Perancangan Informasi Alat Musik Tradisional Dambus Untuk Remaja Di Bangka Belitung Melalui Film Dokumenter

(1)

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pembimbing penelitian, Menyetujui :

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalty Noneksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung ( / / )

Penulis,

Indra Saputra NIM. 51910111 

Pembimbing,

Egi Anwari, M.Ds  


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN INFORMASI ALAT MUSIK TRADISIONAL

DAMBUS UNTUK REMAJA DI BANGKA BELITUNG

MELALUI FILM DOKUMENTER

Indra Saputra

NIM: 51910111

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada tanggal: (05/07/2016)

Menyetujui, Pembimbing

Egi Anwari, M.Ds

Dekan Ketua Program Studi Fakultas Desain Desain Komunikasi Visual

Prof. Dr. Primadi Tabrani M. Syahril Iskandar, M.Ds NIP.4127 32 06 036 NIP. 4127 32 06 012  


(3)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Indra Saputra

NIM : 51910111

Program Studi : Desain Komunikasi Visual

Dengan ini menyatakan bahwa karya beserta Laporan Tugas Akhir ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi dari hasil karya orang lain.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaraan dalam pernyataan ini maka saya bersedia sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Bandung, 05 Agustus 2016

Indra Saputra 51910111


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 

Nama Lengkap : Indra Saputra

Tempat / Tgl Lahir : Dalil, 03 Maret 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Golongan Darah : A+

Status : Belum menikah Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat Rumah : JL Raya Pangkalpinang Muntok KM.41 Desa Dalil RT. 006 RW 002 Kecamatan Bakam Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung.

Telepon : 081222206333

Email : indra.putra74@yahoo.co.id

Pendidikan Formal

Tahun 1995 – 1997 : TK Al-Hidayah Dalil Kec. Bakam. Tahun 1997 – 2003 : SDN 27 Desa Dalil Kec. Bakam. Tahun 2003 – 2006 : MTSN Petaling Mendo Barat.

Tahun 2006 – 2009 : SMA Paket C Depati Amir Sungailiat. Tahun 2010 – 2016 : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Seminar

Seminar Audio Visual: "Road to Success of A Movie Maker" April 2011 Kuliah Umum Ilustrasi: "Don’t Judge Book by It’s Cover" April 2011


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI ALAT MUSIK TRADISIONAL DAMBUS UNTUK REMAJA DI BANGKA BELITUNG MELALUI FILM

DOKUMENTER

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2015-2016

Oleh :

Indra Saputra 51910111

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Tugas Akhir dengan judul “PERANCANGAN INFORMASI ALAT MUSIK TRADISIONAL DAMBUS UNTUK REMAJA DI BANGKA BELITUNG MELALUI FILM DOKUMENTER”. Dalam mengerjakan penulisan makalah Tugas Akhir penulis mendapatkan banyak bimbingan dan juga arahan, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini diantaranya Dekan Fakultas Desain, Koordinator Skripsi dan Tugas Akhir, Dosen Pembimbing, Dosen Penguji serta Narasumber.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam hal materi maupun cara penyajiannya, karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu praktikan hingga selesainya laporan ini.

Bandung, 05 Agustus 2016

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR...ii

KATA PENGANTAR...iii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

GLOSARIUM...xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Identifikasi Masalah...2

1.3 Rumusan Masalah...3

1.4 Batasan Masalah ...3

1.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan...3

BAB II. ALAT MUSIK TRADISIONAL DAMBUS BANGKA II.1 Musik Tradisional...5

II.2 Kesenian Musik Tradisional Dambus...5

II.2.1 Sejarah Perkembangan Musik Tradisional Dambus...7

II.2.2 Alat-Alat Pengiring Musik Tradisional Dambus...8

II.2.3 Perbedaan Dambus Bangka Belitung dan Gambus...11

II.2.4 Pentingnya Alat Musik Tradisional Dambus...12

II.2.5 Bagian-Bagian Alat Musik Tradisional Dambus...13

II.2.6 Pembuatan Dambus...14

II.2.7 Proses Pembuatan...15

II.2.8 Opini Masyarakat Terkait Alat Musik Tradisional Dambus...17

II.3 Analisis...17


(8)

II.5 Film Dokumenter...19

II.5.1 Unsur Pembuatan Film...19

II.5.2 Tahapan Pembuatan Film Dokumenter...20

II.6 Target Audien...21

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan...22

III.1.1 Target Audien...22

III.1.2 Tujuan Komunikasi...23

III.1.3 Pendekatan Komunikasi...23

III.1.3.1 Pendekatan Komunikasi Visual...23

III.1.3.2 Pendekatan Komunikasi Verbal...24

III.1.4 Materi Pesan...24

III.1.5 Gaya Bahasa...25

III.1.6 Strategi Kreatif...25

III.1.7 Strategi Media...27

III.1.8 Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media...29

III.2 Konsep Visual...29

III.2.1 Format Desain...29

III.2.2 Tata Letak...30

III.2.3 Huruf / Tipografi...31

III.2.4 Ilustrasi...32

III.2.5 Warna...33

III.2.6 Musik...33

BAB IV. TEKNIK PRODUKSI MEDIA IV.1 Teknis Produksi Media...34

IV.1.1 Media Utama ...36

IV.1.2 Tahap Eksekusi Proses Pembuatan Film Dokumenter...37

IV.1.3 Teknik Pengambilan Gambar...38

IV.1.4 Tahap Akhir...39


(9)

DAFTAR PUSTAKA...44

LAMPIRAN...46

SURAT KETERANGAN PUBLIKASI...53


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Elvian, (2005). Pangkalpinang kota pangkal kemenangan. Pangkalpinang: Bidang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pangkalpinang.

A. Ziwar B. Dahlan, (2004). Mengidentifikasi karakter musik tradisional Bangka. Pangkalpinang: Bidang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pangkalpinang.

Baksin, A. (2009). “Membuat Film Indie itu gampang”. Bandung : Katarsis.

Bangka, Pos. 2014. Dambus Bangka Belitung’’ : Bangka : Bangka Pos. (30 Maret 2016).

Bangka, Visit. (2015). Alat Musik Tradisional Dambus Bangka : Dambus Bangka. Diambil dari : www.visitbangkabelitung.com/conten/dambus. (25 April 2016)

Bapang (2014) Dambus Alat Musik Gitar Khas Bangka. Dambus Bangka. Diambil dari : www.bapang007.blogspot.co.id/2014/07/dambus-alat-musik-gitar-khas-bangka.html (23 April 2016)

Efendi, Yusuf. (2011). Dambus Alat Musik Tradisional Pangkalpinang Bangka.

Melayu Online. Diambil dari :

www.melayuonline.com/ind/culture/dig/2681/dambus-alat-musik-tradisional-pangkalpinang. (23 April 2016)

Ensiklopedia Nasional Indonesia. (1990). Ensiklopedia Nasional Indonesia Volume 9. Jakarta : Cipta Adi Pustaka

Firman. (2015). Gitar Dambus Bangka : Indonesia Kaya. Diambil dari : www.indonesiakaya.com/kanal/detail/gitar-dambus. (25 April 2016)


(11)

Imam, Sudarto, (2004). Dokumentasi musik dan tari tradisional daerah serumpun sebalai Propinsi Kepulauan Bangka. Pangkalpinang: Bidang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pangkalpinang.

Naratama. (2004). “Menjadi Sutradara Televisi: Dengan single dan multi camera”. Jakarta: Grasindo.

Nugroho, Fajar. (2007). Cara Pintar Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta : Galangpres.

Peter Salim. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rustan, Surianto (2010). “Font & TIPOGRAFI”. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sedyawati, Edi (1992). Budaya Indonesia : Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta : Rajawali Pers – Citra Niaga

Taufik Hidayat, Pupung P. Damayanti, (2006). Permainan dan alat musik

tradisional Pangkalpinang. Pangkalpinang: Bidang Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pangkalpinang.

Prov. Babel. (2015) Konser 87 Pemain Dambus Bangka Pecahkan Rekor Muri : Babel Prov. Diambil dari : www.Babelprov.go.id/conten/konser-87-pemain-dambus-bangka-pecahkan-rekor-muri. (26 April 2016)


(12)

BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang beribukota Pangkal Pinang, memiliki 7 kabupaten terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang. Bangka Belitung memiliki kekayaan alam dan kekayaan budayanya yang sangat kaya dan beragam. Sehingga tidak heran dari setiap Kabupaten yang ada di Bangka Belitung tersebut memiliki ciri khas masing-masing baik itu budaya, alam, makanan, dan sebagainya. Salah satu kekayaan yang dimiliki Provinsi bangka Belitung adalah sebuah alat musik Tradisional yaitu Alat Musik Tradisional Dambus.

