Pemodelan Arsitektur Sistem Informasi di PT. Akal Interaktif

(1)

Oleh

Nunu Nugraha Purnawan 57.101.12.012

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Magister Komputer

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN... ii

ABSTRACT... iii

ABSTRAKSI... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.4. Manfaat Penelitian... 3

1.5. Pembatasan Masalah ... 3

1.6. Sistematika Penulisan... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5


(3)

2.2. Sistem Informasi ... 7

2.2.1. Pengertian Sistem Informasi ... 7

2.2.2. Klasifikasi Sistem Informasi ... 8

2.3. Arsitektur Enterprise... 10

2.3.1. Pengertian Enterprise Architecture Planning(EAP) ... 12

2.3.2. Manfaat EAP ... 12

2.3.3. Komponen EAP... 13

2.4. Value Chain... 20

2.5. Four Stage Life Cycle Business System Planning (BSP) ... 23

2.6. Dekomposisi Proses Bisnis ... 25

2.7. Business Process Modeling Notation(BPMN) ... 26

2.8. Information Resource Catalog(IRC)... 26

2.9. Entity-Relationship Diagram(ERD)... 27

2.10. Matriks Proses Bisnis-Entitas Data ... 28

2.11. Arsitektur Three Tier... 28

2.12. Metode Function Point... 29

BAB III METODOLOGI DAN OBYEK PENELITIAN ... 32

3.1. Inisiasi Perencanaan ... 33 viii


(4)

3.3. Sistem dan Teknologi Saat Ini ... 35

3.4. Arsitektur Data ... 35

3.5. Arsitektur Aplikasi ... 36

3.6. Arsitektur Teknologi ... 37

3.7. Rencana Implementasi ... 38

3.8. Obyek Penelitian ... 39

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN... 41

4.1. Inisiasi Perencanaan ... 41

4.1.1. Ruang Lingkup dan Sasaran... 41

4.1.2. Visi ... 42

4.2. Pemodelan Bisnis ... 43

4.2.1. Struktur Organisasi... 43

4.2.2. Identifikasi dan Definisi Fungsi Bisnis ... 46

4.2.3. Identifikasi Area-area Fungsional Utama... 46

4.2.4. Dekomposisi Area-area Fungsional ... 48

4.2.5. Relasi Antara Proses Bisnis dengan Unit-unit Organisasi 55 4.2.6. Penggambaran Proses Bisnis Menggunakan BPMN... 57

4.3. Sistem dan Teknologi Saat Ini ... 63 ix


(5)

4.3.2. Identifikasi Teknologi Saat Ini ... 63

4.3.3. Hasil Analisis Kondisi Saat Ini ... 65

4.4. Arsitektur Data ... 66

4.4.1. Kandidat Entitas Data... 67

4.4.2. Penggambaran Relasi Entitas Menggunakan Entitas Relationship Diagram... 71

4.4.3. Relasi Entitas dengan Proses Bisnis ... 73

4.5. Arsitektur Aplikasi ... 75

4.5.1. Kandidat Aplikasi... 75

4.5.2. Definisi Aplikasi... 75

4.5.3. Relasi Aplikasi dengan Proses Bisnis ... 76

4.6. Arsitektur Teknologi ... 78

4.6.1. Identifikasi Prinsip-prinsip dan Platform Teknologi... 78

4.6.2. Relasi Entitas dengan Lokasi Bisnis ... 80

4.6.3. Relasi Aplikasi dengan Lokasi Bisnis ... 80

4.6.4. Relasi Aplikasi dengan Unit Organisasi... 81

4.6.5. Konsep Jaringan Enterprisedan Arsitektur Sistem Bisnis 82 4.7. Rencana Implementasi ... 84

4.7.1. Rencana Implementasi Aplikasi... 84 x


(6)

4.7.3. Estimasi Implementasi dengan Metode Function Point.... 88

4.7.4. Faktor Sukses Implementasi... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 103

5.1. Kesimpulan... 103

5.2. Saran... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN 1 PROFIL AKAL INTERAKTIF ... 107


(7)

Curry, A., Flett, P., & Hollingsworth, I. (2006). Managing information and systems: the business perspective. London: Routledge.

Fadillah, A. R. (2011). Pemodelan Arsitektur Sistem Informasi E-Commerce di

PT. BaONG. Bandung: Tesis Magister Sistem Informasi Universitas

Komputer Indonesia.

Gunadi, K., Julistiono, I. K., & Tantama, H. P. (2001). Penerapan Arsitektur Multi-Tier dengan DCOM dalam Suatu Sistem Informasi. Jurnal Informatika, 2, 62-67.

Iskandar, M. D., & Kusrini. (2008). Implementasi Metode Function Point Untuk Mengukur Volume Software. Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi IST AKPRIND 2008, (hal. 93-100). Yogyakarta.

Kristanti, T. (2008). Integrasi Enterprise Untuk Fungsi Akademik dan Keuangan (Studi Kasus: Yayasan Pendidikan Ariyanti). Bandung: Tesis Magister Informatika Institut Teknologi Bandung.

Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2012). Management information systems: managing the digital firm, Twelve Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Mentang, A. (2011). Pemodelan Arsitektur Enterprise Menggunakan Enterprise Architecture Planning Untuk Pelayanan Kepada Pelanggan di PT. Indosat.

Tbk Sales Area Kendari. Bandung: Tesis Magister Sistem Informasi

Universitas Komputer Indonesia.


(8)

Setiawan, E. B. (2009). Pemilihan EA Framework. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009, (hal. B-114 - B-119). Yogyakarta.

Surendro, K. (2007). Pemanfaatan Enterprise Architecture Planning Untuk Perencanaan Strategis Sistem Informasi. Jurnal Informatika, 8, 1-9.

Surendro, K. (2009). Pengembangan Rencana Induk Sistem Informasi. Bandung: Penerbit Informatika.

Ward, J., & Peppard, J. (2002). Strategic Planning for Information Systems, 3rd edition. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.


(9)

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Pemodelan Arsitektur Sistem Informasi di PT AKAL Interaktif ini dengan baik tanpa halangan apapun.

Selama penyelesaian tesis ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka penulisan tesis ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ir. Yeffry Handoko Putra, M.T. selaku Ketua Program Studi Magister Sistem Informasi Universitas Komputer Indonesia atas segala dukungan dan kerjasamanya.

2. Dr. Eng. Ana Hadiana selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan tesis.

3. Rio Yunanto, S.Kom., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan tesis.

4. Pimpinan dan karyawan PT AKAL Interaktif atas segala kesempatan, dukungan dan bantuannya yang diberikan selama penelitian tesis..

5. Staf Pasca Sarjana Universitas Komputer Indonesia atas segala bantuannya. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya


(10)

dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan bangsa ini di masa yang akan datang.

Bandung, Juli 2014

Nunu Nugraha Purnawan


(11)

DATA PPRIBADI

Nama : Nunu Nugraha Purnawan

Tempat/ Tanggal Lahir : Subang, 15 September 1979 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Margaluyu Timur RT 30 RW 14 Desa Sukamandijaya Kab. Subang

Telepon : 08157123185

E-mail : nunu.interaktif@gmail.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

Pendidikan Formal

1997 – 2004 : Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 1994 – 1997 : SMA Negeri 1 Subang

1991 – 1994 : SMP Negeri 1 Ciasem 1985 – 1991 : SDN Margaluyu I

PENGALAMAN KERJA

2004 - Sekarang : PT AKAL Interaktif

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Hormat saya,


(12)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT AKAL Interaktif sejak tahun 1999 secara konsisten memusatkan perhatian pada usaha-usaha pengembangan produk-produk perangkat lunak aplikasi multimedia untuk kepentingan pendidikan. Hingga saat ini, lebih dari 100 judul produk “edutainment” yang menggabungkan unsur pendidikan dan hiburan telah dikembangkan oleh AKAL Interaktif. Produk-produk tersebut dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi multimedia melalui media CD-ROM, VCD/DVD Video maupun perangkat mobile. AKAL Interaktif telah memiliki sebaran distribusi dan penjualan hampir mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Sehubungan dengan semakin tingginya persaingan antara perusahaan-perusahaan konten edukasi, AKAL Interaktif berusaha meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan maksimal kepada seluruh konsumennya. Proses tersebut tentunya harus didukung oleh organisasi, dan dukungan tersebut akan optimal jika diawali dengan perencanaan strategi untuk langkah-langkah efektif dan pemanfaatan sumber daya yang efisien.

Salah satu strategi yang penting dan semakin banyak digunakan adalah pemanfaatan dan peningkatan dukungan sistem informasi bagi enterprise. Penerapan strategi ini mengembangkan misi pada sistem informasi yang pemenuhannya memerlukan keterpaduan arah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang selaras dengan strategi bisnis enterprise. Mengingat


(13)

pentingnya pemanfaatan sistem informasi sebagai solusi atas permasalahan tersebut, maka pembahasan tesis ini akan fokus pada pembentukan arsitektur sistem informasi. Pengembangan arsitektur akan menghasilkan blueprint yang menggambarkan hubungan antara proses bisnis, data, aplikasi, dan teknologi.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, AKAL Interaktif membutuhkan

blueprint arsitektur sistem informasi sehingga masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1) Bagaimana memodelkan bisnis PT AKAL Interaktif? 2) Bagaimana membangun arsitektur data?

3) Bagaimana membangun arsitektur aplikasi? 4) Bagaimana membangun arsitektur teknologi? 5) Bagaimana membuat rencana implementasi?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini membuat blueprint arsitektur sistem informasi sebagai bahan usulan kepada PT AKAL Interaktif sebagai berikut:

1) Memodelkan bisnis PT AKAL Interaktif. 2) Membangun arsitektur data.

3) Membangun arsitektur aplikasi. 4) Membangun arsitektur teknologi. 5) Membuat rencana implementasi.


(14)

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya model perancangan arsitektur enterprise yang utuh dan lengkap, dapat dijadikan acuan dalam pembentukan rancangan arsitektur sistem informasi di AKAL Interaktif.

1.5. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan waktu maka ditetapkan sejumlah batasan sebagai berikut :

1) Pemodelan arsitektur sistem informasi ini difokuskan pada aktivitas utama rantai nilai PT AKAL Interaktif yang meliputi proses bisnis pengadaan bahan baku, produksi dan stok produk, permintaan dan pengiriman produk, penjualan, serta layanan purna jual.

2) Penelitian dilakukan menggunakan metode Enterprise Architecture Planning (EAP).

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini secara keseluruhan maka ditentukan sistematika penulisan sebagai berikut :

1) Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.


(15)

2) Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi tinjauan pustaka tentang penelitian terkait dan teori-teori dalam menganalisis dan merancang model konseptual arsitektur sistem informasi.

