Analisa Getaran TINJAUAN PUSTAKA

15 Torsi merupakan fungsi dari daya nyata yang ditransmisikan Pr dan kecepatan sabuk-V. Untuk menentukan daya nyata dapat digunakan pengukuran sehingga perhitungan lebih akurat, namun apabila tidak tersedia, dapat menggunakan daya motor. Sehingga tegangan efektif Te N untuk tiap sabuk dapat dihitung denganrumus: Te = − = 2 = 33000 � 2.14 Pr = 3 746 10 6 2.15 Tight side tension TT lb dapat dihitung dengan rumus: T T = 0,9 − 0,9 60 2 1 � + 2 2.16 maka slack side tension TS dapat dihitung dengan rumus: = − 2.17

2.3 Analisa Getaran

Analisa getaran merupakan salah satu alat yang sangat bermanfaat sebagai prediksi awal terhadap adanya masalah pada mekanikal, elektrikal dan proses pada peralatan, mesin-mesin dan sistem proses yang kontinu di pabrik. Sehingga analisa getaran saat ini menjadi pilihan teknologi predictive maintenance yang paling sering digunakan [5]. Disamping manfaatnya dalam hal predictive maintenance, teknik analisa getaran juga digunakan sebagai teknik untuk mendiagnosa, yang dapat diaplikasikan antara lain untuk: pengendalian mutu, mendeteksi bagian yang mengalami kelonggaran, pengendalian kebisingan, mendeteksi adanya kebocoran, desain dan rekayasa mesin, dan optimasi produksi. 2.3.1 Karakteristik Getaran Getaran secara teknis didefenisikan sebagai gerak osilasi dari suatu objek terhadap posisi objek awaldiam. Gerakan massa dari posisi awal menuju atas dan bawah lalu kembali ke posisi semula, dan akan melanjutkan geraknya disebut Universitas Sumatera Utara 16 sebagai satu siklus getar. Waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus disebut sebagai periode getaran. Jumlah siklus pada suatu selang waktu tertentu disebut sebagai frekuensi getaran [6]. Perpindahan displacement mengindikasikan berapa jauh suatu objek bergetar, kecepatan velocity mengindikasikan berapa cepat objek bergetar dan percepatan acceleration suatu objek bergetar terkait dengan gaya penyebab getaran. Satuan yang digunakan tiap karakteristik dapat dilihat pada Tabel 2.3. Untuk keperluan program preventive maintenance, kecepatan getar adalah karakteristik yang penting untuk diukur. Tabel 2.3 Karakteristik dan satuan getaran Karateristik Getaran Satuan Metrik British Perpindahan microns peak to peak 1 µm = 0.001 mm mils peak to peak 0.001 in Kecepatan mms ins Percepatan G lg = 980 cms 2 G lg = 5386 ins 2 Frekuensi cpm, cps, Hz cpm, cps, Hz Pase derajat Derajat Sumber: Maintenance Engineering Handbook, Mobley, 2008 2.3.2 Parameter Pengukuran Proses pemilikiah tranduser yang akan digunakan harus mempertimbangkan parameter apa yang kita inginkan untuk diukur. Biasanya parameter-parameter tersebut adalah displacement perpindahan, velocity kecepatan, dan acceleration percepatan [7]. Panduan pemilihan parametr pengukuran dapat di lihat pada Tabel 2.4 Universitas Sumatera Utara 17 Tabel 2.4 Parameter pengukuran Parameter Faktor Pemilihan Parameter Pengukuran Perpindahan Displacement a Frekuensi rendah, dibawah 600 cpm. b Pengukuran getaran shaft pada mesin berat dengan rotor yang relatif ringan. c Menggunakan transduser velocity dan tranduser acceleration. d Transduser velocity, untuk mengukur displacement dengan rangkaian single integrator. e Transduser accelerometer, dapat digunakan untuk mengukur diplacement getaran dengan rangkaian double integrator. Kecepatan Velocity a Range frekuensi antara 600 – 100.000 cpm. b Pengukuran over all level getaran mesin. c Untuk melakukan prosedur analisa secara umum. Perpindahan Acceleration a Pengukuran pada frekuensi tinggiultrasonic sampai 600000 cpm atau lebih. b Untuk pengukuran spike energy pada roll bearing, ball bearing, gear, dan sumber getaran aerodinamis dengan frekuensi tinggi. Sumber : http:vibrasi.wordpress.comcategoryteori-vibrasi 2.3.3 Gerak Harmonik Gerak osilasi dapat berulang secara teratur. Jika gerak itu berulang dalam selang waktu yang sama, maka geraknya disebut gerak periodik. Waktu