Kajian Distribusi Minyak Goreng dalam Upaya Efisiensi Jaringan Pemasaran di Kabupaten Bogor
KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI
JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Melia Famiola. F03495045. Kajian Distribusi Minyak Gareng Dalam Upaya
Efisiensi Jaringan Pemasaran Di Kabupaten Bagar. Dibawah Bimbingan Prof. Dr. Ir.
H. Eriyatno, MSAE.
RINGKASAN
Minyak goreng merupakan salah satu komoditi stategis bangsa, tidak hanya
sebagai kebutuhan hidup rakyat banyak saja tetapi juga menjadi indikator dalam
menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
Fluktuasi hdrga minyak goreng !uru!
mempengaruhi inflasi dalam perekonomian Indonesia.
Penelitian ini bertujuan un!uk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi minyak goreng, menganalisa biaya-biaya yang terlibat dalam distribusi
minyak goreng dan
menentukan tingkat eiisiensi pemasaran minyak gareng
khususnya di Kabupaten Bogor.
Metode penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penentu tingkat efisiensj
pemasaran minyak goreng yaitu dengan menganalisa struktur pasar, perilaku pasar
dan keragaan pasar minyak goreng. Pengamatan lapangan mencakup 7 sampel
pasar di Kabupaten Bogor yaitu Pasar Bogor, Cibinong, Citereup, Depok, Cisalak,
Ciawi dan Leuwiliang.
Untuk menentukan tingkat keterpaduan pasar-pasar di Kabupaten Bogar maka
pasar-pasar tersebut dibagi atas dua jenis yaitu pasar rujukan dan pasar lakal,
sebagai pasar rujukan diambil Pasar Bagor dan Pasar Cibinong, sedangkan pasarpasar lain dianggap sebagai pasar lokal. Pengujian keterpaduan pasar ini dilakukan
dengan
Index Market Integration (IMC) yang merupakan sebuah made I regresi
dengan pendekatan Autoregresive Distribution Log.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa harga minyak goreng dipengaruhi oleh
harga CPO diluar negeri, nilai tukar rupiah terhadap US$, kebijakan pemerintah dan
jaringan distribusi.
Analisa perilaku pasar memperlihatkan struktur pasar di
Kabupaten Bogor bersifat persaingan monopolis, sedangkan dari segi kapasitas
produksi bersifat oligopoli. Dari segi mekanisme pasar, perusahaan yang mampu
menguasai pasar adalah perusahaan yang menguasai bahan baku dan jaringan
distribusi sendiri dengan fasilitas distribusi yang memadai.
Analisa perilaku pasar menunjukkan bahwa telah adanya kerjasama antar
lembaga pemasaran terutama hubungan yang bersifat vertikal yaitu antara
pedagang besar dengan pedagang menegah dan pedagang menengah dengan
pedagang kecil. Dilain sisi terlihat adanya beberapa konflik pemasaran terutama
antar lembaga yang bersifat horizontal yaitu antara KDI dengan Pedagang Besar,
selain itu juga konflik antara KDI dengan agen-agen KDI, dan ini dapat menimbulkan
tidak efisiensinya kinerja lembaga itu sendiri.
Hasil uji keragaan pasar terlihat bahwa biaya-biaya yang terlibat dalam
distribusi minyak goreng adalah biaya transportasi, penanganan, susut, dan biaya
lain seperti upah tenaga kerja, sewa tempat dan bunga bank.
Marjin pemasaran
minyak goreng di Kabupaten Bogor berkisar antar 18-19 % atau perbedaan harga
dari produsen hingga konsumen sebesar Rp. 500 - Rp. 550 per kilogram.
