PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs. NAHDLATUL MUSLIMIN KUDUS

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

THINK PAIR SHARE

(TPS) DENGAN METODE EKSPERIMEN

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII

MTs. NAHDLATUL MUSLIMIN KUDUS

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh Alfiatun Ni’mah

4201410012

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan tuhan kami adalah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) janganlah kamu merasa takut dan jangan pula kamu merasa sedih, dan

bergembiralah kamu dengan surga yang dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushshilat: 30)

PERSEMBAHAN:

1. Untuk bapak dan ibu, terima kasih untuk do’a dan semangat yang senantiasa diberikan. 2. Untuk adik dan kakak, terima kasih selalu memberikan semangat dan motivasi.

3. Untuk teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika 2010, terima kasih atas bantuannya.

4. Untuk teman-teman PPL SMP N 19 Semarang dan KKN Dusun Branggah, terima kasih atas kenangan dan pengalaman yang sangat berharga.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia serta ridho-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan Metode

Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa

Kelas VIII MTs. Nahdlatul Muslimin Kudus”.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan tenaga, pikiran, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ungkapan rasa terima kasih yang tulus disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Unnes. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., dekan FMIPA Unnes. 3. Dr. Khumaedi, M.Si., ketua Jurusan Fisika.

4. Dr. Sarwi, M.Si., dosen wali yang telah memberikan motivasi dan solusi. 5. Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si., pembimbing yang senantiasa memberikan

bimbingan, arahan, dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal selama menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

7. Staf Perpustakaan Unnes yang memberikan layanan selama menempuh pendidikan hingga penulisan skripsi.

8. Bapak, ibu, dan adik tercinta, yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.


(7)

vii

9. Kepala MTs. Nahdlatul Muslimin Kudus yang telah memberikan ijin penelitian.

10. Hartini Regent, S.Pd., guru IPA kelas VIII MTs. Nahdlatul Muslimin Kudus yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

11. Siswa kelas VIII A, VIII B dan IX D MTs. Nahdlatul Muslimin Kudus yang telah membantu proses penelitian.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran yang membangun akan saya terima untuk perbaikan di masa mendatang.

Semarang, Agustus 2014 Penulis

Alfiatun Ni’mah 4201410012


(8)

viii

ABSTRAK

Ni’mah, Alfiatun. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII MTs. Nahdlatul Muslimin Kudus. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si.

Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, metode eksperimen, think pair share Pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif untuk berinteraksi, sehingga potensi mereka dapat berkembang secara optimal. Namun berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru IPA fisika di MTs. Nahdlatul Muslimin diketahui bahwa guru sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, pembelajaran ini didominasi oleh guru (teacher centered), sehingga proses pembelajaran kurang menarik, komunikasi antara guru dan siswa maupun antarsiswa minim, partisipasi mereka dalam pembelajaran tergolong kurang, dan hasil belajar fisika pada materi cahaya dan optik tergolong rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diterapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa melalui penerapan Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pretest-posttest control group design. Kelas VIII B sebagai kelas eksperimen diterapkan Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen. Kelas VIII A sebagai kelas kontrol diterapkan metode ceramah dan tanya jawab. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) Dokumentasi berupa nilai rapor semester gasal IPA, (2) Tes berupa pre-test dan post-test, (3) Observasi berupa lembar observasi aktivitas belajar. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa digunakan uji gain, sedangkan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa digunakan analisis observasi aktivitas belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada penerapan Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkat. Aktivitas belajar siswa pada penerapan Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen juga meningkat. Aspek aktivitas belajar siswa yang dinilai adalah melakukan percobaan, menyimpulkan hasil percobaan, mengajukan pertanyaan, mendengarkan presentasi, mengemukakan pendapat, mengerjakan tes dan mencatat materi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.


(9)

ix

ABSTRACT

Ni’mah, Alfiatun. 2014. The Application of Think Pair Share (TPS) Learning Model With Experimental Method to Improve Students’ Learning Result and Learning Activities of Eighth Grade Student of MTs. Nahdlatul Muslimin Kudus. Skripsi, Physics Department, Mathematics and Science Faculty. Universitas Negeri Semarang. Advisor Dra. Pratiwi Dwijananti, M.Si.

Key words: learning activities, learning result, experimental method, think pair share

In learning process, students have to be actively involved, so their skill can optimally improve. However, based on an observation and an interview with the physics teacher of MTs. Nahdlatul Muslimin, it is known that the teacher mainly used lecturing and question-answer method, the process is dominated by the teacher, so the process is less interesting, teacher-students interaction is more likely never found, they are less participate in the process, moreover, the light and optics learning result is low. To surpass the problem, the researcher used Think Pair Share (TPS) method. The research is aimed at understanding the enhancement of the learning result and students activities by using Think Pair Share (TPS) and experimental method.

The research used experimental research method that used pretest-posttest control group design. Class VIII B as an experimental group was treated by using Think Pair Share (TPS) and experimental method. Class VIII A as a control group was treated by using lecturing questin answer method. The mehod of data accumulation in this research are: (1) Documentation are first semester result, (2) Test are pre-test and post-test, (3) observation are observation sheet of learning activities. To know the enhancement of the learning result by using gain test, meanwhile to know the enhancement of the student activities by using observation analysis of learning activities.

The research result showed that the result of the students treated with Think Pair Share (TPS) and experimental method can enhance. The learning activities of the students treated with Think Pair Share (TPS) and experimental method can also enhance. Aspect of the learning activities be valued by do the experimentation, conclude the experimentation result, give the question, hear of presentation, suggest the opinion, do the test and make a note of the lesson. Based on the research that Think Pair Share (TPS) with experimental method can enhance the students learning result and their activities.