pengulangan τ disebut dengan periode osilasi dan kebalikannya, f = 1τ disebut frekuensi. Jika gerak dinyatakan dalam fungsi waktu xt, maka setiap gerak periodik harus memenuhi hubungan t = x1 + τ [8]. Secara umum, gerak harmonik dinyatakan dengan persamaan: x = A sin 2π � 2.19 Universitas Sumatera Utara 18 Dimana A adalah amplitudo osilasi yang diukur dari posisi setimbang massa, dan τ adalah periode dimana gerak diulang pada t = τ. Gerak harmonik sering dinyatakan sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak melingkar dengan kecepatan tetap pada suatu garis lurus, seperti terlihat pada gambar 2.10. Dengan kecepatan sudut garis OP sebesar ω, perpindahan simpangan x dapat dituliskan sebagai: x = A sin ɷt 2.20 Besaran ω biasanya diukur dalam radian per detik dan disebut frekuensi lingkaran. Oleh karena gerak berulang dalam 2π radian, maka didapat hubungan: ɷ = 2 � = 2πf 2.21 f = ɷ 2 � dengan τ dan f adalah periode dan frekuensi gerak harmonik bertuturt-turut dan biasanya diukur dalam detik dan siklus perdetik. Kecepatan dan percepatan gerak harmonik dapat diperoleh secara mudah dengan diferensiasi simpangan gerak harmonik. Dengan menggunakan notasi titik untuk turunannya, maka didapat: ẋ = ɷA cos ɷt 2.22 ẍ = −� 2 A sin ɷt 2.23 Gambar 2.12. Gerak harmonik sebagai proyeksi suatu titik yang bergerak pada lingkaran 2.3.4 Gerak Periodik Getaran mesin pada umumnya memiliki beberapa frekuensi yang muncul bersama-sama. Gerak periodik dapat dihasilkan oleh getaran bebas sistem dengan Universitas Sumatera Utara 19 banyak derajat kebebasan, dimana getaran pada tiap frekuensi natural memberi sumbangannya. Getaran semacam ini menghasilkan bentuk gelombang kompleks yang diulang secara periodik seperti ditunjukkan pada Gambar 2.13. Gerak harmonik pada Gambar 2.13 dapat dinyatakan dalam deretan sinus dan cosinus yang dihubungkan secara harmonik. Jika x t adalah fungsi periodik dengan periode , maka fungsi ini dapat dinyatakan oleh deret Fourier [9] sebagai: xt = 1 2 + 1 � 1 + 2 � 2 … + � + 1 � 1 + 1 � 2 … + � 2.24 Dengan � 1 = 2 � � � = 2� 1 Gambar 2.13. Gerak periodik gelombang sinyal segiempat dan gelombang pembentuknya dalam domain waktu Pada gelombang segiempat berlaku xt = ± X pada t =0, dan t = τ, dan seterusnya. Deret ini menunjukkan nilai rata-rata dari fungsi yang diskontinu. Untuk menentukan nilai koefisien n a dan n b , kedua ruas persamaan 2.24 dengan cos ωt dan sin ωt , kemudian setiap suku diintegrasi untuk lama perioda τ . Dengan mengingat hubungan berikut, cos � cos � � = , ≠ �2 , = sin � sin � � = , ≠ �2 , = 2.25 Universitas Sumatera Utara 20 sin � cos � � = , ≠ , = Dari persamaan 2.25, maka untuk m = n, diperoleh hasil = 1 �2 � � 2.26 = 1 �2 � � 2.27 Persamaan deret Fourier berdasarkan nilai gelombang empat persegi: xt = X untuk 0 t τ2 dan xt = −X untuk τ2 t τ Maka koefisien dan dapat dihitung, sebagai berikut: = 1 �2 � − � � �2 �2 = 0 Karena � = � � �2 �2 = 0 Dan = 1 �2 � − � � �2 �2 = 1 �2 � �2 + � �2 � = � 2 1 − � 2 + 1 − � 2 Akan menghasilkan nilai = 0 untuk n bilangan genap, dan = 4X � 2 untuk n bilangan ganjil. Sehingga deret Fourier untuk gelombang empat persegi menjadi : xt = 8 � sin + sin 3 3 + sin 5 5 + sin 7 7 + ⋯ 2.28 2.3.5 Getaran Bebas Free Vibration Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri inherent dan tidak ada gaya luar yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergetar pada satu atau lebih frekuensi Universitas Sumatera Utara 21 naturalnya yang merupakan sifat dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan kekakuannya. Perhatikan gerak dari sebuah elemen yang ditempatkan pada sebuah pegas seperti diillustrasikan dalam gambar 2.14 yang menunjukkan sebuah jarak kecil x dari posisi kesetimbangannya. Persamaan diferensial menjabarkan perpindahan elemen setelah dilepaskan yang diperoleh dengan penjumlahan gaya dalam arah vertikal. Aljabar penjumlahan ΣF dengan gaya ke atas + adalah: Gambar 2.14. Sistem Massa