3) Bab III Metodologi dan Obyek Penelitian

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan untuk pemodelan arsitektur enterprise dan sumber data penelitian.

4) Bab IV Analisis dan Perancangan

Bab ini berisi tahapan-tahapan hasil perencanaan arsitektur enterprise yaitu inisiasi perencanaan dan menganalisis arsitektur enterprise untuk sistem yang sedang berjalan di PT AKAL Interaktif yang terdiri dari analisis model bisnis dan teknologi yang diimplementasikan saat ini serta tahapan memodelkan arsitektur enterprise dengan bentuk akhir berupa blueprint (arsitektur data, aplikasi, dan teknologi).

5) Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk kajian lanjutan dari penelitian ini.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terkait

Surendro (2007), memaparkan pada organisasi yang telah berjalan lama, banyak ditemui adanya aplikasi sistem informasi dengan berbagai platform teknologi dan perangkat teknologi informasi pendukungnya. Sistem ini dikenal dengan istilah “sistem legacy”. Biasanya, sistem ini saling terpisah satu dengan yang lain, yang diiringi dengan banyak dan menyebarnya “pulau data” dalam organisasi. Keterpisahan ini memberikan dampak yaitu rendahnya tingkat ketersediaan, konsistensi dan efektivitas penyediaan data.

Kondisi tersebut membuat Sistem Informasi (SI) tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan misinya yaitu menyediakan dan mengolah informasi secara efektif bagi unit organisasi yang membutuhkannya, karena pengembangan sistem informasi tidak direncanakan secara baik. Berbagai macam pendekatan bisa digunakan untuk membuat rencana strategis sistem informasi, salah satunya adalah metodologi Enterprise Architecture Planning (EAP).

Perencanaan dengan metodologi EAP menghasilkan arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, dan arah rencana implementasinya bagi

enterprise. Kemudian dikombinasikan dengan analisis portofolio aplikasi untuk menentukan implementasi aplikasi dalam hubungannya dengan fungsi bisnis.

Mentang (2011), dalam penelitiannya menjelaskan persaingan yang kompetitif antara perusahaan jasa telekomunikasi, menuntut indosat sales area


(17)

kendari untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem informasi pelayanan kepada pelanggan dalam meningkatkan kualitas layanan sesuai dengan tujuan perusahaan. Diperlukan model yang dapat menggambarkan hubungan antara proses bisnis, data, aplikasi, dan teknologi atas perubahan-perubahan yang terjadi.

Metodologi yang dipakai dalam memodelkan arsitektur enterprise yaitu EAP, dengan proses mendefinisikan arsitektur enterprise yang memfokuskan pada arsitektur data, aplikasi dan teknologi dalam mendukung bisnis serta rencana untuk mengimplementasikan arsitektur tersebut. Pemodelan arsitektur enterprise

dengan fokus pada area bisnis sistem informasi pelayanan kepada pelanggan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat blueprint arsitektur enterprise (data, aplikasi, dan teknologi) sebagai bahan usulan kepada indosat sales area kendari dalam meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan sesuai dengan visi, misi, dan strategi perusahaan.

Fadillah (2011), memaparkan pemanfaatan luasnya jaringan internet sebagai area persaingan dan perluasan pasar bagi para pelaku bisnis, atau lebih dikenal dengan istilah e-Commerce atau e-business. Dengan mengintegrasikan keempat komponen bisnis proses PT. BaONG dalam e-Commerce, yaitu Point of Sales (POS), Web store (End user Interface), Supply Chain Management (SCM),

Customer Relationship Management (CRM), dibangunlah arsitektur sistem

informasi e-Commerce yang terintegrasi dengan metodologi EAP.

Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa EAP sebagai salah satu metoda atau kerangka acuan untuk membangun sebuah arsitektur sistem informasi yang berorientasi pada kebutuhan bisnis yang terdiri dari


(18)

arsitektur data, aplikasi dan teknologi serta rencana implementasi dari arsitektur yang telah dibuat untuk mendukung aktivitas bisnis demi pencapaian misi organisasi. Cakupan EAP dalam perancangan arsitektur sistem informasi, cukup untuk mewakili perusahaan seperti PT. AKAL Interaktif sehingga penulis menggunakan metodologi EAP pada penelitian ini.

Sebagai pembeda dari penelitian-penelitian di atas, model yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara metodologi EAP dengan metode Function Point. Kombinasi dilakukan secara berurutan dengan melakukan metode EAP terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan pengukuran

volume software menggunakan metode Function Point sehingga menghasilkan perkiraan sumber daya pengembangan yang dibutuhkan. Perkiraan ini memberikan dasar untuk perusahaan dalam mempersiapkan kebutuhan sumber daya manusia, waktu dan biaya pada proses implementasi aplikasi.

2.2. Sistem Informasi

2.2.1. Pengertian Sistem Informasi

Sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan fungsinya mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan, menganalisis dan menggambarkan masalah yang kompleks dalam suatu organisasi (Laudon & Laudon, 2012).


(19)

2.2.2. Klasifikasi Sistem Informasi

Klasifikasi sistem informasi (Curry, Flett, & Hollingsworth, 2006) terdiri dari:

1) Transacation Processing System (TPS)

Transacation Processing System (TPS) merupakan jenis sistem informasi tertua yang dikembangkan setelah Perang Dunia II di departemen akuntansi dari perusahaan besar. Sistem ini sangat terstruktur dan terperinci yang melibatkan sekumpulan data spesifik dalam format tertentu. TPS ini memeriksa kesalahan transaksi seperti data yang tidak konsisten atau hilang. Contoh jenis sistem ini adalah pengolahan cek dan debet langsung oleh bank, dimana sistem online melibatkan suatu hubungan langsung antara operator dan program TPS. Transaksi diproses secara bersamaan sebagai data yang dikumpulkan sebelumnya kemudian diikuti konfirmasi bahwa transaksi telah selesai.

2) Management Reporting System (MRS)

Management Reporting System (MRS) merangkum semua laporan yang di

produksi secara teratur dan terstruktur untuk review indikator kinerja bisnis dan bertindak sebagai umpan balik yang relevan. MRS secara efektif mengambil semua output dari TPS dan internal lainnya berupa sumber-sumber informasi dengan maksud untuk menyediakan informasi untuk manajemen. Contoh jenis sistem ini adalah mengklarifikasi dan menganalisis data penjualan yang diproses dari hari ke hari dengan memfokuskan atau


(20)

menyoroti kinerja data dari produk atau agen penjualan sehingga dapat diambil tindakan yang efektif untuk perbaikannya.

3) Executive Information System and Support (EISS)

Executive Information System and Support (EISS) sangat interaktif dan mengambil konsep dasar dari DSS. EISS dirancang untuk digunakan oleh eksekutif yang sangat senior dan memberikan fleksibel akses informasi untuk pemantauan hasil dan kondisi bisnis yang disajikan secara relevan dengan format user-friendly. Tujuan dari EISS tersebut adalah untuk mengatasi keterbatasan dari DSS yang cendrung menyediakan tools yang membutuhkan keahlian yang cukup tinggi didalam penggunaannya, sehingga dengan EISS eksekutif dengan mudah dapat mengakses langsung ke informasi tanpa perantara sistem dan teknis analisis. Contoh jenis sistem ini adalah informasi penjualan yang disajikan dalam bentuk antarmuka yang berisi informasi produk, laporan produksi lead time, proses kontrol, memo, ringkasan personel dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

4) Decision Support System (DSS)

Decision Support System (DSS) menyediakan sistem interaktif untuk

membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam situasi dimana tidak ada yang yakin apakah keputusan harus dibuat atau melaksanakan tugas yang telah ada. DSS menyediakan tools dan model informasi untuk mendukung atau memfasilitasi pembuatan keputusan yang tidak terstruktur atau situasi yang semi-terstruktur. DSS muncul dari meningkatnya kebutuhan sistem informasi yang didukungan oleh situasi yang tidak berulang atau tidak rutin


(21)

terjadi dimana kriteria keberhasilan tidak begitu jelas. Contoh jenis sistem ini adalah menganalisis pertimbangan terhadap rentang produk, fitur, harga, penjualan, marjin, jumlah iklan untuk membantu pemasaran dan manajemen memutuskan mengenai rencana masa depan, riset pasar dan memantau hasil dengan cara konsultasi menggunakan berbagai model dan database.

5) Office Information System (OIS)

Office Information System (OIS) biasanya digunakan oleh koperasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan dasar kegiatan usaha organisasi dengan menggunakan TPS sebagai dukungan dalam hal mengumpulkan dan menyimpan data yang berhubungan dengan transaksi bisnis.

2.3. Arsitektur Enterprise

Arsitektur enterprise adalah kumpulan prinsip, metode dan model yang bersifat masuk akal yang digunakan untuk mendesain dan merealisasikan sebuah struktur organisasi enterprise, proses bisnis, sistem informasi dan infrastrukturnya (Surendro, 2009).

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa arsitektur

enterprise merupakan cara untuk menggambarkan model operasional enterprise

yang mencakup aspek perencanaan bisnis, operasional bisnis, otomasi, hingga infrastruktur teknologi informasi pendukungnya. Arsitektur enterprise memiliki 4 (empat) komponen (domain) utama yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi, arsitektur teknologi, dan arsitektur aplikasi. Sehubungan dengan keempat


(22)

komponen ini, produk arsitektur enterprise akan berupa grafik, model, dan narasi yang menjelaskan lingkungan dan rancangan enterprise.

Pada gambar 2.1 arsitektur enterprise diposisikan dalam konteks pengelolaan enterprise. Pada posisi puncak piramid, terdapat visi dari enterprise. Visi merupakan pernyataan tentang citra perusahaan dimasa depan. dan nilai-nilai yang dipegang oleh enterprise. Misi menggambarkan tentang produk perusahaan, pasar, dan penekanan dibidang teknogi dengan cara mencerminkan nilai dan prioritas para pengambil keputusan yang strategis. Selanjutnya terdapat strategi yang menyatakan tentang rute yang akan dijalani enterprise dalam mencapai visi dan misinya. Hal ini diterjemahkan ke dalam sasaran yang jelas yang memberikan arah dan tahapan dalam menjalankan strategi. Penerjemahan sasaran dalam perubahan yang nyata dalam operasi sehari-hari merupakan area aristektur

enterprise berada.


(23)

2.3.1. Pengertian Enterprise Architecture Planning (EAP)

Menurut Spewak, EAP merupakan “proses mendefinisikan arsitektur untuk menggunakan informasi guna mendukung bisnis dan rencana untuk mengimplementasikan arsitektur tersebut” (Surendro, 2009).