(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Penegasan Istilah ... 4

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar ... 7


(11)

xi

2.2 Aktivitas Belajar ... 8

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 10

2.4 Metode Eksperimen ... 15

2.5 Tinjauan tentang Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya ... 16

2.6 Kerangka Berpikir ... 25

2.7 Hipotesis Penelitian ... 28

3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.2 Variabel Penelitian ... 29

3.3 Desain Penelitian ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5 Prosedur Penelitian ... 32

3.6 Metode Analisis Data ... 36

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.2 Pembahasan ... 56

5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 64

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Desain Penelitian ... 30

3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 38

3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 39

3.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Nilai Rapor IPA Fisika ... 42

3.5 Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Rapor IPA Fisika ... 43

3.6 Kategori Peningkatan Hasil Belajar ... 47

3.7 Klasifikasi Aktivitas Belajar Siswa ... 48

4.1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Hasil Pre-test dan Post-test ... 52

4.2 Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Pre-test dan Post-test . 53 4.3 Hasil Perhitungan Uji Gain Nilai Pre-test dan Post-test ... 54


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagian-bagian Cermin Cekung ... 17

2.2 Cermin Cekung akan Mengumpulkan Sinar Pantul (Konvergen) ... 17

2.3 Pemantulan Sinar Datang Sejajar Sumbu Utama ... 18

2.4 Pemantulan Sinar Datang melalui Titik Fokus ... 18

2.5 Pemantulan Sinar Datang melalui Titik Pusat Kelengkungan ... 18

2.6 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung ... 19

2.7 Bagian-bagian Cermin Cembung ... 20

2.8 Cermin Cembung akan Menyebarkan Sinar Pantul (Divergen) ... 20

2.9 Pemantulan Sinar Datang Sejajar Sumbu Utama ... 21

2.10 Pemantulan Sinar Datang Menuju Titik Fokus ... 21

2.11 Pemantulan Sinar Datang Menuju Titik Pusat Kelengkungan ... 21

2.12 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung ... 22

2.13 Geometri untuk Menghitung Jarak Bayangan s’ dari Jarak s dan Jari-jari Kelengkungan r ... 23

2.14 Geometri untuk Menentukan Pembesaran Cermin Cekung ... 24

2.15 Penomoran Ruang Benda dan Bayangan pada Cermin Cekung dan Cembung ... 25

2.16 Skema Alur Berpikir ... 34

3.1 Skema Alur Penelitian ... 35

4.1 Grafik analisis aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 55


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba (IX D) ... 69

2 Kisi-kisi Instrumen Soal Uji Coba ... 70

3 Soal Uji Coba ... 72

4 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 82

5 Analisis Hasil Soal Uji Coba ... 83

6 Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test ... 91

7 Soal Pre-test dan Post-test ... 93

8 Kunci Jawaban Pre-test dan Post-test ... 99

9 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen (VIII B) ... 100

10 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol (VIII A) ... 101

11 Nilai Rapor IPA Fisika Semester Gasal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 102

12 Uji Normalitas Nilai Rapor IPA Fisika Kelas Eksperimen (VIII B) .. 104

13 Uji Normalitas Nilai Rapor IPA Fisika Kelas Kontrol (VIII A) ... 105

14 Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Rapor IPA Fisika antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 106

15 Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Uji Dua Pihak) Nilai Rapor IPA Fisika Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 107

16 Daftar Pengelompokan Siswa Kelas Eksperimen ... 108


(15)

xv

18 Silabus Pembelajaran ... 110

19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 113

20 Bahan Ajar ... 123

21 Lembar Kerja Siswa (LKS I) Pemantulan Cahaya pada Cermin Cekung ... 130

22 Lembar Kerja Siswa (LKS II) Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung ... 134

23 Kunci Jawaban LKS I dan LKS II ... 138

24 Data Nilai Hasil Pre-test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 139

25 Analisis Hasil Pre-test Kelas Eksperimen ... 141

26 Analisis Hasil Pre-test Kelas Kontrol ... 142

27 Uji Normalitas Pre-test Kelas Eksperimen (VIII B) ... 143

28 Uji Normalitas Pre-test Kelas Kontrol (VIII A) ... 144

29 Uji Kesamaan Dua Varians Data Hasil Pre-test antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 145

30 Data Nilai Hasil Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 146

31 Analisis Hasil Post-test Kelas Eksperimen ... 148

32 Analisis Hasil Post-test Kelas Kontrol ... 149

33 Uji Normalitas Post-test Kelas Eksperimen ... 150

34 Uji Normalitas Post-test Kelas Kontrol ... 151

35 Uji Kesamaan Dua Varians Data Hasil Post-test antara Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 152


(16)

xvi

36 Uji Gain Ternormalisasi Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol

... 153

37 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 154

38 Analisis Hasil Observasi Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen ... 156

39 Analisis Hasil Observasi Aktivitas Belajar Kelas Kontrol ... 158

40 Dokumentasi Penelitian ... 160


(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rendahnya pendidikan di Indonesia menurut data pada Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2012 dari UNESCO, indeks pembangunan pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 120 negara. Pada tingkat ASEAN, indeks pembangunan pendidikan Indonesia masih tertinggal dari Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Philipina.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 39 menyatakan “pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.” Dalam KTSP maupun dalam kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013, pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif untuk berinteraksi, sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Guru harus memilih model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan karakteristik siswa dan materi yang disampaikan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru IPA fisika kelas VIII MTs. Nahdlatul Muslimin diketahui bahwa guru sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Kurikulum yang diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 adalah KTSP. Dalam pembelajaran guru jarang menerapkan metode


(18)

diskusi dan metode eksperimen. Cahaya dan optik merupakan materi IPA fisika kelas VIII semester genap yang dianggap siswa sulit. Hal ini dibuktikan dengan persentase nilai ulangan harian siswa kelas VIII tahun ajaran 2012/2013 pada materi cahaya dan optik yang memenuhi KKM sebesar 34%.

Berdasarkan masalah di atas, perlu diupayakan adanya pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu dengan penerapan model pembelajaran Think Pair Share dengan metode eksperimen. Menurut Eggen dan Kauchak pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2011: 58). Pembelajaran kooperatif digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli orang lain. Suprijono (2013: 89-102) mengungkapkan beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yaitu Jigsaw, Think Pair Share (TPS), Numbered Heads Together (NHT), Group Investigation (GI), Two Stay Two Stray, Make a Match, dan lain-lain. Lie (2004: 57) mengungkapkan bahwa Think Pair Share (TPS) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas of Maryland pada 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya.