Pegas dan diagram benda bebas Hukum Newton kedua adalah dasar pertama untuk meneliti gerak system seperti ditunjukkan pada gambar 2.11 dimana gaya statik ∆ dan gaya pegas k ∆ adalah sama dengan gaya berat W yang bekerja pada massa m: Gerak statik: k ∆ = W = m.g 2.29 k ∆ - W = 0 Gerak dinamik: m ẍ + k∆+x – W = 0 2.30 dimana menghasilkan persamaan diferensial untuk gerak, karena k ∆ = W dan menggunakan ẍ = a yang merupakan turunan kedua dari x terhadap waktu [10]. m ẍ + kx = 0 2.31 Persamaan 2.31 merupakan persamaan gerak getar bebas tanpa peredaman, selanjutnya diubah menjadi: ẍ + � 2 = 0, ω n = 2.32 Universitas Sumatera Utara 22 Solusi dari persamaan 2.32 : x = Ae st ẋ = sAe st ẍ = s 2 Ae st 2.33 Substitusi 2.32 ke 2.33 e st s 2 + � = 2 s 1 = i ω n s 2 = - iω n Sehingga: x = A 1 e s 1 t + A 2 e s 2 t = A 1 e i ω n t + A 2 e –iω n t 2.34 Ingat: e iq = cos q + i sin q e –iq = cos q - i sin q Persamaan 2.34 menjadi x = A 1 cos ω n t + i sin ω n t + A 2 cos ω n t - i sin ω n t = A 1 + A 2 cos ω n t + iA 1 - A 2 sin ω n t = A cos ω n t + B cos ω n t 2.35 Kondisi pada t = 0, x0 = X sedangkan v0 =V x = A cos ω n t + B cos ω n t v = ẋ = -ω n A sin ω n t + ω n B cos ω n t pada t = 0 B = 0, ω n A = V A = V0 ωn x = V0 ωn sin ω n t 2.36 = A sin ɷt Persamaan ini merupakan persamaan diferensial linier dimana solusinya dapat ditemukan sebagai berikut. x = Asin ɷt 2.37 ẍ = −�� 2 sin ɷt 2.38 Universitas Sumatera Utara 23 substitusi persamaan 2.31 dan 2.32 ke persamaan 2.33 sehingga: m −�� 2 sin ɷt + k A sin ɷt = 0 2.39 k −�� 2 A sin ɷt = 0 A sin ɷt ≠ 0 k − � 2 = 0 2.3.6 Standarisasi Pengukuran Getaran Standar Indicator yang digunakan untuk pengukuran getaran dalam penelitian ini adalah ISO 10186-1:1995E. Standard ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat getaran yang dapat diterima bagi berbagai kelas permesinan. Dengan demikian, untuk menggunakan standard ini, pertama-tama perlu mengklasifikasikan permesinan yang akan diuji sesuai Tabel 2.5 yang menunjukkan pedoman bagi kelayakan permesinan ISO 10186-1:1995E [11]. Tabel 2.5 Kriteria zona evaluasi kelayakan permesinan ISO 10186-1:1995E Vibration Velocity mmsec Up to 15 kW Class I 15 to 75 kW Class II 75 kW rigid Class III 75 kW soft Class IV 0.28 A A A A 0.45 0.71 1.12 B 1.8 B 2.8 C B 4.5 C B 7.1 D C 11.2 D C 18 D 28 D 45 Dengan membaca Tabel 2.5 dapat mengkaitkan kondisi kerusakan permesinan dengan getaran sebagai monitoring perawatan berbasis kondisi. Universitas Sumatera Utara 24 Standar yang digunakan adalah parameter kecepatan rms untuk mengindikasikan kerusakan. Huruf A,B,C,D seperti terlihat pada Tabel 2.3. mengklasifikasikan tingkat keparahan sesuai dengan kelas permesinan, sebagai berikut: 1. Zona A Zona hijau, getaran dari mesin sangat baik dan dibawah getaran yang diizinkan. 2. Zona B Zona kuning, getaran dari mesin baik dan dapat dioperasikan karena masih dalam batas yang diizinkan. 3. Zona C Zona orange, getaran dari mesin dalam batas toleransi dan hanya dioperasikan dalam waktu terbatas. 4. Zona D Zona merah, getaran dari mesin dalam batas berbahaya dan kerusakan dapat terjadi pada mesin. 5. Kelas I Bagian mesin secara integral dikaitkan sebagai permesinan lengkap dalam kondisi pengoperasian normal motor listrik sampai 15 kW. 6. Kelas II Peralatan permesinan berukuran sedang motor listrik dengan output 15-75 kW tanpa fondasi khusus, mesin terpasang mati hingga 300 kW dengan fondasi khusus. 7. Kelas III Mesin dengan penggerak utama yang lebih besar dan mesin-mesin besar lainnya dengan rotating masses terpasang mati pada fondasi padat dan fondasi berat yang indikatornya sulit bagi penjalaran getaran. 8. Kelas IV Mesin dengan penggerak utama yang lebih besar dan mesin-mesin besar lainnya dengan rotating masses-terpasang pada fondasi yang indikatornya mudah bagi pengukuran getaran sebagai contoh: turbo generator terutama dengan substruktur yang ringan. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN