Komunikasi Konsep Dasar Pembelajaran

14 14 Kelas X SMAMASMKMAK

3. Mencoba.

Dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata antara lain: 1 menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum, 2 mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan, 3 mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil eksperimen sebelumnya, 4 melakukan dan mengamati percobaan, 5 mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data, menarik simpulan atas hasil percobaan dan membuat laporan.

4. Menalar.

Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi, peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus- kasus yang berisifat nyata secara individual atau spesiik menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi indrawi atau pengamatan empirik. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Pola penalaran deduktif dikenal dengan pola silogisme kategorial, hipotesis, dan alternatif.

5. Komunikasi

yaitu: mengkomunikasikan hasil percobaan. Khusus dalam pelajaran PJOK, tahapan di atas tentu tidak dapat dan tidak selalu harus dilaksanakan secara hirarkis berurutan. Hal itu tergantung pada materi ajar dan episode pembelajaran apa yang sedang dilakukan. Bahkan, dalam pandangan para ahli Penjas, jika pendekatan ilmiah ini dilaksanakan secara kaku dengan mengikuti urutan kegiatan sebagai tahapannya, dikhawatirkan bahwa pelajaran Penjas akan kehilangan ciri uniknya, yaitu kekayaan 15 Buku Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan aktivitas gerak yang bermanfaat langsung pada pengembangan keterampilan motorik dan kebugaran jasmani. Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa scientiic approach bukanlah sebuah model pembelajaran yang karenanya tidak dapat diartikan sebagai model yang harus diikuti sesuai tahapannya. Arti “pendekatan” hanyalah menunjuk pada misi dan tujuan akhir dari sebuah kegiatan yang bermakna kepada produk apa yang harus dicapai. Misalnya, istilah “pendekatan ilmiah” bagi kita bukan merupakan sebuah urutan kegiatan belajar, tetapi lebih bermakna semacam “sifat” bahwa pelajaran Penjas atau pelajaran apapun harus mampu mengembangkan kemampuan mengamati, mempertanyakan, mengumpulkan informasi, menalarmeng- asosiasi, dan mengomunikasikan. Dengan pendekatan ilmiah tersebut, para guru dapat memilih model pembelajaran yang dipandang mampu mengusung pencapaiannya seperti model problem-based learning, model project-based learning, contextual learning, dan guided discovery learning. Khusus dalam pembelajaran Penjas, model pembelajaran yang sudah dikembangkan oleh para ahli justru lebih banyak dan bahkan lebih kontekstual. Beberapa di antaranya ada model movement education, model pengembangan tanggung jawab Hellison’s model, model petualangan adventure education model, model kebugaran itness education model, model perkembangan developmental model, bahkan termasuk model Teaching Games for Understanding TGfU model serta model kooperatif Cooperative model. Sedangkan dalam wilayah pendekatan pembelajaran, penjas pun mengenal berbagai pendekatan, seperti pendekatan pola gerak dominan, pendekatan taktis, dan pendekatan konsep.

4. Penyiapan Sarana dan Prasana