EFEKTIVITAS BELAJAR DENGAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA MA NAHDLATUL MUSLIMIN KABUPATEN KUDUS

(1)

i

TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA

MA NAHDLATUL MUSLIMIN KABUPATEN KUDUS

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Noor Fatmawati

3201411123

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

ساَنلل ْمهعفْنا ساَنلارْيخ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling

banyak memberikan manfaat bagi orang lain” (HR. Bukhari Muslim).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Kedua orang tua (Bapak Achmad Said

dan Ibu Muchayanah) dan saudara-saudaraku (Mas Abdullah, Mba Aizus, Adek Khodijah, dan Adek Izzah). 2. Bapak dan Ibu Dosen Geografi.

3. Sahabat-sahabatku: Pendidikan Geografi 2011, Andalas dan PP Aswaja.


(6)

vi

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan skripsi yang berjudul “Efektivitas Belajar dengan Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Geografi terhadap Hasil Belajar pada Siswa MA Nahdlatul Muslimin Kabupaten Kudus” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan saran dari berbagai pihak, penulis tidak akan berhasil menyusun dan menyelesaiakan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Unnes. 2. Dr. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unnes yang telah

memberikan kemudahan dalam perizinan penelitian.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi FIS Unnes yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

4. Drs. Suroso, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Tukidi, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyusunan skripsi ini.

6. Drs. Heri Tjahjono, M.Si, Dosen Penguji yang telah membimbing dan mengarahkan selama penyelesaian skripsi ini.


(7)

vii membantu pelaksanaan penlitian.

9. Guru Geografi MA Nahdlatul Muslimin yang telah membimbing dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.

10. Guru, karyawan, dan siswa MA Nahdlatul Muslimin atas kerja sama dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian.

11. Semua pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT menerima dan memberikan imbalan yang baik atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi almamater pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 2015 Penulis


(8)

viii

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Suroso, M.Si, Pembimbing II: Drs. Tukidi, M.Pd. 172 halaman.

Kata Kunci: Efektivitas Belajar, Metode Problem Solving, Hasil Belajar

Penggunaan metode pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah masih kurang, terlihat pada RPP mata pelajaran geografi semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 MA Nahdlatul Muslimin, yaitu sebesar 37,6% menggunakan metode diskusi dan pemecahan masalah dan 62,4% masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Padahal, rata-rata nilai ulangan harian saat menggunakan metode diskusi dan pemecahan masalah sebesar 85,2, tetapi saat metode ceramah dan tanya jawab sebesar 74,6. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi? dan apakah ada pengaruh aktivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi terhadap hasil belajar? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi dan untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi terhadap hasil belajar.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa yang mendapat mata pelajaran geografi sebanyak 515 siswa dan diambil sampel sebanyak 51 siswa dengan teknik proportional random sampling. Variabel yang diteliti yaitu aktivitas belajar siswa dengan metode problem solving dan hasil belajar siswa dari ulangan harian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase dan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat aktivitas belajar siswa dengan metode problem solving dikategorikan sedang, ditunjukkan dari rata-rata sebesar 69,16. Hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan sumber pustaka, menerapkan alat, dan menyusun instrumen. Selain itu, siswa tidak tepat dalam memilih dan mengumpulkan data, tidak teliti dalam mengecek data, dan masih ragu, kurang komunikatif, tergesa-gesa serta intonasinya kurang jelas dalam mempresentasikan laporan akhir dan menanggapi pertanyaan.

Simpulan dari penelitian ini adalah aktivitas siswa dengan metode problem solving berkategori sedang dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa memiliki kategori sedang, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dengan metode problem solving dan pengaruhnya terhadap hasil belajar dikatakan belum efektif. Saran yang diajukan adalah aktivitas siswa harus ditingkatkan lagi, terutama pada aktivitas-aktivitas yang berkategori rendah dan guru hendaknya menghidupkan suasana yang menyenangkan serta lebih jelas dalam menerangkan agar mencapai tujuan yang diinginkan dan menjadi metode pembelajaran yang diminati siswa.


(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan ... 6

1.4. Manfaat ... 5

1.4.1. Manfaat teoritis ... 5

1.4.2. Manfaat praktis... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian Efektivitas ... 8

2.2. Belajar ... 8


(10)

x

2.4.2. Langkah-langkah Metode Problem Solving ... 14

2.4.3. Aktivitas Siswa dengan Metode Problem Solving ... 14

2.5. Hasil Belajar ... 18

2.6. Pengaruh Aktivitas Belajar dengan Metode Problem Solving terhadap Hasil Belajar ... 19

2.7. Pembelajaran Geografi ... 23

2.8. Penelitian Terdahulu ... 25

2.9. Kerangka Berpikir ... 27

2.10. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

3.1. Populasi ... 29

3.2. Sampel ... 29

3.3. Variabel Penelitian ... 30

3.3.1. Variabel Bebas ... 31

3.3.2.Variabel Terikat ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1. Metode Observasi... 33

3.4.2. Metode Dokumentasi ... 33

3.5. Analisis Instrumen ... 34

3.5.1. Validitas Instrumen Penelitian ... 34

3.6. Metode Analisis Data ... 35

3.6.1. Analisis Deskriptif ... 35

3.6.2. Analisis Korelasi Product Moment ... 38


(11)

xi

Pembelajaran Geografi ... 43

4.1.3. Pengaruh Aktivitas Belajar dengan Metode Problem Solving terhadap Hasil Belajar Siswa ... 81

4.2. Pembahasan ... 82

4.2.1. Aktivitas Belajar Siswa dengan Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Geografi ... 82

4.2.2. Pengaruh Aktivitas Belajar dengan Metode Problem Solving terhadap Hasil Belajar Siswa ... 92

BAB IV PENUTUP ... 94

5.1. Simpulan ... 94

5.2. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(12)

xii

1.1 Penggunaan Penggunaan Metode Diskusi dan Pemecahan Masalah ... 4

1.2 Penggunaan Metode Ceramah dan Tanya Jawab ... 4

1.3 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Menggunakan Metode Diskusi dan Pemecahan Masalah ... 4

1.4 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Menggunakan Metode Ceramah dan Tanya Jawab ... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 25

3.1 Jumlah Populasi dan Sampel ... 29

3.2 Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa ... 36

3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 39

4.1 Daftar Buku dan Alat Peraga Perpustakaan MA Nahdlatul Muslimin ... 42

4.2 Kemampuan Memunculkan Pengalaman ... 44

4.3 Kemampuan Menentukan Permasalahan ... 45

4.4 Kemampuan Menjelaskan Latar Belakang Masalah. ... 47

4.5 Kemampuan Merumuskan Masalah ... 48

4.6 Kemampuan Menerapkan dan Menggunakan Konsep atau Teori ... 50

4.7 Kemampuan Merumuskan Hipotesis ... 51

4.8 Kemampuan Menunjukkan Variabel ... 53

4.9 Kemampuan Menerapkan Alat ... 54

4.10 Kemampuan Menyusun Instrumen ... 55

4.11 Tanggung Jawab Siswa dalam Mengelola Alat ... 56


(13)

xiii

4.13 Ketepatan Waktu dalam Mengumpulkan Data ... 59

4.14 Keterampilan Siswa dalam Mengoperasionalkan Alat ... 60

4.15 Kemampuan Mentabulasi Data ... 62

4.16 Kemampuan Menganalisis Data ... 63

4.17 Kemampuan Memutuskan Penyelesaian Masalah.. ... 64

4.18 Sikap Telili Siswa dalam Mengecek Kelengkapan Data ... 65

4.19 Keberanian Siswa dalam Memecahan Masalah ... 67

4.20 Kemampuan Menyusun Laporan Akhir ... 69

4.21 Kemampuan Mempresentasikan Hasil Laporan Akhir ... 70

4.22 Tanggung Jawab Siswa dalam Penulisan Laporan.... ... 71

4.23 Sikap Percaya Diri Siswa dalam Mempresentasikan Laporan Akhir Serta Merespon atau Menanggapi Pertanyaan ... 72

4.24 Keterampilan Siswa dalam Menulis Laporan Sesuai Sistematika yang Benar ... 74

4.25 Keterampilan Siswa Menggunakan Bahasa yang Baik dan Benar dalam Memaparkan Laporan ... 75

4.26 Keterampilan Siswa Menghidupkan Suasana atau Komunikatif dalam Memaparkan Laporan ... 76

4.27 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Metode Problem Solving ... ...78