EAP merupakan proses untuk mendefinisikan kedua top layer dari

framework arsitektur sistem informasi Zachman EAP menghasilkan blueprint

mengenai data, aplikasi dan teknologi yang menghasilkan solusi jangka panjang yang cost-effective, bukan hanya perbaikan secara cepat. Kedua top layer dari

framework arsitektur sistem informasi Zachman dia atas dapat diuraikan dengan tabel 2.1.

Tabel 2.1 EAP Dalam Kerangka Kerja Zachman (Surendro, 2009). Apa

(Data)

Bagaimana (Fungsi)

Lokasi (Jaringan) Obyektif/Lingkup

(Perencana)

Daftar entitas yang penting untuk bisnis

Daftar fungsi bisnis yang dilakukan

Daftar lokasi tempat operasi bisnis

Model Enterprise (Pemilik)

Entitas bisnis dan hubungan-hubungannya

Dekomposisi fungsi dan proses

Hubungan komunikasi antar lokasi bisnis

2.3.2. Manfaat EAP

EAP berbeda dengan metoda perencanaan sistem tradisional, dimana pendekatan perencanaan tradisional bersifat “technology driven” sedangkan EAP bersifat “business driven”. Terdapat sejumlah manfaat dengan menerapkan EAP, diantaranya :


(24)

1) Fokus pada penggunaan strategi teknologi untuk mengelola data sebagai suatu aset.

2) Memfasilitasi komunikasi dengan vocabulary yang standar serta mengurangi inkonsistensi dan redundansi data.

3) Dokumentasi meningkatkan pemahaman pada bisnis.

4) Model-model yang dihasilkan dapat digunakan untuk menjelaskan bisnis dan menilai dampak perubahan bisnis.

5) Kebijakan-kebijakan pembuatan keputusan dapat di-review.

6) Dapat mempertimbangkan integrasi sistem saat ini dengan yang baru. 7) Memungkinkan pendekatan yang komprehensif, obyektif dan tidak parsial. 8) Perencanaan sistem jangka panjang melengkapi rencana bisnis.

9) Solusi cost-effective, jangka panjang dengan mempertimbangkan rate of return.

10) Melibatkan strategi migrasi yang feasible dengan pencapaian jangka pendek. 11) Lebih mudah untuk menilai manfaat dan dampak sistem dan software baru. 12) Lebih mudah untuk mengakomodasi perubahan bisnis yang dinamis seperti

merger, acquisition, produk-produk baru, dan sebagainya.

13) Partisipasi manajemen menyediakan perspektif bisnis, kredibilitas, kepercayaan.

2.3.3. Komponen EAP

Komponen atau tahapan EAP, yang menjelaskan bagaimana mendefinisikan arsitektur dan perencanaan ditunjukan pada gambar 2.2.


(25)

Gambar 2.2 Komponen dan Lapisan EAP (Surendro, 2009).

Komponen-komponen tersebut terbentuk sebagai lapisan atau tahapan, dimana tiap tahap merepresentasikan fokus tugas yang berbeda, yaitu :

1) Tahap 1 dimana kita memulai inisiasi rencana.

Memulai EAP pada jalur yang benar, termasuk menentukan metodologi yang digunakan, siapa yang harus dilibatkan dan toolset apa yang digunakan. Langkah-langkah yang dilakukan pada fase inisiasi perencanaan adalah :

(1) Menentukan ruang lingkup dan sasaran perencanaan arsitektur enterprise. (2) Menentukan visi.

(3) Menentukan metodologi. 2) Tahap 2 dimana kita saat ini

(1) Pemodelan Bisnis.

Menyusun knowledge base mengenai bisnis dan informasi yang digunakan untuk melaksanakan bisnis. Langkah-langkah yang dilakukan pada fase pemodelan bisnis adalah :

Inisiasi Perencanaan Pemodelan

Bisnis

Sistem & Teknologi saat ini Arsitektur

Data

Arsitektur Aplikasi

Arsitektur Teknologi


(26)

a) Analisis Rantai Nilai

Analisis rantai nilai, memberikan kerangka untuk identifikasi dan inventarisasi fungsi bisnis, dengan mengelompokkan area fungsional ke dalam aktivitas utama dan aktivitas pendukung.

b) Daftar Fungsi Bisnis

Untuk melengkapi dan lebih memastikan kelengkapan dekomposisi dalam suatu area fungsi, digunakan analisis siklus hidup sumber daya yang digunakan dalam metodologi Business System Planning. Keseluruhan analisis rantai nilai dengan dekomposisi dirangkum melalui model rantai nilai dengan siklus hidup sumber daya dan produk di dalam tiap-tiap area fungsi.

c) Model Bisnis

Setelah proses bisnis didefinisikan, selanjutnya dilakukan identifikasi struktur organisasi yang isinya adalah unit organisasi. Area fungsi beserta proses bisnisnya dipetasilangkan dengan unit organisasi, dengan tujuan untuk mengidentifikasi lingkup tanggung jawab pengambilan keputusan dan keterlibatan tiap unit organisasi dalam tiap area fungsi dan/atau proses bisnis.

(2) Sistem dan Teknologi saat ini.

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan sistem aplikasi dan platform teknologi yang digunakan enterprise dalam mendukung fungsi bisnis saat ini karena enterprise yang telah berjalan pada umumnya telah memiliki sistem dan teknologi untuk aplikasi-aplikasi


(27)

sistem informasinya. Hasil dokumentasi disebut sebagai Katalog Sumber Daya Informasi (Information Resource Catalog atau IRC) atau disebut juga Systems Inventory. IRC tidak menjabarkan setiap sistem secara terperinci, melainkan hanya ringkasannya saja.

3) Tahap 3 visi tentang di mana yang kita inginkan di masa depan

Panah pada layer ini menunjukkan bahwa arsitektur data didefinisikan terlebih dahulu, lalu berturut-turut mendefinisikan arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Hal ini berbeda dengan metoda perencanaan sistem tradisional yang melakukan sebaliknya, dimana pertama-tama menentukan hardware, kemudian aplikasi yang berjalan pada hardware, dan terakhir data yang perlu diproses.

(1) Arsitektur Data.

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan jenis-jenis data utama atau entitas data yang diperlukan bagi enterprise guna mendukung fungsi-fungsi bisnis yang telah didefinisikan pada tahap pemodelan bisnis kemudian merelasikan entitas data tersebut dengan fungsi bisnis enterprise. Arsitektur data merupakan salah satu arsitektur enterprise untuk arsitektur sistem informasi, yaitu kolom data (what) pada

Zachman Framework. Berikut langkah-langkah yang dilakukan pada

perancangan arsitektur data:

a) Membuat daftar kandidat entitas data. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan semua entitas data potensial yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan


(28)

memperhatikan kebutuhan data dari masing-masing business process

yang telah didefinisikan.

b) Membuat diagram hubungan antar entitas data. Suatu entitas data dapat mendukung lebih dari satu area fungsi bisnis dan tidak berdiri sendiri, tetapi memiliki ketergantungan dan hubungan dengan entitas data lainnya. Pendekatan EAP mengambil ketergantungan dan hubungan antar entitas data ini untuk melandasi pembangunan enterprise architecture. Hal ini mempertimbangkan bahwa aplikasi-aplikasi berkaitan erat dengan basis-basis data sedangkan suatu basis data terdiri dari kumpulan entitas data dengan hubungan dan ketergantungannya, oleh karena itu entitas-entitas data perlu dirangkai sesuai dengan ketergantungan dan hubungannya dalam konteks area fungsi yang didukungnya. Pemodelan untuk menggambarkan hubungan antar entitas data menggunakan Entity-Relationship

Diagram (E-RD). Hasil pemodelan E-RD untuk tiap area fungsi

melengkapi kerangka kerja Zachman pada baris perspektif pemilik dan kolom data.

c) Merelasikan entitas data dengan fungsi bisnis. Setiap entitas data yang telah didefinisikan dihubungkan dengan area fungsi bisnis. Hubungan antara entitas data dengan area fungsi bisnis adalah dalam hal pengolahan dan penggunaan data untuk keperluan pemenuhan tujuan fungsi bisnis. Hubungan ini didefinisikan melalui sebuah matriks hubungan antara entitas data dengan fungsi bisnis. Masing-masing sel


(29)

dalam matriks untuk menentukan data entitas yang di create (C) yaitu fungsi untuk membuat data, read/reference (R) yaitu fungsi yang menggunakan data dan update (U) yaitu fungsi yang mengubah atau meng-update data.

(2) Arsitektur Informasi.

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan jenis-jenis aplikasi utama yang dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis enterprise, kemudian merelasikan aplikasi dengan fungsi bisnis enterprise. Arsitektur aplikasi bukan rancangan sistem tetapi merupakan pendefinisian aplikasi apa saja yang dibutuhkan untuk mengelola data dan menyediakan informasi bagi user untuk melakukan fungsi bisnis. Adapun langkah-langkah pada perancangan arsitektur aplikasi adalah:

a) Membuat daftar kandidat aplikasi dan definisi aplikasi. Setelah fungsi-fungsi bisnis didefinisikan dan arsitektur data untuk masa depan dibangun maka dorongan bisnis dan dorongan data diarahkan untuk menentukan dan mendefinisikan aplikasi-aplikasi. Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasikan setiap kemungkinan aplikasi yang dibutuhkan bagi pengelolaan data dan dukungan fungsi bisnis. Langkah awal dalam tahap ini adalah menginventarisasikan kandidat-kandidat aplikasi yang diperlukan untuk mendukung business process

dan mengelola data untuk masa depan. Kandidat-kandidat aplikasi dapat diperoleh dengan meninjau katalog sumber daya informasi dan


(30)

mengakomodasi berbagai masukan kebutuhan aktual dari unit-unit

enterprise maupun dengan mengadaptasi perkembangan aplikasi

sistem informasi.

b) Merelasikan aplikasi dengan fungsi bisnis. Langkah ini bertujuan untuk menentukan fungsi bisnis yang langsung didukung atau diakomodasi oleh aplikasi.

c) Melakukan analisis dampak pada aplikasi yang ada saat ini. Langkah ini merupakan penentuan atas pilihan-pilihan untuk tetap menggunakan aplikasi, memodifikasi, atau mengganti sistem legacy. (3) Arsitektur Teknologi.

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan prinsip teknologi yang dibutuhkan untuk menyediakan lingkungan yang mendukung aplikasi pada arsitektur aplikasi yang disusun sebelumnya dalam mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Arsitektur teknologi merupakan definisi dari teknologi yang akan mendukung fungsi bisnis dengan menyediakan lingkungan sharing data. Berikut langkah-langkah pada perancangan arsitektur teknologi:

a) Mengidentifikasikan prinsip teknologi yang akan digunakan. Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan bagi pemilihan platform teknologi yang dibutuhkan

enterprise.

b) Konfigurasi konseptual teknologi. Langkah ini dibangun berdasarkan pada kebutuhan strategi distribusi data dan aplikasi serta kebutuhan


(31)

sharing data diantara unit-unit organisasi dengan memperhatikan lokasi bisnis.