Hasil uji
keragaan pasar melalui uji statistik-t terlihat bahwa antara pasar-pasar di Kabupaten
Bogar pada dasarnya tidak terpadu dalam jangka pendek. Hasil uji IMC
menunjukkan antar pasar Citereup terhadap Pasar Bogar (2,387) maupun Pasar
Cibinong (2,298) memiliki IMC yang lebih mendekati IMC=O dibandingkan dengan
pasar-pasar lokal lain, berarti Pasar Citereup cenderung lebih terpadu terhadap
kedua pasar rujukan dibandingkan dengan pasar-pasar lain. Pada jangka panjang
dari hasil uji-t terlihat pad a dasarnya pasar-pasar di Kabupaten Bogor terpadu,
kecuali pasar Ciawi terhadap Pasar Cibinong dan Pasar Bogar. Hasil uji b, terlihat
nilai b, berkisar dari 0,076 sampai 1,44.
Nilai ini menunjukkan tingkat integrasi
pasar antar pasar di Kabupaten Bogor relatif terpadu, karena nilai b, cenderung
mendekati 1. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang bila (Idak terjadi distorsi maka
pasar minyak goreng antar pasar-pasar tersebut akan saling mempengaruhi secara
kuat.
Untuk mengurangi sifat monopoli atau oligopoli maka perlu pemberdayaan dan
peningkatan peranan pengusaha kecil, menengah dan koperasi dalam penyaluran
minyak goreng.
Dalam rangka mengatasi konflik yang terjadi antar lembaga-
lembaga pemasaran minyak goreng perlu adanya kompromi antar lembaga tentang
keberadaan dan fungsi masing-masing. Untuk mewujudkan persaingan yang sehat
perlu
pelaksanaan
Undang-Undang Persaingan Sehat.
Untuk menciptakan
keterpaduan pasar dapat dilakukan dengan perbaikkan komunikasi dan informasi
pasar, perbaikkan sarana transportasi dan pengolahan pasar.
KAJIAN OISTRIBUSI MINYAK GORENG OALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN
PEMASARAN 01 KABUPATEN BOGOR
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
SKRIPSI
Sebagai salah satu s yarat untuk memperoleil gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG OR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
KAJIAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN
PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pad a Jurusan TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
Dilahirkan pada tang gal 27 Maret 1977
di Solok
Tanggal Lulus: 11 Agustus 1999
KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI
JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Melia Famiola. F03495045. Kajian Distribusi Minyak Gareng Dalam Upaya
Efisiensi Jaringan Pemasaran Di Kabupaten Bagar. Dibawah Bimbingan Prof. Dr. Ir.
H. Eriyatno, MSAE.
RINGKASAN
Minyak goreng merupakan salah satu komoditi stategis bangsa, tidak hanya
sebagai kebutuhan hidup rakyat banyak saja tetapi juga menjadi indikator dalam
menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
Fluktuasi hdrga minyak goreng !uru!
mempengaruhi inflasi dalam perekonomian Indonesia.
Penelitian ini bertujuan un!uk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi minyak goreng, menganalisa biaya-biaya yang terlibat dalam distribusi
minyak goreng dan
menentukan tingkat eiisiensi pemasaran minyak gareng
khususnya di Kabupaten Bogor.
Metode penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penentu tingkat efisiensj
pemasaran minyak goreng yaitu dengan menganalisa struktur pasar, perilaku pasar
dan keragaan pasar minyak goreng. Pengamatan lapangan mencakup 7 sampel
pasar di Kabupaten Bogor yaitu Pasar Bogor, Cibinong, Citereup, Depok, Cisalak,
Ciawi dan Leuwiliang.
Untuk menentukan tingkat keterpaduan pasar-pasar di Kabupaten Bogar maka
pasar-pasar tersebut dibagi atas dua jenis yaitu pasar rujukan dan pasar lakal,
sebagai pasar rujukan diambil Pasar Bagor dan Pasar Cibinong, sedangkan pasarpasar lain dianggap sebagai pasar lokal. Pengujian keterpaduan pasar ini dilakukan
dengan
Index Market Integration (IMC) yang merupakan sebuah made I regresi
dengan pendekatan Autoregresive Distribution Log.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa harga minyak goreng dipengaruhi oleh
harga CPO diluar negeri, nilai tukar rupiah terhadap US$, kebijakan pemerintah dan
jaringan distribusi.
