Dasar Teori .1 Desalinasi LANDASAN TEORI

commit to user 2.2 Dasar Teori 2.2.1 Desalinasi Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air dapat digunakan. Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan, yaitu umpan berupa air garam misalnya air laut, produk bersalinitas rendah, dan konsentrat bersalinitas tinggi. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandungan garam terlarut kurang dari 500 mgl, yang dapat digunakan untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian. Hasil sampingan dari proses desalinasi adalah brine. Brine adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi lebih dari 35.000 mgl garam terlarut. Beberapa teknologi desalinasi air laut telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir untuk menambah pasokan air tawar di daerah kering di dunia. Karena kendala biaya pada proses desalinasi yang tinggi, banyak negara tidak mampu membeli teknologi tersebut sebagai sumber air tawar. Namun, peningkatan penggunaan teknologi desalinasi air laut telah menunjukkan bahwa desalinasi air laut adalah sumber air yang layak dan bebas dari variasi curah hujan.

2.2.2 Teknologi desalinasi

Hingga saat ini telah dikembangkan berbagai macam teknologi desalinasi yang berbasis pada distilasi termal thermal distillation, pemisahan dengan menggunakan osmosis balik reverse osmosis, pembekuan freezing, elektrodialisis electrodyalisis, dan lain-lain. Saat ini teknologi yang banyak digunakan pada proses desalinasi adalah desalinasi yang berbasis pada multi stage flash MSF, dan reverse osmosis RO. Pada tahun 1999 sekitar 78 air tawar hasil proses desalinasi dihasilkan melalui desalinasi menggunakan multi stage flash, 10 dihasilkan melalui reverse osmosis. Namun saat ini desalinasi menggunakan reverse osmosis mulai mengalami peningkatan dalam penggunaannya. Ini karena desalinasi menggunakan reverse osmosis memerlukan biaya yang lebih rendah dan menggunakan teknologi yang lebih sederhana. Beberapa teknologi desalinasi yang telah dikembangkan saat ini adalah: commit to user a. Multi-stage flash distillation: Proses desalinasi menggunakan multi stage flash MSF berdasarkan pada prinsip penguapan cepat flash evaporation. Pada proses desalinasi menggunakan MSF, air laut diuapkan dengan cara menurunkan tekanan dan di sisi lain menaikkan temperatur dari air laut tersebut. Sistem ini terdiri dari beberapa ruang flash chamber yang disebut tingkat stage, penukar kalor heat exchanger yang berfungsi sebagai pemanas awal air laut dan juga berfungsi untuk mengembunkan uap air laut, pemanas heater yang berfungsi untuk memanaskan air laut setelah melewati penukar kalor. Air laut yang bertemperatur rendah dipompakan melewati penukar kalor untuk mendapatkan pemanasan awal. Setelah melewati penukar kalor, air laut yang telah mengalami pemanasan awal tadi lalu menuju pemanas untuk mendapatkan panas lanjut agar mencapai temperatur kerja yang diinginkan 90 – 120°C. Orifices dan baffles yang dipasang diantara tingkat berguna untuk menurunkan tekanan sehingga air laut tetap dapat mencapai titik didihnya pada tingkat berikutnya. Gambar 2.1. Multi-stage flash distillation Uap air kemudian mengalami pendinginan dan pengembunan oleh penukar kalor yang didalamnya dilewati air laut yang bersuhu rendah. Air laut yang belum menguap kemudian diteruskan menuju tingkat berikutnya diikuti dengan penurunan tekanan sehingga air laut tersebut dapat kembali