Bangka Belitung sebagai salah satu daerah rumpun melayu di Indonesia memiliki kesenian dan kebudayaan yang masih kental dengan adat melayu dan terikat dengan unsur keagamaannya. Kesenian Dambus adalah penanda budaya masyarakat Bangka Belitung yang diturunkan oleh nenek moyang. Dinamakan seni dambus karena kesenian ini terdiri dari alat musik, lagu dambus itu sendiri serta tariannya. Alat musik dambus merupakan alat musik tradisional khas Bangka Belitung yang memiliki bentuk mirip dengan gitar. Alat musik ini terdiri dari kepala yang berbentuk kepala rusa, senar yang berjumlah 6 atau lebih dan juga badan dambusnya. Sesungguhnya alat musik dambus sudah ada sejak zaman dahulu kala dalam adat melayu, namun seiring berjalannya waktu, Bangka Belitung memiliki ciri khas tersendiri untuk alat musik dambusnya. Lantunan nada yang dihasilkan dari petikan senarnya begitu pas dengan irama musik melayu. Sedangkan musik dambus sendiri diciptakan oleh masyarakat pribumi Bangka. Lirik lagunya menggunakan bahasa pengantar yakni bahasa melayu dengan menceritakan dan menggambarkan adat melayu pula, mengandung norma-norma adat dan nilai keagamaan. Lagu ini diiringi oleh musik dambus yang berasal dari lantunan nada alat musiknya. Selain itu, musik dambus ini biasanya


(13)

diiringi dengan tarian yang bernuansa melayu pula. Karena mengiringi musik dambus, jadi tarian ini diberi nama “Dincak Dambus”.

Dalam perkembangannya alat musik Tradisional Dambus ini sempat mendapat tempat di hati masyarakat Bangka Belitung. Apalagi pada sekitar era tahun 80-an, Kesenian Tradisional Dambus sempat menjadi kesenian favorit bagi warga masyarakat Bangka Belitung. Bahkan pada saat itu semua kalangan sangat menyukai kesenian musik Tradisional Dambus ini, dari mulai anak-anak, remaja hingga orang tua, hampir setiap ada peringatan hari besar keagamaan, Seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, asyura, dll. Kesenian musik Tradisional Dambus ini selalu dilaksanakan pada hari-hari besar agama Islam tersebut. Para pemain kesenian musik Tradisional Dambus biasanya memakai pakaian resmi setiap kali akan tampil, dan juga biasanya akan ada tarian yang mengiringi pertunjukan Dambus ini.

Alat musik Tradisional Dambus merupakan penanda budaya masyarakat provinsi Bangka Belitung yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan agar bisa diwariskan kepada anak cucu kita kelak, dan tidak hilang akibat munculnya budaya-budaya baru dari barat. Faktanya dimasa sekarang ini tidak banyak lagi masyarakat yang melestarikan kesenian musik Tradisional Dambus, hanya ada beberapa saja yang melestarikan alat musik Tradisional Dambus. Dan juga tidak adanya regenerasi atau penerus dari kesenian musik Tradisional Dambus ini. Faktanya juga bahwa remaja khususnya, hanya mengetahui alat musik Tradisional Dambus sebagai alat musik belaka, tanpa mengetahui sejarah dan perkembangan yang terjadi pada alat musik Tradisional Dambus tersebut. Dengan adanya kondisi faktual saat ini yang tidak sebanding atau tidak selaras dengan kondisi ideal maka penelitian ini penting untuk dilakukan.

I.2 Identifikasi Masalah

Setelah latar belakang dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain:


(14)

 Alat musik Tradisional Dambus merupakan penanda budaya masyarakat Provinsi Bangka Belitung yang diturunkan nenek moyang jadi harus dilestarikan dan dikembangkan agar generasi berikutnya bisa menikmati dan Kesenian Musik Tradisional Dambus Bangka Belitung tidak hilang.  Kesenian Tradisional Dambus Bangka sudah jarang ditampilkan

masyarakat desa di acara-acara adat ataupun acara lainnya.

 Kurangnya pemahaman dan pengetahuan dari kesenian Tradisional Dambus membuat anak-anak, remaja, dan generasi penerus enggan belajar kesenian Tradisional Dambus Bangka Belitung.

I.3 Rumusan Masalah

Dari uraian beberapa masalah pada identifikasi masalah, yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah :

 Bagaimana menginformasikan tentang sejarah dan perkembangan alat musik Tradisional Dambus sehingga tersampaikan kepada masyarakat khususnya remaja dan dewasa, agar alat musik tradisional dambus bisa di teruskan dan di lestarikan.

I.4 Batasan Masalah

Pembatasan masalah pada perancangan dan penyusunan tugas akhir ini lebih difokuskan pada memperkenalkan kesenian Tradisional Dambus kepada remaja, dan generasi muda dan mereka yang ingin memahami dan melestarikan kesenian Tradisional Dambus Bangka Belitung. Dan sebagai penerusnya agar lebih mengenal dan mencintai kebudayaan tradisional Indonesia yaitu dengan media Film Documenter.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan media informasi ini adalah dimaksudkan agar:

 Untuk mensosialisasikan tentang kesenian alat musik Tradisional Dambus kepada masyarakat Bangka Belitung dan Indonesia pada umumnya agar lebih mengenal dan mencintai alat musik tradisional Indonesia.


(15)

 Menjadikan masyarakat khususnya dikalangan remaja mengerti dan mengetahui sejarah dan perkembangan alat musik tradisional yang ada di setiap daerah di Indonesia, khususnya alat musik tradisional Dambus Provinsi Bangka Belitung, dan mampu memberi manfaat bagi semua pihak baik bagi dunia ilmu pengetahuan dan pihak yang menaruh perhatian terhadap keberadaan alat musik tradisional khususnya alat musik Dambus serta menjadi bahan yang akan menambah pengetahuan mengenai keberadaan alat musik tradisional Dambus dalam melestarikan kebudayaan tradisional Provinsi Bangka Belitung.


(16)

BAB II. ALAT MUSIK TRADISIONAL DAMBUS BANGKA

II.1 Musik Tradisional

Asal kata musik berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike yang diambil dari nama dewa dalam mitologi Yunani kuno yaitu Mousa yakni yang memimpin seni dan ilmu (Ensiklopedi National Indonesia, 1990 : 413). Sedangkan tradisional berasa dari kata Traditio (Latin) yang bermakna kebiasaan masyarakat yang sifatnya turun temurun. Kata tradisional sendiri merupakan sifat yang berarti berpegang teguh terhadap kebiasaan yang turun temurun (Salim dan Salim, 1991 : 1636). Menurut Sedyawati (1992 : 23) pengertian musik tradisional adalah musik yang dipakai sebagai perwujudan dan nilai budaya yang sesuai dengan tradisi. Maka bisa dijelaskan bahwa musik tradisional ialah musik masyarakat yang diwariskan secara turun – temurun dan berkelanjutan dalam masyarakat suatu daerah.

II.2 Kesenian Musik Tradisional Dambus

Dambus adalah sejenis alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik, alat musik Tradisional Dambus sendiri berasal dari luar daerah Bangka Belitung, terpengaruh dari alat musik yang berasal dari Timur Tengah yaitu alat musik Gambus. Namun kedua alat musik ini bisa dibedakan dengan jenis musik yang dimainkan, yang mana alat muasik Tradisional Dambus biasanya membawakan musik-musik melayu daerah Bangka Belitung, sedangkan alat musik Gambus biasanya membawakan musik-musik Arab atau Timur Tengah. Tidak ada yang tahu kapan alat musik Tradisional Dambus pertama kali masuk ke Bangka Belitung, menurut A. Hamid Saleh atau sering dipanggil Cak Mid, alat musik Tradisional Dambus adalah alat musik yang diturunkan oleh nenek moyang masyarakat Provinsi Bangka Belitung.

Alat musik Tradisional Dambus memiliki fungsi sebagai pengiring tarian dincak Dambus dan nyanyian pada waktu diselenggarakan pesta pernikahan atau acara syukuran atau acara besar islam. Alat musik ini identik dengan nyanyian yang bernafaskan Islam. Dalam mengiringi penyanyi, alat musik ini juga diiringi dengan alat musik lain, seperti rebana, gendang, gong, kicring, dan yang lainnya, untuk memperindah irama nyanyian. Bentuk alat musik Tradisional Dambus


(17)

sendiri agak lonjong memanjang dan kepala alat musik Tradisional Dambus berbentuk kepala Rusa , menurut Cak Mid hal ini dikarenakan nenek moyang orang Bangka Belitung terdahulu sangat menyukai binatang Rusa.

Alat musik Tradisional Dambus biasanya dimainkan secara berkelompok ataupun bisa dimainkan hanya dengan satu orang saja, atau sering disebut “surang” atau dalam bahasa Indonesia disebut sendiri. Pakaian yang digunakan pun biasanya menyesuaikan adat Daerah Bangka Belitung dengan pakaian seragam yang lengkap, dan dilengkapi sarung dan topi untuk setiap pemainnya.

Musik Tradisional Dambus dengan irama denting dawainya yang khas berbeda dibandingkan musik lain. Musik dambus dimainkan dengan diiringi lagu dan tarian khas melayu yang di Bangka Belitung disebut dengan nama Dincak Dambus. Dahulu pada perkembangannya, musik dambus selalu menjadi andalan dalam berbagai kegiatan masyarakat seperti perayaan hari besar agama islam seperti hari maulid Nabi Muhammad SAW, perayaan isr’a mi’raj, dan juga perayaan hari besar Islam lainnya, juga untuk perayaan pesta perkawinan, pesta adat, dan berbagai kegiatan lainnya yang ada di provinsi kepulauan bangka belitung.

