persamaan 2.17 dan di peroleh :
=
−
= 2664.37 - 0.00057 = 2664.36 N
Dengan cara yang sama, masing-masing tegangan operasi sabuk-V dapat dihitung untuk tiap set-up, dengan hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4. Data hasil perhitungan tegangan operasi sabuk-V
W lbft
gc ftsec
2
T
s
N T
T
N
0.07 32.2
2664.36 2664.37
0.07 32.2
3197.69 3197.70
0.07 32.2
3553.23 3553.24
0.07 32.2
4086.57 4086.58
0.07 32.2
4442.11 4442.12
4.2 Karakteristik Getaran Pada Sabuk
Pengukuran respon getaran pada sabuk-V bertujuan untuk menganalisa perawatan berbasis kondisi. Untuk analisa getaran yang dilakukan dengan
pengambilan data di titik dan arah yang telah ditentukan pada sabuk-V. Selanjutnya dari hasil tersebut diambil harga rata-rata untuk setiap arah
pengukuran. Dasar pengukuran karakteristik getaran menggunkan persamaan Displacement 2.20, Velocity 2.22 dan Acceleration 2.23.
Universitas Sumatera Utara
40
Dari data yang telah diketahui, yaitu
ɷ
, f, dan t maka kita dapat mengetahui amplitudo dengan menggunakan persamaan A =
ẋ ɷA cos ɷt
,
dengan menggunakan Vibrometer laser hanya menghasilkan Velocity
ẋ
, Displacement x dan Acceleration
ẍ
didapatkan dengan menggunakan persamaan 2.20 dan 2.23.
4.2.1. Data Hasil Pengukuran Variasi Tegangan Pada Sabuk-V
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui jarak defleksi sabuk yang terjadi dengan pemberian tegangan yang bervariasi. Data hasil pengukuran pada variasi
tegangan sabuk-V dapat dilihat pada gambar 4.4 grafik jarak defleksi vs tegangan yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.4. Grafik jarak defleksi vs tegangan
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada tegangan 150 N jarak defleksi yang didapat 8 mm sedangkan pada tegangan 250 N jarak defleksi yang didapat 4
mm, ini menandakan bahwa terjadi penurunan jarak defleksi dengan terjadinya penambahan tegangan pada sabuk.
1 2
3 4
5 6
7 8
9
150 180
200 230
250
Ja ra
k D
e fl
e ks
i m
m
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
41
4.2.2. Karakteristik Getaran Pada Variasi Tegangan
Karakteristik getaran dapat diketahui dengan adanya perbedaan getaran pada sabuk-V dengan variasi tegangan. Data hasil pengukuran pada variasi
tegangan dapat dilihat pada gambar 4.5-4.7. Hasil pengukuran variasi tegangan sabuk-V pada Velocity arah aksial
dapat dilihat pada gambar 4.5 grafik velocity vs tegangan yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.5. Grafik velocity vs tegangan pada arah aksial
Dari gambar 4.5 adalah data yang didapat langsung dari penelitian. Pada tegangan 150,180,200 dan 230 N terdapat gelombang amplitude velocity yang
semakin meningkat dari 2.6721 mms menjadi 2.9976 mms. Pada saat tegangan 250 N gelombang amplitude velocity mengalami penurunan dari 2.9978 mms
menjadi 2.928 mms. Dengan adanya penurunan gelombang amplitude velocity dan suara yang berisik pada tegangan 250 N pada saat penelitian ini menandakan
gejala kerusakan awal pada depericarper fan.
2.5 2.6
2.7 2.8
2.9 3
3.1
150 180
200 230
250
V e
lo ci
ty m
m s
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
42
Hasil pengukuran variasi tegangan sabuk-V pada Velocity arah horizontal dapat dilihat pada gambar 4.6 grafik velocity vs tegangan yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.6. Grafik velocity vs tegangan pada arah horizontal
Gambar 4.6 adalah data yang didapat langsung dari penelitian dengan arah horizontal. Pada tegangan 150,180,200,230 dan 250 N gelombang amplitude
velocity tertinggi terdapat pada tegangan 250 N dengan nilai amplitude 3.2665 mms yang menandakan akan terjadinya kerusakan atau ketidak seimbangan yang
terjadi pada arah horizontal depericarper fan.
2.4 2.5
2.6 2.7
2.8 2.9
3 3.1
3.2 3.3
3.4
150 180
200 230
250
V e
lo ci
ty m
m s
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
43
Hasil pengukuran variasi tegangan sabuk-V pada Velocity arah vertikal dapat dilihat pada gambar 4.7 grafik velocity vs tegangan yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.7. Grafik velocity vs tegangan pada arah vertikal
Gambar 4.7 adalah data yang didapat langsung dari penelitian dengan arah vertikal. Pada tegangan 150,180,200,230 dan 250 N gelombang amplitude
velocity tertinggi juga terdapat pada tegangan 250 N dengan nilai amplitude 3.2028 mms yang menandakan akan terjadinya kerusakan atau ketidak
seimbangan yang terjadi pada arah vertikal depericarper fan.