mendidih tanpa mengalami pemanasan kembali. Dan proses ini terus berulang hingga tingkat yang terakhir. Energi yang digunakan untuk memanaskan air laut pada sistem ini adalah uap panas yang berasal dari sebuah pembangkit daya. commit to user b. Multiple-effect distillation Penyulingan multi-efek MED adalah metode desalinasi tertua dan sangat efisien secara termodinamika. Pada proses ini air laut yang diumpankan dapat menguap beberapa kali tanpa ada penambahan panas lagi setelah efek pertama. Air laut memasuki efek pertama dan menguap sebagai akibat dari kenaikan suhu yang mencapai titik didihnya. Kenaikan suhu ini terjadi setelah air laut mengalami kontak dengan uap panas yang ada dalam pipa penukar kalor pada efek pertama. Uap panas ini akan disalurkan ke dalam pipa-pipa uap. Pipa uap panas ini selanjutnya akan menuju ke bagian bawah dan akan mengalami kontak kembali dengan air laut sisa dari efek pertama yang akan menguapkan kembali air laut tersebut. Uap ini akan masuk ke dalam pipa penyalur panas menyatu dengan uap panas hasil efek pertama. Begitu seterusnya sampai air laut telah dingin sehingga tidak menguap kembali dan akan digunakan untuk mengkondensasikan uap air yang ada pada pipa uap tadi. Hasil kondensasi uap air inilah yang akan menjadi produk air tawar dalam sistem ini. Gambar 2.2. Penyulingan multi-efek Beberapa unit MED yang telah dibuat, beroperasi dengan suhu air laut dalam efek pertama sekitar 70°C, hal ini dapat mengurangi pembentukan kerak dari air laut, tetapi dibutuhkan daerah transfer panas tambahan dalam bentuk tabung. Konsumsi daya dari unit MED lebih rendah dari unit MSF, dan rasio kerja MED lebih tinggi dari MSF. Oleh karena itu MED lebih efisien daripada MSF dari segi termodinamika dan perpindahan panas. commit to user c. Penyulingan dengan tekanan uap vapor compression distillation Dalam proses VCD, panas untuk menguapkan air laut berasal dari kompresi uap. Pemanas air elektrik digunakan untuk pemanasan awal pada ruang penguapan boiling chamber. Uap air hasil pemanasan akan dikompresi dalam kompresor sehingga temperatur uap air tersebut naik. Uap bertekanan ini disalurkan melalui pipa penukar panas yang melalui tangki air laut dalam ruang penguapan dan tangki air laut yang akan digunakan sebagai umpan untuk ruang penguapan. Air laut dalam ruang penguapan akan menyerap kalor laten uap air dari dalam pipa melalui permukaan pipa sehingga air laut dalam ruang penguapan akan terus menguap. Akibat pelepasan kalor laten tersebut uap air dalam pipa penukar kalor akan mulai mengembun dan akan diembunkan lebih lanjut ketika pipa penukar kalor ini melewati tangki air laut yang akan digunakan sebagai umpan untuk ruang penguapan sehingga terbentuk air tawar. Gambar 2.3. Penyulingan dengan tekanan uap VCD dengan temperatur rendah cukup sederhana, handal, dan efisien karena hanya membutuhkan daya kompresor. Kompresor berkapasitas tinggi memungkinkan operasi pada temperatur rendah di bawah 70°C, sehingga mengurangi potensi pembentukan kerak dan korosi. Proses VCD umumnya digunakan untuk unit desalinasi skala kecil. VCD biasanya dibangun sampai dengan kisaran 3.000 m 3 hari. VCD sering digunakan untuk resort, industri, dan lokasi pengeboran di mana air tawar tidak tersedia. commit to user d. Penguapan efek tunggal Single effect evaporation Unit desalinasi dengan penguapan efek tunggal terdiri dari beberapa komponen utama yaitu evaporator, kondensor, sprinkler, evaporator, ruang penguapan dan pipa-pipa penyalur air. Air laut masuk ke dalam kondensor lalu dialirkan melalui pipa dan disemburkan ke ruang penguapan melalui sprinkler. Di dalam ruang penguapan air laut akan kontak langsung dengan evaporator sehingga air laut akan menguap. Uap air akan dialirkan melalui pipa menuju kondensor sehingga uap air akan mengembun menjadi air tawar. Pada proses pengembunan saat melewati kondensor, uap air melepaskan kalor laten yang akan digunakan sebagai pemanas awal dari air laut umpan yang berada di dalam pipa-pipa kondensor. Sisa air laut dalam ruang penguapan akan dikeluarkan dari sistem melalui brine rejector. Gambar 2.4. Desalinasi dengan penguapan efek tunggal Sistem ini jarang digunakan dalam dunia industri karena jumlah dari air tawar yang dihasilkan tidak sebanding dengan jumlah uap yang digunakan untuk mengoperasikan sistem. commit to user e. Osmosis balik Reverse Osmosis Proses osmosis balik dilakukan dengan cara pemberian tekanan eksternal yang lebih tinggi dari tekanan osmosis air laut ke air laut sebelum melewati suatu membran semipermeabel sehingga aliran dapat dibalik. Molekul air dari air laut akan mengalir melewati membran dan meninggalkan larutan dengan konsentrasi garam yang masih tinggi di belakang membran. Energi utama yang diperlukan dalam proses ini adalah tekanan eksternal yang akan diberikan kepada air laut. Sebuah unit desalinasi dengan sistem osmosis balik umumnya terdiri dari empat komponen utama yaitu komponen untuk perlakuan awal air umpan feed water pre-treatment, pompa bertekanan tinggi, membran pemisahan, dan perlakuan akhir air hasil pemisahan. Gambar 2.5. Desalinasi dengan osmosis balik Perlakuan awal diperlukan untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dalam air laut yang dapat menjadi pengotor membran. Perlakuan awal air laut meliputi klorinasi, koagulasi, penambahan asam, multi-media filtrasi dan deklorinasinya. Jenis perlakuan awal yang digunakan sebagian besar tergantung pada karakteristik air umpan, jenis dan konfigurasi membran dan kualitas air tawar yang dihasilkan. Membran yang digunakan harus mampu menahan tekanan dari air laut yang melewatinya. Umumnya sejumlah kecil garam masih bisa melewati membran dan bercampur dengan air tawar hasil produksi. Dua jenis konfigurasi membran yang paling sukses secara komersial adalah spiral wound dan serat halus berongga atau hollow fine fiber HFF. HFF terbuat dari selulosa triasetat dan poliamida. commit to user f. Humidifikasi dan dehumidifikasi HD Proses HD didasarkan pada fakta bahwa uap air dapat bercampur dengan udara akibat adanya perbedaan konsentrasi. Jumlah uap air yang dapat dibawa oleh udara semakin meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur udara. 1 kg udara kering dapat membawa 0,5 kg uap air ketika temperaturnya meningkat dari 30 °C sampai 80 °C. Gambar 2.6. Desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi Pada sistem ini air laut umpan dialirkan menuju kondensor untuk pemanasan awal. Setelah itu air laut kembali dipanaskan oleh suatu elemen pemanas sebelum disemburkan dalam ruang humidifikasi. Di dalam ruang humidifikasi uap air mengalami kontak langsung dengan udara kering sehingga terjadi perpindahan massa. Udara kering yang telah bercampur dengan uap udara basah humid air ini akan dikondensasikan oleh kondensor. Saat terkondensasi kalor laten dilepaskan oleh udara basah ke permukaan kondensor. Kalor laten inilah yang digunakan untuk pemanasan awal air laut umpan dalam kondensor. Sistem ini sangat cocok diaplikasikan ketika kebutuhan air tawar terpusat pada satu daerah. Beberapa keuntungan dari sistem ini antara lain fleksibilitasnya dalam kapasitas air tawar yang dibutuhkan, instalasinya yang mudah dan sederhana serta dapat dikombinasikan dengan energi panas tingkat rendah low grade thermal energy seperti energi surya dan geothermal. Dalam commit to user perkembangannya desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi dikombinasikan dengan siklus kompresi uap pada pompa kalor. Gambar 2.7. Sistem desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi berbasis pompa kalor. Gambar 2.8. Humidifier Sistem desalinasi dengan humidifikasi dan dehumidifikasi berbasis pompa kalor ditunjukkan gambar 2.7. Sistem ini terdiri dari 3 bagian utama yaitu kolektor surya, unit humidifikasi dan dehumidifikasi, dan unit pompa kalor. Dalam sistem ini, udara dipanaskan melalui kolektor surya kemudian dilembabkan di humidifier commit to user dengan dorongan blower. Udara lembab ini didinginkan ketika melewati pre- condenser dan evaporatif kondensor, sehingga udara mengembun menjadi air tawar. Air laut bertemperatur rendah masuk ke dalam pre-condenser untuk pendinginan awal udara lembab sekaligus pemanasan awal air laut, setelah itu disemburkan melalui sprinkler ke humidifier untuk menambah kelembaban udara kering dari kolektor surya. Pada malam hari atau kondisi cahaya matahari tidak memadahi sistem ini dapat diatur agar udara panas dari kondensor pompa kalor langsung mengalir ke humidifier tanpa melalui kolektor surya. Beberapa kelebihan dari sistem ini antara lain biaya pemeliharaan dan operasinya relatif kecil dan sistem ini dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan air tawar yang ingin dihasilkan. Selain beberapa teknologi di atas, ada beberapa teknologi desalinasi yang memanfaatkan energi terbarukan renewable energyRE sebagai sumber tenaga dalam proses desalinasi. Energi terbarukan dan desalinasi adalah dua teknologi yang berbeda, yang dapat dikombinasikan dalam berbagai cara. Energi terbarukan hasil dari sistem RE dapat diaplikasikan dalam sistem desalinasi. Energi yang dihasilkan memiliki bentuk yang berbeda-beda seperti energi panas, listrik atau daya poros. Gambar 2.9 menunjukkan kemungkinan kombinasi dari sistem RE untuk diaplikasikan ke sistem desalinasi. Gambar 2.9. Kemungkinan kombinasi dari sistem RE untuk diaplikasikan ke sistem Desalinasi. commit to user

2.2.3. Pompa kalor heat pump

Pompa kalor adalah mesin yang memindahkan panas dari satu lokasi atau sumber ke lokasi lainnya menggunakan kerja mekanis. Pompa kalor bisa disamakan dengan mesin kalor yang beroperasi dengan cara terbalik. Mesin kalor membuat energi mengalir dari lokasi yang lebih panas ke lokasi yang lebih dingin, menghasilkan fraksi dari proses tersebut sebagai kerja. Kebalikannya, pompa kalor membutuhkan kerja untuk memindahkan energi termal dari lokasi yang lebih dingin ke lokasi yang lebih panas. Gambar 2.10. Siklus dasar pompa kalor Pompa kalor memindahkan panas melalui suatu zat yang bersirkulasi yang disebut dengan refrigeran, yang melewati sebuah siklus penguapan evaporation dan pengembunan condensation. Sebuah kompresor yang memompa refrigeran berada diantara dua koil penukar kalor yaitu kondensor dan evaporator. Pada evaporator, refrigeran diuapkan pada tekanan rendah dan menyerap panas dari lingkungan. Refrigeran kemudian dikompresikan mengalir menuju kondensor, dimana refrigeran akan diembunkan pada tekanan tinggi. Pada umumnya pompa kalor bekerja berdasarkan siklus kompresi uap yang terdiri dari : evaporator, kompresor, kondensor, dan katup ekspansi. commit to user Gambar 2.11. Komponen pompa kalor pada proses pemanasan Gambar 2.12. Komponen pompa kalor pada proses pendinginan commit to user

2.2.4. Siklus Kompresi Uap Standar

Pada siklus kompresi uap standar ini, refrigeran mengalami empat proses ideal, sesuai dengan gambar 2.13 di bawah ini : Gambar 2.13. Siklus kompresi uap standar a Diagram alir proses, b Diagram temperatur-entropi Training Manual, 2004 · Proses 1-2: refrigeran meninggalkan evaporator dalam wujud uap jenuh dengan temperatur dan tekanan rendah, kemudian oleh kompresor uap tersebut dinaikkan tekanannya menjadi uap dengan tekanan yang lebih tinggi tekanan kondensor. Kompresi ini diperlukan untuk menaikkan temperatur refrigeran, sehingga temperatur refrigeran di dalam kondensor lebih tinggi daripada temperatur lingkungannya. Dengan demikian perpindahan panas dapat terjadi dari refrigeran ke lingkungan. Proses kompresi ini berlangsung secara isentropik adiabatik dan reversibel. · Proses 2-3: setelah mengalami proses kompresi, refrigeran berada dalam fasa panas lanjut dengan tekanan dan temperatur tinggi. Untuk mengubah wujudnya menjadi cair, kalor harus dilepaskan ke lingkungan. Hal ini dilakukan pada penukar kalor yang disebut kondensor. Refrigeran mengalir melalui kondensor dan pada sisi lain dialirkan fluida pendingin udara atau air dengan temperatur lebih rendah daripada temperatur refrigeran. Oleh karena itu kalor akan berpindah dari refrigeran ke fluida pendingin dan sebagai akibatnya refrigeran mengalami penurunan temperatur dari kondisi KATUP EKSPANSI 3 2 s 1 2 1 4 4 3 KOMPRESOR EVAPORATOR KONDENSOR T Q in Q out a b commit to user uap panas lanjut menuju kondisi uap jenuh, selanjutnya mengembun menjadi wujud cair jenuh. Proses ini berlangsung secara reversibel pada tekanan konstan. · Proses 3-4: refrigeran, dalam wujud cair jenuh tingkat keadaan 3, gambar 13, mengalir melalui alat ekspansi. Refrigeran mengalami ekspansi pada entalpi konstan dan berlangsung secara tak-reversibel. Selanjutnya refrigeran keluar dari katup ekspansi berwujud campuran uap-cair pada tekanan dan temperatur sama dengan tekanan serta temperatur evaporator. · Proses 4-1: refrigeran, dalam fasa campuran uap-cair, mengalir melalui sebuah penukar kalor yang disebut evaporator. Pada tekanan evaporator, titik didih refrigeran haruslah lebih rendah daripada temperatur lingkungan media kerja atau media yang didinginkan, sehingga dapat terjadi perpindahan panas dari media kerja ke dalam refrigeran. Kemudian refrigeran yang masih berwujud cair menguap di dalam evaporator dan selanjutnya refrigeran meninggalkan evaporator dalam fasa uap jenuh. Proses penguapan tersebut berlangsung secara reversibel pada tekanan konstan. Berikut ini adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung unjuk kerja sistem pompa kalor standar : COP HP = Z ʙǴmDEmSǴŌ ʙǴƅƼ = ƅ ŌEP . ƅ ŌEP . 2.1 dimana: Q kondensor = k alor yang dilepas oleh kondensor kW W komp = daya kompresor kW = laju aliran massa refrigeran kgs ฀ ʛ = entalpi gas refrigeran pada tekanan evaporator kJkg ฀ 5 = entalpi gas refrigeran pada tekanan kondensor kJkg = entalpi cairan refrigeran pada tekanan kondensor kJkg ref m commit to user

2.2.5. Siklus Kompresi Uap Aktual

Pada kenyataannya siklus kompresi uap mengalami penyimpangan dari kompresi uap standar, sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar 2.14. Perbedaan penting siklus kompresi uap aktual dari siklus standar, adalah: a. Terjadi penurunan tekanan di sepanjang pipa kondensor dan evaporator. b. Adanya proses pembawah dingin sub-cooling cairan yang meninggalkan kondensor sebelum memasuki alat ekspansi. c. Pemanasan lanjut uap yang meninggalkan evaporator sebelum memasuki kompresor. d. Terjadi kenaikan entropi pada saat proses kompresi kompresi tak isentropik e. Proses ekspansi berlangsung non-adiabatik. Walaupun siklus aktual tidak sama dengan siklus standar, tetapi proses ideal dalam siklus standar sangat bermanfaat dan diperlukan untuk mempermudah analisis siklus secara teoritik. Gambar 2.14. Siklus kompresi uap aktual dan standar Training Manual, 2004 3’ 3’ 4 3 2 Panas lanjut Penurunan tekanan Penurunan tekanan bawah dingin h 1 P Siklus aktual Siklus standar 4’ 2’ 1’ commit to user Berikut ini adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung unjuk kerja sistem pompa kalor aktual : · COP aktual COP HP = Z ʙǴmD ʙǴƅƼ = ƅ ŌEP . ƅ ŌEP . 2.2 dimana: ฀ ʛ = entalpi refrigeran keluar evaporator kJkg ฀ 5 = entalpi refrigeran masuk kondensor kJkg = entalpi refrigeran keluar kondensor kJkg · Laju aliran massa aktual ƅ ŌEP = . Z kgs 2.3 dimana: = densitas refrigeran kgm 3 Z = debit aliran refrigeran m 3 s · Kapasitas panas yang dilepas ō ō = s . ฀ 5 − ฀ kW 2.4 dimana: s = laju aliran massa refrigeran kgs h 2a = entalpi refrigeran masuk kondensor kJkg h 3 = entalpi refrigeran keluar kondensor kJkg commit to user 2.2.6. Proses Humidifikasi dan Dehumidifikasi 2.2.6.1.Humidifikasi Humidifikasi adalah proses perpindahan penguapan cairan ke dalam campuran gas dan uap cairan karena adanya kontak antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Proses ini bisa terjadi dengan syarat gas tidak melarut dalam cairan. Gambar 2.15. Proses humidifikasi Pada proses humidifikasi akan terjadi : · Kenaikan entalpi udara spesifik : Δh = š 5 š ʛ kJKg 2.5 · Kenaikan entalpi udara total : ΔH = š 5 š ʛ kW 2.6 · Penambahan kadar uap air moisture content : Δw = n 5 n ʛ kg uap airkg udara kering 2.7 · Penambahan kadar uap total moisture content : ΔW = n 5 n ʛ kgs 2.8 · Jumlah kalor yang dilepas selama proses : ʛ 5 ∆š b š b kW 2.9 b = ΔW kgs 2.10 š b = b b kJkg 2.11 dimana: Δh = kenaikan entalpi udara spesifik kJkg š 5 = entalpi udara keluar humidifier kJkg commit to user š ʛ = entalpi udara masuk humidifier kJkg ΔH = kenaikan entalpi udara total kJkg = laju aliran massa udara kgs Δw = penambahan kadar uap air kg uap airkg udara kering n 5 = rasio kelembaban udara keluar humidifier kg uap airkg udara kering n ʛ = rasio kelembaban udara masuk humidifier kg uap airkg udara kering ΔW = penambahan kadar uap total kgs ʛ 5 = jumlah kalor yang dilepas selama proses kW b = laju aliran massa uap air kgs š b = entalpi spesifik dari uap air kJkg Gambar 2.16. Diagram psikrometrik pada proses humidifikasi commit to user 2.2.6.2.Dehumidifikasi Dehumidifikasi adalah proses perpindahan pengembunan uap cairan dari campuran uap air dan gas karena proses pendinginan maupun kontak antara cairan yang temperaturnya lebih rendah dengan campurannya. Gambar 2.17. Proses dehumidifikasi Pada proses dehumidifikasi akan terjadi beberapa proses sebagai berikut : · Penurunan entalpi udara : Δh = š š 5 kJKg 2.12 · Penurunan kadar uap air moisture content : Δw = n n 5 kg uap airkg udara kering 2.13 · Jumlah kalor yang dilepas udara selama proses : 5 ∆š b š b kW 2.14 Dengan š b š :.b :s pada temperatur yang bersangkutan, sedangkan laju aliran massa udara dapat dihitung dengan persamaan: kgs 2.15 Massa jenis udara dihitung pada tekanan dan temperatur setempat, 1,2 ʛ ʛ 5 5 5 : kg 2.16 dimana : š = entalpi udara keluar dehumidifier kJkg š 5 = temperatur udara masuk humidifier kJkg commit to user n = rasio kelembaban udara keluar humidifier kg uap airkg udara kering n 5 = rasio kelembaban udara masuk humidifier kg uap airkg udara kering 5 = jumlah kalor yang dilepas udara selama proses kW = massa jenis udara kgm 3 = kecepatan udara ms A = luas penampang saluran m 2 ® ʛ = tekanan statik absolut di dalam saluran N 5 tekanan ini selalu lebih kecil dari tekanan udara di luar saluran t = temperatur udara di luar saluran º C Gambar 2.18. Diagram psikrometrik pada proses dehumidifikasi · Laju air yang dihasilkan selama proses b n - n ō dt 2.17 dimana: b = laju air yang dihasilkan selama proses kgjam = laju aliran massa udara kgs n ō = rasio kelembaban udara sebelum melewati evaporator kgkg n = rasio kelembaban udara setelah melewati evaporator kgkg t = periode jamhari commit to user

2.2.7. Psikrometrik

Psikrometrik adalah studi tentang sifat - sifat campuran udara dan uap air yang mempunyai arti penting dalam dunia pengkondisian udara, karena udara atmosfir tidak kering sempurna tetapi merupakan campuran antara udara dan uap air. Gambar 2.19. Diagram psikrometrik Istilah-istilah dalam diagram psikrometrik : · Temperatur Bola Kering Dry Bulb Temperature Temperatur tersebut dapat dibaca pada termometer dengan sensor kering dan terbuka. Namun penunjukkannya tidaklah tepat karena adanya pengaruh radiasi panas, kecuali jika sensornya memperoleh ventilasi yang cukup baik. · Temperatur Bola Basah Wet Bulb Temperature Wet Bulb Temperature adalah temperatur yang ditunjukkan oleh termometer yang ”Bulb” nya dibungkus kain atau kapas basah yang digunakan untuk menghilangkan radiasi panas dan adanya aliran udara yang melaluinya sekurang-kurangnya 5 ms. · Temperatur Titik Embun Dew Point Temperature commit to user Temperatur dimana uap air mulai mengembun ketika campuran udara-air didinginkan, untuk mengkondensasi uap air maka campuran uap air dan udara harus didinginkan dahulu mencapai titik embun dew point. · Kelembaban Relatif Relative Humidity Rasio antara tekanan parsial aktual uap air yang ada dalam udara terhadap tekanan parsial jenuh uap air pada temperatur bola kering tertentu · Rasio Kelembaban Humidity Ratio Didefinisikan sebagai massa air yang terkandung dalam setiap kg udara kering, atau dapat juga disebut dengan specific humidity. · Entalpi Didefinisikan sebagai energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur tertentu dengan perbandingan kelembaban x, pada temperatur tº C, didefinisikan sebagai sejumlah energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air dalam fasa cair dari 0º C sampai tº C dan menguapkannya menjadi uap air fasa gas. · Volume Spesifik Volume campuran udara dan uap air, biasanya dalam satuan meter kubik udara kering atau campuran per kilogram udara kering. commit to user

BAB III Metodologi Penelitian