Gambar II.1 Alat musik Dambus

Sumber http://smkpgri-pkp.sch.id/media/news/read/164/206/dambus (Diakses pada 10/05/2016)


(18)

II.2.1 Sejarah Perkembangan Musik Tradisional Dambus

Dambus yang kita kenal awalnya mempunyai perjalanan sejarah panjang, yang usianya hampir sama dengan keberadaan mula dikenalnya Pulau Bangka Belitung oleh para pendatang, kaum pesisir yang pernah hijrah ke Pulau Bangka Belitung.Dambus adalah sejenis alat musik yang dipergunakan dalam mengiringi Tarian, Nyanyian yang dilantunkan oleh pendahulu kita hingga dipelosok pedesaan pada waktu itu, oleh para ahlinya, bahkan lantunan bunyi yang dimainkan, konon cerita, sering diberi mantera sebagai Pemikat dan warga berbondong-bondong berdatangan menghampiri pagelaran yang diadakan oleh warga setempat. Dambus dapat ditemui dibanyak tempat di Pulau Bangka Belitung yang kaya dengan Imajinasi Seni dan budaya.

Namun cerita tersebut, mungkin karena pada waktu itu, Kesenian yang sering berlangsung sebagai hiburan warga pada waktu itu, yang menjadi pusat hiburan adalah Musik Dambus, maka tentunya semua warga akan tertuju pada suguhan berupa Musik Dambus. Dambus adalah alat musik petik, dibuat dengan ciri khas pada bagian kepala berupa kepala rusa, kijang atau menjangan, ditambah dengan alat bunyi-bunyian seperti biola khas Bangka Belitung, rebana, tawak-tawak, gong Bangka Belitung dan lainnya.

Kaitannya bentuk Dambus dibuat kepala rusa, berkemungkinan disimbolkan karena habitat ini selalu berada dalam kelompok yang besar dan sangat tangkas, mempunyai indera atau insting yang sangat cepat menangkap suatu situasi dan kondisi bila berada dalam situasi tertentu, kecepatan larinya, melompat yang sangat luar biasa, terkadang menyerupai bentuk yang diaplikasikan kedalam bentuk seni koreografer atau tarian oleh para pelaku seni. Oleh karena itulah kemungkinan Fauna Rusa, disimbolkan oleh para tetua pendahulu, sehingga alat Musik dambus Bangka Belitung disimbolkan kedalam bentuk Kepala Rusa sampai sekarang.

Keberadaan Dambus, erat kaitannya dengan pengaruh masuknya Agama Islam di Indonesia, di Bangka Belitung bahkan dipesisir Sumatera seperti Aceh, Riau, banyak ditemui alat musik ini, dengan variasi yang berbeda satu sama lainnya,


(19)

kalau di Bangka Belitung ditambah Alat yang dinamakan Tawak-Tawak, sejenis Gong dibuat dari batok kelapa (berasal dari kampung Pelangas, Kabupaten Bangka Barat, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.)

Di Pulau Bangka Belitung, Alat Musik Dambus umumnya dimiliki oleh kaum keluarga (musik rumah), dimana pemusiknya sering melantunkan, mengeluarkan gejolak pernyataan isi hatinya dalam hal percintaan, keagamaan, bersahut pantun dan lain sebagainya.

Agama Islam dan Kebudayaan Arab-Persia banyak memebrikan pengaruh dalam membentuk gaya musik Tradisional Dambus di Provinsi Bangka Belitung, daratan Sumatera dan kepulauan disekitarnya, serta belahan timur seperti Kalimantan, Sulawesi yang sama-sama masih mempunyai rentang tali serumpun melayu, dan adanya kontak yang erat antara pendengar dan pelaku musik, serta hubungan kultiril antar suku bangsa, sangat mempengaruhi bentuk pernyataan gaya musik di Indonesia, khususnya di Provinsi Bangka Belitung.

II.2.2 Alat-Alat Pengiring Musik Tradisional Dambus

Dalam setiap pertunjukannya, kesenian Tradisional Dambus biasanya diiringi oleh beberapa alat musik , diantaranya :

1. Dambus

Dambus merupakan alat musik utama yang dimainkan dalam pertunjukan kesenian musik Tradisional Dambus alat ini dimainkan oleh satu sampai dua orang pemain, tergantung permintaan dari masyarakat dan juga tergantung dari sanggar seni yang ada, dikarenakan saat ini sudah banyak sanggar seni alat musik tradisional Dambus yang sudah melakukan kolaborasi dengan alat musik modern seperti biola, piano atau keyboard juga sering di duetkan dengan alat musik tradisional Dambus. cara memainkan alat musik tradisional Dambus yaitu dengan cara dipetik dengan mengikuti alunan melodi musik melayu, kuncinya pun mirip seperti yang ada pada biola, dengan cara menggeser-geser jari sesuai dengan irama dan kemahiran pemain alat musik tradisional Dambus


(20)

Gambar II.2 Alat musik Dambus Sumber : Dokumen Pribadi April 2016

2. Gendang

Gendang biasanya dimainkan oleh tiga orang atau lebih sesuai dari banyak atau tidaknya anggota dari sanggar seni Dambus tersebut. Gendang dimainkan secara bersamaan agar menghasilkan nada yang indah dan dengan irama yang teratur mengikuti alunan nada alat musik Tradisional Dambus.

Gambar II.3 Gendang


(21)

3. Rebana

Rebana juga sebagai pengiring dari musik Tradisional Dambus dan biasanya juga dimainkan oleh dua orang atau lebih, nada-nada yang dihasilkan mengikuti irama lantunan musik Dambus.

Gambar II.4 Rebana

Sumber http://rebanajepara.blogspot.com/rebana (Diakses pada 20/05/2016)

4. Gong

Gong biasanya dimainkan oleh satu orang atau lebih sesuai dengan sanggar seni yang ada, gong sendiri dipukul mengikuti alunan nada alat musik Tradisional Dambus.


(22)

5. Tamborin

Tamborin biasanya dimainkan oleh satu orang saja, dan alat musik ini merupakan pelengkap dari musik Dambus.

Gambar II.6 Tamborin

Sumber : Dokumen Pribadi April 2016

II.2.3 Perbedaan Dambus Bangka Belitung dan Gambus

Yang membedakan Dambus Bangka Belitung dan Gambus adalah pada bagian kepala, bentuk badan, senar, dan ujung alat musiknya, dambus Bangka Belitung identik dengan ukuran yang agak sedikit lonjong dan bentuk ujung kepala yang berbentuk rusa. Sedangkan gambus bentuknya agak sedikit bulat dan ujungnya pun biasa tidak ada kepala rusa atau hiasan lainnya, sedangkan jenis musik yang dimainkan pun berbeda.

 Dambus Bangka

Gambar II.7 Dambus Bangka

Sumber http://Bangka.go.id/alat-musik-dambus


(23)

 Gambus

Gambar II.8 Gambus pada umumnya

Sumber http://oase.kompas.com/read/2010/07/27/07130690/Musik

(Diakses pada 20/05/2016)

II.2.4 Pentingnya Alat Musik Tradisional Dambus

 Menurut Cak Mid Dambus merupakan salah satu penanda kebudayaan masyarakat Provinsi Bangka Belitung yang diturunkan nenek moyang dari sejak lahirnya provinsi Kepulauan Bangka Belitung, lahirnya alat musik tradisional Dambus Provinsi Bangka Belitung bertepatan dengan lahirnya provinsi Bangka Belitung.

 Pengiring upacara adat masyarakat daerah Provinsi Bangka Belitung seperti penyambutan tamu dari luar daerah Provinsi Bangka Belitung.

 Memberikan nilai kultur yang dominan bernuansa islami kepada masyarakat provinsi Bangka Belitung yang mana masyarakat Bangka Belitung selalu memegang teguh keagamaannya.

 Menjadi ajang silahturahmi bagi masyarakat provinsi Bangka Belitung agar terjalin silaturahmi yang erat dan kekeluargaan yang harmonis.

 Melestarikan budaya yang sudah diwariskan turun temurun oleh nenek moyang masyarakat Provinsi Bangka Belitung agar kebudayaan ini tidak hilang dan alat musik tradisional Dambus tetap ada agar generasi yang akan datang bisa merasakan adanya kesenian tradisional yang berasal dari nenek moyangnya sendiri.


(24)

II.2.5 Bagian-Bagian Alat Musik Tradisional Dambus

Gambar II.9 Bagian – Bagian Dambus Bangka

Sumber http://bangkabelitungkite.blogspot.com/2012/05/alat-musik-khas-bangka-dambus.html

(Diakses pada 20/05/2016)  Bentuk Kepala Rusa

Menurut Cak Mid bentuk kepala Rusa pada alat musik Tradisional Dambus dikarenakan sudah ada sejak nenek moyang terdahulu, yang mana masyarakat Bangka Belitung sangat menyukai binatang Rusa yang populasinya sangat banyak di Provinsi Bangka Belitung.

 Pemutar Senar atau Tuning

Pemutar senar atau bisa juga disebut tuning berfungsi sebagai perubah nada atau untuk menurunkan dan menaikan nada pada alat musik Tradisional Dambus.