(14)

xiv

2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 26

4.1 Kemampuan Memunculkan Pengalaman ... 44

4.2 Kemampuan Menentukan Permasalahan ... 45

4.3 Siswa sedang Mencari Permasalahan dari Buku. ... 46

4.4 Kemampuan Menjelaskan Latar Belakang Masalah. ... 47

4.5 Kemampuan Merumuskan Masalah ... 48

4.6 Siswa sedang Merumuskan Permasalahan ... 49

4.7 Kemampuan Menerapkan dan Menggunakan Konsep atau Teori ... 50

4.8 Kemampuan Merumuskan Hipotesis ... 51

4.9 Siswa sedang Merumuskan Hipotesis ... 52

4.10 Kemampuan Menunjukkan Variabel ... 53

4.11 Kemampuan Menerapkan Alat ... 54

4.12 Kemampuan Menyusun Instrumen ... 55

4.13 Tanggung Jawab Siswa dalam Mengelola Alat atau Instrumen ... 56

4.14 Keterampilan Siswa dalam Memilih Teknik Pengumpulan Data ... 58

4.15 Ketepatan Waktu dalam Mengumpulkan Data ... 59

4.16 Keterampilan Siswa dalam Mengoperasionalkan Alat ... 60

4.17 Siswa sedang Mencari Data dari Sumber Internet ... 61

4.18 Kemampuan Mentabulasi Data ... 62

4.19 Kemampuan Menganalisis Data ... 63

4.20 Kemampuan Memutuskan Penyelesaian Masalah.. ... 64


(15)

xv

4.22 Keberanian Siswa dalam Memutuskan Pemecahan Masalah ... 67

4.23 Siswa sedang Menyelesaikan Masalah dengan Referensi Buku ... 68

4.24 Kemampuan Menyusun Laporan Akhir ... 69

4.25 Kemampuan Mempresentasikan Hasil Laporan Akhir ... 70

4.26 Tanggung Jawab Siswa dalam Penulisan Laporan.... ... 71

4.27 Sikap Percaya Diri Siswa dalam Mempresentasikan Laporan Akhir Serta Merespon atau Menanggapi Pertanyaan ... 73

4.28 Keterampilan Siswa dalam Menulis Laporan Sesuai Sistematika yang Benar ... 74

4.29 Keterampilan Siswa Menggunakan Bahasa yang Baik dan Benar dalam Memaparkan Laporan ... 75

4.30 Keterampilan Siswa Menghidupkan Suasana atau Komunikatif dalam Memaparkan Laporan ... 77

4.31 Siswa sedang Mempresentasikan Laporan di Depan Kelas ... ...78

4.32 Aktivitas Belajar Siswa ... ...80


(16)

xvi

1. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Belajar ... 100

2. Lembar Observasi Aktivitas Belajar ... 102

3. Rubrik Instrumen Lembar Observasi Aktivitas Belajar ... 104

4. Data Siswa yang Diobservasi ... 113

5. Data Hasil Uji Coba Observasi 1 ... 114

6. Data Hasil Uji Coba Observasi 2 ... 115

7. Data Validitas Observasi ... 116

8. Perhitungan Validitas Observasi ... 117

9. Skor Aktivitas Siswa Pada Observasi 1 ... 118

10. Skor Aktivitas Siswa Pada Observasi 2 ... 119

11. Skor Aktivitas Siswa Pada Observasi 3 ... 120

12. Aktivitas Menyadari Masalah ... 121

13. Aktivitas Merumuskan Masalah ... 123

14. Aktivitas Merumuskan Hipotesis ... 125

15. Aktivitas Mengumpulkan Data ... 127

16. Aktivitas Menguji Hipotesis ... 129

17. Aktivitas Menyusun dan Mempresentasikan Laporan ... 131

18. Data Rata-Rata Skor Aktivitas Belajar Siswa ... 133

19. Data Rata-Rata Skor Hasil Belajar Siswa ... 135

20. Data Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa ... 136

21. Perhitungan Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Siswa ... 137


(17)

xvii


(18)

1

1.1. Latar Belakang

Kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional. Hal ini sesuai dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyebutkan bahwa fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat penting di dalam kehidupan dan kemajuan umat manusia (Munib, 2012: 144).

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


(19)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU No. 20 Tahun 2003). Usaha dari pendidikan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran kontekstual di sekolah. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (transfer belajar) dari satu permasalahan atau konteks ke permasalahan atau konteks lainnya. Dengan pembelajaran kontekstual, proses belajar akan lebih konkrit, lebih realistis, dan lebih bermakna (Rifa‟i dan Anni, 2012).

Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk menghantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan pelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, penggunaan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap tingkat belajar siswa (Rifa‟i dan Anni, 2012).

Penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan


(20)

sehari-hari masih kurang. Padahal, pengembangan metode pembelajaran tersebut perlu dilakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Selain itu, metode pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah juga berguna untuk merangsang berpikir situasi masalah yang komplek. Penggunaan metode pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah yang masih kurang, terlihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran geografi semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 MA Nahdlatul Muslimin yang disusun dalam tabel 1.1 dan 1.2 berikut ini.

Tabel 1.1 Penggunaan Metode Diskusi dan Pemecahan Masalah

No. Kelas Penggunaan Persentase (%)

1. X 6 46,15

2. XI 6 33,33

3. XII 4 33,33

Rata-rata 37,60

Sumber: Dokumentasi guru geografi MA Nahdlatul Muslimin Tabel 1.2 Penggunaan Metode Ceramah dan Tanya Jawab

No. Kelas Penggunaan Persentase (%)

1. X 7 53,85

2. XI 12 66,67

3. XII 8 66,67

Rata-rata 62,39

Sumber: Dokumentasi guru geografi MA Nahdlatul Muslimin

Tabel 1.1 dan 1.2, dapat diketahui bahwa rata-rata penggunaan metode diskusi dan pemecahan masalah sebesar 62,39% dan 37,60% masih menggunakan metode konvensional, yaitu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.


(21)

Rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran geografi dapat dilihat pada tabel 1.3 dan 1.4 berikut ini.

Tabel 1.3 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Menggunakan Metode Diskusi dan Pemecahan Masalah

No. Kelas Rata-rata

1. X 80,50

2. XI 90,00

3. XII 85,00

Rata-rata 85,16

Sumber: Dokumentasi guru geografi MA Nahdlatul Muslimin

Tabel 1.4 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Menggunakan Metode Ceramah dan Tanya Jawab

No. Kelas Rata-rata

1. X 67,20

2. XI 78,00

3. XII 78,60

Rata-rata 74,60

Sumber: Dokumentasi guru geografi MA Nahdlatul Muslimin

Tabel 1.3 dan 1.4, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ulangan harian yang diperoleh siswa pada saat menggunakan metode diskusi dan pemecahan masalah sebesar 85,16 dan pada saat metode ceramah dan tanya jawab sebesar 74,60.

Berdasarkan data di atas, walaupun persentase penggunaan metode problem solving yang sedikit ternyata dapat menghasilkan rata-rata nilai ulangan harian yang tinggi dibandingkan pada saat menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini menunjukkan gejala bahwa metode problem solving lebih baik daripada metode ceramah dan tanya jawab. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Belajar dengan Metode Problem Solving dalam


(22)

Pembelajaran Geografi terhadap Hasil Belajar pada Siswa MA

Nahdlatul Muslimin Kabupaten Kudus”. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana efektivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi?

2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi terhadap hasil belajar?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui efektivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi.

2. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi terhadap hasil belajar.

1.4. Manfaat

1.4.1.Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam metode problem solving.


(23)

1.4.2.Manfaat praktis

1.4.2.1 Bagi siswa

Meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga diperoleh cara belajar yang efektif serta dapat memberi pengaruh yang positif pada hasil belajar. 1.4.2.2 Bagi guru

Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan pemilihan metode dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga guru dapat menggunakan metode yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar guna mencapai berbagai tujuan yang diinginkan.

1.4.2.3 Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan belajar siswa melalui suatu metode inovasi yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

1.4.2.4 Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman langsung tentang aktivitas belajar siswa dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi sehingga kelak saat terjun ke lapangan mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam memilih metode yang tepat untuk pembelajaran.


(24)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti sesuatu yang ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, serta dapat membawa hasil (2011: 127). Sedangkan menurut Mulyasa (2005: 82) efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan dengan rencana yang telah disusun sebelumnya dengan memperhatikan adanya partisipasi aktif dari anggota. Jadi, efektivitas belajar merupakan tingkat tercapai atau tidaknya suatu tujuan yang telah direncanakan dengan memperhatikan adanya partisipasi aktif dari siswa dalam aktivitas belajarnya. Efektivitas dalam penelitian ini ditunjukkan dengan tingkat aktivitas siswa dapat mencapai kategori tinggi dan pengaruhnya terhadap hasil belajar memiliki kategori tinggi.