Penelitian terkait dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) telah dilakukan. Hasil penelitian Ibrahim (2010) menunjukkan bahwa penerapan


(19)

model pembelajaran Think Pair and Share tebukti dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Hasil penelitian Jannah et al. (2013) menunjukkan bahwa target untuk aktivitas belajar siswa yaitu sebanyak 70% siswa aktif dalam pembelajaran. Persentase jumlah siswa yang aktif pada siklus II meningkat mencapai 70,3%. Berdasarkan data tersebut, target aktivitas belajar siswa pada penelitian ini dapat terpenuhi.

Hasil penelitian tersebut menambah bukti adanya pengaruh positif dari penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) disertai metode eksperimen ini tidak hanya bertujuan dapat meningkatkan hasil belajar atau hanya meningkatkan aktivitas siswa saja, namun dapat meningkatkan keduanya, yaitu hasil belajar dan aktivitas siswa.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas

Belajar Siswa Kelas VIII MTs. Nahdlatul Muslimin Kudus”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang diteliti adalah:

(1) Apakah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

(2) Apakah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

(1) Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(2) Untuk mengetahui bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

(1) Bagi mahasiswa, dapat memperoleh bekal tambahan bagi calon guru fisika sehingga diharapkan dapat bermanfaat kelak ketika terjun di lapangan.

(2) Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dan meningkatkan aktivitas belajar siswa. (3) Bagi guru, sebagai bahan referensi atau masukan dalam menentukan model

pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa.

(4) Bagi Institusi, sebagai informasi dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran.

1.5

Penegasan Istilah

1.5.1 Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Menurut Eggen dan Kauchak pembelajaran


(21)

kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2011: 58).

1.5.2 Metode Eksperimen

Menurut Djamarah (2010: 84), metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dengan siswa melakukan percobaan, mereka mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

1.5.3 Hasil Belajar

Menurut Benyamin Bloom hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Rifa’i & Anni, 2009: 86). Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif.

Ranah kognitif ada enam aspek, yaitu (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) penilaian.

Hasil belajar ranah kognitif siswa yang diteliti terbatas pada empat aspek, yaitu (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, dan (4) analisis.

1.5.4 Aktivitas Belajar

Kelompok aktivitas yang diteliti difokuskan pada:

(1) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat.

(2) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan presentasi hasil diskusi kelompok.


(22)

(3) Kegiatan-kegiatan menulis: menyimpulkan hasil percobaan, mencatat materi yang disampaikan oleh guru, mengerjakan tes.

(4) Kegiatan kegiatan metrik: melakukan percobaan.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1.6.1 Bagian Awal

Bagian awal terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

1.6.2 Bagian Isi

BAB I pendahuluan, berisi latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II tinjauan pustaka, berisi tentang kajian teori dan konsep yang mendasari penelitian.

BAB III metode penelitian, berisi tentang populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil-hasil penelitian yang diperoleh disertai pembahasannya.

BAB V penutup, berisi simpulan dan saran. 1.6.3 Bagian Akhir


(23)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Hasil Belajar

Menurut Rifa’i & Anni (2009: 85), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Menurut Benyamin Bloom hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif.

Ranah kognitif ada enam aspek, yaitu:

(1) Pengetahuan, didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.

(2) Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pelajaran.

(3) Penerapan, mengacu pada kemampuan menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit.

(4) Analisis, mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

(5) Sintesis, mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru.


(24)

(6) Penilaian, mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pelajaran (pernyataan, novel, laporan) untuk tujuan tertentu (Rifa’i & Anni, 2009: 86).

Hasil belajar ranah kognitif siswa yang diteliti terbatas pada empat aspek, yaitu (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, dan (4) analisis. Sedangkan ranah afektif dan psikomotorik telah tercakup dalam beberapa kelompok aktivitas yang dinilai.

2.2 Aktivitas Belajar

Menurut Sardiman (2011: 95-96), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar.

Menurut Hamalik (2008: 90), pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, siswa belajar dan mengalami sendiri. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Paul D. Diedrich menklasifikasikan aktivitas belajar menjadi 8 kelompok berikut.


(25)

(1) Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain.

(2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

(3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

(4) Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, menulis karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket.

(5) Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

(6) Kegiatan kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.

(7) Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan.

(8) Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya (Hamalik, 2008: 90-91).


(26)

Kelompok aktivitas yang diteliti difokuskan pada:

(1) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat.

(2) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan presentasi hasil diskusi kelompok.

(3) Kegiatan-kegiatan menulis: menyimpulkan hasil percobaan, mencatat materi yang disampaikan oleh guru, mengerjakan tes.

(4) Kegiatan kegiatan metrik: melakukan percobaan.

Klasifikasi aktivitas tersebut menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) maka beberapa kegiatan tersebut dapat diciptakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih dinamis, siswa dapat lebih leluasa dalam mengungkapkan pendapat, aktivitas belajar siswa menjadi meningkat, dan siswa dapat bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.

2.3

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share

(TPS)

2.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Eggen dan Kauchak menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2011 : 58). Pembelajaran kooperatif digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan


(27)

orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli orang lain (Suprijono, 2013: 89-102).

Menurut Suprijono (2013: 54-55), pembelajaran kooperatif lebih diarahkan oleh guru, guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan, sedangkan siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud.

Kelebihan pembelajaran kooperatif diantaranya:

(1) Siswa menjadi tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

(2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal.

(3) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

(4) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

(5) Interaksi selama pembelajaran kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir (Sanjaya, 2008: 246).

Suprijono (2013: 89-102) mengungkapkan beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yaitu Jigsaw, Think Pair Share, Numbered Heads Together, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a Match dan lain-lain. 2.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Lie (2004: 57), Think Pair Share (TPS) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di


(28)

Universitas of Maryland pada 1981 dan diadopsi oleh banyak penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya.

Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan siswa. Guru memberikan kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini guru meminta siswa berpasang-pasangan. Guru memberi kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.

Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing” (Suprijono, 2013: 91).

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dalam penelitian ini sebagai berikut.

(1) Siswa membentuk kelompok dengan pengarahan guru, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Perwakilan setiap kelompok maju mengambil LKS, alat dan bahan percobaan. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai langkah kerja dan data pengamatan di LKS.

(2) Guru menfasilitasi dan mendampingi siswa melakukan percobaan pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung.

(3) Siswa dalam setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang ada di LKS.


(29)

(4) Percobaan yang dilakukan siswa diperiksa oleh guru. Jika masih ada kelompok yang belum dapat melakukan percobaan dengan benar, guru memberikan bimbingan.

(5) Setelah memperoleh data pengamatan, masing-masing siswa mengerjakan pertanyaan dan kesimpulan yang ada di LKS secara individu di buku tugas masing-masing (Tahap Think).

(6) Siswa berpasangan (2 orang) dengan teman sebelahnya (masih dalam satu kelompok) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing (Tahap Pair). (7) Dua pasangan yang ada di masing-masing kelompok bergabung untuk

berdiskusi dengan satu kelompoknya.

(8) Setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya (Tahap Share).

(9) Guru menanggapi hasil presentasi siswa dan memberikan informasi yang sebenarnya.

(10) Siswa melakukan tanya jawab dengan guru untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) mengarahkan siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri secara individu maupun berkelompok. Jadi guru hanya bersifat sebagai fasilitator saja.


(30)

Menurut Lie (2008: 58), keunggulan Think Pair Share (TPS) adalah: (1) Meningkatkan kemandirian siswa. Pada saat proses bepikir siswa melatih

kemandirian siswa untuk memikirkan jawaban sendiri tanpa bantuan dari siswa lain.

(2) Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya. Pada saat berpasangan maupun diskusi kelompok siswa dapat bertukar pikiran untuk memunculkan ide baru. (3) Melatih kecepatan berpikir siswa. Adanya pembatasan waktu pada saat proses

berpikir siswa menjadi terbiasa dengan proses pemikiran dan pengambilan ide dalam waktu yang singkat.

Penelitian terkait dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) telah dilakukan. Hasil penelitian Ibrahim (2010) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair and Share tebukti dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Hasil penelitian Jannah et al. (2013) menunjukkan bahwa target untuk aktivitas belajar siswa yaitu sebanyak 70% siswa aktif dalam pembelajaran. Persentase jumlah siswa yang aktif pada siklus II meningkat mencapai 70,3%. Berdasarkan data tersebut, target aktivitas belajar siswa pada penelitian ini dapat terpenuhi. Hasil penelitian Nugraha (2013) menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran TPS disertai media Index Card Match efektif meningkatkan prestasi belajar materi ikatan kimia siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian Wahyuni (2013) menunjukkan bahwa metode eksperimen dengan strategi TPS (Think-Pair-Share) dalam model pembelajaran diskusi berpengaruh positif


(31)

terhadap hasil belajar siswa ranah kognitif pada materi perpindahan panas di kelas VII SMP Negeri 2 Buduran Sidoarjo.

Hasil penelitian tersebut menambah bukti adanya pengaruh positif dari penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) disertai metode eksperimen ini tidak hanya bertujuan dapat meningkatkan hasil belajar siswa atau hanya meningkatkan aktivitas belajar siswa saja, namun dapat meningkatkan keduanya, yaitu meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

2.4 Metode Eksperimen

Menurut Djamarah (2010: 84), metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran dengan siswa melakukan percobaan, mereka mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Pada metode eksperimen, kegiatan berfokus pada siswa. Pembelajaran dengan metode eksperimen menuntut siswa untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialami.

Kelebihan metode eksperimen antara lain:

(1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.

(2) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran


(32)

Metode eksperimen dalam penelitian ini dilaksanakan dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan diterapkan pada kelas eksperimen, yaitu kelas VIII B. Percobaan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung.

Metode eksperimen dilaksanakan secara berkelompok, siswa dibimbing oleh guru dalam pembentukan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) pada masing-masing kelompok. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai langkah kerja dan data pengamatan di LKS. Guru menfasilitasi dan mendampingi siswa melakukan percobaan pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung. Siswa dalam setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang ada di LKS. Guru memeriksa percobaan yang dilakukan siswa apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada kelompok yang belum dapat melakukan percobaan dengan benar, guru memberikan bimbingan.

2.5 Tinjauan tentang Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya

Cermin merupakan permukaan optis yang bersifat memantulkan lebih dari 95 persen cahaya yang mengenainya. Cermin memiliki bidang pemantul licin yang dilapisi bahan mengkilat berupa amalgam (campuran perak dan raksa). 2.5.1 Pemantulan pada Cermin Cekung


(33)

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Cermin Cekung

Titik P merupakan titik pusat kelengkungan cermin, titik F merupakan titik fokus cermin, titik O merupakan titik pusat bidang cermin (vertex), R merupakan jari-jari kelengkungan, dan f merupakan jarak fokus.

Jika jarak antara titik pusat kelengkungan cermin (P) dan titik pusat bidang cermin (O) merupakan jari-jari kelengkungan cermin (R), sedangkan jarak antara titik fokus (F) dan titik pusat bidang cermin (O) merupakan jarak fokus (f), maka berlaku persamaan:

Cermin cekung memiliki sifat mengumpulkan sinar (konvergen). Ketika sinar-sinar datang sejajar dengan sumbu utama mengenai cemin cekung, maka sinar-sinar pantul akan menuju ke satu titik yaitu titik fokus (F), seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Cermin Cekung akan Mengumpulkan Sinar Pantul (Konvergen) Tiga sinar istimewa pada cermin cekung yaitu:

(1) Sinar datang sejajar sumbu utama cermin dipantulkan melalui titik fokus (F), dilukiskan seperti pada Gambar 2.3.