Analisa perilaku pasar memperlihatkan struktur pasar di
Kabupaten Bogor bersifat persaingan monopolis, sedangkan dari segi kapasitas
produksi bersifat oligopoli. Dari segi mekanisme pasar, perusahaan yang mampu
menguasai pasar adalah perusahaan yang menguasai bahan baku dan jaringan
distribusi sendiri dengan fasilitas distribusi yang memadai.
Analisa perilaku pasar menunjukkan bahwa telah adanya kerjasama antar
lembaga pemasaran terutama hubungan yang bersifat vertikal yaitu antara
pedagang besar dengan pedagang menegah dan pedagang menengah dengan
pedagang kecil. Dilain sisi terlihat adanya beberapa konflik pemasaran terutama
antar lembaga yang bersifat horizontal yaitu antara KDI dengan Pedagang Besar,
selain itu juga konflik antara KDI dengan agen-agen KDI, dan ini dapat menimbulkan
tidak efisiensinya kinerja lembaga itu sendiri.
Hasil uji keragaan pasar terlihat bahwa biaya-biaya yang terlibat dalam
distribusi minyak goreng adalah biaya transportasi, penanganan, susut, dan biaya
lain seperti upah tenaga kerja, sewa tempat dan bunga bank.
Marjin pemasaran
minyak goreng di Kabupaten Bogor berkisar antar 18-19 % atau perbedaan harga
dari produsen hingga konsumen sebesar Rp. 500 - Rp. 550 per kilogram.
Hasil uji
keragaan pasar melalui uji statistik-t terlihat bahwa antara pasar-pasar di Kabupaten
Bogar pada dasarnya tidak terpadu dalam jangka pendek. Hasil uji IMC
menunjukkan antar pasar Citereup terhadap Pasar Bogar (2,387) maupun Pasar
Cibinong (2,298) memiliki IMC yang lebih mendekati IMC=O dibandingkan dengan
pasar-pasar lokal lain, berarti Pasar Citereup cenderung lebih terpadu terhadap
kedua pasar rujukan dibandingkan dengan pasar-pasar lain. Pada jangka panjang
dari hasil uji-t terlihat pad a dasarnya pasar-pasar di Kabupaten Bogor terpadu,
kecuali pasar Ciawi terhadap Pasar Cibinong dan Pasar Bogar. Hasil uji b, terlihat
nilai b, berkisar dari 0,076 sampai 1,44.
Nilai ini menunjukkan tingkat integrasi
pasar antar pasar di Kabupaten Bogor relatif terpadu, karena nilai b, cenderung
mendekati 1. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang bila (Idak terjadi distorsi maka
pasar minyak goreng antar pasar-pasar tersebut akan saling mempengaruhi secara
kuat.
Untuk mengurangi sifat monopoli atau oligopoli maka perlu pemberdayaan dan
peningkatan peranan pengusaha kecil, menengah dan koperasi dalam penyaluran
minyak goreng.
Dalam rangka mengatasi konflik yang terjadi antar lembaga-
lembaga pemasaran minyak goreng perlu adanya kompromi antar lembaga tentang
keberadaan dan fungsi masing-masing. Untuk mewujudkan persaingan yang sehat
perlu
pelaksanaan
Undang-Undang Persaingan Sehat.
Untuk menciptakan
keterpaduan pasar dapat dilakukan dengan perbaikkan komunikasi dan informasi
pasar, perbaikkan sarana transportasi dan pengolahan pasar.
KAJIAN OISTRIBUSI MINYAK GORENG OALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN
PEMASARAN 01 KABUPATEN BOGOR
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
SKRIPSI
Sebagai salah satu s yarat untuk memperoleil gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG OR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
KAJIAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN
PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pad a Jurusan TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
Dilahirkan pada tang gal 27 Maret 1977
di Solok
Tanggal Lulus: 11 Agustus 1999
JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Melia Famiola. F03495045. Kajian Distribusi Minyak Gareng Dalam Upaya
Efisiensi Jaringan Pemasaran Di Kabupaten Bagar. Dibawah Bimbingan Prof. Dr. Ir.