 Leher atau nut

Leher atau nut berfungsi untuk mengatur penempatan senar agar tetap konsisten pada tempatnya.


(25)

Setang atau Finger Board berfungsi sebagai tempat tangga nada untuk menghasilkan nada-nada pada alat musik Tradisional Dambus setang ini mirip dengan tangga nada pada biola.

 Kulit atau Triplek

Kulit atau triplek merupakan bagian pelapis badan alat musik Tradisional Dambus yang mana pada jaman dahulu masyarakat Bangka Belitung masih menggunakan kulit Rusa untuk melapisi bagian atas badan Dambus, dan sekarang hal itu mulai berubah yang mana sekarang masyarakat Bangka Belitung mulai beralih menggunakan triplek untuk melapisi bagian atas badan alat musik Tradisional Dambus.

 Lubang Resonasi

Lubang Resonasi merupakan penghasil nada berfungsi mengeluarkan suara getaran pada senar dan juga sebagai sirkulasi udara pada alat musik Tradisional Dambus agar suara yang dihasilkan bagus.

 Perut

Perut merupakan bagian lubang di dalam badan alat musik Tradisional Dambus yang berada di atas lubang resonasi yang berfungsi sebagai sirkulasi udara dan penghasil suara alat musik Tradisional Dambus.

 Kam

Kam fungsinya sama dengan leher yaitu untuk mengatur penempatan senar yang membedakannya adalah kam berada di bawah.

 Lubang Senar

Lubang Senar adalah tempat senar dimasukan sebelum senar diatur nada tinggi rendahnya dan disambung ke tuning.

II.2.6 Pembuatan Dambus

Dambus terbuat dari kayu cempedak atau kayu kenanga hutan, atau bisa juga menggunakan kayu nangka. Berdasar pengalaman seniman dambus, kedua jenis kayu ini cocok untuk menjadi bahan pembuatan dambus karena suara dambus terdengar nyaring dan merdu, dan juga kayu jenis ini bisa bertahan lama.


(26)

Sementara itu, alat-alat yang digunakan untuk membuat dambus cukup sederhana, antara lain berupa:

 Parang untuk menebang pohon.

 Pahat untuk membentuk dambus.

 Palu untuk memahat.

 Pisau raut untuk menghaluskan badan dambus.

 Gergaji untuk memotong kayu.

II.2.7 Proses Pembuatan

Proses pembuatan Dambus cukup rumit karena memerlukan waktu yang cukup lama dan membutuhkan ketelitian. Selain harus cermat dan hati-hati, membuat dambus memerlukan kesabaran untuk menghasilkan dambus dengan kualitas yang baik. Meskipun demikian, secara garis besar, ada tiga langkah cara membuat dambus, yaitu persiapan, pembuatan, dan pemeriksaan akhir.

1. Persiapan

Dalam proses persiapan ini biasanya yang dilakukan adalah mengumpulkan bahan, yaitu memilih kayu, menyiapkan senar, dan alat-alat pembuatan. Cara memilih kayu dilakukan dengan cara melakukan survei ke hutan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mencari pohon mana yang sudah siap untuk ditebang. Pohon dipilih yang tidak terlalu tua atau muda. Hal itu dikarenakan agar kayu mudah dibentuk dan dihaluskan serta suara dambus nantinya lebih nyaring.

2. Pembuatan

Setelah pohon ditebang lalu dipotong-potong sesuai dengan ukuran. Meskipun Dambus dapat dibuat sesuai selera, akan tetapi ukuran dambus biasanya sudah baku, hal ini didasarkan pada umumnya bentuk dambus selama ini.

Setelah dipotong sesuai ukuran, kayu lalu dibentuk menjadi Dambus menggunakan pahat dan palu. Bagian badan atau perut dilubangi sehingga kosong dan berbentuk seperti buah labu. Lubang ini berfungsi sebagai ruang resonansi


(27)

agar bunyi petikan senar berdenting dan berdengung. Lubang-lubang tersebut ada yang ditutup dengan kulit binatang, tapi ada juga yang menggunakan triplek. Pada bagian atas (ujung senar) dambus, biasanya diberi variasi berupa ornamen kepala kijang atau rusa. Hal ini bertujuan agar dambus lebih bernilai seni dan enak dipandang. Kijang dianggap sebagai binatang jinak yang indah, bahkan binatang ini menjadi maskot Kota Pangkal Pinang.

Setelah bentuk Dambus diperoleh, lalu dihaluskan dengan pisau raut. Langkah selanjutnya adalah memasang senar. Dahulu, dambus hanya terdiri dari tiga tali senar, namun sekarang sudah terjadi modifikasi dan bertambah menjadi empat tali senar. Setelah semua terangkai dan terbentuk, selanjutnya adalah menyetel tali senar sesuai dengan nada-nada bunyi dambus yang sedikit berbeda dengan nada pada gitar. Setelah itu, dambus sudah dapat digunakan dengan cara dipetik seperti gitar.

3. Pemeriksaan akhir

Dalam proses ini yang dilakukan biasanya adalah memeriksa nada-nada Dambus, apakah sudah benar atau belum. Jika belum, Dambus harus disetel terlebih dahulu. Jika Dambus ingin terlihat lebih menarik, biasanya akan dicat dengan warna sesuai selera pembuatnya. Akan tetapi, Dambus umumnya akan dicat warna coklat atau hanya dipernis sesuai warna kayu agar Dambus bisa bertahan lama dan tidak rapuh.

4. Kelebihan dan Kekurangan

Dambus memiliki fungsi yang sama dengan alat musik petik lainnya. Kelebihan dambus terletak pada bentuk dan bunyinya yang khas dan bentuk kepalanya yang berbentuk kepala kijang atau kancil. Alat ini sangat cocok untuk mengiringi musik-musik Melayu dengan alunan musik yang mendayu-dayu. Selain itu, Dambus juga sesuai untuk mengiringi musik-musik padang pasir khas jazirah Arab dan juga musik melayu Bangka Belitung yang khas akan pantun-pantun melayunya. (Imam Sudarto, 2004)


(28)

II.2.8 Opini Masyarakat terkait Alat Musik Tradisional Dambus

Saat ini alat musik Tradisional Dambus dan para senimanya sudah tidak banyak lagi, hanya ada beberapa dari sekian banyak masyarakat Bangka Belitung yang masih melestarikan alat musik Tradisional Dambus dan masih membuatnya. Sebagai alat musik Tradisional yang memiliki nilai luhur dalam kehidupan masyarakat Provinsi Bangka Belitung, alat musik Tradisional Dambus sangat penting untuk dilestarikan. Tapi tidak banyak masyarakat Provinsi Bangka Belitung yang tahu perbedaan yang ada pada alat musik Tradisional Dambus dengan alat musik Gambus pada umumnya dikarenakan keterbatasan informasi tentang alat musik Tradisional Dambus ini.

II.3 Analisis

Dalam menganalisis suatu permasalahan dibutuhkan aplikasi pertanyaan yang benar sehingga solusi yang dicapai akan tepat dan efisien. Berikut ini analisis (5W+1H) yang terdiri dari beberapa pertanyaan yaitu:

What–Apa yang menjadi inti permasalahan?

Tidak adanya penerus atau regenerasi terhadap pelaku kesenian musik Tradisional Dambus dari kalangan remaja dan orang dewasa dan juga banyak yang belum tahu akan sejarah dan perkembangan pada alat musik Tradisional Dambus di Provinsi Bangka Belitung.

Who–Siapa saja yang terlibat dalam masalah?

Pelaku Kesenian tradisional Dambus, orang tua, dan dewasa serta tokoh dibalik pembuatan alat musik Tradisional Dambus Provinsi Bangka Belitung.

Why–Mengapa masalah tersebut dapat muncul?

Disebabkan tidak adanya penerus atau regenerasi dari pelaku kesenian musik Tradisional Dambus Bangka Belitung dikarenakan remaja dan orang dewasa kurang tertarik dengan alat musik Tradisional Dambus dan juga tidak adanya pemberitahuan mengenai sejarah awal munculnya Dambus Provinsi Bangka Belitung.


(29)

Masalah ini mulai muncul sejak adanya budaya-budaya baru yang datang dari barat yang mana alat musik Tradisional Dambus mulai dilupakan bahkan ditinggalkan dan tidak ada regenerasi dan penerus.

Where –Dimana biasanya masalah tersebut muncul?

Kasus ini terjadi hampir di setiap daerah Provinsi Bangka Belitung yang mempunyai dan melestarikan kebudayaan dan alat musik Tradisional Dambus. How –Bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut?

Dalam mengatasi masalah ini, hal yang harus dilakukan yaitu pembuatan media- media yang memberikan informasi terhadap generasi muda khususnya kepada remaja dan orang dewasa di Provinsi Bangka Belitung, karena pada masa usia inilah harus ditanamkan sebuah pengetahuan, berharap menjadi penerus di masa mendatang. Dengan memanfaatkan film Dokumenter yang mana isi dari film Dokumenter tersebut adalah sejarah dan perkembangan alat musik Tradisional Dambus di provinsi Bangka Belitung.