(34)

Gambar 2.3 Pemantulan Sinar Datang Sejajar Sumbu Utama

(2) Sinar datang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar sumbu utama, dilukiskan seperti pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Pemantulan Sinar Datang melalui Titik Fokus

(3) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin (P) dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan tersebut, dilukiskan seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Pemantulan Sinar Datang melalui Titik Pusat Kelengkungan Kita dapat menggunakan dua sinar istimewa untuk melukiskan pembentukan bayangan pada cermin cekung. Pembentukan bayangan pada cermin cekung dapat dilihat pada Gambar 2.6.


(35)

Gambar 2.6 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cekung

Hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’) akan menghasilkan jarak fokus (f). Hubungan tersebut secara matematis dapat ditulis:

Keterangan : f = jarak fokus

s’ = jarak bayangan s = jarak benda

Perbesaran bayangan didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi (jarak) bayangan dan tinggi (jarak) bendanya. Perbesaran bayangan dirumuskan dengan:

| |

Keterangan : M = perbesaran bayangan

h’ = tinggi bayangan h = tinggi benda

Cermin cekung dimanfaatkan untuk: (1) Sebagai pemantul pada lampu sorot mobil.


(36)

(2) Digunakan pada pengumpul sinar matahari dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

(3) Sebagai pemantul pada lampu senter. 2.5.2 Pemantulan pada Cermin Cembung

Bagian-bagian dari cermin cembung dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Bagian-Bagian Cermin Cembung

Pada cermin cembung, titik pusat kelengkungan P dan titik fokus cermin F terletak di bagian belakang cermin. Oleh karena itu, jari-jari kelengkungan R dan jarak fokus cermin f bertanda negatif, bersifat maya.

Cermin cembung memiliki sifat menyebarkan sinar (divergen). Ketika sinar-sinar datang sejajar dengan sumbu utama mengenai cermin cembung, maka sinar-sinar pantul akan menyebar, seperti pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Cermin Cembung akan Menyebarkan Sinar Pantul (Divergen) Sinar istimewa pada cermin cembung ada tiga, yaitu:

(1) Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah dari titik fokus (F), dilukiskan seperti pada Gambar 2.9.


(37)

Gambar 2.9 Pemantulan Sinar Datang Sejajar Sumbu Utama

(2) Sinar datang menuju ke titik fokus (F) dipantulkan sejajar sumbu utama, dilukiskan seperti pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Pemantulan Sinar Datang Menuju Titik Fokus

(3) Sinar datang menuju ke titik pusat kelengkungan (P) dipantulkan kembali seolah-olah dari titik pusat kelengkungan tersebut, dilukiskan seperti pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Pemantulan Sinar Datang Menuju Titik Pusat Kelengkungan Pembentukan bayangan pada cermin cembung dapat dilihat pada Gambar 2.12.


(38)

Gambar 2.12 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung

Hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’) akan menghasilkan jarak fokus (f). Persamaannya adalah sebagai berikut:

Perbesaran bayangan didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi (jarak) bayangan dan tinggi (jarak) bendanya. Perbesaran bayangan dirumuskan dengan:

| |

Cermin cembung dimanfaatkan pada: (1) kaca spion mobil, (2) kaca spion motor, dan (3) kaca yang ditempatkan pada persimpangan jalan.

Penurunan Rumus untuk Cermin Cekung dan Cermin Cembung

Dalam menggambarkan lintasan sinar, serta menentukan hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, jari-jari kelengkungan, dan jarak fokus cermin pada peristiwa pembentukan bayangan sering digunakan anggapan bahwa sinar-sinar yang terlibat adalah sinar paraksial. Sinar paraksial adalah sinar yang berada sangat dekat dengan sumbu utama cermin, sejajar dengan sumbu utama dengan


(39)

jarak sangat kecil atau berpotongan dengan sumbu utama dengan sudut yang sangat kecil.

Gambar 2.13 Geometri untuk Menghitung Jarak Bayangan s’ dari Jarak s dan Jari-jari Kelengkungan r

Jarak bayangan dari verteks (puncak) cermin V ke P’ dapat dihubungkan dengan jarak obyek dari verteks V ke titik P dan jari-jari kelengkungan cermin dengan memakai geometri elementer. Gambar 2.13 menunjukkan sebuah sinar dari sebuah titik obyek P yang memantul pada cermin dan melalui titik bayangan P’. Titik C adalah pusat kelengkungan cermin. Sinar-sinar yang datang dan yang dipantulkan membentuk sudut-sudut yang sama dengan garis radial CA, yang tegak lurus permukaan cermin. Misalkan s adalah jarak objek, s’ adalah jarak bayangan, dan r adalah jari-jari kelengkungan cermin. Sudut adalah sudut luar segitiga PAC sehingga sama dengan .

Demikian juga dari segitiga PAP’

Dengan menghilangkan dari persamaan-persamaan tersebut, maka


(40)

atau

Dengan memakai pendekatan , ,dan ,

Penurunan rumus ini didasarkan pada anggapan bahwa sudut-sudut yang dibuat oleh sinar-sinar datang dan sinar-sinar yang dipantulkan dengan sumbu-sumbu tersebut adalah kecil. Hal ini sama dengan anggapan bahwa sinar-sinar tersebut paraksial.

Saat jarak obyek adalah lebih besar dibandingkan jari-jari kelengkungan cermin, maka suku 1/s pada persamaan

menjadi lebih kecil dari 2/r dan dapat diabaikan. Untuk s = ∞, jarak bayangan adalah . Jarak ini disebut panjang fokus f dari cermin tersebut.