H. Eriyatno, MSAE.
RINGKASAN
Minyak goreng merupakan salah satu komoditi stategis bangsa, tidak hanya
sebagai kebutuhan hidup rakyat banyak saja tetapi juga menjadi indikator dalam
menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
Fluktuasi hdrga minyak goreng !uru!
mempengaruhi inflasi dalam perekonomian Indonesia.
Penelitian ini bertujuan un!uk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi minyak goreng, menganalisa biaya-biaya yang terlibat dalam distribusi
minyak goreng dan
menentukan tingkat eiisiensi pemasaran minyak gareng
khususnya di Kabupaten Bogor.
Metode penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penentu tingkat efisiensj
pemasaran minyak goreng yaitu dengan menganalisa struktur pasar, perilaku pasar
dan keragaan pasar minyak goreng. Pengamatan lapangan mencakup 7 sampel
pasar di Kabupaten Bogor yaitu Pasar Bogor, Cibinong, Citereup, Depok, Cisalak,
Ciawi dan Leuwiliang.
Untuk menentukan tingkat keterpaduan pasar-pasar di Kabupaten Bogar maka
pasar-pasar tersebut dibagi atas dua jenis yaitu pasar rujukan dan pasar lakal,
sebagai pasar rujukan diambil Pasar Bagor dan Pasar Cibinong, sedangkan pasarpasar lain dianggap sebagai pasar lokal. Pengujian keterpaduan pasar ini dilakukan
dengan
Index Market Integration (IMC) yang merupakan sebuah made I regresi
dengan pendekatan Autoregresive Distribution Log.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa harga minyak goreng dipengaruhi oleh
harga CPO diluar negeri, nilai tukar rupiah terhadap US$, kebijakan pemerintah dan
jaringan distribusi.
Analisa perilaku pasar memperlihatkan struktur pasar di
Kabupaten Bogor bersifat persaingan monopolis, sedangkan dari segi kapasitas
produksi bersifat oligopoli. Dari segi mekanisme pasar, perusahaan yang mampu
menguasai pasar adalah perusahaan yang menguasai bahan baku dan jaringan
distribusi sendiri dengan fasilitas distribusi yang memadai.
Analisa perilaku pasar menunjukkan bahwa telah adanya kerjasama antar
lembaga pemasaran terutama hubungan yang bersifat vertikal yaitu antara
pedagang besar dengan pedagang menegah dan pedagang menengah dengan
pedagang kecil. Dilain sisi terlihat adanya beberapa konflik pemasaran terutama
antar lembaga yang bersifat horizontal yaitu antara KDI dengan Pedagang Besar,
selain itu juga konflik antara KDI dengan agen-agen KDI, dan ini dapat menimbulkan
tidak efisiensinya kinerja lembaga itu sendiri.
Hasil uji keragaan pasar terlihat bahwa biaya-biaya yang terlibat dalam
distribusi minyak goreng adalah biaya transportasi, penanganan, susut, dan biaya
lain seperti upah tenaga kerja, sewa tempat dan bunga bank.
Marjin pemasaran
minyak goreng di Kabupaten Bogor berkisar antar 18-19 % atau perbedaan harga
dari produsen hingga konsumen sebesar Rp. 500 - Rp. 550 per kilogram.
Hasil uji
keragaan pasar melalui uji statistik-t terlihat bahwa antara pasar-pasar di Kabupaten
Bogar pada dasarnya tidak terpadu dalam jangka pendek. Hasil uji IMC
menunjukkan antar pasar Citereup terhadap Pasar Bogar (2,387) maupun Pasar
Cibinong (2,298) memiliki IMC yang lebih mendekati IMC=O dibandingkan dengan
pasar-pasar lokal lain, berarti Pasar Citereup cenderung lebih terpadu terhadap
kedua pasar rujukan dibandingkan dengan pasar-pasar lain. Pada jangka panjang
dari hasil uji-t terlihat pad a dasarnya pasar-pasar di Kabupaten Bogor terpadu,
kecuali pasar Ciawi terhadap Pasar Cibinong dan Pasar Bogar. Hasil uji b, terlihat
nilai b, berkisar dari 0,076 sampai 1,44.