2.2. Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya (Aunurrahman, 2013: 35). Menurut Slavin dalam Rifa‟i dan Anni (2012: 66), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan menurut Gredler, belajar seringkali diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah proses


(25)

orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap (Aunurrahman, 2013: 35).

Beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu yang berakibat perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh dari pengalaman dan informasi yang telah dipelajari dan dialamai. Perubahan tingkah laku yang dialami akibat dari belajar mencakup aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pemecahan masalah, kebiasaan atau sikap, dan keterampilan. Sehingga siswa perlu dibiasakan dan dilatih untuk memecahkan suatu masalah dan menemukan ide-ide yang berguna bagi dirinya maupun orang lain.

2.2.1.Teori-teori Belajar

Pandangan tentang belajar tidak ada batasannya. Hal tersebut terjadi karena rumusan batasan yang diberikan para ahli sukar untuk mencapai kesamaan yang mutlak. Berikut ini teori-teori tentang belajar menurut para ahli yang dikutip dari Rifa‟i dan Anni (2012):

2.2.1.1. Teori Belajar Behavioristik

Aliran Behavioristik mengemukakan tentang belajar adalah hasil perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena faktor stimulus (rangsangan) yang menimbulkan respons (tanggapan). Untuk itu, agar aktivitas di kelas dapat mencapai belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah direspon oleh siswa. Oleh


(26)

karena itu siswa akan memperoleh hasil belajar apabila dapat mencari hubungan antara stimulus dan respons tersebut.

2.2.1.2. Teori Belajar Kognitif

Pengkajian terhadap teori belajar kognitif memerlukan penggambaran tentang perhatian, memori, dan pembuatan informasi yang bermakna. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia yang tidak ditentukan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon trehadap stimulus. Bedasarkan pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni proses pengolahan informasi. Kegiatan pengolahan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentuka perubahan perilaku seseorang.

Teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara efektif.


(27)

2.2.1.3. Teori Belajar Humanistik

Pandangan yang dikemukakan oleh ahli humanistik adalah bahwa belajar yang mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mampu mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari serta mampu menjadi individu yang mengarahkan diri sendiri (self-directing) dan mandiri (independent). Selain itu, pendekatan humanistik memandang pentingnya penekanan pendidikan di bidang kreaitivitas, minat terhadap seni, dan hasrat ingin tahu.

Berdasarkan teori-teori tentang belajar yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas atau tindakan yang dilakukan karena pengaruh rangsangan dari luar yang mengakibatkan seseorang memiliki kemampuan berpikir untuk merespon atau menanggapi rangsangan tersebut sehingga menghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab dalam menanggapi respon tersebut.

2.3. Pembelajaran

Proses tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal, namun proses itu dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Menurut Gagne peristiwa eksternal peserta didik dirancang untuk mendukung proses internal belajar yang disebut pembelajaran. Sedangkan menurut Briggs menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dalam lingkungan. Pendapat Briggs tersebut sejalan dengan esensi pembelajaran kontekstual,


(28)

yaitu dapat membantu peserta didik mengaitkan isi materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan atau situasi nyata mereka sehari-hari sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat, anggota bangsa, dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual dapat dimulai dengan masalah yang nyata, sehingga peserta didik menggunakan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistematik untuk menemukan masalah atau isu-isu yang muncul (Rifa‟i dan Anni, 2012: 212).

Pada intinya, pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai sebuah sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, salah satu komponen pembelajaran yang harus diperhatikan adalah metode (Hamruni, 2012: 11).

Metode pembelajaran merupakan cara guru melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu. Banyak metode atau cara yang dilakukan guru untuk menjelaskan konsep, fakta, dan prinsip kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran kontekstual adalah dengan melalui metode pemecahan masalah (problem solving) (Yamin, 2013: 149).


(29)

2.4. Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)

2.4.1.Pengertian Metode Problem Solving

Metode problem solving (pemecahan masalah) menurut Duch, Allen, dan White dalam Hamruni (2012: 104) merupakan salah satu strategi pembelajaran berbasis masalah yang menyediakan kondisi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan analitis serta memecahkan masalah kompleks dalam kehidupan nyata sehingga akan memunculkan “budaya berpikir” pada diri siswa. Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2006: 18) metode problem solving merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan. Jadi, metode problem solving adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir pada siswa serta kreatif dalam memecahkan permasalahan sosial yang ada.

Pandangan tentang belajar menurut teori behavioristik, kognitif, dan humanistik pada dasarnya adalah membangun kemampuan berpikir pada siswa. Hal ini sesuai dengan pengertian metode problem solving yang dikemukakan pada paragraf sebelumnya, sehingga aktivitas belajar siswa cocok jika menggunakan metode problem solving.


(30)

2.4.2.Langkah-langkah Metode Problem Solving

Menurut Hamruni (2012) langkah-langkah metode problem solving (pemecahan masalah) adalah sebagai berikut:

a. Menyadari masalah. b. Merumuskan masalah. c. Merumuskan hipotesis. d. Mengumpulkan data. e. Menguji hipotesis.

f. Menyusun dan mempresentasikan laporan.

2.4.3.Aktivitas Siswa dengan Metode Problem Solving

Aktivitas siswa dengan metode problem solving yang sudah dijelaskan oleh Hamruni (2012) adalah sebagai berikut:

2.4.3.1. Menyadari masalah

Pada tahap ini siswa dibimbing guru untuk menyadari adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyadari masalah yaitu: 1) Memunculkan pengalaman. Dalam kemampuan ini siswa memberikan

keterangan mengenai pengalaman yang terjadi baik di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka maupun fenomena yang ada di berbagai tempat. 2) Menentukan permasalahan. Kemampuan yang harus dicapai siswa dalam

menentukan masalah adalah siswa dapat menangkap kesenjangan sesuai pengalaman maupun fenomena yang ada.


(31)

2.4.3.2. Merumuskan masalah

Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan presepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam merumuskan masalah yaitu:

1) Menjelaskan latar belakang masalah. Setelah siswa menceritakan pengalaman maupun fenomena yang ada serta menemukan permasalahannya, kemampuan siswa dalam hal ini adalah menjelaskan latar belakang dari informasi atau data yang ada untuk mendukung permasalahan yang diangkat.

2) Merumuskan masalah. Kemampuan yang dimaksud adalah cara siswa dalam merumuskan masalah yang ada menjadi sebuah pertanyaan atau pernyataan.

2.4.3.3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang ingin diteliti berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah:

1) Memilih sumber untuk merumuskan hipotesis. Kemampuan yang dimaksud adalah bagaimana siswa memilih sumber atau teori yang mendukung rumusan masalah yang telah dibuat. Kelengkapan sumber pustaka yang sesuai menjadi perhatian untuk penulisan dasar teori dan selanjutnya merumuskan hipotesis.


(32)

2) Menulis hipotesis. Kemampuan yang dimaksud adalah bagaimana siswa menuliskan hipotesis. Apakah ada keterkaitan antara rumusan masalah, dasar teori dan hipotesis yang telah dibuat.

2.4.3.4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber seperti buku, media cetak maupun elektronik, internet, video, wawancara dengan narasumber, dan dari sumber yang relevan lainnya. Langkah-langkah dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

1) Menentukan variabel atau obyek. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam menentukan variabel atau obyek dari permasalahan sebelum siswa mencari data yang dibutuhkan agar mendapatkan informasi atau data sesuai dengan yang diinginkan.

2) Menentukan teknik pengumpulan data. Kemampuan siswa yang dimaksud adalah bagaimana siswa dalam menggunakan dan memilih teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data adalah observasi, kuesioner (angket), dokumentasi, wawancara dan lain-lain.

3) Menyusun instrumen atau alat pengumpulan data. Kemampuan siswa yang dimaksud adalah siswa mampu menyusun instrumen yang akan digunakan sebagai panduan dalam mengumpulkan data.


(33)

2.4.3.5. Menguji hipotesis

Berdasarkan data yang dikumpulkan, siswa menentukan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak sehingga bisa mengambil keputusan dari permasalahan yang ada. Langkah-langkah dalam tahap ini adalah:

1) Menggabungkan data-data yang didapat (tabulasi data). Siswa dituntut untuk menggabungkan data-data yang diperoleh apakah data tersebut valid atau tidak setelah diuji hipotesisnya.

2) Menganalisis data. Kemampuan siswa dalam hal ini adalah siswa dapat menganalisis data yang sudah dibedakan mana yang valid atau tidak untuk mengambil kesimpulan dalam penyelesaiannya.

3) Menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan sesuai dengan data yang sudah diperoleh.

