Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

SimposiumNasionalAkuntansi XIX, Lampung, 2016 4 dikaji dalam hubungannya GCG terhadap ARL. Untuk itu penelitian ini akan mengkaji kembali pengaruh variabel audit dan GCG terhadap ARL dan menguji kemampuan moderasi variabel tekanan ketaatan hukum dalam hubungan variabel GCG terhadap ARL. Variabel ini tekanan ketaatan hukum selanjutnya disebut ketaatan hukum merupakan variabel baru yang ditambahkan dalam penelitian ini.

2. Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan hubungan antara pemegang saham shareholders sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen, hubungan ini dikenal dengan nama hubungan keagenan. Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan hubungan keagenan sebagai “agency relationship as a contract under which one or more person the principals engage another person the agent to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent ”. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak Wu et al. 2014 dimana principal memberikan wewenang kepada agen untuk mengambil keputusan mengenai operasi perusahaan. Agen sebagai pihak yang diserahi wewenang harus mempertanggungjawabkan dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada principal. Salah satu media yang digunakan untuk menyampaikan pertanggungjawaban tersebut adalah laporan keuangan. Hubungan keagenan akan memicu timbulnya masalah keagenan. Masalah keagenan ini timbul, bila keputusan yang diambil oleh agen mengenai operasi perusahaan tidak sejalan dengan tujuan yang diinginkan principal yaitu memaksimalkan kemakmuran principal lewat maksimalisasi nilai perusahaan, melainkan untuk memaksimalkan kemakmuran pribadi agen. Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari seratus persen. Proporsi kepemilikan tersebut membuat agen cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan agency cost. Fama Jensen 1983 mendefinisikan agency cost sebagai jumlah biaya yang dikeluarkan prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin agen akan mengambil keputusan yang optimal bagi kepentingan principal karena adanya perbedaan kepentingan yang besar diantara keduanya. SimposiumNasionalAkuntansi XIX, Lampung, 2016 5 Teori keagenan merupakan teori yang relevan untuk penelitian ini karena menjelaskan fungsi Dewan Komisaris; dewan komisaris independen dan Komite Audit dalam struktur GCG sebagai pemonitor dari mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan. Fungsi monitoring ini berkaitan praktek GCG dan pelaporan keuangan sebagai proses pertanggungjawaban kinerja agen Shukeri dan Nelson 2011. 2.2 Audit Report Lag Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan masalah umum dan penting dalam pelaporan keuangan beberapa tahun terakhir ini. Ketepatan waktu meningkatkan kegunaan informasi akuntansi dan menjadi elemen penting untuk menilai kualitas laporan keuangan di negara-negara berkembang Leventis et al., 2005. Dengan alasan tersebut penyajian laporan keuangan tepat waktu menjadi syarat karakteristik kualitatif penyajian laporan keuangan dalam standar akuntansi yang berlaku di beberapa negara Eghlaiow, 2012. Investor memiliki kepentingan terhadap penyajian laporan keuangan tepat waktu. Kepentingan tersebut ditujukan pada nilai ekonomis dari informasi yang terkandung pada laporan keuangan. Keterlambatan dalam penyajian laporan keuangan akan menurunkan kegunaan dan nilai ekonomis dari suatu informasi Apadore dan Noor, 2015. ARL merupakan periode antara akhir tahun fiskal sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit yang telah ditandatangani auditor Pizzini et al. 2015. Penekanan jangka waktu ARL memegang peranan penting dalam penyajian laporan keuangan tepat waktu. Untuk itu penelitian terkait variabel yang berpengaruh terhadap ARL menjadi penting guna menemukan strategi bagi pengawas pasar modal dalam mengurangi ketidaktepatan penyajian laporan keuangan dan bahan evaluasi bagi investor dalam memilih ke perusahaan mana investasinya akan ditujukan. 