Dengan menggunakan panjang fokus f, persamaan cermin tersebut adalah

Gambar 2.14 Geometri untuk Menentukan Pembesaran Cermin Cekung Gambar 2.14 menunjukkan bahwa bayangan tersebut dibalik dan tidak sama ukuran dengan obyeknya. Perbandingan antara ukuran bayangan terhadap


(41)

ukuran obyek didefinisikan sebagai perbesaran lateral dari bayangan tersebut. Pada Gambar 2.14 kita menggambar sinar pusat dari puncak obyek ke pusat cermin sinar ini membentuk sudut dengan sumbu utama. Sinar yang dipantulkan ke puncak bayangan membentuk sudut yang sama besarnya dengan sumbu utama. Sebuah perbandingan dari segitiga yang dibentuk oleh sinar datang, sumbu utama, dan obyek dengan segitiga yang dibentuk oleh sinar yang dipantulkan, sumbu utama, dan bayangannya menunjukkan bahwa perbesaran lateral y’/y sama dengan perbandingan dari jarak-jarak s’/s.

Perbesaran bayangan lateral dirumuskan:

Penomoran Ruang Benda dan Bayangan pada Cermin

Penomoran ruang benda dan bayangan pada cermin cekung dan cembung seperti pada Gambar 2.15.

cermin cekung cermin cembung

Gambar 2.15 Penomoran Ruang Benda dan Bayangan pada Cermin Cekung dan Cembung

2.6 Kerangka Berpikir

Pelajaran IPA fisika adalah pelajaran yang menarik untuk dipelajari karena membahas kehidupan di sekitar kita. Namun IPA fisika bisa menjadi pelajaran yang sulit dan membosankan jika guru menggunakan cara pengajaran yang


(42)

kurang menarik dan kurang bervariasi. Setelah melakukan pengamatan dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA fisika kelas VIII di MTs. Nahdlatul Muslimin, diketahui bahwa guru mata pelajaran IPA fisika sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajarannya. Metode ini memiliki kelemahan antara lain proses pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered), ini menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik, daya tangkap siswa terhadap materi pelajaran fisika tergolong kurang sehingga hasil belajar fisika tergolong rendah, komunikasi antara guru dan siswa maupun antarsiswa minim, sehingga partisipasi siswa dalam pembelajaran tergolong kurang. Oleh karena itu, diperlukan suatu pembelajaran yang menciptakan suasana belajar lebih efektif dan menyenangkan.

Dalam penelitian ini model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dilaksanakan dengan metode eksperimen. Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen memiliki langkah-langkah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Dalam model pembelajaran ini, siswa merupakan pusat dalam pembelajaran, siswa diarahkan untuk dapat membangun pengetahuannya baik secara individu maupun berkelompok. Jadi guru hanya bersifat sebagai fasilitator saja. Peran guru dalam model pembelajaran TPS adalah menfasilitasi dan mendampingi siswa untuk melakukan percobaan pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung. Guru mengarahkan siswa untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang ada di lembar kerja siswa (LKS), kemudian membimbing siswa berpasangan 2 orang (masih berada dalam satu kelompok) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, lalu meminta dua


(43)

pasangan (masih berada dalam satu kelompok) bergabung untuk berdiskusi, dan masing-masing kelompok diminta maju mempresentasikan hasil diskusi mereka.

Penelitian terkait model pembelajaran Think Pair Share (TPS) telah dilakukan oleh beberapa peneliti, terbukti bahwa TPS dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa, prestasi siswa serta aktivitas belajar siswa. Penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

Berdasarkan argumen tersebut, dapat diketahui bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran Think Pair Share (TPS) disertai metode eksperimen maka pembelajaran akan lebih dinamis, siswa diarahkan untuk dapat membangun pengetahuannya baik secara individu maupun berkelompok, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat, siswa dapat melatih kecepatan berpikir siswa, dengan demikian hasil belajar fisika dan aktivitas belajar siswa dapat lebih optimal. Skema alur berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.16.


(44)

Gambar 2.16 Skema Alur Berpikir

2.7 Hipotesis Penelitian

(1) Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(2) Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Meningkatkan partisipasi siswa untuk mengungkapkan pendapat Siswa diarahkan untuk

dapat membangun pengetahuannya baik secara individu maupun secara berkelompok

Hasil belajar dan aktivitas siswa meningkat

1. Proses pembelajaran kurang menarik 2. Hasil belajar fisika tergolong rendah 3. Komunikasi antara guru dan siswa

maupun antarsiswa minim 4. Partisipasi siswa dalam

pembelajaran tergolong kurang

Penerapan model pembelajaran

Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen Fakta

1. Guru sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab

2. Pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered)

Melatih kecepatan berpikir siswa.


(45)

29

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs. Nahdlatul Muslimin tahun pelajaran 2013/2014 yang meliputi kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIIID, VIII E, dan VIII F.

3.1.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode simple random sampling. Sampel dipilih secara acak dua kelas dan didapat kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII A sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa siswa mendapatkan materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa duduk pada kelas yang sama, siswa diampu oleh guru yang sama dan dalam pembagian kelas tidak ada kelas unggulan. Setelah sampel diperoleh, maka dilakukan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji dua pihak menggunakan nilai rapor semerter gasal IPA, ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel memiliki kondisi awal yang sama.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu: (1) Variabel Bebas (Independent)


(46)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. (2) Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan aktivitas siswa.

3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah true experimental design dengan pretest-posttest control group design. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Sampel Kelas Kodisi Awal Perlakuan Kondisi Akhir

VIII D Eksperimen O1 X O2

VIII B Kontrol O3 Y O4

(Arikunto, 2010: 125) Keterangan:

O1 = Pre-test pada kelas eksperimen

O2 = Post-test pada kelas eksperimen

O3 = Pre-test pada kelas kontrol

O4 = Post-test pada kelas kontrol

X = Model Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen Y = Metode ceramah dan tanya jawab

Pada awal proses pembelajaran, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pre-test dengan soal yang telah diujicobakan pada kelas uji coba. Untuk kelas uji


(47)

coba dipilih satu kelas selain kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas IX D. Saat petemuan terakhir, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi post-test sebagai evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

3.4

Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dan sebagainya (Arikunto, 2009: 274). Data-data yang yang diperlukan adalah daftar nama siswa kelas VIII A, VIII B, dan IX D, serta nilai rapor semester gasal IPA siswa kelas VIII A dan VIII B MTs. Nahdlatul Muslimin tahun ajaran 2013/2014.