2.4.3.6. Menyusun dan mempresentasikan laporan Langkah siswa dalam tahap ini adalah:

1) Menyusun laporan akhir. Kemampuan yang dimaksud adalah siswa dapat menyusun laporan dari tahap awal menyadari masalah sampai menentukan keputusan atau alternatif untuk menyelesiakan masalah. 2) Mempresentasikan laporan permasalahan. Kemampuan siswa dalam hal

ini siswa mampu mempresentasikan laporan akhir yang telah dibuat di depan kelas.


(34)

2.5. Hasil Belajar

Rifa‟i dan Anni (2012: 69) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan atau kognitif, keterampilan atau psikomotorik, dan nilai sikap atau afektif.

Benyamin S. Bloom dalam Rifa‟i dan Anni (2012: 70) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitif domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (pshychomotoric domain).

1. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penialaian (evaluation).

2. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hierarki yang bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan peserta didik afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organisation), pembentukan pola hidup (organisation by a value complex).

3. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik, seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena sering kali


(35)

tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif. Misalnya di dalam tujuan peserta didik seperti: menulis kalimat sempurna. Hal ini dapat mencakup ranah kognitif (pengetahuan tentang bagian-bagian kalimat), ranah afektif (keinginan untuk merespon), dan psikomotorik (koordinasi syaraf). Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabteh Simpson adalah presepsi (preception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guide response), gerakan terbiasa (mechanisme), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality).

2.6. Pengaruh Aktivitas Belajar dengan Metode Problem Solving

terhadap Hasil Belajar

Menurut Hamruni (2012: 105) dilihat dari aspek psikologi belajar, aktivitas belajar siswa dalam metode problem solving (pemecahan masalah) tidak hanya didapatkan dari aspek kognitif saja yang merupakan proses menghafal sejumlah fakta dan menghasilkan perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman, tetapi juga dari aspek afektif dan psikomotorik yang merupakan suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi siswa. Keenam aktivitas siswa dengan metode problem solving yaitu: menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, serta menyusun dan mempresentasikan laporan dapat membentuk kompetensi kognitif, terutama pada aktivitas siswa sebagai berikut:


(36)

1. Menyadari masalah, yaitu kegiatan siswa dalam memunculkan pengalaman membentuk kompetensi pengetahuan yang dapat menunjukkan pengalaman yang ada dan kegiatan siswa dalam menentukan permasalahan membentuk kompetensi pemahaman dalam menentukan suatu permasalahan dari pengalaman yang ada.

2. Merumuskan masalah, yaitu kegiatan siswa dalam menjelaskan latar belakang masalah membentuk kompetensi pengetahuan dalam menjelaskan latar belakang masalah yang diuraikan dalam bentuk tulisan dan kegiatan siswa dalam merumuskan masalah membentuk kompetensi pemahaman tentang merumuskan permasalahan dari latar belakang masalah yang sudah dijelaskan.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu kegiatan siswa dalam memilih sumber atau teori membentuk kompetensi kemampuan dalam menerapkan dan menggunakan konsep atau teori yang digunakan sebagai sumber untuk merumuskan hipotesis dan kegiatan siswa dalam menulis hipotesis membentuk kompetensi kemampuan dalam mensintesiskan dugaan sementara dari konsep atau teori yang berasal dari jawaban rumusan masalah.

4. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa dalam menentukan variabel atau obyek membentuk kompetensi pengetahuan dalam menunjukkan variabel, kegiatan siswa dalam menentukan teknik pengumpulan data membentuk kompetensi kemampuan cara menerapkan alat pengumpulan data, dan kegiatan siswa dalam menyusun instrumen membentuk


(37)

kompetensi kemampuan dalam cara penerapan menyusun instrumen atau alat pengumpulan data.

5. Menguji hipotesis, yaitu kegiatan siswa dalam mentabulasi data membentuk kemampuan dalam mentabulasi data, kegiatan siswa dalam menganalisis data membentuk kemampuan pengetahuan dalam menganalisis data yang sudah dikumpulkan, dan kegiatan siswa dalam menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah dapat membentuk kemampuan menilai dalam memutuskan suatu permasalahan.

6. Menyusun dan mempresentasikan laporan, yaitu kegiatan siswa dalam menyusun laporan membentuk kemampuan penerapan dalam menyusun laporan akhir dan kegiatan siswa dalam mempresentasikan laporan membentuk kompetensi penerapan dalam mengemukakan hasil laporan akhir.

Selain itu, aktivitas siswa dengan metode problem solving juga dapat dapat membentuk kompetensi afektif yang diperoleh dari aktivitas siswa sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data, dapat membentuk kompetensi tanggung jawab dalam mengelola alat atau instrumen pengumpulan data.

2. Menguji hipotesis, yaitu kegiatan siswa dalam mentabulasi data dapat membentuk sikap selektif dan teliti dalam mengecek kelengkapan data, dan kegiatan siswa dalam menyelesaikan masalah dapat membentuk sikap keberanian dalam memutuskan pemecahan masalah.


(38)

3. Menyusun dan mempresentasikan laporan, yaitu kegiatan siswa menyusun laporan dapat melatih kesadaran atau tanggung jawab siswa dalam penulisan laporan, dan mempresentasikan laporan dapat melatih sikap percaya diri dalam melaporkan permasalahan serta merespon atau menanggapi pertanyaan.

Selanjutnya, aktivitas siswa dengan metode problem solving juga dapat dapat membentuk kompetensi psikomotorik melalui keterampilan dari aktivitas siswa sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa dalam teknik pengumpulan data dapat membentuk keterampilan siswa meliputi: cara memilih teknik pengumpulan data yang tepat, ketepatan waktu dalam mengumpulkan data dan cara mengoperasionalkan alat pengumpulan data.

2. Menyusun dan mempresentasikan laporan, yaitu kegiatan siswa menyusun laporan dapat membentuk keterampilan siswa dalam menulis laporan sesuai sistematika yang benar dan mempresentasikan laporan dapat membentuk keterampilan siswa dalam memaparkan laporan di depan kelas, meliputi: penggunaan bahasa yang baik dan benar serta keterampilan menghidupkan suasana atau komunikatif.

Berdasarkan aktivitas siswa dengan metode problem solving yang dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode problem solving dapat mempengaruhi siswa dalam aspek kognitif yaitu siswa mampu menemukan masalah dan memecahkan masalah, aspek afektif yaitu melatih siswa percaya diri dalam mengemukakan pendapat serta menumbuhkan rasa


(39)

tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, dan aspek psikomotorik yaitu siswa melatih siswa terampil berbicara dan terampil dalam menulis laporan akhir.

Aktivitas siswa dengan metode problem solving yang dikemukakan di atas, dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Semakin tinggi aktivitas belajar siswa, semakin tinggi pula efektivitas belajar siswa sehingga memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa.

2.7. Pembelajaran Geografi

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyebutkan bahwa fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Implementasi Undang-undang tersebut, kemudian dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan, di antaranya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang memberikan arahan tentang perlunya disusun Standar Isi dan Standar Proses Pendidikan.

Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sedangkan Standar Proses adalah kriteria


(40)

mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah tersebut. Adapun ruang lingkup materi geografi membahas tentang atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer, dan antroposfer serta informasi gejala keruangan dalam bentuk Peta, Penginderaan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Seminar Lokakarya di Semarang tahun 1988 menegaskan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan, dalam konteks keruangan. Untuk itu, siswa harus didekatkan dengan istilah kelingkungan, kewilayahan, dan keruangan dalam pembelajaran geografi agar dapat menciptakan manusia yang diharapkan dari tujuan pendidikan nasional.

Sumaatmadja (1996) menjelaskan bahwa geografi berfungsi mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis terhadap masalah kehidupan yang terjadi di sekitarnya, dan melatih mereka untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan di permukaan bumi pada umumnya. Selain itu, geografi sebagai bidang ilmu serta bidang studi mempunyai tugas dalam menerapkan teori, konsep, dan prinsipnya untuk mencari alternatif pemecahan masalah kehidupan yang sangat kompleks. Melalui pembelajaran geografi siswa diajarkan pokok-pokok bahasan yang mampu mengembangkan dorongan ingin tahu, minat, kognitif, afektif, dan keterampilan siswa. Pokok-pokok bahasan tersebut terkait dengan


(41)

kehidupan manusia di berbagai wilayah permukaan bumi, yang menjadi pendorong rasa ingin tahu, membuka minat, dan meningkatkan kognisi anak didik untuk melihat kenyataan dan menemukan sendiri masalah-masalah kehidupan di lingkungan tempat mereka. Pokok bahasan yang menggambarkan tentang interaksi keruangan di permukaan bumi, mengembangkan sikap pengertian, memahami, dan menghargai antar sesama. Dengan demikian, secara langsung dapat mengajarkan siswa untuk merealisasikan dalam menghadapi masalah-masalah yang memerlukan pemikiran dan pemecahan masalah.