2.3 Good Corporate Governance GCG mengatur hubungan pihak pengelola perusahaan dengan pihak lain yang berkepentingan stakeholder terhadap perusahaan, sesuai dengan definisi GCG oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI yaitu “Corporate governance is assets of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, emplyees and other internal and exsternal stakeholders in respect to their right and responsibility or the system by which companies are directed and controlled.” Dengan demikian mekanisme GCG merupakan suatu aturan SimposiumNasionalAkuntansi XIX, Lampung, 2016 6 main dan prosedur yang mengatur hubungan antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut Rouf, 2011. Efektivitas GCG dalam mengawasi proses pelaporan keuangan merupakan suatu hal penting untuk menjaga kepercayaan investor di pasar modal Ebaid, 2013. Perusahaan dengan mekanisme GCG yang baik diharapkan dapat meningkatkan persepsi investor dari keandalan kinerja perusahaan yang diukur dengan laba. Penelitian terdahulu membuktikan GCG memainkan peran penting dalam proses monitoring, dan karena itu memiliki dampak positif pada kualitas laba yang dilaporkan Gul et al, 2009; Jiang dan Anandarajam, 2009; Lin dan Hwang, 2010. Informasi kualitas laba akan berguna bagi pemakai laporan keuangan jika disajikan tepat waktu Deachow et al. 2010, karena mekanisme GCG memiliki prinsip-prinsip yaitu fairness, transparancy, accountability, dan responsibility Siallangan dan Januarti, 2014 maka dengan penerapan prinsip- prinsip tersebut mekanisme GCG diharapakan mampu meningkatkan ketepatan waktu dan meningkatkan integritas laporan keuangan Mukhtaruddin, et al. 2014. Tiga mekanisme Mekanisme GCG yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Dewan Komisaris DK, Dewan Komisaris Independen DKI dan Komite Audit Independen KAI. 2.3.1 Dewan Komisaris dan Audit Report Lag Salah satu kelemahan ukuran DK yang besar adalah komunikasi dan masalah koordinasi Nor et al., 2010. Hal ini membuat dewan komisaris kurang mampu dan kurang efisien dalam memonitor operasi perusahaan dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris yang kecil Dimitropoulos Asteriou, 2010. Mak dan Li 2001 berpendapat bahwa ukuran DK yang besar kurang mampu berpartisipasi dan tidak teorganisir sehinga tidak dapat mencapai kesepakatan. Xie et al. 2003 juga berpendapat bahwa ukuran dewan komisaris yang kecil tidak terbebani dengan masalah birokrasi, sehingga lebih mampu memberikan laporan pengawasan keuangan yang lebih baik, untuk itu Hipotesis 1 H1 adalah sebagai berikut : H 1 : Dewan Komisaris berpengaruh terhadap audit report lag. SimposiumNasionalAkuntansi XIX, Lampung, 2016 7 2.3.2 Dewan Komisari Independen dan Audit Report Lag DKI adalah dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan. Dewan ini terbukti penting dan telah diakui bahkan diatur dalam peraturan pasar modal mengenai keharusan perusahaan memiliki DKI. Mekanisme GCG di banyak negara memberikan perhatian khusus untuk memiliki proporsi DKI yang wajar dalam perusahaan. DKI merupakan salah satu unsur penting dalam mekanisme GCG serta kehadirannya dalam dewan komisaris merupakan rekomendasi dari praktisi GCG Zattoni Cuomo, 2010. Regulasi dari berbagai negara mengharuskan komisaris independen mengembang tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pengawasan yang efektif Lazar et al., 2014 atas prilaku direksi. DKI yang efektif memantau prilaku direksi atas kepentingan minoritas El Masry, 2008, untuk itu Hipotesis 2 H2 adalah sebagai berikut : H2 : Dewan Komisaris Indpenden berpengaruh negatif terhadap audit report lag. 2.3.3 Komite Audit Independen dan Audit Report Lag KAI merupakan bagian yang penting dalam struktur GCG khusus yang berkaitan dengan kualitas dan penerbitan laporan keuangan Ika dan Ghazali, 2012 dan merupakan pemonitor penting dalam proses pelaporan keuangan. Regulator dan investor menyerukan komite audit harus independen dari manajemen agar mampu melakukan pemantauan yang efektif, sehingga dapat menekan perilaku oportunistik manajemen, dan memastikan penyajian laporan keuangan yang berkualitas Agoglia, et al. 2011 Komite audit ini biasanya memiliki mayoritas