4) Tahap 4 bagaimana kita merencanakan untuk mencapainya.

Tahap ini bertujuan untuk menyusun dan menyiapkan suatu rekomendasi untuk rencana pengimplementasian yang berdasarkan pada arsitektur yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah pada tahap rencana implementasi adalah:

(1) Menentukan urutan prioritas pengembangan aplikasi. Langkah ini diimplementasikan dari sekian banyak aplikasi yang telah didefinisikan dengan menggunakan prinsip aplikasi yang menciptakan (create) data terlebih dahulu diimplementasikan sebelum aplikasi yang mengubah

(update) data atau menggunakan (reference) data.

(2) Membuat estimasi-estimasi pelaksanaan implementasi. Langkah ini bertujuan untuk memperkirakan kebutuhan pada saat implementasi dilaksanakan.

(3) Membuat kesimpulan perencanaan. Kesimpulan perencanaan merupakan laporan akhir dari perencanaan arsitektur enterprise berupa cetak biru.

2.4. Value Chain

Michael Porter menyatakan bahwa “setiap perusahaan merupakan kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk merancang, menghasilkan, memasarkan, menyampaikan dan mendukung produk atau layanannya. Semua aktivitas ini


(32)

dapat disajikan dalam bentuk value chain. Value chain hanya dapat dipahami dalam konteks unit bisnis.” (Ward & Peppard, 2002).

Value chain analysis dapat membantu institusi menentukan tipe kompetitif yang mana yang harus dicapai dan bagaimana mencapainya. Terdapat dua komponen value chain analysis : industry value chain dan internal value chain

organisasi. Industry value chain terdiri atas aktivitas value creating pada industri. Porter mengidentifikasi 5 competitive forces dalam industri: intensitas persaingan di antara kompetitor, barrier untuk kompetitor baru, ancaman dari produk dan layanan substitusi, daya tawar supplier, daya tawar pembeli. Analisis terhadap tekanan-tekanan seperti ini menunjukkan keatraktifan fundamental industri, mengekspose pengendali profitabilitas industri, serta menunjukkan bagaimana profitabilitas dapat meningkat di masa yang akan datang, memberikan perubahan yang berbeda pada supplier, channels, subtitutes, competitors, atau technology.

Kunci analisis value chain adalah memahami aktivitas di dalam institusi yang menciptakan manfaat kompetitif serta pengaturan aktivitas tersebut lebih baik dari institusi lain pada industri. Porter mengemukakan bahwa aktivitas bisnis dapat dikelompokan menjadi dua :

1) Aktivitas utama (primary activities), yang secara langsung berkaitan dengan produksi dan pengiriman produk atau layanan.

2) Aktivitas pendukung (support activities), yang mendukung aktivitas utama, tidak terlibat langsung dalam produksi, namun memiliki potensi meningkatkan efisiensi dan efektivitas.


(33)

Value chain analysis ditujukan untuk melaksanakan proses internal serta mengidentifikasi aktivitas mana yang baik untuk diterapkan, yang baik untuk disediakan. Selengkapnya mengenai rantai nilai model Porter dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Value Chain (Ward & Peppard, 2002).

Primary activities terdiri atas :

1) Inbound logistic (input), material yang datang, diproses (bisa ditempat penyimpanan, gudang dan lain-lain) dan dalam pemrosesan ini ditambahkan nilai (added value).

2) Operations, material digunakan dalam operasi sehingga memberikan nilai lagi pada produk atau layanan.


(34)

3) Outbound logistic (storage and distribution), produk atau layanan perlu dipersiapkan untuk delivery (dapat berupa pengemasan, penyimpanan dan pengiriman).

4) Marketing and sales, berusaha menjual produk atau layanan ke konsumen, meningkatkan nilai produk atau layanan dengan menciptakan demand.

5) Services, merupakan after sales service yang diberikan pada konsumen untuk kembali memberikan nilai tambah.

Support activities terdiri atas :

1) Organizational infrastructure, terdiri atas sistem dan fungsi pendukung, contoh : finance, planning, quality control dan general senior management.

2) Human resource management, berhubungan dengan aktivitas rekruitmen,

pengembangan, memotivasi, serta memberikan penghargaan pada tenaga kerja.

3) Technology development, berhubungan dengan aktivitas pengaturan

pemrosesan informasi dan pengembangan serta proteksi “knowledge” dalam organisasi.

4) Procurement, berhubungan dengan bagaimana sumber daya dibutuhkan dalam organisasi (contohnya sourcing dan negosiasi dengan supplier).

2.5. Four Stage Life Cycle Business System Planning (BSP)

Four stage life cycle adalah tool yang digunakan untuk menemukan turunan dari fungsi bisnis yang terkait dengan produk atau layanan yang diberikan


(35)

oleh fungsi bisnis tersebut. Four stage life cycle pada BSP digunakan pada tahap pendefinisian proses bisnis. Keempat siklus hidup tersebut adalah:

1) Kebutuhan (requirement)

Aktivitas yang menentukan banyaknya produk atau sumber daya yang diperlukan, rencana mendapatkannya serta pengukuran dan pengendalian terhadap rencana tersebut.

2) Akuisisi (acquisition)

Aktivitas untuk mengembangkan produk atau jasa atau aktivitas untuk mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam pengembangan.

3) Pengelolaan (stewardship)

Aktivitas untuk membentuk, memperbaiki, atau memelihara sumber daya pendukung dan untuk menyimpan atau melacak produk atau jasa.

4) Disposisi (disposition)

Aktivitas dan keputusan yang mengakhiri tanggung jawab dari (unit) organisasi terhadap suatu produk, jasa atau suatu penanda untuk mengakhiri penggunaan suatu sumber daya.

Siklus dari four stage life cycle dapat dilihat pada Gambar 2.4. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada proses antar siklus maupun sebuah siklus terdapat kelas-kelas data dari aktivitas yang dilakukan pada siklus tersebut. Kelas data dikategorikan ke dalam data perencanaan, data rangkuman statistik, data transaksi dan data inventaris.


(36)

Gambar 2.4. Model four stage life cycle (Surendro, 2009).

2.6. Dekomposisi Proses Bisnis

Daftar fungsi bisnis digunakan untuk menentukan konteks dan lingkup

enterprise dengan cara mengidentifikasi dan menginventarisasikan area-area fungsi yang dijalankan organisasi. Dalam kerangka kerja Zachman, hasil-hasil ini mengisi baris perencana dan kolom fungsi. Tiap-tiap area fungsi dapat dikomposisikan sehingga menjadi proses-proses bisnis dalam berbagai tingkatannya. Dekomposisi diperlukan untuk menghasilkan model aktual dan nantinya arsitektur enterprise yang lebih utuh dengan definisi yang lebih lengkap.

KEBUTUHAN

AKUISISI

PENGELOLAAN

DISPOSISI DATA RANGKUMAN

STATISTIK DATA PERENCANAAN

DATA TRANSAKSI DATA TRANSAKSI

DATA RANGKUMAN STATISTIK


(37)

2.7. Business Process Modeling Notation (BPMN)

BPMN merupakan salah satu metoda pemodelan proses bisnis dari BPMI

(Business Process Management Initiative) dan model yang digunakan untuk

tahapan awal dalam rangkaian seluruh aktivitas pemodelan proses bisnis. BPMN merupakan tools pemodelan proses bisnis yang masih baru, yang dirilis pada bulan Mei 2004. BPMN menyediakan BPD (Business Process Diagram), yang berlandaskan pada teknik flowchart yang digunakan untuk membuat model proses bisnis. BPMN mendukung swimlanes, yaitu Pool dan Lane. Pool

merepresentasikan participant dalam proses, sedangkan Lane merupakan dekomposisi atau sub partisi dari Pool.

2.8. Information Resource Catalog (IRC)

IRC digunakan untuk mendokumentasikan dan mendefinisikan semua landasan sistem dan teknologi yang sedang digunakan dalam enterprise. IRC tidak menjabarkan setiap sistem secara terperinci, melainkan ringkasannya saja. IRC juga bukan kamus data ataupun inventori peralatan komputasi. Spewak melaporkan keuntungan dari pembuatan dan pengelolaan IRC sebagai berikut : 1) IRC menyediakan rujukan akan semua sumber daya informasi.

2) IRC menunjukan distribusi sumber daya informasi dalam enterprise.

3) IRC dapat digunakan sebagai petunjuk lokasi informasi yang dibutuhkan manajemen.

4) IRC dapat digunakan untuk memberikan orientasi bagi personil baru kedalam Departemen SI.


(38)

5) IRC digunakan dalam EAP sebagai basis perencanaan.

6) Keputusan penganggaran dan kendali biaya dapat dihubungkan secara langsung dengan IRC.

7) IRC dapat dibuat dengan cepat dan dengan biaya yang layak. 8) IRC merepresentasikan penggunaan internal piranti dokumentasi.

IRC dapat dikerjakan secara terpisah atau bersamaan dengan EAP, akan tetapi lebih baik kalau IRC diselesaikan lebih dahulu sebelum melakukan pekerjaan-pekerjaan arsitektural.

2.9. Entity-Relationship Diagram (ERD)

Suatu entitas data bisa menunjang lebih dari satu area fungsi dan tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki ketergantungan dan hubungan dengan entitas data lainnya. Pendekatan EAP mengambil ketergantungan dan hubungan antar entitas data ini untuk melandasai pembangunan arsitektur enterprise. Hal ini mempertimbangkan bahwa aplikasi-aplikasi terkait erat dengan basis-basis data, sedangkan suatu basis data terdiri dari kumpulan entitas data dengan hubungan dan ketergantungannya.

Untuk itu, entitas-entitas data perlu dirangkai sesuai dengan ketergantungan dan hubungannya dalam konteks area fungsi yang didukungnya. Dalam penelitian ini, pemodelan untuk hal ini dilakukan dengan ERD.


(39)

2.10. Matriks Proses Bisnis-Entitas Data

Hubungan antara area fungsi dan entitas data adalah dalam hal pembuatan, pengolahan, dan penggunaan data untuk keperluan pemenuhan tujuan fungsi bisnis. Hubungan ini didefinisikan melalui matriks proses terhadap entitas data, dimana masing-masing sel dalam matriks diisi dengan huruf : “C” (create), “U”

(update), dan “R” (reference). Penanda tersebut bermakna proses yang

bersangkutan membuat (create), melakukan (upadate), dan menggunakan

(reference) entitas data terkait. Proses yang melakukan “C” mengimplikasikan “U” dan “R”, sedangkan proses yang melakukan “U” mengimplikasikan “R”.