Berdasarkan ruang lingkup materi geografi serta fungsi geografi yang dijelaskan di atas, geografi yang membahas tentang seluruh keadaan di muka bumi dapat memperlihatkan permasalahan yang kompleks sehingga memunculkan budaya berpikir kritis pada siswa untuk menanggapi permasalahan yang ada. Untuk itu, dalam pembelajaran geografi dibutuhkan metode yang cocok untuk menjawab dan memecahkan masalah yang terjadi, salah satunya adalah melalui metode problem solving (pemecahan masalah).


(42)

2.8. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Simpulan

1. Ivana Lestari, Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang, skripsi, 2009 Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Segitiga Siswa SMP Kelas VII Semester Genap di SMP Muhammadiyah 1 Kudus

Hasil belajar Matematika yang diperoleh siswa dengan pembelajaran problem solving lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori pada kelas VII di SMP Muhammadiyah 1 Kudus

2. Farhan, Pendidikan Geografi Universitas Negeri Semarang, skripsi, 2010 Pengaruh Penerapan Metode Pemecahan Masalah untuk Hasil Belajar Geografi dalam Materi Pokok Bahasan Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA N 2 Ungaran

Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010

Pembelajaran geografi dengan metode pemecahan masalah dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam menemukan masalah dan mampu menyelesaikan masalah, serta memiliki pengaruh terhadap hasil belajar dengan hasil sebesar 0,535 dengan taraf signifikan 5%

3. Yan Rizki Oktefiani, Pendidikan Geografi Universitas Negeri Semarang, skripsi, 2012

Studi Komparasi Hasil Belajar Geografi Menggunakan Metode Problem Solving dengan Metode Ceramah Bervariasi Materi Pokok Kondisi Fisik Wilayah

Indonesia pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Adiwerna Kabupaten Tegal

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode problem solving lebih baik daripada pembelajaran menggunakan metode ceramah bervariasi dan ada perbedaan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Adiwerna Kabupaten Tegal

4. Dwi Probo Retno, Pendidikan Geografi Universitas Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Data Monografi untuk Perkembangan Kota pada Siswa SMA

Penerapan metode pembelajaran Problem Based Intruction (PBI) mampu meningkatkan kemampuan siswa dan


(43)

Negeri Semarang, skripsi, 2012

Negeri 1 Tayu melalui Metode Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI)

menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran 5. Dewi

Purnamasari, Pendidikan Geografi Universitas Negeri Semarang, skripsi, 2015 Komparasi Hasil Belajar Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Based Learning dengan Metode Ceramah Bervariasi pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri Kendal Kabupaten Kendal Tahun 2015

Penggunaan metode Problem Based Learning lebih baik karena siswa mampu berpikir kritis terhadap mata pelajaran yang dipelajarainya serta hasil belajar yang diperoleh siswa lebih baik yang diberi pengajaran dengan metode Problem Based Learning daripada metode ceramah bervariasi

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode problem solving lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain karena siswa lebih aktif dan hasil belajar yang diperoleh lebih baik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efektivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi dan pengaruh antara aktivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi terhadap hasil belajar.


(44)

2.9. Kerangka Berpikir

A.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Tujuan Pendidikan Nasional

(UU No. 20 Tahun 2003)  Beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa  Berakhlak mulia  Berilmu

 Cakap  Kreatif  Mandiri  Demokratis  Tanggung jawab

Pembelajaran Kontekstual (Johnson)

 Berpikir kritis  Menemukan

masalah  Memecahkan

masalah

Aktivitas Siswa dengan Metode Pembelajaran Problem Solving Menyadari Masalah Merumuskan Masalah Merumuskan Hipotesis Mengumpulkan Data Menguji Hipotesis Menyusun dan Mempresentasikan Laporan Akhir

 Kemampuan menemukan masalah

 Kemampuan memecahkan masalah

Kognitif

Afektif

Psikomotorik

 Melatih percaya diri mengemukakan pendapat  Menumbuhkan sikap

tanggung jawab  Melatih keterampilan

berbicara

 Melatih keterampilan menulis laporan 


(45)

2.10. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh yang positif dari aktivitas belajar dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi terhadap hasil belajar pada siswa MA Nahdlatul Muslimin Kabupaten Kudus”.


(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dalam pengumpulan data, cara pengolahannya, dan analisis datanya menggunakan metode statistik (Arikunto, 2006). Adapun yang termasuk dalam penelitian ini adalah:

3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X yang mendapat mata pelajaran geografi, kelas XI, dan XII Program IPS MA Nahdlatul Muslimin.

3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012: 118). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik proportional random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pengambilan acak sesuai jumlah kelas secara proporsional. Menurut Arikunto, (2006: 134) jika jumlah subjek yang terdaftar sebagai populasi besar, dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%.


(47)

Setiap kelas X, XI, dan XII masing-masing diambil 10% dari jumlah siswa secara acak kemudian dikelompokkan sesuai kelas. Jumlah populasi dan sampel dapat lihat tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Jumlah populasi dan sampel kelas X

No Kelas Populasi Sampel

1. X IPS 1 46 5

2. X IPS 2 46 5

3. X IPS 3 46 4

4. X IPS 4 46 4

5. XI IPS 1 44 5

6. XI IPS 2 43 4

7. XI IPS 3 43 4

8. XI IPS 4 43 4

9. XII IPS 1 40 4

10. XII IPS 2 40 4

11. XII IPS 3 39 4

12. XII IPS 4 39 4

Jumlah 515 51

Sumber: Data sekunder MA Nahdlatul Muslimin

3.3. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012: 61). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012: 61). Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:


(48)

3.3.1.Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dengan metode problem solving, dengan sub-variabel sebagai berikut:

a. Menyadari masalah, memiliki indikator yaitu:

1) Kemampuan pengetahuan siswa dalam memunculkan pengalaman. 2) Kemampuan pemahaman siswa menentukan permasalahan.

b. Merumuskan masalah, memiliki indikator yaitu:

1) Kemampuan pengetahuan siswa dalam menjelaskan latar belakang masalah.

2) Kemampuan pemahaman siswa dalam merumuskan masalah. c. Merumuskan hipotesis, memiliki indikator yaitu:

1) Kemampuan siswa dalam menerapkan dan menggunakan konsep atau teori.

2) Kemampuan siswa dalam mensistesiskan hipotesis atau dugaan sementara.

d. Mengumpulkan data, memiliki indikator yaitu:

1) Kemampuan pengetahuan siswa dalam dalam menunjukkan variabel. 2) Kemampuan siswa dalam cara menerapkan alat.

3) Kemampuan siswa dalam cara penerapan menyusun instrumen. 4) Sikap tanggung jawab siswa dalam mengelola alat atau instrumen. 5) Keterampilan siswa dalam memilih teknik pengumpulan data 6) Ketepatan waktu dalam mengumpulkan data


(49)

7) Keterampilan siswa dalam mengoperasionalkan alat pengumpulan data

e. Menguji hipotesis, memiliki indikator yaitu: 1) Kemampuan siswa dalam mentabulasi data. 2) Kemampuan siswa dalam menganalisis data.

3) Kemampuan menilai siswa dalam memutuskan penyelesaian masalah. 4) Sikap selektif dan telili siswa dalam mengecek kelengkapan data 5) Keberanian siswa dalam memutuskan pemecahan masalah. f. Menyusun dan mempresentasikan laporan, memiliki indikator yaitu:

1) Kemampuan penerapan siswa dalam menyusun laporan akhir.

2) Kemampuan penerapan siswa dalam mempresentasikan atau mengemukakan hasil laporan akhir.

3) Sikap kesadaran atau tanggung jawab siswa dalam penulisan laporan. 4) Sikap percaya diri siswa dalam mempresentasikan laporan akhir serta

merespon atau menanggapi pertanyaan.

5) Keterampilan siswa dalam menulis laporan sesuai sistematika yang benar.

6) Keterampilan siswa menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam memaparkan laporan.

7) Keterampilan siswa menghidupkan suasana atau komunikatif dalam memaparkan laporan


(50)

3.3.2.Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari ulangan harian pada mata pelajaran geografi.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada 2 data yang digunakan, yaitu: data aktivitas belajar siswa dalam metode problem solving dan data hasil belajar siswa berupa nilai. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini melalui:

3.4.1.Metode Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan mengamati kegiatan yang sedang berlangsung (Arikunto, 2006: 156). Metode observasi digunakan untuk memperoleh aktivitas belajar siswa dengan metode problem solving. Metode ini menggunakan instrumen lembar observasi.

3.4.2.Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dari barang yang berbentuk tulisan, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 158). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi. Nilai tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa.


(51)

3.5. Analisis Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Arikunto, 2006: 160). Instrumen yang berbentuk lembar observasi tersebut harus di uji cobakan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas lembar observasi. Setelah lembar observasi valid, kemudian lembar observasi tersebut dapat digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas belajar siswa dengan metode problem solving.

3.5.1.Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur valid tidaknya dalam melakukan try out pertama dengan mengkorelasikan try out kedua, dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X : Try out 1

Y : Try out 2


(52)

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel r product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika rxy r tabel maka instrumen tersebut valid. 3.6. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Arikunto, 2006: 207). Adapun analisis data yang dilakukan sebagai berikut.

3.6.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai aktivitas belajar siswa dengan metode problem solving. Metode yang digunakan adalah statistik deskriptif. Menurut Sugiyono (2012: 207) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Cara yang digunakan adalah dengan analisis frekuensi, tiap indikator diberi skor dan kemudian dideskripsikan. Langkah-langkah analisis deskriptif sebagai berikut:

3.6.1.1. Tahap Skoring

Tahap ini dilakukan untuk mempermudah dan menganalisis data dengan cara yaitu dengan memberikan skor terhadap pengamatan oleh pengamat sesuai dengan panduan. Kriteria pemberian skor yaitu:

Untuk hasil observasi kriteria sangat tinggi diberi skor 5 Untuk hasil observasi kriteria tinggi diberi skor 4


(53)

Untuk hasil observasi kriteria rendah diberi skor 2

Untuk hasil observasi kriteria sangat rendah diberi skor 1 3.6.1.2. Menentukan Kriteria Variabel Efektivitas Belajar

Menetukan kriteria variabel efektivitas belajar dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menentukan skor maksimal Rumus skor maksimal = P X N Keterangan:

P : jumlah butir N : skor maksimal b) Menentukan skor minimal

Rumus skor minimal = P X N Keterangan:

P : jumlah butir N : skor minimal

c) Menghitung rentang skor

Rumus rentang skor = skor maksimal - skor minimal d) Menghitung interval skor

Interval skor =

3.6.1.3. Menyusun Tabel Frekuensi Aktivitas Belajar

Tabel frekuensi disusun untuk mempermudah dalam menghitung jumlah frekuensi berdasarkan indikator dan kriteria yang ada dalam penelitian, berikut ini:


(54)

Tabel 3.2 Tabel Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa

No. Kategori Jumlah

Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat tinggi - -

2. Tinggi - -

3. Sedang - -

4. Rendah - -

5. Sangat rendah - -

Jumlah - -

Mean

Rumus yang digunakan untuk menghitung prosentase frekuensi adalah sebagai berikut:

P = Keterangan:

f : Frekuensi

N : Jumlah responden P : Angka prosentase

(Sugiyono, 2010: 33). 3.6.1.4. Deskripsi

Data yang ditabulasikan kemudian dideskripsikan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini yaitu seberapa besar tingkat aktivitas siswa dalam metode problem solving digunakan acuan dari mean skor aktivitas siswa yang terdapat dalam tabel distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa, sehingga mudah dalam pembacaan dan pemahamannya.


(55)

3.6.2.Analisis Korelasi Product Moment

Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara aktivitas belajar dalam metode problem solving dengan hasil belajar geografi.

Sebelum melakukan menggunakan korelasi product moment, dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian statistik yang digunakan adalah uji Chi Kuadrat. Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagi berikut:

a) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. b) Menentukan banyaknya kelas interval (k)

k = 1 + 3,3 log n

n = banyaknya objek penelitian

c) Menentukan panjang kelas interval, yaitu: Interval =

d) Menghitung rata-rata ( ̅) dan simpangan baku (s).

̅ = ∑

∑ dan s = √

∑ ∑

e) Mencari harga z, skor dari setiap batas kelas x dengan rumus: z = ̅


(56)

f) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat.

g) Menghitung frekuensi yang diharapkan, dengan cara mengalikan persentase luas tiap bidang kurve normal dengan jumlah anggota sampel. h) Menghitung statistik Chi Kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

X

2

=

Keterangan: X2 : Chi kuadrat

k : Banyaknya kelas interval

:Frekuensi yang diobservasi

: Frekuensi yang diharapkan

i) Membandingkan Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Jika hitung < tabel dengan dk = N – 3 dan taraf signifikan 5%, maka distribusi data dinyatakan normal (Sugiyono, 2012: 241).

Setelah dilakukan uji normalitas data, selanjutnya adalah menggunakan rumus korelasi product moment. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X : Tingkat aktivitas belajar


(57)

Y : Hasil belajar N : Jumlah responden

Dari hasil perhitungan product moment, untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan tersebut, maka dapat digunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut.

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Selanjutnya, untuk menguji signifikan koefisien korelasinya, maka perlu dilakukan uji hipotesis dengan memasukkan hasil ke dalam rumus t sebagai berikut.

t =

√ Keterangan:

t : Uji signifikan koefisien korelasi rxy : Koefisien korelasi

n : Jumlah responden

Harga tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan harga , dengan taraf signifikan 5 % dan dk = n – 2. Hipotesis diterima jika


(58)

94

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Aktivitas siswa dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi termasuk dalam kategori sedang. Hal ini disebabkan karena ada beberapa indikator dari aktivitas siswa yang masih berkategori rendah, yaitu indikator kemampuan siswa dalam menerapkan konsep atau teori, kemampuan menerapkan alat, menyusun instrumen, keterampilan siswa dalam memilih teknik pengumpulan data, ketepatan dalam mengumpulkan data, sikap teliti siswa dalam mengecek kelengkapan data, sikap percaya diri siswa dalam mempresentasikan laporan akhir dan menanggapi pertanyaan, dan keterampilan siswa dalam menghidupkan suasana atau komunikatif dalam memaparkan laporan. Maka, dapat disimpulkan bahwa tingkat aktivitas siswa dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi di MA Nahdlatul Muslimin dikatakan belum efektif.

2. Pengaruh antara aktivitas belajar dengan metode problem solving terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi di MA Nahdlatul Muslimin memiliki kategori sedang karena ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa rendah tetapi hasil belajar yang diperoleh tinggi.


(59)

Maka, dapat disimpulkan bahwa pengaruh antara aktivitas siswa dengan hasil belajar siswa belum efektif.

5.2. Saran

Saran yang diberikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa dengan metode problem solving dalam pembelajaran geografi harus ditingkatkan lagi, terutama pada aktivitas-aktivitas yaitu: (a) kemampuan siswa dalam menerapkan konsep atau teori, siswa harus tekun membaca buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat agar siswa mampu memilih sumber pustaka yang tepat, (b) kemampuan menerapkan alat, siswa harus rajin membaca buku tentang alat-alat yang digunakan dalam pembelajaran serta mendengarkan dan memahami dengan sungguh-sungguh pelajaran yang diberikan guru, (c) menyusun instrumen, siswa harus memahami dengan cermat panduannya sebelum menyusun instrumen, (d) keterampilan siswa dalam memilih teknik pengumpulan data, siswa harus memperhatikan dan memahami dengan cermat ketika guru memberikan pelajaran, (e) ketepatan mengumpulkan data, siswa harus lebih cepat dalam mengumpulkan data dengan memperhatikan perintah dari guru agar data dapat terkumpul tepat waktu dan tepat, (f) sikap siswa dalam mengecek kelengkapan data, dibutuhkan tingkat selektif yang tinggi agar tepat, (g) sikap percaya diri siswa dalam mempresentasikan laporan akhir, menanggapi pertanyaan, dan keterampilan siswa dalam menghidupkan suasana atau komunikatif dalam memaparkan laporan dalam pembelajaran geografi siswa


(60)

dibiasakan berdiskusi dan presentasi di depan kelas agar penyampaiannya benar dan lancar.

2. Penggunaan metode problem solving harus dikembangkan lagi oleh pihak guru dengan cara menghidupkan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan lebih jelas dalam menerangkan agar mencapai berbagai tujuan yang diinginkan dan menjadi pembelajaran yang diminati siswa.


(61)

97

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Endarto, Danang. dkk. 2007. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Farhan. 2010. „Pengaruh Penerapan Metode Pemecahan Masalah untuk Hasil Belajar Geografi dalam Materi Pokok Bahasan Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA N 2 Ungaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010‟. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Lestari, Ivana. 2009. „Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Pokok Segitiga Siswa SMP Kelas VII Semester Genap di SMP Muhammadiyah 1 Kudus‟. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya.