II.4 Ringkasan dan Solusi Permasalahan

Bedasarkan pemaparan di atas maka dapat di ketahui bahwa alat musik Tradisional Dambus Provinsi Bangka Belitung itu merupakan sebuah alat musik Tradisional yang sudah ada sebelumnya dan sudah mengalami beberapa perubahan bentuk di beberapa bagian seperti kepala, bentuk ukuran, jumlah senar, dan ujung alat musik Dambus itu sendiri. Tetapi tidak banyak masyarakat Provinsi Bangka Belitung tahu akan sejarah dan perkembangan alat musik Tradisional Dambus di provinsi Bangka Belitung sehingga untuk mengatasi permasalahan ini dapat diselesaikan dengan membuat media informasi yang baik, berupa media digital ataupun media konvensional seperti Film Dokumenter, Poster dll. Hal ini di karenakan media informasi tentunya di harapkan dapat membantu pemberitahuan kepada masyarakat Provinsi Bangka Belitung dan sekitarnya tentang sejarah dan perkembangan pada alat musik Tradisional Dambus. Terutama media yg dipilih adalah media Film Dokumenter karena masyarakat akan lebih mudah memahaminya melalui media tersebut, dan masyarakat juga akan tahu sejarah perkembangan pada alat musik Tradisional Dambus melalui media Film Dokumenter.


(30)

II.5 Film Dokumenter

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda, termasuk hiburan dan figure palsu dengan kamera atau animasi. (Malaky, 2004 dalam Nugroho, 2007).

Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah penyajian kata. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter ini tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa sungguh-sungguh terjadi. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot (rangkaian peristiwa dalam film yang disajikan pada penonton secara visual dan audio), namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argument dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh peran baik dan peran jahat, konflik, serta penyelesaiannya seperti halnya film fiksi (Nugroho, 2007)

II.5.1 Unsur Pembuatan Film

Film secara umum dibagi menjadi dua unsur yaitu, unsur naratif dan unsur sinematik, dua unsur tersebut saling berhubungan untuk membentuk sebuah film. Jika hanya salah satu unsur saja yang terbentuk maka tidak akan menghasilkan sebuah film. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan di olah, sedangkan unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya, dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita film. Sementara unsur sinematik dibagi menjadi empat elemen pokok yakni, mise en scene, sinematografi, editing, dan suara. (Nugroho, 2007)

- Mise en scene adalah segala aspek yang berada di depan kamera yang akan di ambil gambarnya, yaitu seting (penunjuk ruang dan waktu yang memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya), tata cahaya, kostum, dan tata rias wajah, serta pergerakan pemain.

- Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu kamera dan film, framing serta durasi gambar. Kamera dan film mencakup


(31)

teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dengan objek yang akan di ambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame , jarak ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. Sementara durasi gambar mencakup lamanya objek diambil gambarnya oleh kamera.

- Editing tahap pasca produksi, pemilihan serta penyambungan shot-shot yang telah diambil, tahap setelah filmnya telah selesai, teknik yang digunakan untuk menggabungkan tiap gambarya.

- Suara dalam film dapat kita pahami sebagai seluruh suara yang keluar dari gambar, yaitu dialog, musik, dan efek suara.

II.5.2 Tahapan Pembuatan Film Dokumenter

Dalam setiap pembuatan film dokumenter memiliki lima tahapan dalam pembentukannya, yaitu:

- Menemukan Ide

Ide sangat penting sekali dalam pembuatan film dikarenakan bagaimana peristiwa atau fenomena yang akan diangkat menjadi sebuah film dapat menarik

- Menuliskan Film Statment

Film Statment adalah intisari dari film yang akan diungkapkan dengan kalimat singkat mengenai inti cerita dari film tersebut.

- Membuat Treatment dan Outline

Treatment atau struktur cerita berfungsi sebagai skrip dalam film dokumenter. Treatment disusun berdasarkan hasil riset , treatment menggambarkan film dari awal sampai akhir. Dan outline adalah sebuah cerita buatan sehingga alur dalam film dapat terbentuk.

- Mencatat Shoting List

Mencatat shoting list sangat penting sekali dalam proses produksi, karena dalam shoting list merupakan urutan-urutan dalam pengambilan gambar dari awal dan akhir.


(32)

Setelah proses produksi maka tahapan selanjutnya adalah menyiapkan editing script. Editing script adalah panduan dalam pemotongan-pemotongan gambar.

II.6 Target Audien

Target utama dalam perancangan ini terbagi menjadi dua sasaran, yaitu target primer dan target sekunder. Yang menjadi target primer bisa menjadi target user atau target market, target user adalah pria dan wanita usia 15 – 25 tahun dan target market adalah remaja dan orang dewasa yang dibidik untuk melakukan pengenalan terhadap alat musik tradisional, dan target sekunder adalah target yang diluar target primer.

1.Target Primer Target User

Usia : Usia 15 – 25 Tahun. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan. Kelas sosial : Semua Kelas.

Kondisi kejiwaan : Orang yang gemar akan musik dan ilmu pengetahuan serta cinta akan budaya dan ilmu pengetahuan, keingintahuannya besar akan alat musik tradisional dan cara membuat alat musik tersebut.

Target Market

Demografis : Remaja dan Dewasa. Kelas sosial : Semua Kelas.

Geografis : Provinsi Bangka Belitung

Kondisi kejiwaan : Menyadari bahwa kebudayaan dan alat musik tradisional sangalah penting untuk diperkenalkan dan dilestarikan.

2. Target Sekunder

Demografis : Semua orang yang mencintai kebudayaan dan ingin lebih mengenal lagi kebudayaannya seperti alat musik tradisional Geografis : Di Provinsi Bangka Belitung.


(33)

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1. Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dibutuhkan gagasan yang tepat dan efektif untuk menyampaikan media informasi yang baik dan akan menghasilkan karya yang lebih maksimal. Dimulai dengan tahapan strategi perancangan terlebih dahulu kemudian mengacu pada konsep visual yang akan dibuat. Khalayak sasaran yang dituju adalah umur 15 sampai dengan 25 tahun, yaitu remaja yang kurang mengetahui terhadap perkembangan budaya tradisional, yaitu alat musik Tradisional Dambus Provinsi Bangka Belitung.

III.I.1.Target Audien

Target audien adalah kelompok sasaran yang dituju secara khusus. Pemilihan target audien dalam perancangan film Dokumenter alat musik Tradisional Dambus ini dipilih karena beberapa hal, berdasarkan pertimbangan film Dokumenter ini harus dapat dipahami oleh kalangan masyarakat khususnya remaja dan dewasa. Target audien diperuntukan bagi masyarakat umum khususnya remaja dan dewasa yang memiliki minat terhadap perkembangan budaya Tradisional, yaitu Kesenian Tradisional Dambus. Hal-hal tersebut secara spesifik dapat dibagi berdasarkan beberapa segi:

• Demografis

Secara demografis target audien dari film dokumenter Kesenian Tradisional Dambus ini meliputi dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Dengan kategori kelompok usia antara 15-25 tahun, dengan status sosial bawah, menengah dan atas yang diasumsikan dapat teringatkan akan pentingnya melestarikan kebudayaan tradisional khususnya Kesenian musik Tradisional Dambus Bangka.

• Geografis

Pemilihan target audien berdasarkan geografis ditujukan kepada remaja yang bertempat tinggal baik itu didaerah pedesaan maupun perkotaan dimana masyarakat telah mengalami perubahan gaya hidup khususnya dalam sisi kepedulian akan kebudayaan tradisional atau alat musik tradisional. Daerah yang menjadi target dari perancangan ini adalah daerah Provinsi Kepulauan Bangka


(34)

• Psikografis

Secara psikografis target audien yang dituju dari media film dokumenter Kesenian Tradisional Dambus ini adalah usia remaja yang masih membutuhkan informasi dan pengetahuan tentang alat musik tradisional Dambus itu sendiri.

III.1.2. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dalam media informasi ini adalah memberikan informasi suatu kesenian yang ingin disampaikan, juga menitikberatkan mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sejumlah orang banyak. Dengan demikian tujuan komunikasi dalam media informasi ini yaitu :

 Memperkenalkan alat musik Tradisional Dambus kepada masyarakat Bangka Belitung dan sekitarnya.

 Mengingatkan masyarakat khususnya remaja tentang kebudayaan tradisional alat musik Dambus dan pentingnya kesadaran untuk melestarikan budaya alat musik Tradisional Dambus.

III.1.3 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang akan dibuat adalah melalui budaya karena alat musik Tradisional Dambus sendiri memposisikan sebagai budaya yang di turun-temurunkan oleh leluhurnya untuk anak cucunya. Penggayaan yang digunakan melalui santai dan meriah karena target utamanya adalah remaja dan dewasa antara umur 15-25 tahun. Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah yang diperjelas lagi dengan bahasa Indonesia yang jelas dan mudah dipahami oleh pelihat. Pendekatan komunikasi dalam membangun sebuah video tentu akan sangat di perlukan. Untuk itu pada pendekatan komunikasi akan dibagi menjadi dua pendekatan yaitu visual dan verbal.