Nilai ini menunjukkan tingkat integrasi
pasar antar pasar di Kabupaten Bogor relatif terpadu, karena nilai b, cenderung
mendekati 1. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang bila (Idak terjadi distorsi maka
pasar minyak goreng antar pasar-pasar tersebut akan saling mempengaruhi secara
kuat.
Untuk mengurangi sifat monopoli atau oligopoli maka perlu pemberdayaan dan
peningkatan peranan pengusaha kecil, menengah dan koperasi dalam penyaluran
minyak goreng.
Dalam rangka mengatasi konflik yang terjadi antar lembaga-
lembaga pemasaran minyak goreng perlu adanya kompromi antar lembaga tentang
keberadaan dan fungsi masing-masing. Untuk mewujudkan persaingan yang sehat
perlu
pelaksanaan
Undang-Undang Persaingan Sehat.
Untuk menciptakan
keterpaduan pasar dapat dilakukan dengan perbaikkan komunikasi dan informasi
pasar, perbaikkan sarana transportasi dan pengolahan pasar.
KAJIAN OISTRIBUSI MINYAK GORENG OALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN
PEMASARAN 01 KABUPATEN BOGOR
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
SKRIPSI
Sebagai salah satu s yarat untuk memperoleil gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG OR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
KAJIAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN
PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pad a Jurusan TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
Dilahirkan pada tang gal 27 Maret 1977
di Solok
Tanggal Lulus: 11 Agustus 1999
KAHAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI
JARINGAN PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Melia Famiola. F03495045. Kajian Distribusi Minyak Gareng Dalam Upaya
Efisiensi Jaringan Pemasaran Di Kabupaten Bagar. Dibawah Bimbingan Prof. Dr. Ir.
H. Eriyatno, MSAE.
RINGKASAN
Minyak goreng merupakan salah satu komoditi stategis bangsa, tidak hanya
sebagai kebutuhan hidup rakyat banyak saja tetapi juga menjadi indikator dalam
menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.
Fluktuasi hdrga minyak goreng !uru!
mempengaruhi inflasi dalam perekonomian Indonesia.
Penelitian ini bertujuan un!uk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi minyak goreng, menganalisa biaya-biaya yang terlibat dalam distribusi
minyak goreng dan
menentukan tingkat eiisiensi pemasaran minyak gareng
khususnya di Kabupaten Bogor.
Metode penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penentu tingkat efisiensj
pemasaran minyak goreng yaitu dengan menganalisa struktur pasar, perilaku pasar
dan keragaan pasar minyak goreng. Pengamatan lapangan mencakup 7 sampel
pasar di Kabupaten Bogor yaitu Pasar Bogor, Cibinong, Citereup, Depok, Cisalak,
Ciawi dan Leuwiliang.
Untuk menentukan tingkat keterpaduan pasar-pasar di Kabupaten Bogar maka
pasar-pasar tersebut dibagi atas dua jenis yaitu pasar rujukan dan pasar lakal,
sebagai pasar rujukan diambil Pasar Bagor dan Pasar Cibinong, sedangkan pasarpasar lain dianggap sebagai pasar lokal. Pengujian keterpaduan pasar ini dilakukan
dengan
Index Market Integration (IMC) yang merupakan sebuah made I regresi
dengan pendekatan Autoregresive Distribution Log.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa harga minyak goreng dipengaruhi oleh
harga CPO diluar negeri, nilai tukar rupiah terhadap US$, kebijakan pemerintah dan
jaringan distribusi.