2.4 2.5
2.6 2.7
2.8 2.9
3 3.1
3.2 3.3
150 180
200 230
250
V e
lo ci
ty m
m s
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
44
Dari hasil pengukuran variasi tegangan pada velocity dapat dibuat grafik rekapitulasi sebagai berikut :
Gambar 4.8. Grafik rekapitulaasi velocity vs tegangan
Pada gambar 4.8 terdapat grafik velocity dengan arah aksial, horizontal dan vertikal. Pada arah aksial memiliki gelombang amplitude velocity yang
rendah dan terjadi penurunan gelombang amplitude pada tegangan 250N. pada arah horizontal memiliki gelombang amplitude velocity yang terbesar pada
tegangan 250N dan kemudian disusul dengan arah vertikal pada tegangan 250N. Dengan semakin tingginya gelombang amplitude velocity yang terjadi maka akan
terjadinya kerusakan pada depericarper fan.
Untuk semua perhitungan Amplitudo, Displacement dan Acceleration dibutuhkan terutama sekali adalah mengetahui Amplitudo dan kecepatan sudut
putaran dengan menggunakan persamaan 2.21. Data Amplitudo pada tabel akan dipergunakan untuk perhitungan Displacement dan Acceleration.
2.6 2.7
2.8 2.9
3 3.1
3.2 3.3
150 180
200 230
250
V e
lo ci
ty m
m s
Tegangan N
Aksial Horizontal
Vertikal
Universitas Sumatera Utara
45
Kecepatan sudut untuk putaran dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
ɷ
=
2 �
60
=
2 3.14 1500 60
= 157 radsec
Dari persamaan velocity dapat digunakan untuk mencari nilai amplitudo yang nantinya digunakan untuk menghitung displacement dan acceleration, dan
besarannya amplitudo dapat dihitung dengan persamaan 2.22 adalah sebagai berikut :
Hasil perhitungan variasi tegangan sabuk-V arah aksial
ẋ
=
ɷ
A cos
ɷ
t A =
ẋ ɷ cos ɷt
=
2.672124 157 x cos 157 x 0.2
= 0.0199 mm
Untuk menghitung Displacement dapat dicari dengan mengintegralkan persamaan 2.20 sebagai berikut :
x =
ẋ t
= A sin
ɷ
t = 0.019940111 x sin 157 x 0.2
= 0.0103 mm
Untuk menghitung Acceleration dapat dicari dengan mendiffrensialkan persamaan 2.23 sebagai berikut :
ẍ
=
d ẋ
=
ɷ
A cos
ɷ
t =
- ɷ
2
A sin
ɷ
t
Universitas Sumatera Utara
46
= - 157
2
x 0.019940111 x sin 157 x 0.2 = 256.0782 mmsec
2
Hasil perhitungan variasi tegangan sabuk-V arah horizontal Dengan cara yang sama dengan perhitungan variasi tegangan sabuk arah
aksial diatas dari persamaan 2.20 dapat digunakan untuk mencari nilai amplitudo yang nantinya untuk menghitung Displacement dan Acceleration, dan
besarnya amplitudo adalah sebagai berikut :
ẋ
=
ɷ
A cos
ɷ
t A =
ẋ ɷ cos ɷt
=
2.672698 157 x cos 157 x 0.2
= 0.0203 mm
Untuk menghitung Displacement dapat dicari dengan mengintegralkan persamaan 2.20 sebagai berikut :
x =
ẋ t
= A sin
ɷ
t = 0.020349461 x sin 157 x 0.2
= 0.0106 mm
Untuk menghitung Acceleration dapat dicari dengan mendiffrensialkan persamaan 2.23 sebagai berikut :
ẍ
=
d ẋ
=
ɷ
A cos
ɷ
t =
- ɷ
2
A sin
ɷ
t = - 157
2
x 0.020349461 x sin 157 x 0.2 = 261.3352 mmsec
2
Universitas Sumatera Utara
47
Hasil perhitungan variasi tegangan sabuk-V arah vertikal Dengan cara yang sama dengan perhitungan variasi tegangan sabuk arah
aksial diatas dari persamaan 2.20 dapat digunakan untuk mencari nilai amplitudo yang nantinya untuk menghitung Displacement dan Acceleration, dan
besarnya amplitudo adalah sebagai berikut :
ẋ
=
ɷ
A cos
ɷ
t A =
ẋ ɷ cos ɷt
=
2.679948 157 x cos 157 x 0.2
= 0.0199 mm
Untuk menghitung Displacement dapat dicari dengan mengintegralkan persamaan 2.20 sebagai berikut :
x =
ẋ t
= A sin
ɷ
t = 0.019998496 x sin 157 x 0.2
= 0.0104 mm
Untuk menghitung Acceleration dapat dicari dengan mendiffrensialkan persamaan 2.23 sebagai berikut :
ẍ
=
d ẋ
=
ɷ
A cos
ɷ
t =
- ɷ
2
A sin
ɷ
t = - 157
2
x 0.019998496 x sin 157 x 0.2 = 256. 8280 mmsec
2
Universitas Sumatera Utara
48
Dengan hasil Displacement dan Acceleration yang didapat maka dapat dilihat pada gambar 4.9-4.11.