III.1.3.1 Pendekatan Komunikasi Visual

Perancangan pada video ini akan di tekankan pada unsur sinematiknya. Melihat sebuah media informasi tentang alat musik Tradisional Dambus yang sudah ada, maka pada perancangan akan di buat sebuah media informasi yang berbeda dari yang biasanya dan akan lebih menekankan pada unsur budaya dan sinematiknya. Film dokumenter ini akan menggunakan pendekatan visual dan dari teknik-teknik


(35)

videografi untuk memberikan gambar yang lebih menarik dan nyata. Konsep pendekatan visual yang hendak dibangun adalah teknik videografi. Teknik ini merupakan gabungan dari stok video yang akhirnya menjadi kesatuan utuh video. Dengan menerapkan teknik-teknik videografi dalam video diharapkan akan mengahasilkan sebuah video yang berbeda, serta memberikan pemahaman dan daya tarik kepada masyarakat.

III.1.3.2 Pendekatan Komunikasi Verbal

Pendekatan Verbal Video ini dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengetahui alat musik Tradisional Dambus Bangka. Alur cerita yang digunakan pada film dokumenter ini yaitu dengan pemaparan dari tokoh-tokoh yang ada, dan masih melestarikan alat musik Tradisional Dambus melalui informasi dan sebuah wadah video. Pendekatan komunikasi verbal dalam perancangan ini menggunakan bahasa yang bersifat informasi. Dimana strategi komunikasi bertujuan memberikan pesan yang baik. Gaya bahasa yang akan digunakan dalam penyampaian ini, merupakan bahasa daerah yang akan diperjelas dengan teks berbahasa Indonesia yang jelas dan mudah dipahami oleh pelihat.

III.1.4. Materi Pesan

Materi yang akan disampaikan adalah, menyampaikan pesan untuk melestarikan alat musik Tradisional Dambus sebagai warisan kebudayaan Provinsi Bangka Belitung yang diturunkan oleh nenek moyang Masyarakat Bangka Belitung dan juga mempromosikannya, dan dibuat media-media promosi agar lebih efektif penyampaiannya, terutama media promosi yang akan di buat adalah melalui film dokumenter.

Konsep dalam materi pesan yang digunakan disini adalah :

 Menginformasikan alat musik Tradisional Dambus Bangka Belitung.

 Menarik minat remaja untuk mengenal dan melestarikan alat musik Tradisional Dambus Bangka Belitung.

 Melestarikan alat musik Tradisional Dambus sebagai warisan kebudayaan masyarakat Bangka Belitung.

 Memberikan Informasi tentang alat musik Tradisional Dambus provinsi Bangka Belitung.


(36)

III.1.5. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang dipakai dalam penyampaian ini merupakan bahasa Daerah Bangka Belitung yang akan diperjelas dengan teks bahasa Indonesia yang jelas dan mudah dipahami oleh target audien. Dan lebih banyak menggunakan gaya bahasa non-verbal yaitu promosi film dokumenter yang dilakukan melalui media visual seperti poster, stiker, dan lain-lain. Hal tersebut bertujuan agar film dokumenter ini diketahui oleh khalayak sasaran.

III.1.6 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang digunakan adalah dengan menggunakan Qr code scaner yang di pasang di banner website dan media sosial sehingga masyarakat bisa langsung tertuju pada trailer film dokumenter ini. Serta dalam media tersebut terdapat informasi yang akan mengarahkan kepada media utama. Strategi kreatif sangat penting dalam menerjemahkan pesan yang ingin disampaikan kedalam bahasa visual karena pesan yang disampaikan jelas menggunakan elemen grafis sebagai dasar pada media yang dirancang. Strategi yang akan dibuat adalah film dokumenter karena film dokumenter dapat menarik perhatian remaja. Film dokumenter merupakan media kreatif yang dipilih untuk penyajian video ke penerima pesan. Pada dasarnya ide ini muncul dari pepatah yaitu tak kenal maka tak sayang. Jadi film ini akan memperkenalkan kesenian Tradisional Dambus kepada masyarakat khususnya remaja di Bangka Belitung dengan cara tersebut. Film dokumenter dapat didefinisikan, yaitu sebuah sajian gambar dan suara yang mengenalkan atau menjelaskan sesuatu hal yang berisikan informasi dan ditujukan kepada khalayak atau penerima pesan. Film dokumenter banyak digunakan untuk menceritakan sebuah cerita yang sebenarnya ke dalam sebuah video. Pada perancangan ini, maka di buatlah sebuah film dokumenter alat musik Tradisional Dambus. Dengan menggunakan teknik ini pelihat pesan akan mudah mengerti dengan penjelasan yang ada, karena sifatnya hanya memaparkan kejadian sebenarnya di tempat tersebut. Untuk menunjang video ini tentu pemilihan angle, dan lokasi, akan mempengaruhi tindakan dari penerima pesan. Guna untuk mengenalkan atau memberikan informasi kepada masyarakat Bangka Belitung.


(37)

Gambar III.1 Poster. Sumber : Dokumen Pribadi.

Jalan Cerita Atau Storyline

Dimulai pada suatu hari dari aktifitas latihan para tokoh dan pemain Dambus di Bangka Belitung, pengambilan gambar langsung di rumah para tokoh dan pemain dambus pada saat mereka sedang latihan dan istirahat serta ketika mereka sedang menjelaskan tentang alat musik Tradisional Dambus, setiap sudut angel diambil ketika mereka sedang berlatih memainkan alat musik Tradisional Dambus, ditambah lagi dengan dokumentasi wawancara yang dilakukan langsung kepada para tokoh-tokoh yang ada, yang akan menjelaskan tentang alat musik Tradisional Dambus, disini ada 3 kelompok sanggar Kesenian Tradisional Dambus Bangka yang diambil gambarnya ketika mereka sedang berlatih yang nantinya akan di satukan kedalam satu buah video yang kemudian dirangkai menjadi satu dan kemudian membentuk sebuah film dokumenter yang utuh. Dari tahap-tahap gambar yang diambil akan disusun secara berurutan mulai dari wawancara kepada


(38)

para tokoh, hasil latihan para pemain Musik Tradisional Dambus beserta alat musik Tradisional Dambus itu sendiri.

Storyboard

Pada storyboard akan di tentukan tempat-tempat yang akan dituju pada saat produksi. Penentuan lokasi dan juga sebagian angle disetiap objek.

Gambar III.2 Storyboard. Sumber : Dokumen Pribadi.

III.1.7 Strategi Media

Semakin berkembangnya dunia teknologi, masyarakat kini mampu dengan mudah mengakses informasi berupa video, tidak hanya media informasi yang berupa media cetak. Justru dengan hadirnya media informasi berupa video dengan tampilan visualisasi yang menarik, mampu lebih cepat ditanggap oleh penerima pesan. Video merupakan media yang kompleks karena didalamnya ada visual dan audio, jadi indra penglihatan dan pendengaran akan mampu menyaingi dari penggunaan media yang lain. Selain itu dengan adanya film dokumenter ini akan


(39)

memudahkan presepsi masyarakat terhadap kesenian Tradisional Dambus Bangka Belitung. Karena presepsi ingatan yang berupa audio visual itu mampu diingat lebih lama dan mempunyai kesan tersendiri.

 Media Utama

- Film Dokumenter

Film Dokumenter yaitu sebuah sajian gambar dan suara yang mengenalkan atau menjelaskan sesuatu hal yang sebenarnya dan ditujukan kepada khalayak atau penerima pesan.

Media utama yang dipilih berupa film dokumenter, karena dengan penyampaian pesan berupa film dokumenter pelihat pesan mampu lebih cepat menangkap penggambaran dari Kesenian Tradisional Dambus. Dengan demikian akan memudahkan dalam penyampaian dan diterimanya informasi tentang Kesenian Tradisional Dambus Bangka.

 Media Pendukung -Poster

Definisi Poster Menurut Sudjana dan Rivai (2007:51), poster adalah sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di dalam ingatannya. Jadi poster dapat didefinisikan sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat, dengan warna.

- Banner Website

Banner website adalah salah satu jenis media promosi yang ada di sebuah website atau media sosial yang pada umumnya memiliki bentuk vertikal atau portrait.

-Trailer Film Dokumenter

Trailer merupakan sebuah promosi yang dilakukan sebelum sebuah program televisi benar-benar ditayangkan di sebuah televisi, trailer sangat berguna untuk memberitahukan jadwal tayang dan jam tayang kepada pemirsa yang tidak tahu akan jam tayang sebuah program di televisi. Hal ini akan sangat membantu bagi para pemirsa televisi yang ingin menyaksikan program televisi


(40)

-Stiker

adalah bahan yang dapat menempel sendiri atau dengan kata lain dia memiliki bahan perekat sehingga dapat ditempelkan dimanapun. Didalam stiker akan di tampilkan QR Code yang akan menunjukan ke salah satu media berupa trailer film dokumenter yang terdapat di media digital seperti Youtube.