anggota dari eksekutif dan diharapkan melihat urusan perusahaan dengan cara terpisah dan tidak memihak. Kualitas dan kredibilitas terhadap pelaporan keuangan dapat menurun ketika komite audit memiliki kemandirian rendah atau tidak independen Habbash, 2010. Salah satu tujuan dari komite audit adalah untuk memberikan ulasan objektif tentang informasi keuangan Emeh, 2013 dan Archambeault et al 2008 menunjukkan bahwa kemerdekaan komite audit mengurangi manajemen laba dan kemungkinan penyajian penipuan pelaporan keuangan. Demikian pula, Choi et al. 2004 menemukan ketika anggota komite audit memiliki saham di perusahaan, mereka kurang efektif dalam mengurangi manajemen laba. Dengan SimposiumNasionalAkuntansi XIX, Lampung, 2016 8 demikian, independensi komite audit merupakan faktor kunci dalam meningkatkan perannya dalam mencegah mispernyataan dalam laporan keuangan, untuk itu Hipotesis 3 H3 adalah sebagai berikut : H 3 : Komite audit independen berpengaruh negatif terhadap audit report lag. 2.4 Auditor Eksternal dan Audit Report Lag Laporan keuangan yang disajikan ke publik harus melalui proses audit oleh Auditor Ekternal AE untuk memperoleh integritas dan legitimasi atas akurasi laporan keuangan tersebut. Proses audit memerlukan waktu sehingga dapat berpengaruh ARL. Afify 2009 menyatakan bahwa perusahaan audit yang besar memiliki motivasi yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan audit dengan tepat waktu, guna menjaga reputasi dan nama mereka. Reputasi Kantor Akuntan Publik KAP ini merupakan sinyal bahwa KAP tersebut melakukan proses audit dengan baik sehingga dapat menjaga kepercayaan masyarakat. KAP besar diprediksi dapat menyelesaikan proses audit lebih cepat dibandingkan KAP kecil, karena mereka memiliki lebih banyak staf audit yang lebih berkualitas. Keahlian auditor berdampak pada efisiensi dan efektivitas proses audit Blankley et al. 2014. Pengetahuan auditor yang lebih luas mengenai bidang usaha klien atau spesifikasi jenis industrinya, memungkinkan auditor dapat mengidentifikasi dan mengatasi risiko dalam proses audit Blankley et al., 2015. Habib 2015 menyatakan KAP besar menghasilkan ARL lebih pendek dibandingkan dengan KAP kecil dan menengah auditor. Lee et al. 2009; Dao, dan Pham 2014 membuktikan ada pengaruh audit ekternal terhadap ARL, untuk itu Hipotesis H4 adalah sebagai berikut : H4 : Auditor eksternal berpengaruh terhadap audit report lag. 2.5 Ketaatan Hukum dan Audit Report Lag Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan mendapat perhatian dari regulator Krishnan dan Yang 2009; Abbott et al. 2012; Bronson et al. 2011. Perhatian ini terutama ditujukan pada batas waktu penyajian laporan. Regulator Securities and Exchange Commission SEC di beberapa negara telah menetapkan peraturan mengenai batas waktu penyajian laporan keuangan guna mengurangi keterlambatan penyajian laporan keuangan oleh banyak perusahaan publik Lambert et al. 2013. Bursa Efek Indonesia juga telah menetapkan aturan mengenai batas akhir penyajian laporan SimposiumNasionalAkuntansi XIX, Lampung, 2016 9 keuangan bagi perusahaan yang terdaftar yaitu tanggal 31 Maret tahun berikutnya setelah tanggal laporan keuangan berakhir. Batas waktu penyajian laporan keuangan ini menjadi tekanan bagi perusahaan untuk mengurangi ARL, karena perusahaan yang tidak mematuhi peraturan tersebut akan dikenakan saksi berupa denda sebesar Rp 150 juta. Oleh karenanya peraturan ini menjadi tekanan bagi perusahaan agar mentaati peraturan tersebut. Tekanan mentaati peraturan dalam penelitian ini diistilahkan Ketaatan Hukum KH, untuk itu Hipotesis 5,6, dan 7 sebagai berikut : H5 : Ketaatan hukum berpengaruh negatif terhadap audit report lag. H6 : Semakin Tinggi ukuran dewan komisaris dan ketaatan hukum akan berpengaruh terhadap semakin pendeknya Audit report lag H7 : Semakin Tinggi ukuran dewan komisaris independen dan ketaatan hukum akan berpengaruh terhadap semakin pendeknya Audit report lag H7 : Semakin Tinggi ukuran komite audit independen dan ketaatan hukum akan berpengaruh terhadap semakin pendeknya Audit report lag

3. Metode Penelitian