3.4.2 Metode Tes

Tes tertulis terdiri dari pre-test dan post-test dengan bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Pre-test diberikan pada awal proses pembelajaran dan post-test diberikan sebagai evaluasi saat pertemuan terakhir. Metode tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah memperoleh perlakuan.

3.4.3 Metode Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa secara langsung ketika proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkat penskoran dengan skala penskoran sesuai dengan kriteria yang


(48)

telah ditetapkan. Observasi dilakukan oleh dua observer yaitu peneliti dan satu rekan.

3.5 Prosedur Penelitian

Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

(1) Menentukan populasi penelitian yaitu siswa kelas VIII MTs. Nahdlatul Muslimin tahun ajaran 2013/2014.

(2) Mengambil secara acak 2 sampel penelitian yaitu kelas VIII B untuk kelas eksperimen dan kelas VIII A untuk kelas kontrol. Kemudian menentukan kelas uji coba di luar sampel penelitian, yaitu kelas IX D.

(3) Mengambil data nilai rapor semester gasal IPA siswa kelas VIII A dan VIII B sebagai data awal.

(4) Menganalisis data poin (3) dengan melakukan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji kesamaan dua rata-rata (uji dua pihak).

(5) Menyusun kisi-kisi instrumen tes.

(6) Menyusun instrumen tes berdasarkan kisi-kisi yang ada.

(7) Mengujicobakan instrumen tes pada kelas uji coba yaitu IX D yang nantinya setelah dianalisis digunakan sebagai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(8) Menganalisis hasil instrumen tes pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda, kemudian menentukan item-item soal yang tergolong sebagai instrumen yang baik.


(49)

(9) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran Think Pair Share dengan metode eksperimen untuk diterapkan di kelas eksperimen (kelas VIII B). (10) Memberikan pre-test pada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. (11) Menerapkan pelaksanaan pembelajaran Think Pair Share dengan metode

eksperimen di kelas eksperimen. Observasi aktivitas belajar siswa dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Siswa mendapat pertanyaan dari guru mengenai sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin dandan dan kaca spion mobil. Masing-masing siswa memikirkan jawaban dari pertanyaan tersebut (Tahap Think).

b. Siswa membentuk kelompok dengan pengarahan guru, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Perwakilan setiap kelompok maju mengambil LKS, alat dan bahan percobaan. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai langkah kerja dan data pengamatan di LKS.

c. Siswa dalam setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang ada di LKS.

d. Percobaan yang dilakukan siswa diperiksa oleh guru. Jika masih ada kelompok yang belum dapat melakukan percobaan dengan benar, guru memberikan bimbingan.

e. Setelah memperoleh data pengamatan, masing-masing siswa mengerjakan pertanyaan dan kesimpulan yang ada di LKS secara individu di buku tugas masing-masing (Tahap Think).


(50)

f. Siswa berpasangan (2 orang) dengan teman sebelahnya (masih dalam satu kelompok) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing (Tahap Pair).

g. Dua pasangan yang ada di masing-masing kelompok bergabung untuk berdiskusi dengan satu kelompoknya.

h. Setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya (Tahap Share).

i. Guru menanggapi hasil presentasi siswa dan memberikan informasi yang sebenarnya.

j. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

(12) Memberikan post-test pada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. (13) Menganalisis data akhir berupa hasil tes dan hasil observasi.

(14) Menyusun hasil penelitian.


(51)

Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian Analisis Data Akhir

Hasil Penelitian

Kelas Kontrol Analisis Data Awal

Kelas Uji Coba

Sampel

Kelas Eksperimen

Pre-test

Populasi

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan

Metode Eksperimen

Metode

Ceramah dan Tanya Jawab Instrumen Tes

Nilai Rapor Semester Gasal

IPA Uji Coba Soal

Observasi

Pre-test Analisis

Instrumen Tes

Hasil Observasi

Post-test Post-test

Observasi


(52)

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Instrumen

Sebelum tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, instrumen diujicobakan dahulu pada kelas uji coba yaitu kelas IX D, kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Pada analisis data digunakan pengkodean, siswa kelas eksperimen diberi kode E-XX dan kelas kontrol diberi kode K-XX. Sedangkan kelas uji coba diberi kode UC-XX.

3.6.1.1 Uji Validitas

Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.

Untuk mengetahui validitas suatu soal digunakan rumus koefisien korelasi product moment:

(Arikunto, 2010: 213) Dengan:

= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y X = skor item soal tertentu

Y = skor total

N = jumlah siswa uji coba

Hasil dibandingkan dengan tabel product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika harga , maka korelasi tersebut tidak signifikan sehingga soal


(53)

tidak valid. Jika harga , maka korelasi tersebut signifikan sehingga soal valid.

3.6.1.2 Uji Reliabiltas

Analisis reliabilitas mengkaji keajegan (stability) atau ketetapan hasil tes manakala tes tersebut diujikan kepada siswa yang sama lebih dari satu kali. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen adalah rumus Rulon:

(Arikunto, 2010: 228) Dengan:

= reliabilitas instrumen = varians (varians difference) = varians total

= skor pada belahan awal dikurangi skor pada belahan akhir Untuk menghitung varians digunakan rumus:

∑ ∑

Keterangan:

= varians (varians difference) = jumlah responden

Untuk menghitung varians total digunakan rumus:

Keterangan:


(54)

= varians belahan kedua (varian skor butir-butir genap) Dengan:

∑ ∑

Hasil dibandingkan dengan tabel . Jika harga , maka instrumen tersebut tidak reliabel. Jika harga , maka instrumen tersebut reliabel.