Munib, Achmad. 2012. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang.

Oktefiani, Yan Rizki. 2012. „Studi Komparasi Hasil Belajar Geografi Menggunakan Metode Problem Solving dengan Metode Ceramah Bervariasi Materi Pokok Kondisi Fisik Wilayah Indonesia pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Adiwerna‟. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.


(62)

Purnamasari, Dewi. 2015. ,Komparasi Hasil Belajar Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Based Learning dengan Metode Ceramah Bervariasi pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri Kendal Kabupaten Kendal Tahun 2015‟. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Retno, Dwi Probo. 2012. „Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Data Monografi untuk Perkembangan Kota pada Siswa SMA Negeri 1 Tayu melalui Metode Pembelajaran Problem Based Intruction (PBI)‟. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Rifa‟i, Ahmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

---. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.

Suharso dan Ana Retnoningsih. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.

Sumaatmadja, Nursid. 1996. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Press Group.


(63)

99


(64)

100 Lampiran 1

KISI-KISI INSTRUMEN LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

DALAM METODE PROBLEM SOLVING

No. Variabel Sub Variabel Indikator No.

Item

1. Aktivitas siswa dalam metode problem solving 1. Menyadari Masalah 2. Merumuska n masalah 3. Merumuska n Hipotesis 4. Mengumpul kan data 5. Menguji Hipotesis

1) Kemampuan pengetahuan siswa dalam memunculkan pengalaman

2) Kemampuan pemahaman siswa dalam menentukan permasalahan

1) Kemampuan pengetahuan siswa dalam menjelaskan latar belakang masalah

2) Kemampuan pemahaman siswa dalam merumuskan permasalahan

1) Kemampuan siswa dalam menerapkan dan menggunakan konsep atau teori

2) Kemampuan pemahaman siswa dalam mensintesiskan hipotesis atau dugaan sementara

1) Kemampuan pemahaman siswa dalam menunjukkan variabel

2) Kemampuan siswa dalam menerapkan alat

3) Kemampuan penerapan siswa dalam menyusun instrumen 4) Sikap tanggung jawab siswa

dalam mengelola alat atau instrumen

5) Keterampilan siswa dalam memilih teknik pengumpulan data

6) Ketepatan waktu dalam mengumpulkan data 7) Keterampilan siswa dalam

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15


(65)

6. Menyusun dan Mempresent asi-kan Laporan Akhir mengoperasionalkan alat pengumpulan data

1) Kemampuan siswa dalam mentabulasi data

2) Kemampuan siswa dalam menganalisis data

3) Kemampuan menilai siswa dalam memutuskan

penyelesaian masalah

4) Sikap selektif dan telili siswa dalam mengecek kelengkapan data

5) Keberanian siswa dalam memutuskan pemecahan masalah

1) Kemampuan penerapan siswa dalam menyusun laporan akhir 2) Kemampuan penerapan siswa

dalam mempresentasikan atau mengemukakan hasil laporan akhir

3) Sikap kesadaran atau tanggung jawab siswa dalam penulisan laporan

4) Sikap percaya diri siswa dalam mempresentasikan laopran akhir serta merespon atau menanggapi pertanyaan 5) Keterampilan siswa dalam

menulis laporan sesuai sistematika yang benar 6) Keterampilan siswa

menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam memaparkan laporan 7) Keterampilan siswa

menghidupkan suasana atau komunikatif dalam memaparkan laporan 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25


(66)

102 Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

DALAM METODE PROBLEM SOLVING

Nama Siswa :

Kelas :

No. Indikator Skala Skor

1 2 3 4 5

1. Siswa mampu memunculkan pengalaman 2. Siswa mampu menentukan permasalahan 3. Siswa mampu menjelaskan latar belakang

masalah

4. Siswa mampu merumuskan permasalahan 5. Siswa mampu menerapkan dan

menggunakan konsep atau teori 6. Siswa mampu mensintesiskan hipoteis 7. Siswa mampu menunjukkan variabel 8. Siswa mampu menerapkan alat 9. Siswa mampu menyusun instrumen 10. Siswa mampu mentabulasi data 11. Siswa mampu menganalisis data

12. Siswa mampu memutuskan penyelesaian masalah

13. Siswa mampu menyusun laporan akhir 14. Siswa mampu mempresentasikan atau

mengemukakan hasil laporan akhir 15. Siswa bersikap tanggung jawab dalam

mengelola alat atau instrumen

16. Siswa bersikap selektif dan teliti dalam mengecek kelengkapan data


(67)

17. Siswa memiliki keberanian dalam memutuskan pemecahan masalah

18. Siswa memiliki kesadaran atau tanggung jawab dalam penulisan laporan

19. Siswa bersikap percaya diri dalam mempresentasikan laporan akhir serta merespon atau menanggapi pertanyaan 20. Siswa memiliki keterampilan dalam

memilih teknik pengumpulan data 21. Siswa memiliki ketepatan waktu dalam

mengumpulkan data

22. Siswa memiliki keterampilan dalam mengoperasionalkan alat pengumpulan data

23. Siswa memiliki keterampilan dalam menulis laporan sesuai sistematika yang benar

24. Siswa memiliki keterampilan dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam memaparkan laporan

25. Siswa memiliki keterampilan dalam menghidupkan suasana atau komunikatif dalam memaparkan laporan

Keterangan : 1 : Sangat Rendah 2 : Rendah

3 : Cukup 4 : Tinggi 5 : Sangat Tinggi


(68)

104 Lampiran 3

RUBRIK LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

DALAM METODE PROBLEM SOLVING

Kriteria penilaian lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam Metode Problem Solving, sebagai berikut:

No Indikator Pengamatan Kriteria Pengamatan Skor

1. Kemampuan pengetahuan siswa dalam memunculkan pengalaman

Siswa tidak bisa memberikan pengalaman sesuai materi

1

Siswa memberikan pengalaman yang tidak sesuai materi

2

Siswa memberikan pengalaman sesuai materi tetapi tidak dilengkapi fakta dan data yang jelas

3

Siswa memberikan pengalaman sesuai materi dengan fakta dan data yang kurang lengkap

4

Siswa mampu memberikan pengalaman sesuai materi dengan fakta dan data yang lengkap

5

2. Kemampuan pemahaman siswa dalam menentukan permasalahan

Siswa tidak bisa menentukan masalah sesuai materi

1

Siswa menentukan masalah yang tidak sesuai materi dengan tidak benar dan tidak logis

2

Siswa menentukan masalah terkait materi sesuai pengalaman yang sudah dijelaskan tetapi kurang tepat

3

Siswa menentukan masalah terkait materi sesuai pengalaman yang sudah


(69)

dijelaskan dengan benar tetapi kurang logis

Siswa mampu menentukan masalah terkait materi sesuai pengalaman yang sudah dijelaskan dengan benar dan logis

5

3. Kemampuan pengetahuan siswa dalam menjelaskan latar belakang masalah

Siswa tidak bisa menjelaskan latar belakang masalah

1

Siswa menjelaskan latar belakang masalah tidak benar, tidak sesuai fakta dan data, serta tidak dapat dipahami

2

Siswa menjelaskan latar belakang masalah dengan benar, tidak sesuai fakta dan data, serta tidak dapat dipahami

3

Siswa menjelaskan latar belakang masalah dengan benar, sesuai fakta dan data, tetapi kurang dapat dipahami

4

Siswa mampu menjelaskan latar belakang masalah dengan benar, sesuai fakta dan data, serta mudah dipahami

5

4. Kemampuan pemahaman siswa dalam merumuskan permasalahan

Siswa tidak bisa merumuskan permasalahan

1

Siswa merumuskan permasalahan tidak benar dan tidak dapat dipahami

2

Siswa merumuskan permasalahan dengan benar tetapi tidak dapat dipahami

3

Siswa merumuskan permasalahan dengan benar tetapi kurang dipahami

4


(70)

permasalahan dengan benar dan mudah dipahami

5. Kemampuan siswa dalam menerapkan dan menggunakan konsep atau teori

Siswa tidak bisa menerapkan dan menggunakan konsep atau teori

1

Siswa menerapkan dan menggunakan konsep atau teori tidak sesuai rumusan masalah, tidak logis, dan tidak lengkap

2

Siswa menerapkan dan menggunakan konsep atau teori sesuai rumusan masalah tetapi kurang logis dan tidak lengkap

3

Siswa menerapkan dan menggunakan konsep atau teori sesuai rumusan masalah, logis, tetapi kurang lengkap