Hasil analisa aksial Displacement untuk variasi tegangan sabuk-V dapat dilihat pada gambar 4.9 grafik Displacement vs Tegangan sebagai berikut :
Gambar 4.9. Grafik Displacement vs tegangan pada arah aksial
Pada gambar 4.9 adalah hitungan secara manual dari data yang diperoleh. Pada tegangan 150,180,200 dan 230 N terdapat gelombang amplitude
displacement yang semakin meningkat dari 0.0103 mm menjadi 0.0116 mm. Pada saat tegangan 250 N gelombang amplitude mengalami penurunan dari 0.0116 mm
menjadi 0.0113 mm. Dengan adanya penurunan gelombang amplitude dan suara yang berisik pada arah aksial dengan tegangan 250 N ini menandakan gejala
kerusakan awal pada depericarper fan.
0.0096 0.0101
0.0106 0.0111
0.0116 0.0121
150 180
200 230
250
D is
p la
ce m
e n
t m
m
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
49
Hasil analisa horizontal Displacement untuk variasi tegangan sabuk-V dapat dilihat pada gambar 4.10 grafik Displacement vs Tegangan sebagai berikut :
Gambar 4.10. Grafik Displacement vs tegangan arah horizontal
Pada gambar 4.10 adalah hitungan secara manual dari data yang diperoleh dengan arah horizontal. Pada tegangan 150,180,200,230 dan 250N gelombang
amplitude displacement tertinggi terdapat pada tegangan 250 N dengan nilai 0.0126 mm yang menandakan akan terjadinya kerusakan atau ketidakseimbangan
yang terjadi pada arah horizontal depericarper fan.
0.0095 0.01
0.0105 0.011
0.0115 0.012
0.0125 0.013
150 180
200 230
250
D is
p la
ce m
e n
t m
m
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
50
Hasil analisa vertikal Displacement untuk variasi tegangan sabuk-V dapat dilihat pada gambar 4.11 grafik Displacement vs Tegangan sebagai berikut :
Gambar 4.11. Grafik Displacement vs tegangan pada arah vertikal
Gambar 4.11 adalah data yang didapat langsung dari penelitian dengan arah vertikal. Pada tegangan 150,180,200,230 dan 250 N gelombang amplitude
displacement tertinggi juga terdapat pada tegangan 250 N dengan nilai amplitude 0.0124 mm yang menandakan akan terjadinya kerusakan atau ketidakseimbangan
yang terjadi pada arah vertikal depericarper fan.
0.009 0.0095
0.01 0.0105
0.011 0.0115
0.012 0.0125
0.013
150 180
200 230
250
D is
p la
ce m
e n
t m
m
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
51
Dari hasil pengukuran variasi tegangan pada Displacement dapat dibuat grafik rekapitulasi sebagai berikut :
Gambar 4.12. Grafik rekapitulasi Displacement vs tegangan
Pada gambar 4.12 terdapat grafik displacement dengan arah aksial, horizontal dan vertikal. Pada arah aksial memiliki gelombang amplitude
displacement yang rendah dan terjadi penurunan gelombang amplitude pada tegangan 250N. pada arah horizontal memiliki gelombang amplitude yang
terbesar pada tegangan 250N dengan nilai 0.0126 mm dan kemudian disusul dengan arah vertikal pada tegangan 250N dengan nilai 0.0124 mm. Dengan
semakin tingginya gelombang amplitude displacement yang terjadi maka akan terjadinya kerusakan pada depericarper fan.