III.1.8. Strategi Distribusi dan Waktu Penyebaran Media

Strategi distribusi yang dipilih melalui media elektronik berupa Televisi dan selanjutnya akan di upload ke media website dan media online lainnya. Penyeberan film dokumenter bisa di lakukan melalui televisi daerah yang ada di Provinsi Bangka Belitung. Dan trailer Film Dokumenter akan disebarkan melalui media seperti media sosial, youtube dan juga website pemerintahan Provinsi Bangka Belitung. Pemilihan media ini mengingat pada era sekarang orang atau masyarakat akan lebih cenderung menggunakan media online atau internet dalam mencari data-data yang mereka butuhkan sebelum hendak berangkat ke tempat yang dituju. Dan melalui media internet masyarakat dapat melihat data-data berulangkali dan juga dapat mengambil data tersebut untuk menjadi acuan. Selain itu juga masyarakat akan sangat mudah dan lebih cepat mendapatkan pesan dengan menggunakan media internet.

III.2. Konsep Visual

Konsep visual dalam pembuatan film dokumenter ini adalah mengabungkan stok video dengan video yang lainnya sehingga mengasilkan suatu video utuh. Kemudian menggunakan elemen-elemen berupa musik atau audio serta tipografi. Elemen visual seperti videografi agar pesan dalam film dokumenter bisa tersampaikan serta mudah untuk di mengerti.

III.2.1. Format Desain

Format desain yang ada pada film disebut dengan aspek ratio. Aspek ratio merupakan perbandingan ukuran lebar dan tinggi pada suatu frame. Untuk film ini aspek ratio yang digunakan adalah 1280px x 720px untuk mendapatkan hasil yang full frame. Mengingat visual yang ditampilkan cendrung landscape maka pada format video yang ditampilkan akan menggunakan full frame.


(41)

Gambar III.3 Contoh Gambar Ukuran Frame. Sumber : Dokumen Pribadi.

III.2.2. Tata Letak (Layout)

Layout merupakan salah satu unsur yang sangat berpengaruh dalam sebuah komposisi. Pengertian layout sendiri ialah mengatur penempatan berbagai unsur komposisi, seperti huruf, teks, garis, bidang, gambar dan lain sebagainya. Layout yang digunakan adalah layout jenis Copy heavy. Layout copy heavy adalah suatu layout yang tata letaknya pada bentuk copy writing atau dengan kata lain komposisi layout didominasi oleh penyajian teks yang ada didalalam video tersebut.


(42)

III.2.3. Huruf / Tipografi

Untuk menjelaskan unsur informasi yang ada pada film dokumenter ini akan menggunakan elemen tipografi. Tipografi yang digunakan harus mengandung keterbacaan, nyaman dari segi proposi, spasi, ukuran dan juga penempatannya. Penggunaan tipografi akan mengarah kepada jenis huruf yang terkesan tegas dan jelas sehingga tidak melelahkan mata target audience. Dengan tingkat keterbacaan yang baik huruf yang digunakan pada video ini adalah Gill Sans MT Condensed, Indonesia, Calibri. Dan pada penerapannya akan disesuaikan dengan penempatanya.

Berikut ini adalah tipe huruf yang dipilih:

Gambar III.5 Jenis Font Yang Digunakan Sumber : Dokumen Pribadi.

 Gili Sans MT Condensed

Jenis tipografi yang digunakan adalah Gili Sans MT Condensed karena jenis font (huruf) ini sangat mudah dibaca dan sangat cocok digunakan didalam sebuah video untuk penyajian teks opening video ataupun untuk teks yang akan digunakan dibagian lowerthird.


(43)

 Indonesia

Jenis tipografi yang digunakan adalah Indonesia karena jenis font yang tebal dan tegas serta sangat Indonesia yang sangat cocok digunakan di dalam video kesenian ini.

 Calibri

Huruf yang paling mudah untuk dibaca dan digunakan untuk keterangan informasi.

III.2.4. Ilustrasi

Penggunaan ilustrasi dalam sebuah film dokumenter ini berfungsi untuk memperjelas dan mempertegas juga sekaligus sebagai daya tarik visual. Ilustrasi yang dipakai dalam film dokumenter ini adalah dengan memaparkan kejadian sebenarnya tentang Kesenian Tradisional Dambus. hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesan nyata dan lebih dapat dicerna oleh target sasaran, karena berhubungan dengan budaya tradisional.

Gambar III.6 Contoh Illustrasi Film Dokumenter Dambus Sumber : Dokumen Pribadi.

Ikon yang ada di dalam Poster dan video di ambil dari alat musik Tradisional Dambus itu sendiri, yaitu instrument-instrument musik seperti alat musik Dambus beserta alat-alat lainnya. Agar terlihat kesan alat musik Tradisional Dambus Provinsi Bangka Belitung.


(44)

III.2.5. Warna

Warna merupakan salah satu unsur desain yang mempengaruhi pesan. Pemilihan warna dalam konsep visual ini berdasarkan pada kesan yang ingin di tonjolkan dan kepada siapa kesan ini akan disampaikan. Setiap warna dapat mempunyai arti warna yang berbeda pada setiap orang yang melihatnya, karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Selain itu warna juga mempengaruhi emosi orang yang melihatnya. Warna-warna yang digunakan disesuaikan dengan warna-warna yang banyak terdapat pada kesenian Tradisional Dambus serta warna yang berkaitan dengan masyarakat Bangka Belitung dan juga menggunakan warna-warna yang cerah.

Gambar III.7 Warna CMYK. Sumber : Dokumen Pribadi.

III.2.6. Musik

Elemen yang sangat berperan penting dalam memperkuat mood, nuansa, serta suasana film ini adalah musik. Musik dapat di kelompokan menjadi dua macam, yaitu ilustrasi musik dan lagu. Ilustrasi musik adalah musik latar yang mengiringi aksi selama cerita berjalan, sedangkan musik lagu adalah pengring sebuah film yang membentuk karakter serta mood suasana adegannya. Elemen musik yang dipakai pada video ini sendiri adalah musik Dambus Karena mengingat fungsi musik disini untuk mempertegas suasana agar lebih kuat makna dari film dokumenter alat musik Tradisional Dambus ini.


(45)

BAB IV. TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

IV.1. Teknis Produksi Media

Dalam tahapan ini adalah tahapan akhir dari proses yang telah disusun sebelumnya atau final artwork. Dimana seluruh gagasan dan materi yang telah dikumpulkan sebelumnya akan diproses untuk menjadi sebuah tampilan yang diharapkan. Guna memberikan hasil yang maksimal dalam proses eksekusi akhir ini diperlukan juga beberapa tahapan yang harus di persiapkan terlebih dahulu secara teknis antara lain seperti hardware dan sofware yang dibutuhkan. Tahap ini sangat penting dalam proses perancangan ini, agar pada pelaksanaanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Dalam proses pembuatan film dokumenter ini terdiri dari beberapa proses yaitu:

a. Pra Produksi

Pra produksi merupakan tahap yang dilakukan sebelum produksi, misalnya dibutuhkanya skenario atau storyboard dalam pembuatannya.

Gambar IV.1 Storyboard Sumber: Dokumen pribadi

b. Produksi

Produksi merupakan proses dari pembuatan video. Seluruh tim produksi bekerja keras untuk menghasilkan suatu karya yang maksimal. Perlu adanya kerja sama dalam tim tersebut. Dalam pelaksanaan proses produksi pengambilan gambar


(46)

editing dengan pinnacle studio milik wahana computer (2008) adalah menampilkan video-video scene dan transisi yang tersusun atas ikon-ikon thumbnail. Selain itu dalam proses produksi peran sutradara itu sangat penting untuk memandu seluruh tim tentang apa saja yang harus dilakukan. Kameramen juga sangat penting dalam proses produksi ini, karena gambar yang dihasilkannya mampu menentukan mudah atau tidaknya dalam proses editing nanti hasilnya akan sesuai dengan yang diinginkan atau tidak.

c. Paska Produksi

Paska produksi itu adalah proses setelah dilakukannya proses produksi, misalnya proses editing. Setelah video diambil, video-video tersebut di edit ulang mengikuti alur cerita yang sudah digambarkan di storyboard melalui Adobe Premiere. Sebelum ke adobe premire membuat teks didalam video terlebih dahulu melalui Adobe After Effects.

Gambar IV.2 Proses Editting Adobe After Efects Sumber: Dokumen pribadi

Semua hasil pengolahan dari Adobe After Effect di masukan ke dalam adobe premiere pro sebagai finishingnya. Selain itu dalam adobe premiere pro ini juga mulai menyesuaikan lagu yang akan digunakan dan memasukan efek-efek lainnya. Selanjutnya file yang telah selesai siap untuk direndering.


(47)

Gambar IV.3 Proses Editting Adobe Premiere Pro Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.1. Media Utama  

           

Gambar IV.4 Tampilan Awal Film Dokumenter Dambus. Sumber : Dokumen Pribadi.

Adapun spesifikasi media utama Film Dokumenter Dambus Bangka yaitu: Format / bentuk : Wide.

Ukuran : 1280 px x 720 px . Material : Kamera, lensa, monitor. Teknik Produksi : Digital.


(48)

IV.1.2. Tahap Eksekusi Proses Pembuatan Film Dokumenter

Pada tahap eksekusi ini adalah tahap dimana dilakukannya proses visual, dimana pada proses visual ini adalah dengan mengambil gambar dari setiap scene yang ada pada storyboard dan memaparkan kejadian yang sebenarnya di tempat tersebut. Disini nantinya akan dijabarkan dari proses awal informasi sampai akhir.  