4

Siswa mampu menerapkan dan

menggunakan konsep atau teori sesuai rumusan masalah, logis, dan lengkap

5

6. Kemampuan pemahaman siswa dalam mensistesiskan hipotesis atau dugaan sementara

Siswa tidak bisa membuat hipotesis 1 Siswa membuat hipotesis tidak benar

dan tidak logis

2

Siswa membuat hipotesis dengan benar tetapi tidak logis

3

Siswa membuat hipotesis dengan benar tetapi kurang logis

4

Siswa mampu membuat hipotesis dengan benar dan logis

5

7. Kemampuan pemahaman siswa dalam menunjukkan variabel

Siswa tidak bisa menunjukkan variabel 1 Siswa menunjukkan variabel tidak

benar dan tidak tepat

2


(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Geografi

Kelas/ Semester : XII/ 2 Tahun Pelajaran : 2014/ 2015 Alokasi Waktu : 6 x 45 menit

Standar Kompetensi : Menganalisis wilayah dan perwilayahan Kompetensi Dasar : Menganalisis wilayah dan perwilayahan negara

maju dan berkembang

Indikator : 1. Mengidentifikasi ciri-ciri negara maju dan negara berkembang

2.Memberi contoh indikator keberhasilan dengan tepat negara maju

3. Mengidentifikasi tentang tahapan-tahapan perkembangan negara menurut W.W Rostow

A. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa mampu mendefinisikan negara maju dan berkembang

2. Siswa mampu memberikan contoh indikator keberhasilan negara maju dengan tepat menurut UNRISD (United Nations Research Institute For Social Development) Tahun 1997

3. Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri negara maju dan berkembang

4. Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh negara maju dan berkembang

5. Siswa dapat terampil membuat peta negara maju dan negara berkembang

6.Mengidentifikasi tentang tahapan-tahapan perkembangan negara menurut W.W Rostow

B. Materi Pembelajaran : Negara maju dan negara berkembang dan tahapan tahapan perkembangan negara

C. Metode Pembelajaran : - Ceramah -Problem Solving D. Langkah – langkah Pembelajaran

2. Kegiatan Pendahuluan :

b. Apersepsi : mengingat kembali tentang pelajaran sebelumnya.


(2)

kehidupan sehari-hari d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Kegiatan Inti :

a. Pertemuan 1

1) Eksplorasi : Mengungkap kembali kesimpulan materi sebelumnya. 2) Elaborasi :

a) Guru menyuruh siswa untuk mendefinisikan, mengidentifikasi ciri-ciri, dan memberikan contoh negara maju dan berkembang.

b) Guru menyuruh siswa untuk menuliskan pengalaman yang berhubungan dengan negara maju dan berkembang yang mereka dapat dari berbagai informasi baik media cetak maupun elektronik.

c) Guru memberikan lembar kegiatan yang kepada siswa dan menerangkan petunjuk pengisian lembar kegiatan tersebut.

d) Guru menyuruh siswa untuk berkumpul sesuai kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya. Kemudian mendiskusikan hasil pengamatan sesuai lembar kegiatan yang telah diberikan guru dengan menggunakan referensi sumber belajar yang tersedia.

e) Guru menyuruh setiap kelompok untuk presentasi di depan kelas. f) Guru menyuruh siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil presentasi

setiap kelompok yang maju.

3) Konfirmasi : Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

b. Pertemuan 2

1) Eksplorasi : Mengungkap kembali kesimpulan materi sebelumnya.. 2) Elaborasi :

a) Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan indikator keberhasilan negara maju.

b) Guru menyuruh siswa untuk menuliskan pengalaman yang berhubungan dengan contoh satu negara maju yang ada di setiap benua yang mereka dapat dari berbagai informasi baik media cetak maupun elektronik. c) Guru menyuruh siswa untuk membuat peta negara maju dan


(3)

d) Guru menyuruh siswa untuk berkumpul sesuai kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya. Kemudian mendiskusikan hasil pengamatan sesuai peta yang telah dibuat.

e) Guru menyuruh setiap kelompok untuk presentasi di depan kelas. f) Guru menyuruh siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil presentasi

setiap kelompok yang maju.

3) Konfirmasi : Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

c. Pertemuan 3

1) Eksplorasi : Mengungkap kembali kesimpulan materi sebelumnya. 2) Elaborasi :

a) Guru menyuruh siswa untuk mengidentifikasi tentang tahapan-tahapan perkembangan.

b) Guru menyuruh siswa untuk menuliskan informasi yang berhubungan dengan perkembangan suatu negara yang mereka dapat dari berbagai informasi baik media cetak maupun elektronik.

c) Guru memberikan lembar kegiatan yang kepada siswa dan menerangkan petunjuk pengisian lembar kegiatan tersebut.

d) Guru menyuruh siswa untuk berkumpul sesuai kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya. Kemudian mendiskusikan hasil pengamatan sesuai lembar kegiatan yang telah diberikan guru referensi sumber belajar yang tersedia.

e) Guru menyuruh setiap kelompok untuk presentasi di depan kelas. f) Guru menyuruh siswa untuk membuat kesimpulan dari hasil presentasi

setiap kelompok yang maju.

3) Konfirmasi : Guru menyuruh siswa untuk menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

4. Kegiatan Penutup :

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang dimengerti.

b. Guru bersama siswa membuat simpulan dari materi yang telah dibahas. c. Guru memberi tugas rumah.


(4)

E. Alat dan Sumber Belajar

1. Hestiyanto, Yusman. 2005. Geografi 3. Jakarta: Yudhistira.

2. Todaro, Michael. 1978. Pembanguna Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia Indonesia.

3. Wardiyatmoko. 2006. Geografi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.. 4. PPT.

5. Peta Dunia. 6. Atlas. 7. Internet

8. Lingkungan sekitar F. Penilaian

4. Aspek Kognitif

c) Teknik Penilaian : Ulangan Harian d) Bentuk Instrumen : Tes uraian

1) Pertemuan Pertama

No. Butir Pertanyaan

1. Jelaskan ciri-ciri negara maju! 2. Jelaskan ciri-ciri negara berkembang!

3. Sebutkan negara-negara yang termasuk negara maju dan negara berkembang di dunia!

4. Jelaskan mengapa Indonesia masih dikatakan negara berkembang! 2) Pertemuan Kedua

No. Butir Pertanyaan

1. Jelaskan indikator keberhasilan negara maju menurut UNRISD (United Nations Research Institute For Social Development) Tahun 1997!

2. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi Kawasan Eropa Barat! 3. Mengapa Amerika Serikat disebut negara adikuasa!

4. Berikan satu contoh negara maju di wilayah Asia Tenggara dan apa potensi ekonomi yang ada di negara tersebut!

3) Pertemuan Ketiga

No. Butir Pertanyaan

1. Sebutkan tahapan-tahapan perkembangan negara menurut W.W Rostow! 2. Sebutkan model pengembangan wilayah negara berkembang!

3. Sebutkan model pengembangan wilayah negara maju!

4. Jelaskan pola pembangunan atau pengembangan wilayah Indonesia! 5. Aspek Afektif


(5)

b) Bentuk Instrumen : Lembar Observasi c) Kisi-kisi :

No. Indikator Butir Instrumen

1. Tidak menyela pembicaraan guru/teman pada waktu yang

tidak tepat 1

2. Membantu teman yang mengalami kesulitan dalam

memahami materi 1

3. Sikap percaya diri dalam mengemukakan pendapat 1 4. Tanggung jawab dalam mengerjakan tugas 1

6. Aspek Psikomotorik

a) Teknik Penilaian : Observasi

b) Bentuk Instrumen : Lembar observasi c) Kisi-kisi :

No. Indikator Butir Instrumen

1. Keterampilan dalam berbicara menggunakan bahasa yang

baik dan benar 1

2. Keterampilan dalam menulis laporan akhir 1

Kudus, April 2015

Mengetahui,

Guru Mapel Peneliti


(6)

172

Lampiran 27


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus

1 11 254

Pengaruh penggunaan model pembelajaran creative problem solving: CPS termodifikasi terhadap hasil belajar siswa pada konsep hukum newton tentang gravitasi

3 36 0

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2013-2014

1 25 186

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs. NAHDLATUL MUSLIMIN KUDUS

0 5 180

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DENGAN Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui Metode Problem Solving Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas Iv Sdn Kal

0 2 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DENGAN Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui Metode Problem Solving Dengan Media Gambar Pada Siswa Kelas Iv Sdn Kal

0 1 12

PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS IV

0 0 10

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PERSEPSI PADA METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

0 0 6

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS dengan Metode Problem Solving

0 0 7

PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI APLIKASI TURUNAN

0 0 6