Analisa perilaku pasar memperlihatkan struktur pasar di
Kabupaten Bogor bersifat persaingan monopolis, sedangkan dari segi kapasitas
produksi bersifat oligopoli. Dari segi mekanisme pasar, perusahaan yang mampu
menguasai pasar adalah perusahaan yang menguasai bahan baku dan jaringan
distribusi sendiri dengan fasilitas distribusi yang memadai.
Analisa perilaku pasar menunjukkan bahwa telah adanya kerjasama antar
lembaga pemasaran terutama hubungan yang bersifat vertikal yaitu antara
pedagang besar dengan pedagang menegah dan pedagang menengah dengan
pedagang kecil. Dilain sisi terlihat adanya beberapa konflik pemasaran terutama
antar lembaga yang bersifat horizontal yaitu antara KDI dengan Pedagang Besar,
selain itu juga konflik antara KDI dengan agen-agen KDI, dan ini dapat menimbulkan
tidak efisiensinya kinerja lembaga itu sendiri.
Hasil uji keragaan pasar terlihat bahwa biaya-biaya yang terlibat dalam
distribusi minyak goreng adalah biaya transportasi, penanganan, susut, dan biaya
lain seperti upah tenaga kerja, sewa tempat dan bunga bank.
Marjin pemasaran
minyak goreng di Kabupaten Bogor berkisar antar 18-19 % atau perbedaan harga
dari produsen hingga konsumen sebesar Rp. 500 - Rp. 550 per kilogram.
Hasil uji
keragaan pasar melalui uji statistik-t terlihat bahwa antara pasar-pasar di Kabupaten
Bogar pada dasarnya tidak terpadu dalam jangka pendek. Hasil uji IMC
menunjukkan antar pasar Citereup terhadap Pasar Bogar (2,387) maupun Pasar
Cibinong (2,298) memiliki IMC yang lebih mendekati IMC=O dibandingkan dengan
pasar-pasar lokal lain, berarti Pasar Citereup cenderung lebih terpadu terhadap
kedua pasar rujukan dibandingkan dengan pasar-pasar lain. Pada jangka panjang
dari hasil uji-t terlihat pad a dasarnya pasar-pasar di Kabupaten Bogor terpadu,
kecuali pasar Ciawi terhadap Pasar Cibinong dan Pasar Bogar. Hasil uji b, terlihat
nilai b, berkisar dari 0,076 sampai 1,44.
Nilai ini menunjukkan tingkat integrasi
pasar antar pasar di Kabupaten Bogor relatif terpadu, karena nilai b, cenderung
mendekati 1. Ini berarti bahwa dalam jangka panjang bila (Idak terjadi distorsi maka
pasar minyak goreng antar pasar-pasar tersebut akan saling mempengaruhi secara
kuat.
Untuk mengurangi sifat monopoli atau oligopoli maka perlu pemberdayaan dan
peningkatan peranan pengusaha kecil, menengah dan koperasi dalam penyaluran
minyak goreng.
Dalam rangka mengatasi konflik yang terjadi antar lembaga-
lembaga pemasaran minyak goreng perlu adanya kompromi antar lembaga tentang
keberadaan dan fungsi masing-masing. Untuk mewujudkan persaingan yang sehat
perlu
pelaksanaan
Undang-Undang Persaingan Sehat.
Untuk menciptakan
keterpaduan pasar dapat dilakukan dengan perbaikkan komunikasi dan informasi
pasar, perbaikkan sarana transportasi dan pengolahan pasar.
KAJIAN OISTRIBUSI MINYAK GORENG OALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN
PEMASARAN 01 KABUPATEN BOGOR
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
SKRIPSI
Sebagai salah satu s yarat untuk memperoleil gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Jurusan TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1999
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOG OR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
KAJIAN DISTRIBUSI MINYAK GORENG DALAM UPAYA EFISIENSI JARINGAN
PEMASARAN DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pad a Jurusan TEKNOLOGIINDUSTRI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
MELIA FAMIOLA
F03495045
Dilahirkan pada tang gal 27 Maret 1977
di Solok
Tanggal Lulus: 11 Agustus 1999