SIFAT, TIPE, FORMAT DAN SKALA

a.1.1.4. Rawa Ekosistem hutan rawa ini tumbuh dan berkembang pada habitat tanah aluvial dengan aerasi buruk karena tergenang air secara periodikmusiman atau terus menerus. Vegetasi penyeusun ekosistem hutan rawa ini bervariasi dari berupa rerumputan, palem, pandan samapi berupa pepohon yang menyerupai hutan pamah. Kekayaan jenis tipe ekosistem hutan rawa ini rendah dengan beberapa jenis diantaranya Eucalypstus deglupta, Shorea uliginosa, Campnosperma coriaceum dan Xylopia malayana. Di beberapa lokasi ekosistem hutan rawa berkembang di belakang hutan bakau karena tergenang secara permanen dan pengaruh pasang surut, dan ada kalanya vegetasi penyusun ekosistem ini bercampur dengan Nipah Nipa fruticans dan Sagu Metroxylon sagu. a.1.1.5. Rawa Gambut Merupakan ekosistem essensial yang kaya akan flora fauna dan mikrob endemik, dan tercatat lebih dari 65 penyusun gambut adalah bahan organik, dan karena selalu terendam air dalam kondisi anaerob maka substrat gambut memiliki pH dan unsur hara yang rendah. Ketebalan gambut bervariasi dari satu sampai 12 meter, serta endapan gambut dibedakan menjadi tipe gambut embrogen dan tipe gambut topogen. Tipe gambut embrogen diketemukan dekat pantai di belakang hutan bakau, dengan kedalaman sekitar 20 cm. Tipe gambut topogen terbentuk di cekungan depresi, umumnya diketemukan di belakang gisik-gisik pasir pantai dan di tempat yang bebas tidak terhalang mempunyai lapisan yang relatif tipis sekitar 4 meter. Hutan gambut tersebar luas di pulau sumatera, kalimantan dan papua, lebih dari 300 jenis tumbuhan tercatat di hutan gambut sumatera seperti Alstonia pneumatophora, Campnosperma auriculatum, Dyera polyphylla, Eugenia spp. Di Kalimantan tercatat tumbuhan penyusun hutan gambut mencapai 927 jenis, diantaranya yang umum adalah Buchanania sessilifolia, Calophyllum spp., Combretocarpus rotundatus, Gluta rugulosa, dll. Di Papua tercatat mulai dari vegetasi perairan terbuka sampai rawa gambut dataran rendah dan tinggi. Hutan gambutnya tidak berbentuk kubah dan memiliki hubungan dengan kompleks tipe hutan gambut lainnya, dan pepohonannya dapat mencapai ketinggian 30 meter dengan lapisan kanopi yang seragam, dengan jenis-jenis penyusun tajuk utamanya antara lain Alstonia scholaris, Campnosperma spp., Eugenia spp., Intsia spp., Nauclea coadunata, Palaquium spp., dll. a.1.1.6. Karst dan Gua Merupakan suatu bentang alam yang secara khusu berkembang dari batuan karbonat seperti batu kapur dan tersusun akibat proses karstifikasi dalam skala ruang dan waktu geologi. Karst secara individu maupun berkelompok mempunyai lansekap khas karena terbentuk dan terpengaruh oleh pelarutan air alami dengan tingkat pelarutan lebih tinggi dibandingkan kawasan batuan lainnya. Setiap kawasan karst memiliki bentuk bentang alam yang berbeda, dan karst dikenal sebagai kawasan yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan karena topografinya, memiliki daya dukung rendah dan sangat sulit diperbaiki apabila terjadi kerusakan. Karst yang ada dipermukaan disebut sebagai eksokarst dan yang ada di dalam perut bumi disebut sebagai endokarst, serta gua merupakan bagian dari endokarst. Eksokarst atau disebut juga ekosistem batu kapur, memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kurang dibandingkan dengan ekosistem terestrial lainnya. Keberadaan biota ekosistem eksokarst sangat dipengaruhi oleh keadaan ekosistem di dalam perut bumi, dan belum banyak yang diketahui dan tercatat tentang jenis vegetasi maupun fauna yang berada di lingkungan eksokarst. Endokarst dan gua memiliki ornamen yang sangat berbeda dan mengagumkan pada setiap lokasi. Secara gar is besar sistem perguaan ada dua macam, yaitu gua vertkal dan gua horisontal, dan tidak jarang di dalam satu gua terdapat lorong-lorong yang merupakan kombinasi tegak lurus maupun horisontal, lurus, berkelok-kelok dan bahkan bertingkat. Morphologi gua menjadi faktor utama yang menentukan ekosistem di dalam gua. Oleh karena itu ekosistem gua sangat spesifik, tertutup dan berbeda dengan tipe ekosistem lainnya. Ekosistem gua secara umum dapat dibedakan menjadi empat zona walaupun batas antar zona tidak mudah terlihat, yaitu 1 zona terang, dijumpai fauna yang cukup bervariasi dengan populasi yang cukup tinggi dan masih banyak dijumpai jenis-jenis faua dari luar gua; 2 zona peralihan, sejumlah jenis umum masih dapat dijumpai dan sebagian masih berhubungan dengan dunia luar gua; 3 zona gelap, dihuni oleh jenis-jenis yang sudah beradaptasi terhadap lingkungan gua dan tidak pernah berhubungan dengan dunia di luar gua; dan 4 zona gelap total, merupakan zona stagnan dengan kelembaban 100, hanya sedikit terjadi perubahan tetapi mempunyai konsentrasi CO 2 tinggi, dan organisme yang hidup di zona ini telah benar-benar beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Karena keadaan lingkungan dan bentuk di dalam ekosistem gua atau endokarst tidak selalu sama, sehingga tingkat endemisitas dan kerentanan terhadap perubahan lingkungan menjadi tinggi, dan kemampuan adaptasi kehidupan terhadap lingkungan gua menjadi sangat berbeda antara setiap organisme tersebut. Oleh karena itu kehidupan fauna di dalam gua dapat dikelompokkan menjadi: 1 troglobitstigobit troglobion terestrial atau stigobion akuatik yang harus hidup di dalam gua dan tidak dapat hidup di luar gua; 2 troglofil terestrial atau stiglofil akuatik, yang hidup dan berreproduksi di dalam gua, tetapi juga diketemukan di mikrohabitat eksokarst yang sama gelap dan lembabnya dengan di dalam gua; 3 trogloksen terestrial atau stigosen akuatik, yang hidup secara teratur di dalam gua untuk