2.11. Arsitektur Three Tier

Arsitektur Three Tier merupakan inovasi dari arsitektur Client Server. Pada arsitektur Three Tier terdapat Application Server yang berdiri di antara

Client dan Database Server. Arsitektur Three Tier banyak diimplementasikan dengan menggunakan Web Application,sehingga Client Side (Komputer Client) hanya akan melakukan instalasi Web Browser. Saat komputer client melakukan inputan data, maka data tersebut dikirimkan ke Application Server dan diolah berdasarkan business process-nya. Selanjutnya Application Server akan melakukan komunikasi dengan database server.


(40)

Gambar 2.5. Arsitektur Three-tier Client/Server (Gunadi, Julistiono, & Tantama, 2001)

2.12. Metode Function Point

Gagasan metode Function Point muncul dari keinginan untuk mendapatkan suatu teknik pengukuran volumesoftware yang tidak hanya berdasar pada banyaknya baris kode program, namun lebih ke arah sesuatu yang dapat diukur lebih awal pada software development life cycle. Metode Function Point

mempunyai keunggulan karena mampu menyediakan perkiraan volume proyek dalam bentuk sumber daya pengembangan yang dibutuhkan, sehingga memberikan dasar penting untuk perusahaan software dalam mempersiapkan proposal tender dan project plan. Metode Function Point terdiri dari banyak varian. Variasinya ada pada langkah/tahapan maupun pada isi dari tiap tahapan. Varian-varian ini timbul karena metode ini dapat diubah sesuai dengan kebijakan perusahaan pengembang software.


(41)

Tahapan-tahapan dalam menentukan function point dapat dilihat pada gambar 2.6. Tahapan tersebut berdasarkan publikasi varian yang populer seperti Gramus dan Herron (1996), IEEE (2000), Caldiera dkk (1998) yang menghasilkan manual penggunaan function point seperi IFPUG 3, IFPUG 4 dan Mark II. (Iskandar & Kusrini, 2008).

Gambar 2.6. Tahapan perhitungan function point (Iskandar & Kusrini, 2008)

Sebelum perhitungan dilakukan, yang pertama dilakukan adalah menganalisis aplikasi yang hendak dibuat. Setelah itu langkah selanjutnya, melakukan perhitungan. Secara singkat diterangkan sebagai berikut:

1) Menghitung crude function points (CFP). Jumlah dari komponen fungsional sistem pertama kali diidentifikasi dan dilanjutkan dengan mengevaluasi kuantitasi bobot kerumitan dari tiap komponen tersebut. Pembobotan tersebut kemudian dijumlahkan dan menjadi angka CFP, format penghitungan CFP seperti pada tabel 2.2.

Analyze information domain of the application and develop counts

Weight each count by assessing complexity

Assess influence of global factors that affect the application


(42)

Tabel 2. 2. Format Penghitungan CFP (Iskandar & Kusrini, 2008)

TIPE KOMPONEN

LEVEL KOMPLEKSITAS TOTAL

CFP

SEDERHANA MENENGAH KOMPLEKS

JUMLAH BOBOT POINT JUMLAH BOBOT POINT JUMLAH BOBOT POINT

A B C=AxB D E F=DxE G H I=GxH J=C+F+I

Tipe Input 3 4 6

Tipe Output 4 5 7

Tipe Query 3 4 6

Tipe File 7 10 15

Tipe Interface Ext

5 7 10

TOTAL CFP

2) Menghitung Relative Complexity Adjustment Factor (RCAF). RCAF berfungsi untuk menghitung kesimpulan kompleksitas dari subyek perspektif yang paling berpengaruh terhadap usaha pengembangan. Penilaian dilakukan dengan skala pengukuran 0 sampai 5 yang diberikan pada tiap subyek penilaian. Format penilaian RCAF seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Format Penilaian RCAF (Iskandar & Kusrini, 2008)

NO SUBYEK NILAI

1. Tingkat kompleksitas kehandalan backup/recovery 0 1 2 3 4 5 2. Tingkat kompleksitas komunikasi data 0 1 2 3 4 5 3. Tingkat kompleksitas pemrosesan terdistribusi 0 1 2 3 4 5 4. Tingkat kompleksitas kebutuhan akan kinerja 0 1 2 3 4 5 5. Tingkat kebutuhan lingkungan operasional 0 1 2 3 4 5 6. Tingkat kebutuhan knowledge pengembang 0 1 2 3 4 5 7. Tingkat kompleksitas updating file master 0 1 2 3 4 5 8. Tingkat kompleksitas instalasi 0 1 2 3 4 5 9. Tingkat kompleksitas aplikasi input, output, query dan file 0 1 2 3 4 5 10. Tingkat kompleksitas pemrosesan data 0 1 2 3 4 5 11. Tingkat ketidakmungkinan penggunaan kembali/reusable kode program 0 1 2 3 4 5 12. Tingkat variasi organisasi pelanggan 0 1 2 3 4 5 13. Tingkat kemungkinan perubahan/flekibilitas 0 1 2 3 4 5 14. Tingkat kebutuhan kemudahan penggunaan 0 1 2 3 4 5

TOTAL RCAF

3) Menghitung Function Point dengan persamaan: FP = CFP x (0.65 +0.01 x RCAF)


(43)

METODOLOGI DAN OBYEK PENELITIAN

Metodologi penelitian yang digunakan adalah EAP. Tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Tahapan penelitian


(44)

3.1. Inisiasi Perencanaan

Tahap penelitian yang pertama adalah inisiasi perencanaan, seperti pada gambar 3.2. Tahap ini meliputi identifikasi tentang aturan-aturan yang menjadi rujukan di AKAL Interaktif terkait dengan perencanaan arsitektur enterprise

untuk pengembangan sistem informasi guna penentuan ruang lingkup enterprise, visi, serta membentuk tim perencanaan agar proyek EAP terarah, selesai tepat waktu dan memiliki anggota tim yang berkualifikasi.

Gambar 3.2. Tahap inisiasi perencanaan

Langkah-langkah dari fase inisiasi perencanaan adalah : 1) Menentukan ruang lingkup dan sasaran EAP.

2) Membuat visi (mengadakan pertemuan terlebih dahulu dengan manajemen AKAL Interaktif).

3.2. Pemodelan Bisnis

Tahap selanjutnya adalah pemodelan bisnis, seperti pada gambar 3.3. Pemodelan bisnis merupakan proses untuk mendefinisikan bisnis AKAL

Inisiasi Perencanaan Pemodelan

Bisnis

Sistem & Teknologi saat ini Arsitektur

Data

Arsitektur Aplikasi

Arsitektur Teknologi


(45)

Interaktif. Tujuan dari model bisnis adalah menyediakan knowledge base yang lengkap, komprehensif dan konsisten yang dapat digunakan untuk mendefinisikan arsitektur dan rencana implementasi.

Gambar 3.3. Tahap pemodelan bisnis

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan pemodelan bisnis adalah : 1) Mendokumentasikan struktur organisasi AKAL Interaktif.

2) Mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi-fungsi bisnis AKAL Interaktif. 3) Mengidentifikasi aktivitas area-area fungsional utama di AKAL Interaktif

menggunakan rantai nilai (value chain) Michael Porter.

4) Mendekomposisi atau menurunkan fungsi-fungsi utama di AKAL Interaktif menggunakan tool Four Stage Life Cycle Business System Planning sehingga mendapatkan proses bisnis.

5) Merelasikan antara proses bisnis dengan unit-unit organisasi. 6) Menggambarkan proses bisnis menggunakan BPMN.

Inisiasi Perencanaan Pemodelan

Bisnis

Sistem & Teknologi saat ini Arsitektur

Data

Arsitektur Aplikasi

Arsitektur Teknologi


(46)

3.3. Sistem dan Teknologi Saat Ini

Tahap selanjutnya adalah sistem dan teknologi saat ini, seperti pada gambar 3.4. Tujuan dari fase ini adalah untuk mendokumentasikan dan mendefinisikan semua platform sistem dan teknologi yang digunakan AKAL Interaktif. Hasil dari fase ini adalah Information Resource Catalog (IRC), sering juga disebut Systems Encyclopedia atau Systems Inventory.

Gambar 3.4. Tahap sistem dan teknologi saat ini

Langkah-langkah pada tahap ini adalah: 1) Mengidentifikasi sistem saat ini.

2) Mengidentifikasi teknologi saat ini. 3) Menganalisis Kondisi saat ini

.

3.4. Arsitektur Data

Tahap selanjutnya adalah arsitektur data, seperti pada gambar 3.5. Arsitektur data mengidentifikasi dan mendefinisikan data yang mendukung fungsi-fungsi bisnis AKAL Interaktif yang didefinisikan dalam pemodelan bisnis.

Inisiasi Perencanaan Pemodelan

Bisnis

Sistem & Teknologi

saat ini Arsitektur

Data

Arsitektur Aplikasi

Arsitektur Teknologi


(47)

Arsitektur data didefinisikan pertama kali sebelum arsitektur yang lain karena kualitas data merupakan produk dasar dari fungsi sistem informasi. Arsitektur data terdiri atas data entities, dimana masing-masing entitas tersebut memiliki atribut dan relasi dengan entitas data lainnya.

Gambar 3.5. Tahap arsitektur data

Terdapat 4 langkah dari fase arsitektur data, yaitu : 1) Mendaftarkan kandidat entitas data.

2) Merelasikan entitas menggunakan Entitas Relationship Diagram.

3) Merelasikan entitas dengan proses bisnis.

3.5. Arsitektur Aplikasi

Tahap selanjutnya adalah arsitektur aplikasi, seperti pada gambar 3.6. Tujuan arsitektur aplikasi adalah untuk mendefinisikan aplikasi-aplikasi yang diperlukan untuk mengelola data dan mendukung fungsi-fungsi bisnis di AKAL Interaktif. Arsitektur aplikasi bukanlah rancangan bagi sistem maupun juga analisis requirement yang terinci, namun merupakan definisi tentang apa yang

Inisiasi Perencanaan Pemodelan

Bisnis

Sistem & Teknologi

saat ini Arsitektur

Data

Arsitektur Aplikasi

Arsitektur Teknologi


(48)

akan dilakukan aplikasi untuk mengelola data dan menyediakan informasi bagi orang-orang dalam melaksanakan fungsi-fungsi bisnis. Aplikasi memungkinkan fungsi sistem informasi dapat mencapai misinya, oleh karenanya harus dapat menyediakan akses bagi data dalam format yang berguna dan biaya yang dapat diterima.

Gambar 3.6. Tahap arsitektur aplikasi

Langkah-langkah untuk menghasilkan arsitektur aplikasi, yaitu : 1) Mendaftarkan kandidat aplikasi.

2) Mendefinisikan aplikasi.

3) Merelasikan aplikasi dengan proses bisnis.

3.6. Arsitektur Teknologi

Tahap selanjutnya adalah arsitektur teknologi, seperti pada gambar 3.7. Tujuan dari arsitektur teknologi adalah untuk mendefinisikan teknologi yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan bagi aplikasi yang mengelola data. Arsitektur teknologi bukanlah merupakan rincian analisis requirement atau

Inisiasi Perencanaan Pemodelan

Bisnis

Sistem & Teknologi

saat ini Arsitektur

Data

Arsitektur Aplikasi

Arsitektur Teknologi


(49)

rancangan untuk jaringan dan software bagi enterprise, namun merupakan definisi platform teknologi yang akan mendukung bisnis dalam lingkungan data bersama.

Gambar 3.7. Tahap arsitektur teknologi Langkah-langkah untuk arsitektur teknologi, yaitu : 1) Mengidentifikasi prinsip-prinsip dan platform teknologi. 2) Merelasikan entitas data dengan lokasi bisnis

3) Merelasikan aplikasi dengan lokasi bisnis 4) Merelasikan aplikasi dengan unit organisasi

5) Menggambarkan konsep jaringan enterprise dan arsitektur sistem bisnis.

3.7. Rencana Implementasi

Tahap selanjutnya adalah rencana implementasi, seperti pada gambar 3.8. Tujuan dari fase ini adalah untuk memformulasikan dan mempersiapkan rencana untuk implementasi arsitektur sistem informasi di AKAL Interaktif. Pada tahapan ini, pemodelan bisnis, IRC dan ketiga arsitektur yang telah terdefinisi akan digunakan untuk rencana implementasi.

Inisiasi Perencanaan Pemodelan

Bisnis

Sistem & Teknologi

saat ini Arsitektur

Data

Arsitektur Aplikasi

Arsitektur Teknologi


(50)

Gambar 3.8. Tahap rencana implementasi

Langkah-langkah untuk menghasilkan rencana implementasi arsitektur, yaitu :

1) Merencanakan implementasi aplikasi.

2) Mengestimasi komponen implementasi: waktu, sumber daya manusia dan biaya.

3) Mengestimasi pelaksanaan implementasi dengan metode Function Point. 4) Faktor sukses implementasi

3.8. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah PT AKAL Interaktif. Untuk mendapatkan gambaran mengenai proses bisnis, data dan aplikasi yang sedang berjalan di PT AKAL Interaktif maka dilakukan pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara.

Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang ada di PT AKAL Interaktif. Sedangkan metode

Inisiasi Perencanaan Pemodelan

Bisnis

Sistem & Teknologi

saat ini Arsitektur

Data

Arsitektur Aplikasi

Arsitektur Teknologi


(51)

wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak bisa didapatkan melalui observasi tetapi melalui komunikasi secara langsung terhadap bagian-bagian yang ada. Sumber data tersebut meliputi unsur pimpinan dan staf karyawan PT AKAL Interaktif. Dari hasil observasi dan wawancara didapatkan hasil bahwa belum adanya sistem informasi yang berhubungan dengan proses bisnis, data, aplikasi dan teknologi, serta pengelolaan proses bisnis masih menggunakan aplikasi yang bersifat umum sehingga tidak optimal.


(52)

ANALISIS DAN PERANCANGAN

4.1. Inisiasi Perencanaan

4.1.1. Ruang Lingkup dan Sasaran.

Kebutuhan untuk melakukan sistem informasi sistem muncul karena timbulnya berbagai permasalahan pada pengelolaan proses bisnis saat ini sebagai akibat minimnya pemanfaatan sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI) yang dilakukan oleh masing-masing unit organisasi di AKAL Interaktif. Permasalahan yang terjadi adalah tidak adanya sistem informasi di AKAL Interaktif. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka diperlukan pembentukan arsitektur sistem informasi yang terdiri atas beberapa tahapan yakni inisialisasi, analisis terhadap kondisi bisnis serta pemanfaatan teknologi informasi saat ini, menentukan kebutuhan arsitektur di masa mendatang dan membentuk arsitektur sistem informasi.

AKAL Interaktif yang didirikan pada tahun 2002, merupakan perusahaan yang mengembangkan produk-produk multimedia untuk kepentingan pendidikan. Bidang usaha yang dilakukan AKAL Interaktif adalah adalah:

1) Mengembangkan & menjual produk ritel CD Interaktif & DVD Video/VCD animasi. AKAL memiliki kerjasama dengan Toko Buku Gramedia dan distributor/agen di seluruh Indonesia.

2) Mengembangkan konten untuk media broadcast/TV. Konten AKAL telah tampil di Telkomvision dan SpaceToon.


(53)

3) Membuat konten multimedia interaktif khususnya yang bersifat edukatif, diantaranya konten e-learning, computer based training (CBT), animasi,

website, games, aplikasi mobile.

4) Menerbitkan dan mendistribusikan produk-produk mitra.

Berdasarkan analisa terhadap profil dan bidang usaha AKAL Interaktif, dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bisnis utama AKAL Interaktif adalah pembuatan produk multimedia pendidikan. Oleh karenanya, pembentukan arsitektur sistem informasi didasarkan pada kebutuhan fungsi bisnis utama yaitu pembuatan produk dan fungsi-fungsi pendukungnya. Area-area yang akan dikaji, yang kemudian akan menjadi ruang lingkup dalam pembentukan arsitektur sistem informasi adalah area pengadaan bahan baku, area produksi dan stokproduk, area permintaan dan pengiriman produk, area penjualan serta area layanan purna jual. Sasaran dari pembentukan arsitektur sistem informasi adalah menyediakan artifak-artifak berupa daftar fungsi/proses bisnis, unit organisasi, entitas data, aplikasi dan landasan teknologi yang dapat dijadikan dasar pengembangan sistem informasi.

4.1.2. Visi

Visi AKAL Interaktif adalah “Menjadi Multimedia Company terkemuka di Indonesia yang peduli pada pendidikan dan kecerdasan bangsa.”

Visi dari pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi haruslah dapat menunjang pencapaian visi organisasi. Oleh karena itu visi pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi adalah:


(54)

“Membangun sistem informasi yang didukung oleh teknologi informasi dalam rangka mendukung fungsi bisnis utama AKAL interaktif dalam bidang multimedia pendidikan.”

4.2. Pemodelan Bisnis 4.2.1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi AKAL Interaktif digambarkan pada gambar 4.1.

Gambar 4.1. Struktur organisasi PT AKAL Interaktif

Tugas pokok dan fungsi setiap personil organisasi di PT AKAL Interaktif adalah sebagai berikut:

1) Direktur

(1) Memimpin perusahaan dengan baik

(2) Menyusun strategi bisnis dan arahan pergerakan bagi perusahaan (3) Memastikan seluruh proses bisnis di perusahaan berjalan dengan baik

2) Supervisor Sales & Marketing

(1) Bertanggung jawab akan kelancaran dalam segala bentuk operasional dan pemasaran

Direktur

Div. Product Development

Tim Product Developmen

Divisi FA & HR

Staf Administras Divisi Sales &

Marketing

Admin Sales SPG/SPB

Divisi Logistic & General Afair

Admin


(55)

(2) Meningkatkan penjualan produk

(3) Memperluas pangsa pasar (market share) (4) Menyusun strategi pemasaran yang lebih baik

(5) Membuat SOP yang baik dan memastikan pelaksanaannya di lapangan

3) Supervisor Product Development

(1) Membuat ide-ide baru mengenai tema yang akan digunakan (2) Menjaga kualitas produk yang dihasilkan

(3) Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi

4) Supervisor Financial Administration & Human Resource

(1) Merencanakan dan menganalisa pembelanjaan perusahaan (2) Mengatur struktur aktiva

(3) Mengatur struktur keuangan

(4) Memberikan masukan dari sisi keuangan bagi pimpinan dalam mengambil keputusan bisnis

(5) Mengawasi administrasi perkantoran agar berjalan dengan baik (6) Membuat laporan keuangan

5) Supervisor Logistic & General Afair

(1) Mencari supplier yang dapat mendukung kegiatan produksi (2) Memastikan ketersediaan bahan baku dari supplier

(3) Membantu kegiatan perusahaan agar berjalan dengan baik

6) Admin Sales

(1) Mengelola laporan penjualan


(56)

7) SPG dan SPB

(1) Melayani customer yang datang ke toko dengan baik (2) Memberi penjelasan/penawaran produk kepada customer (3) Mencari customer sebanyak-banyaknya

(4) Membantu pelaksanaan program yang telah disusun oleh manager (5) Membantu meningkatkan market share

8) Tim Pengembangan Produk

(1) Menuangkan ide kreatif menjadi produk

(2) Mencari dan menemukan ide-ide baru untuk produk 9) Staf Administrasi

(1) Mengelola administrasi perkantoran (dokumentasi, inventori perkantoran, laporan-laporan dan lain-lain)

(2) Melaksanakan Administrasi sesuai dengan SOP yang berlaku 10)Admin Gudang

(3) Mengelola keluar-masuk barang (1) Memastikan ketersediaan produk (2) Membuat laporan-laporan

11)Staf Gudang

(1) Melakukan produksi


(57)

4.2.2. Identifikasi dan Definisi Fungsi Bisnis

Fungsi merupakan sekumpulan aktivitas yang dilakukan dalam bisnis dan fungsi didefinisikan berdasarkan bagian-bagiannya. Definisi fungsi bisnis hanyalah didasarkan pada aksi-aksi yang dilakukan, bukan pada organisasinya maupun orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu fungsi. Untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan fungsi-fungsi bisnis yang terdapat di AKAL Interaktif, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

1) Mendefinisikan area-area fungsional utama menggunakan konsep “value added” Michael Porter.

2) Memecah/mendekomposisi tiap area fungsional menjadi sub fungsi sampai fungsi tersebut menjadi single-action, dapat dilakukan secara berulang, memiliki outcome dan dapat dikaitkan dengan unit organisasi tertentu menggunakan Four Stage Life Cycle Business System Planning.

3) Membuat relasi antara fungsi-fungsi yang telah terinci dengan unit-unit organisasi yang melaksanakannya dalam bentuk matriks.

4.2.3. Identifikasi Area-area Fungsional Utama

Pendefinisian aktivitas area-area fungsional utama di AKAL Interaktif menggunakan rantai nilai (value chain) Michael Porter, seperti yang terdapat pada gambar 4.2.


(58)

Gambar 4.2. Value Chain AKAL Interaktif

Fungsi-fungsi bisnis di AKAL Interaktif dikelompokkan menjadi 2 yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung, dengan rincian sebagai berikut:

(1) Aktivitas Utama

a) Inbound logistics: Pengadaan bahan baku.

Aktivitas yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku untuk proses produksi.

b) Operations: Produksi dan stok produk.

Aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan proses dari bahan baku menjadi produk jadi dan stok produk.

c) Outbond logistics: Permintaan dan pengiriman produk.

Aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan permintaan produk dari gerai dan pengiriman produk ke gerai.

d) Sales & Marketing: Penjualan produk


(59)

e) Service: Layanan purna jual

Aktivitas yang berkaitan dengan layanan purna jual produk AKAL (2) Aktivitas Pendukung

a) Organizational infrastructure: pengelolaan keuangan.

Aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan, menjaga cash flow perusahaan.

b) Human resource management: pengelolaan kepegawaian.

Aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan karyawan dan SPG/SPB. c) Product & technology development: Riset produk dan teknologi,

pembuatan master produk

Aktivitas yang berkaitan dengan riset teknologi untuk pengembangan produk baru dan pembuatan master produk.

d) Procurement: Umum dan Logistik.

Aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan sarana dan prasarana pendukung di AKAL Interaktif.

4.2.4. Dekomposisi Area-area Fungsional

Fungsi-fungsi utama di AKAL Interaktif yang diperoleh sebagai hasil analisis dengan menggunakan value chain Porter, kemudian diturunkan atau didekomposisi sehingga mendapatkan fungsi-fungsi turunan atau proses-proses bisnisnya menggunakan tool Four Stage Life Cycle Business System Planning. Tabel 4.1 menunjukkan cuplikan hasil dekomposisi area-area fungsional utama pengadaan bahan baku, proses produksi dan stok produk, penjualan, layanan


(60)

purna jual untuk fungsi-fungsi perencanaan atau kebutuhan (requirement), akuisisi atau implementasi (acquisition), pengelolaan (stewardship) serta disposisi

(disposition).

Fungsi perencanaan dan kebutuhan adalah aktivitas yang menentukan bagaimana produk/sumber daya diperlukan, rencana mendapatkannya serta pengukuran dan kontrol terhadap perencanaan. Fungsi akuisisi atau implementasi adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk mengembangkan produk atau layanan atau mendapatkan sumber daya yang akan digunakan untuk pengembangan. Fungsi pengelolaan adalah aktivitas untuk membentuk, memperbaiki, memodifikasi atau memelihara sumber daya. Fungsi disposisi adalah aktivitas untuk mengakhiri tanggung jawab terhadap layanan atau berakhirnya penggunaan sumber daya.


(61)

Tabel 4.1. Analisis Four Stage Life Cycles Aktivitas Utama

ANALISIS

AKTIVITAS

KEBUTUHAN AKUISISI PENGELOLAAN DISPOSISI

Pengadaan bahan baku Perencanaan pengadaan bahan baku

1) Penentuan aturan pengadaan bahan baku

2) Penjadwalan pengadaan bahan baku

1) Pengecekan stok bahan baku 2) Pengajuan PO bahan baku 3) Konfirmasi PO bahan baku 4) Pengadaan bahan baku 5) Penerimaan bahan baku

6) Penyimpanan bahan baku ke gudang 7) Update data stok bahan baku

Pelaporan data stok bahan baku

Produksi dan stok produk Perencanaan produksi dan stok produk

1) Penentuan aturan produksi dan stok produk

2) Penjadwalan produksi dan stok produk

1) Pengecekan stok produk 2) Proses produksi

3) Penyimpanan produk di gudang 4) Update data stok produk

Pelaporan data stok produk

Permintaan dan pengiriman produk

Perencanaan permintaan dan pengiriman produk

Penentuan aturan permintaan dan pengiriman produk

1) Pengecekan stok produk gerai 2) Pengajuan PO produk 3) Konfirmasi PO produk 4) Penyiapan produk 5) Pengiriman produk

6) Penerimaan produk di gerai 7) Update stok produk di gerai

Pelaporan data stok produk di gerai


(62)

Tabel 4.1. Analisis Four Stage Life Cycles Aktivitas Utama (Lanjutan)

ANALISIS

AKTIVITAS

KEBUTUHAN AKUISISI PENGELOLAAN DISPOSISI

Penjualan Perencanaan penjualan

Penentuan aturan penjualan 1) Pengenalan produk 2) Pemilihan produk 3) Pengisian kartu garansi 4) Pembayaran

5) Penyerahan produk 6) Laporan penjualan

7) Update stok produk di gerai

Pelaporan penjualan

Layanan purna jual Perencanaan layanan purna jual

Penentuan aturan layanan purna jual

1) Penerimaan complain 2) Pengecekan complain

3) Penyampaian solusi

Pelaporan layanan purna jual


(63)

Untuk memudahkan pembacaan, maka hasil dekomposisi fungsi menggunakan four stage life cycle dapat disajikan dalam bentuk hirarki fungsi bisnis seperti pada gambar 4.3.

1. Pengadaan bahan baku

1.1. Perencanaan pengadaan bahan baku

1.1.1. Penentuan aturan pengadaan bahan baku

1.1.2. Penjadwalan pengadaan bahan baku

1.2. Pelaksanaan pengadaan bahan baku

1.2.1. Pengecekan stok bahan baku

1.2.2. Pengajuan PO bahan baku

1.2.3. Konfirmasi PO bahan baku

1.2.4. Pengadaan bahan baku

1.2.5. Penerimaan bahan baku

1.3. Pengelolaan stok bahan baku

1.3.1. Penyimpanan bahan baku ke gudang

1.3.2. Update data stok bahan baku

1.4. Pelaporan data stok bahan baku

2. Produksi dan stok produk

2.1. Perencanaan produksi dan stok produk

2.1.1 Penentuan aturan produksi dan stok produk

2.1.2 Penjadwalan produksi dan stok produk


(64)

2.2. Pelaksanaan produksi

2.2.1. Pengecekan stok produk

2.2.2. Proses produksi

2.3. Pengelolaan stok produk

2.3.1. Penyimpanan produk di gudang

2.3.2. Update data stok produk

2.4. Pelaporan data stok produk

3. Permintaan dan pengiriman produk

3.1 Perencanaan permintaan dan pengiriman produk

3.1.1.Penentuan aturan permintaan dan pengiriman produk

3.2 Pengelolaan permintaan produk

3.2.1. Pengecekan stok produk gerai

3.2.2. Pengajuan PO produk

3.2.3. Konfirmasi PO produk

3.3 Pengelolaan pengiriman produk

3.3.1.Penyiapan produk

3.3.2.Pengiriman produk

3.3.3.Penerimaan produk di gerai

3.3.4.Update stok produk di gerai

3.4 Pelaporan data stok produk di gerai

4. Penjualan

4.1. Perencanaan penjualan

4.1.1.Penentuan aturan penjualan


(65)

4.2. Pengelolaan penjualan

4.2.1. Pengenalan produk

4.2.2. Pemilihan produk

4.2.3. Pengisian kartu garansi

4.2.4. Pembayaran

4.2.5. Penyerahan produk

4.2.6. Laporan penjualan

4.2.7. Update stok produk di gerai

4.3. Pelaporan penjualan dan stok produk di gerai

5. Layanan purna jual

5.1. Perencanaan layanan purna jual

5.1.1. Penentuan aturan layanan purna jual

5.2. Pengelolaan layanan purna jual

5.2.1. Penerimaan complain

5.2.2. Pengecekan complain

5.2.3. Penyampaian solusi

5.3. Pelaporan layanan purna jual


(66)

4.2.5. Relasi Antara Proses Bisnis dengan Unit-unit Organisasi

Analisis value chain pada bagian sebelumnya mendeskripsikan fungsi-fungsi yang dijalankan enterprise. Agar model bisnis dapat dipahami dengan baik maka area-area fungsi beserta proses-proses bisnisya yang telah terdefinisi dapat dihubungkan dengan unit organisasi dalam bentuk matriks. Matriks ini merupakan salah satu langkah dari pendekatan pemodelan bisnis dengan metodologi BSP untuk mengidentifikasi lingkup tanggung jawab pengambilan keputusan dan keterlibatan tiap-tiap unit organisasi dalam proses-proses bisnis.


(67)

(68)

4.2.6. Penggambaran Proses Bisnis Menggunakan BPMN

BPMN memodelkan proses melalui satu diagram yang mengaitkan antara aliran proses dengan aliran pesan serta dapat menampilkan keterlibatan unit organisasi yang terkait. Pada gambar 4.5. menunjukan proses bisnis pengadaan bahan baku. Gambar 4.6. menunjukan proses bisnis produksi dan stok produk. Gambar 4.7. menunjukan proses bisnis permintaan dan pengiriman produk. Gambar 4.8. menunjukan proses bisnis penjualan. Gambar 4.9. menunjukan proses bisnis layanan purna jual.


(69)

(70)

(71)

(72)

(73)

(74)

4.3. Sistem dan Teknologi Saat Ini 4.3.1. Identifikasi Sistem Saat Ini

Saat ini tidak ada sistem informasi yang digunakan oleh AKAL Interaktif, sedangkan untuk pengolahan data menggunakan aplikasi spreadsheet secara umum sehingga akan sangat rentan akan informasi yang tidak sama atau tidak

valid.

4.3.2. Identifikasi Teknologi Saat Ini

Identifikasi teknologi merupakan definisi dekomposisi secara hirarkis mengenai jenis-jenis platform teknologi yang terdapat dalam suatu enterprise.

Tabel 4.2. menunjukkan platform teknologi di AKAL Interaktif yang terbagi ke dalam 3 kelompok besar yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software) dan perangkat komunikasi (communication).

Tabel 4.2. IRC Platform Teknologi

KELOMPOK JENIS

Perangkat keras (hardware) 1. Micro computer

a. PC Server

b. PC Client

2. Perangkat input (input device) a. Mouse

b. Keyboard

c. Scanner

3. Perangkat output (output device) a. Line printer

b. Monitor

c. Speaker

4. Media simpanan (storage media) a. Hard disk

b. Compact disk


(75)

Tabel 4.2. IRC Platform Teknologi (lanjutan)

KELOMPOK JENIS

Perangkat lunak (software) 1. Sistem Operasi (operating sistem) 2. Aplikasi Perkantoran

a. Word processor b. Spreadsheet

3. Aplikasi Pengolahan Gambar 4. Aplikasi Pengolahan Suara 5. Aplikasi Pengolahan Video

Perangkat komunikasi (communication) 1. Jaringan (network) a. LAN

b. WAN c. Internet 2. Telephone

a. PABX b. Faximile 3. Perangkat jaringan

a. Hub

b. Modem Router c. Switch d. Access Point e. Rj45 (UTP/STP)

Topologi jaringan LAN pada AKAL Interaktif menggunakan topologi

star, dimana beberapa komputer klien terhubung pada suatu server dengan menggunakan hub. Hub ini berfungsi untuk mengatur aliran atau transmisi data dari klien ke server dan sebaliknya. Topologi star ini banyak digunakan pada perusahaan dengan arsitektur jaringan yang tidak terlalu rumit. Jaringan dengan topologi star dapat dilihat pada gambar 4.10.


(76)

Gambar 4.10. IRC Teknologi

4.3.3. Hasil Analisis Kondisi Saat Ini

Bisnis inti AKAL Interaktif adalah pembuatan produk, hal ini dapat dilihat pada rantai nilai AKAL Interaktif dengan menggunakan model value chain

Michael Porter bahwa fungsi bisnis utama adalah pengadaan bahan baku, produksi dan stok produk, permintaan dan pengiriman produk, penjualan, serta layanan purna jual. Aktivitas-aktivitas utama tersebut didukung oleh aktivitas


(77)

pendukung seperti keuangan, kepegawaian, riset produk dan teknologi, pembuatan master produk , serta bagian umum dan logistik.

Dari hasil analisis dan pengumpulan data pada tahapan pemodelan bisnis dan identifikasi sistem dan teknologi saat ini, diketahui bahwa semua fungsi bisnis belum di dukung oleh sistem informasi.

4.4. Arsitektur Data

Arsitektur data yang dibuat haruslah dapat mengidentifikasikan data yang mendukung fungsi-fungsi bisnis seperti yang terdefinisi dalam model bisnis. Pada pemodelan bisnis dengan menggunakan value chain Michael Porter dapat dilihat bahwa fungsi-fungsi bisnis utama AKAL Interaktif adalah pengadaan bahan baku, produksi dan stok produk, permintaan dan pengiriman produk, penjualan, serta layanan purna jual. Oleh karena itu, entitas data yang terdefinisi seharusnya dapat menunjukkan dukungannya terhadap fungsi-fungsi bisnis utama ini.

Arsitektur data yang dibuat juga harus dapat menghindarkan hal–hal yang menyebabkan validitas data tidak jelas, seperti :

1) Data redundancy, artinya data yang sama dibuat lebih dari satu kali oleh beberapa aplikasi yang berbeda.

2) Data inconsistency, artinya isi data tidak sama antar aplikasi karena tidak tersistem informasi.

3) Data isolation, artinya masing-masing data meskipun isinya sama tetap saja berbeda karena dibuat berdasarkan format dan platform yang berbeda sehingga tidak dapat digunakan oleh aplikasi lain.


(78)

Berdasarkan hal ini, maka arsitektur data yang diperlukan bagi AKAL Interaktif adalah data yang cukup diinput satu kali kemudian dapat dipakai bersama oleh setiap fungsi-fungsi bisnis yang terkait, sehingga tidak lagi terjadi user melakukan input data yang sebenarnya sama secara berulang-ulang.

Langkah-langkah dalam membentuk arsitektur data adalah : 1) Mendaftar kandidat entitas-entitas data.

2) Mendefinisikan entitas dan relasi.

3) Merelasikan entitas dengan fungsi bisnis.

4.4.1. Kandidat Entitas Data

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi semua entitas-entitas data potensial yang diperlukan untuk mendukung bisnis. Penentuan entitas data dapat didasarkan pada fungsi-fungsi bisnis yang telah terdefinisi dalam model bisnis. Berdasarkan value chain AKAL Interaktif, terdapat entitas-entitas bisnis yang akan diidentifikasi, yaitu :

1) Entitas pengadaan bahan baku 2) Entitas produksi dan stok produk

3) Entitas permintaan dan pengiriman produk 4) Entitas penjualan

5) Entitas layanan purna jual

Daftar aktivitas- aktivitas utama dan entitas data yang diperlukan dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut:


(79)

Tabel 4.3. Daftar aktivitas utama dan entitas data

AREA FUNGSI PROSES BISNIS AKTIVITAS UNIT ORGANISASI JENIS

PELAYANAN ENTITAS DATA

Pengadaan bahan baku Pengadaan bahan baku Pengecekan stok bahan baku

Staf gudang Indoors Bahan baku, Stok bahan baku Pengajuan PO bahan

baku

Admin gudang Indoors PO bahan baku

Menerima konfirmasi pesanan bahan baku

Admin gudang Indoors PO bahan baku

Pengadaan bahan baku Eksternal Outdoors Bahan baku, Supplier Penerimaan bahan baku Admin gudang Indoors Bahan baku,

Bukti terima barang Penyimpanan bahan

baku ke gudang

Staf gudang Indoors Bahan baku, Gudang bahan baku Update data stok bahan

baku

Staf gudang Indoors Bahan baku, Stok bahan baku

Produksi dan stok produk

Produksi dan stok produk

Pengecekan stok produk

Staf gudang Indoors Produk, Stok produk Proses produksi Staf gudang Indoors Produk Penyimpanan produk di

gudang

Staf gudang Indoors Produk, Gudang produk Update data stok

produk

Staf gudang Indoors Produk, Stok produk


(80)

Tabel 4.3. Daftar aktivitas utama dan entitas data (lanjutan)

AREA FUNGSI PROSES BISNIS AKTIVITAS UNIT ORGANISASI JENIS

PELAYANAN ENTITAS DATA

Permintaan dan pengiriman produk ke gerai

Permintaan dan pengiriman produk ke gerai

Pengecekan stok produk di gerai

SPG/SPB Outdoors Produk,

Stok produk gerai Pengajuan PO produk SPG/SPB,

Admin sales, Spv FA & HR

Indoors PO produk

Konfirmasi pesanan produk

Admin gudang, Admin sales

Indoors PO produk

Penyiapan produk Staf gudang, Admin gudang, Admin sales

Indoors PO produk, Produk

Pengiriman produk Eksternal Outdoors Produk,

Bukti terima produk, Supplier

Penerimaan produk di gerai

SPG/SPB Outdoors Produk,

Bukti terima produk Update stok produk di

gerai

SPG/SPB Outdoors Produk,


(81)

Tabel 4.3. Daftar aktivitas utama dan entitas data (lanjutan)

AREA FUNGSI PROSES BISNIS AKTIVITAS UNIT ORGANISASI JENIS

PELAYANAN ENTITAS DATA

Penjualan Penjualan Pengenalan produk SPG/SPB Outdoors Produk Pemilihan produk Customer Outdoors Produk,

Customer Pengisian kartu garansi SPG/SPB Outdoors Kartu garansi Pembayaran Staff Marketing Outdoors Customer,

Faktur, Transaksi Penyerahan produk SPG/SPB Outdoors Produk,

Kartu garansi, Stok produk gerai Laporan penjualan SPG/SPB Outdoors Faktur,

Laporan penjualan, Stok produk gerai Update stok produk di

gerai

SPG/SPB Outdoors Produk,

Stok produk gerai Layanan purna jual Layanan purna jual Penerimaan complain Customer,

SPG/SPB,

Svp Sales & Marketing

Outdoors Complain, Produk cacat

Pengecekan complain SPG/SPB,

Svp Sales & Marketing

Outdoors Complain, Produk cacat Penyampaian solusi SPG/SPB,

Svp Sales & Marketing, Costumer

Outdoors Solusi, Produk


(1)

100


(2)

4.7.4. Faktor Sukses Implementasi

Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan kondisi yang diinginkan sesuai dengan arsitektur enterprise yang telah dibangun. Keberhasilan implementasi ditentukan oleh beberapa faktor kritis (critical success

factor). Critical success factor merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

pihak manajemen dalam mencapai sasaran terhadap aktivitas saat ini dan masa datang. Beberapa faktor sukses untuk mengimplementasikan EAP adalah sebagai berikut:

1) Keterlibatan, dukungan dan komitmen manajemen.

Pentingnya dukungan dan komitmen dari manajemen AKAL Interaktif. Dapat dilakukan dengan menetapkan keputusan formal untuk keberhasilan penerapan EAP.

2) Kesiapan dana untuk melakukan investasi SI/TI.

Penerapan EAP memerlukan investasi yang cukup besar, karena itu diperlukan kesiapan dana untuk melakukannya.

3) Penetapan unit fungsi khusus sebagai penanggung jawab implementasi.

Implementasi EAP memerlukan unit khusus yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk melakukannya. Dalam hal ini AKAL Interaktif perlu membentuk sebuah unit khusus untuk pengelolaan sumber daya informasi seperti unit sumber daya informasi atau pusat komputer.

4) Kualitas sumber daya manusia yang berkompetensi dalam bidang teknologi informasi memadai.


(3)

102

Implementasi memerlukan ketersediaan sumber daya manusia yang berkompeten di bidang teknologi informasi dan pengembangan sistem informasi.

5) Adanya penyelenggaraan pelatihan khusus mengenai EAP baik secara konsep maupun teknis.

Pemahaman terhadap EAP sangat diperlukan dalam melakukan implementasi, karena itu perlu diadakan pelatihan mengenai EAP bagi personil yang terlibat dalam implementasi.

6) Mengadopsi/menerapkan metode baru pengembangan sistem.

Metode-metode baru yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pencapaian dalam pengembangan sistem perlu diterapkan seperti information engineering, analisis dan pemrograman yang berorientasi objek.

7) Kemampuan manajerial dan kepemimpinan yang baik.

Perlunya penugasan tanggung jawab dan otoritas dalam menerapkan arsitektur.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembangunan arsitektur enterprise pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Pemodelan bisnis menemukan aktivitas utama terdiri dari proses pengadaan bahan baku, produksi dan stok produk, permintaan dan pengiriman produk, penjualan, layanan purna jual serta aktivitas pendukung terdiri dari pengelolaan keuangan, kepegawaian, riset produk & teknologi, pembuatan master produk, umum dan logistik.

2) Pembangunan arsitektur data berhasil menemukan 20 entitas data yang dibutuhkan oleh bisnis. Entitas data ini diciptakan, di-update dan digunakan oleh proses bisnis.

3) Pembangunan arsitektur aplikasi berhasil menemukan 5 aplikasi yang dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis.

4) Pembangunan arsitektur teknologi mengusulkan sebuah konsep jaringan enterprise dan arsitektur sistem bisnis yang memungkinkan terjadinya sharing data dan kolaborasi antar unit-unit bisnis.

5) Estimasi implementasi aplikasi dengan metode Function Point, didapatkan estimasi biaya sebesar Rp6.867.400,00 dan waktu implementasi aplikasi selama 46 hari kerja.


(5)

104

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1) Perancangan arsitektur sistem informasi PT AKAL Interaktif sebaiknya dilakukan sampai tahap implementasi.

2) Perlu adanya pengembangan EAP lanjutan untuk menunjang semua proses bisnis, terutama pada aktivitas pendukukung model bisnis PT AKAL Interaktif.


(6)