0.01 0.0105
0.011 0.0115
0.012 0.0125
0.013
150 180
200 230
250
D is
p la
ce m
e n
t m
m
Tegangan N
Aksial Horizontal
Vertikal
Universitas Sumatera Utara
52
Hasil analisa aksial Acceleration untuk variasi tegangan sabuk-V dapat dilihat pada gambar 4.13. grafik Acceleration vs Tegangan sebagai berikut :
Gambar 4.13. Grafik Acceleration vs tegangan pada arah aksial
Pada gambar 4.13 adalah hitungan secara manual dari data yang diperoleh pada arah aksial. Pada tegangan 150,180,200 dan 230 N terdapat gelombang
amplitude acceleration yang semakin meningkat dari 256.0782 mms
2
menjadi 287.2720 mms
2
. Pada saat tegangan 250 N gelombang amplitude mengalami penurunan dari 287.2720 mms
2
menjadi 280.6398 mms
2
. Dengan adanya penurunan gelombang amplitude dan suara yang berisik pada arah aksial dengan
tegangan 250 N ini menandakan gejala kerusakan awal pada depericarper fan.
240 245
250 255
260 265
270 275
280 285
290
150 180
200 230
250
A cc
e le
ra ti
o n
m m
s
2
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
53
Hasil analisa horizontal Acceleration untuk variasi tegangan sabuk-V dapat dilihat pada gambar 4.14 grafik Acceleration vs Tegangan sebagai berikut :
Gambar 4.14. Grafik Acceleration vs tegangan pada arah horizontal
Pada gambar 4.14 adalah hitungan secara manual dari data yang diperoleh dengan arah horizontal. Pada tegangan 150,180,200,230 dan 250N gelombang
amplitude acceleration tertinggi terdapat pada tegangan 250 N dengan nilai 313.0420
mms
2
yang menandakan
akan terjadinya
kerusakan atau
ketidakseimbangan yang terjadi pada arah horizontal depericarper fan.
230 240
250 260
270 280
290 300
310 320
150 180
200 230
250
A cc
e le
ra ti
o n
m m
s
2
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
54
Hasil analisa vertikal Acceleration untuk variasi tegangan sabuk-V dapat dilihat pada gambar 4.15 grafik Acceleration vs Tegangan sebagai berikut :
Gambar 4.15. Grafik Acceleration vs tegangan pada arah vertikal
Gambar 4.15 adalah data yang didapat langsung dari penelitian dengan arah vertikal. Pada tegangan 150,180,200,230 dan 250 N gelombang amplitude
acceleration tertinggi juga terdapat pada tegangan 250 N dengan nilai amplitude 306.9418
mms
2
yang menandakan
akan terjadinya
kerusakan atau
ketidakseimbangan yang terjadi pada arah vertikal depericarper fan.
230 240
250 260
270 280
290 300
310 320
150 180
200 230
250
A cc
e le
ra ti
o n
m m
s
2
Tegangan N
Universitas Sumatera Utara
55
Dari hasil pengukuran variasi tegangan pada Acceleration dapat dibuat grafik rekapitulasi sebagai berikut :
Gambar 4.16. Grafik rekapitulasai Acceleration vs tegangan
Pada gambar 4.16 terdapat grafik acceleration dengan arah aksial, horizontal dan vertikal. Pada arah aksial memiliki gelombang amplitude
acceleration yang rendah dan terjadi penurunan gelombang amplitude pada tegangan 250N. pada arah horizontal memiliki gelombang amplitude acceleration
yang terbesar pada tegangan 250N dengan nilai 313.0420 mms
2
dan kemudian disusul dengan arah vertikal pada tegangan 250N dengan nilai 306.9418 mms
2
. Dengan semakin tingginya gelombang amplitude acceleration yang terjadi maka
akan terjadinya kerusakan pada depericarper fan.
250 260
270 280
290 300
310 320
150 180
200 230
250
A cc
e le
ra ti
o n
m m
s
2
Tegangan N
Aksial Horizontal
Vertikal
Universitas Sumatera Utara
56
4.2.3 Hubungan Tegangan Dengan Amplitudo
Dari hasil pengukuran maka didapatkan nilai amplitudo untuk masing- masing tegangan dan dapat dilihat pada gambar 4.17 sebagai berikut :
Gambar 4.17. Grafik hubungan tegangan dengan amplitude
Dari gambar 4.17 diatas dapat disimpulkan bahwa amplitudo tegangan sabuk terus meningkat pada tegangan 130N, 200N, 230N, dan 250N. Jika dilihat
pada standar ISO untuk mengevaluasi tingkat keparahan severity dari sinyal getaran yang terjadi untuk kontruksi alat uji ini dengan daya dibawah 15 kW
berada pada zona B dan C. Dengan nilai velocity dapat dilihat pada tabel 4.16 yang mempunyai range sebesar 2.6721 mms
– 2.7269 mms masuk dalam zona B, sedangkan yang mempunyai range sebesar 2.8215 mms
– 3.2665 mms masuk dalam zona C.
0.009 0.011
0.013 0.015
0.017 0.019
0.021 0.023
0.025
50 100
150 200
250 300
A m
p li
tu d
o m
m
Tegangan N
Aksial Horizontal
Vertikal
Universitas Sumatera Utara
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN