Penelitian Kemasyarakatan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak

65 Seyogyanya melihat pengaturan yang ada dalam UU SPPA, ada harapan untuk dapat lebih optimis, disebabkan banyak pengaturan dalam UU SPPA yang mengatur kewajiban pendampingan yang apabila tidak dilaksanakan oleh aparat penegak hukum dan Hakim akan mengakibatkan suatu proses batal demi hukum. 89

4. Penelitian Kemasyarakatan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak

Pasal 56 ayat 1 UU Pengadilan Anak berbunyi, “e elu sida g di uka, Haki e eri tahka agar Pembimbing Kemasyarakatan menyampaikan laporan hasil penelitian kemasyatakan mengenai anak ya g ersa gkuta . Lalu di ayat 2, dinyatakan, Lapora se agai a a di aksud dala ayat erisi: a. Data individu anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial anak; dan b. Kesimpulan atau pendapat dari Pemb i i g Ke asyarakata . Poin yang sama pada dasarnya juga disinggung dalam UU SPPA yang menyebutkan bahwa dalam tahap persidangan, setelah surat dakwaan dibacakan, Hakim memerintahkan Pembimbing Kemasyarakatan membacakan laporan hasil penelitian kemasyarakatan mengenai Anak yang bersangkutan. 90 Baik dalam UU Pengadilan Anak maupun UU SPPA posisi Penelitian Kemasyarakatan menjadi sangat strategis. Dalam UU Pengadilan Anak, peran dari Penelitian Kemasyarakatan adalah untuk menginformasikan mengenai kondisi pribadi anak, hubungannya dengan keluarga, lingkungan dan hal lainnya dari Pembimbing Kemasyarakatan yang kemudian ikut berperan dalam penentuan Putusan oleh hakim terhadap perkara pidana anak. Hal yang sama juga berlaku dalam UU SPPA, bahkan dalam UU SPPA, peran Penelitian Kemasyarakatan memiliki porsi yang lebih besar, terdapat beberapa pengaturan yang mengharuskan adanya Penelitian Kemasyarakatan, beberapa pengaturan tersebut misalnya pada saat Penyidik, Penuntut Umum dan Hakim melakukan proses Diversi, diharuskan mempertimbangkan hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas. 91 Atau ketentuan lain semisal untuk tahapan penyidikan, Penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan,dimana hasil Penelitian Kemasyarakatan tersebut wajib diserahkan oleh Bapas kepada Penyidik dalam waktu paling lama 3 x 24 tiga kali dua puluh empat jam setelah permintaan penyidik diterima. 92 Selain pengaturan yang mengharuskan keberadaan Penelitian Kemasyarakatan tersebut, terdapat juga pengaturan terkait Penelitian Kemasyarakatan yang apabila tidak diimplementasikan dapat berujung pada atal de i huku proses ya g te gah atau telah erjala , ahka hal terse ut erlaku agi Putusan Hakim sekalipun. 89 Contohnya dalam pasal 40 ayat 2 UU SPPA, Dalam hal pejabat tidak memberitahukan kepada Anak dan orang tuaWali mengenai hak memperoleh bantuan hukum, penangkapan atau penahanan terhadap Anak batal demi hukum. 90 Lihat Pasal 57 ayat 1 UU SPPA 91 Lihat Pasal 9 ayat 1 huruf c UU SPPA 92 Lihat Pasal 27 ayat 3 jo. Pasal 28 UU SPPA 66 Tercantum dalam pasal 60 UU SPPA, dimana Hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan sebelum menjatuhkan Putusan perkara, dan dalam hal laporan penelitian kemasyarakatan tersebut tidak dipertimbangkan dalam Putusan Hakim, Putusan batal demi hukum. Pengaturan tegas terkait Penelitian Kemasyarakatan dalam Putusan Hakim tersebut ternyata bukan pertama kali diatur. Pasal 59 ayat 2 UU Pengadilan Anak ternyata juga berisikan pengaturan mewajibkan hakim untuk mempertimbangkan Penelitian Kemasyarakatan yang diajukan oleh Pembimbing Kemasyatakan. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa Ya g di aksud de ga wajib dalam ayat ini Pasal 59 ayat 2 UU Pengadilan Anak adalah apabila ketentuan ini tidak dipenuhi, mengakibatkan Putusan atal de i huku Fakta diatas menunjukkan bahwa sudah sejak pembentukan UU Pengadilan Anak, peran Penelitian Kemasyarakatan berada dalam posisi yang sangat istimewa. Hal yang paling menarik untuk disoroti adalah dengan pengaturan yang ada dalam UU Pengadilan Anak, tenyata secara implementasi hanya 70 81 perkara dari 115 perkara yang dilengkapi dengan Laporan Litmas dalam persidangan anak, sementara dalam 34 perkara lainnya 30, tidak terdapat Litmas. Secara sederhana semestinya 34 Perkara tersebut harus dinyatakan batal demi hukum, tapi dalam kenyataannya, 34 Perkara tersebut tetap berlanjut sampai tahapan eksekusi. Data diatas memang agak mencemaskan dikarenakan dalam UU SPPA yang akan diterapkan peranan dari Penelitian Kemasyarakatan sangat dibutuhkan. Peran vital dari Penelitian Kemasyarakatn terlihat jelas dari bagaimana aturan ini ada semenjak proses peradilan dimulai bahkan sampai anak berada di Lembaga Pemasyarakatannya. Belum lagi UU SPPA yang mengedepankan proses restorative, dengan melakukan upaya diversi yang masif, peran Penelitian Kemasyarakatan akan lebih besar.

5. Pemidanaan dan Tindakan yang dikenakan pada anak