Gambar IV.5 Tahapan Film Dokumenter. Sumber : Dokumen Pribadi.

Gambar IV.6 Tahapan Film Dokumenter. Sumber : Dokumen Pribadi.


(49)

  Gambar IV.7 Tahapan Film Dokumenter.

Sumber : Dokumen Pribadi.

Gambar IV.8 Tahapan Film Dokumenter. Sumber : Dokumen Pribadi.

IV.1.3. Teknik Pengambilan Gambar

Teknik – teknik dalam pengambilan gambar film dokumenter yang dilakukan sebagai berikut :

 Dalam teknik pengambilan gambar film dokumenter alat musik Tradisional Dambus ini menggunakan teknik-teknik dasar videography. Pengambilan gambar ini mengambil beberapa macam teknik seperti close up, tilt up, tilt down, full angel dan banyak lagi jenis-jenis pengambilan gambar yang ada


(50)

pada proses pembuatan film dokumenter ini agar terlihat kesan dramatis pada hasil akhirnya.

 Frame size yang digunakan adalah Full Shoot (FS). Dalam pengambilan gambar ini penuh dengan objek objek, fungsinya untuk memperlihatkan objek beserta lingkungannya secara lebih jelas.

 Moving Camera (Gerakan Kamera) yang digunakan adalah Fading (in/out). Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan.

IV.1.4. Tahap Akhir  Film Dokumenter

Ukuran Media : 1280 px x 720 px Teknis Produksi : Digital

Film dokumenter merupakan media utama dalam memperkenalkan alat musik Tradisional Dambus kepada masyarakat kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya. Yang mana film dokumenter ini akan ditayangkan di televisi, kemudian akan di upload ke media sosial seperti youtube.

Gambar IV.9 Film Dokumenter. Sumber : Dokumen Pribadi.


(51)

 Trailer

Ukuran Media : 1280 px x 720 px Teknis Produksi : Digital

Trailer digunakan sebagai media pendukung untuk film dokumenter Dambus ini, sebagai pemberitahuan di televisi ataupun bisa diupload di youtube dan website pemerintahan.

Gambar IV.10 Trailer Film Dokumenter. Sumber : Dokumen Pribadi.

 Poster

Ukuran Media : A3 (42 cm x 29,7 cm)

Teknis Produksi : Cetak, Art Papper 250 gr laminasi glossy

Media poster digunakan sebagai media pendukung dalam peracangan film dokumenter untuk dibagikan ke lembaga desa, daerah dan lain-lainnya untuk di tempel di mading desa dan dipromosikan kepada masyarakat, agar masyarakat tahu akan jadwal dan jam tayang film dokumenter ini di televisi, poster akan sangat membantu dalam penyebaran informasi tentang jadwal dan jam tayang film dokumenter alat musik tradisional Dambus provinsi kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya.


(52)

Gambar IV.11 Poster. Sumber : Dokumen Pribadi.  Banner Website

Ukuran Media : 200 px x 400 px Teknis Produksi : Online Website

Banner website digunakan sebagai promosi film dokumenter, banner ini akan di masukan kedalam website milik pemerintahan seperti dinas pariwisata dan juga di media-media sosial seperti fecebook, twitter, dan youtube agar masyarakat bisa menyaksikan kembali tayangan yang telah dilihat melalui medi televisi.

  Gambar IV.12 Banner Website


(53)

Gambar IV.13 Contoh Banner Media Sosial. Sumber : Dokumen Pribadi

 Sticker

Ukuran Media : 10cm x 13 cm

Teknis Produksi : Cetak, Art Papper 250 gr laminasi glossy

Media sticker digunakan sebagai media pendukung dalam peracangan film dokumenter Dambus Bangka sebagai merchandise dan akan di bagikan ke masyarakat di provinsi Bangka Belitung agar masyarakat bisa melihat kembali film dokumenter yang telah ditonton hanya dengan menscan qr code yang ada pada sticker

           


(54)

   

Gambar IV.14 Stiker 2 Sumber : Dokumen Pribadi.

IV.1.5Kesimpulan

Pada laporan tugas akhir yang didapatkan adalah melakukan proses shooting videoPerancangan Informasi Alat Musik Tradisional Dambus Untuk Remaja di Bangka Belitung Melalui Film Dokumenter yang ditugaskan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sehingga bisa membuat progress ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada para pelaku kesenian musik Dambus Bangka, dan para pemain alat musik Tradisional Dambus Bangka Belitung yang sudah memperbolehkan untuk survey di lingkungan dan mengambil gambar untuk pembuatan film Dokumenter ini. Semoga dengan dibuatkannya film Dokumenter ini diharapkan bisa lebih memperkenalkan lagi alat musik Tradisional Dambus di semua kalangan masyarakat khususnya remaja di Provinsi Bangka Belitung.


(1)

  Gambar IV.7 Tahapan Film Dokumenter.

Sumber : Dokumen Pribadi.

Gambar IV.8 Tahapan Film Dokumenter. Sumber : Dokumen Pribadi.

IV.1.3. Teknik Pengambilan Gambar

Teknik – teknik dalam pengambilan gambar film dokumenter yang dilakukan sebagai berikut :

 Dalam teknik pengambilan gambar film dokumenter alat musik Tradisional Dambus ini menggunakan teknik-teknik dasar videography. Pengambilan gambar ini mengambil beberapa macam teknik seperti close up, tilt up, tilt


(2)

pada proses pembuatan film dokumenter ini agar terlihat kesan dramatis pada hasil akhirnya.

 Frame size yang digunakan adalah Full Shoot (FS). Dalam pengambilan gambar ini penuh dengan objek objek, fungsinya untuk memperlihatkan objek beserta lingkungannya secara lebih jelas.

 Moving Camera (Gerakan Kamera) yang digunakan adalah Fading (in/out). Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan.

IV.1.4. Tahap Akhir  Film Dokumenter

Ukuran Media : 1280 px x 720 px Teknis Produksi : Digital

Film dokumenter merupakan media utama dalam memperkenalkan alat musik Tradisional Dambus kepada masyarakat kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya. Yang mana film dokumenter ini akan ditayangkan di televisi, kemudian akan di upload ke media sosial seperti youtube.

Gambar IV.9 Film Dokumenter. Sumber : Dokumen Pribadi.


(3)

 Trailer

Ukuran Media : 1280 px x 720 px Teknis Produksi : Digital

Trailer digunakan sebagai media pendukung untuk film dokumenter Dambus ini, sebagai pemberitahuan di televisi ataupun bisa diupload di youtube dan website pemerintahan.

Gambar IV.10 Trailer Film Dokumenter. Sumber : Dokumen Pribadi.

 Poster

Ukuran Media : A3 (42 cm x 29,7 cm)

Teknis Produksi : Cetak, Art Papper 250 gr laminasi glossy

Media poster digunakan sebagai media pendukung dalam peracangan film dokumenter untuk dibagikan ke lembaga desa, daerah dan lain-lainnya untuk di tempel di mading desa dan dipromosikan kepada masyarakat, agar masyarakat tahu akan jadwal dan jam tayang film dokumenter ini di televisi, poster akan sangat membantu dalam penyebaran informasi tentang jadwal dan jam tayang film dokumenter alat musik tradisional Dambus provinsi kepulauan Bangka Belitung dan sekitarnya.


(4)

Gambar IV.11 Poster. Sumber : Dokumen Pribadi.  Banner Website

Ukuran Media : 200 px x 400 px Teknis Produksi : Online Website

Banner website digunakan sebagai promosi film dokumenter, banner ini akan di masukan kedalam website milik pemerintahan seperti dinas pariwisata dan juga di media-media sosial seperti fecebook, twitter, dan youtube agar masyarakat bisa menyaksikan kembali tayangan yang telah dilihat melalui medi televisi.

  Gambar IV.12 Banner Website


(5)

Gambar IV.13 Contoh Banner Media Sosial. Sumber : Dokumen Pribadi

 Sticker

Ukuran Media : 10cm x 13 cm

Teknis Produksi : Cetak, Art Papper 250 gr laminasi glossy

Media sticker digunakan sebagai media pendukung dalam peracangan film dokumenter Dambus Bangka sebagai merchandise dan akan di bagikan ke masyarakat di provinsi Bangka Belitung agar masyarakat bisa melihat kembali film dokumenter yang telah ditonton hanya dengan menscan qr code yang ada pada sticker

           


(6)

   

Gambar IV.14 Stiker 2 Sumber : Dokumen Pribadi.

IV.1.5Kesimpulan

Pada laporan tugas akhir yang didapatkan adalah melakukan proses shooting video “Perancangan Informasi Alat Musik Tradisional Dambus Untuk Remaja di Bangka Belitung Melalui Film Dokumenter” yang ditugaskan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sehingga bisa membuat progress ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada para pelaku kesenian musik Dambus Bangka, dan para pemain alat musik Tradisional Dambus Bangka Belitung yang sudah memperbolehkan untuk survey di lingkungan dan mengambil gambar untuk pembuatan film Dokumenter ini. Semoga dengan dibuatkannya film Dokumenter ini diharapkan bisa lebih memperkenalkan lagi alat musik Tradisional Dambus di semua kalangan masyarakat khususnya remaja di Provinsi Bangka Belitung.