3.6.1.3 Tingkat Kesukaran

Taraf kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui soal tersebut mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009: 207). Untuk menghitung tingkat kesukaran soal, dapat menggunakan rumus:

(Arifin, 2012: 148) Hasil tingkat kesukaran tersebut kemudian ditafsirkan secara kualitatif menggunakan kriteria tingkat kesukaran soal pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Interval P Kriteria

0,00 ≤ P ≤ 0,30 soal sukar

0,31 ≤ P ≤ 0,70 soal cukup (sedang) 0, 71 ≤ P ≤ 1,00 soal mudah


(55)

3.6.1.4Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk mencari daya pembeda soal digunakan rumus:

̅ ̅

(Arifin, 2012: 146) Keterangan:

= daya pembeda

̅ = rata-rata kelompok atas

̅ = rata-rata kelompok bawah

= skor maksimum

Hasil DP tersebut kemudian ditafsirkan secara kualitatif menggunakan kriteria daya pembeda soal pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal

Interval DP Kriteria

DP ≥ 0,40 Sangat Baik

0,3 ≥ DP ≤ 0,39 Baik 0,20 ≥ DP ≤ 0,29 Cukup

DP ≤ 0,19 Jelek

Instrumen tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 40 butir soal diujicobakan pada kelas uji coba, yaitu kelas IX D, kemudian dianalisis validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya, lalu diperoleh 20 butir soal yang tergolong sebagai instrumen yang baik. Soal tes ini memiliki perbandingan C1 : C2 : C3 : C4 = 10% : 35% : 35% : 20%. Untuk memenuhi distribusi soal tes


(56)

yang normal maka soal nomor 4 (nomor baru) yang tergolong kategori C4 diubah menjadi soal kategori C1, sehingga soal tes memiliki perbandingan C1 : C2 : C3 : C4 = 15% : 35% : 35% : 25%. Keterangan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 5.

3.6.2 Analisis Data Awal

Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian dan dari hasil analisis ditarik kesimpulan. Analisis dalam penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang digunakan untuk mengetahui apakah sampel memiliki kondisi awal yang sama dan tahap akhir, yang merupakan tahap analisis data untuk menguji hipotesis penelitian.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal, maka analisis lebih lanjut digunakan statistik parametrik, dalam hal ini adalah t-test.

Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu nilai rapor IPA fisika semester gasal, dapat digunakan uji chi-kuadrat. Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas sebagai berikut.

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut. (1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. (2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.


(57)

(3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku. (4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

(5) Menghitung nilai dari setiap batas kelas dengan rumus:

̅

Z adalah simpangan baku untuk kurve normal standar, adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel. (Sudjana, 2005: 138)

(6) Mengubah harga menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel .

(7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dengan rumus:

Dengan:

= chi-Kuadrat

= frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan

(8) Membandingkan harga dengan tabel , dengan taraf signifikan 5% dengan dk (derajat kebebasan) = banyaknya kelas dikurangi satu.

(9) Menarik kesimpulan, jika , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sudjana, 2005:273).

Hasil perhitungan uji normalitas nilai rapor IPA fisika semester gasal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.4.


(58)

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Nilai Rapor IPA Fisika

Kelas Dk hitung tabel Kriteria

Eksperimen 5 3,6675 11,1 Normal

Kontrol 5 3,6779 11,1 Normal

Keterangan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 12 dan Lampiran 13.

Berdasarkan Tabel 3.4 pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol diperoleh hitung < tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai rapor dari

kedua kelas tersebut berdistribusi normal.

3.6.2.2Uji Kesamaan Dua Varians

Uji kesamaan dua varians dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.

(varians homogen).

(varians tidak homogen).

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus:

. (Sudjana, 2005: 250) Untuk mencari varians digunakan rumus:

∑ ̅

Keterangan:

= varians sampel = data ke-i


(59)

= jumlah sampel

dikonsultasikan dengan dengan dengan pembilang=banyaknya data terbesar dikurangi satu dan penyebut=banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika maka diterima. Artinya kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama (homogen).

Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians nilai rapor IPA fisika semester gasal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Rapor IPA Fisika

Data Kriteria

Nilai rapor IPA fisika kelas

eksperimen dan kelas kontrol 1,11 1,64 Homogen Keterangan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 14.

Berdasarkan Tabel 3.5 diperoleh Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima. Artinya

kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama (homogen).

3.6.2.3Uji Dua Pihak

Uji kesamaan dua rata-rata (uji dua pihak) pada analisis data awal digunakan untuk mengetahui bahwa sampel mempunyai kemampuan awal yang sama.

Hipotesis yang digunakan sebagai berikut.

, artinya kemampuan awal siswa sama.


(60)

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

̅̅̅ ̅̅̅

(Sudjana, 2005: 239) Dengan:

̅ = rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen

̅ = rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol = jumlah siswa pada kelas eksperimen = jumlah siswa pada kelas kontrol = simpangan baku

= simpangan baku kelas eksperimen = simpangan baku kelas kontrol = varians gabungan

Dengan kriteria pengujian: diterima jika dengan derajat kebebasan dan taraf signifikan dan

ditolak untuk harga lainnya.

Perhitungan uji dua pihak nilai rapor IPA fisika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh thitung = 0,11 dan ttabel = 1,98667. Karena -ttabel < thitung <

ttabel, maka H0 diterima. Artinya bahwa kedua kelompok tersebut memiliki

kemampuan awal yang sama. Perhitungan uji kesamaan dua varians selengkapnya disajikan dalam Lampiran 15.


(61)

3.6.3 Analisis Data Akhir

Data yang diperoleh dari hasil tes dan hasil observasi kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan.

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dengan menggunakan uji chi kuadrat dengan rumus:

Dengan:

= chi-Kuadrat

= frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan

Hasil dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikan 5%, dengan dk (derajat kebebasan) = banyaknya kelas dikurangi satu. Jika , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sudjana, 2005:273).

3.6.3.2 Uji Kesamaan Dua Varians

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.

(varians homogen).

(varians tidak homogen).

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus:


(62)

Rumus untuk mencari varians:

∑ ̅

Keterangan:

= varians sampel = data ke-i

̅ = rata-rata = jumlah sampel

dikonsultasikan dengan dengan dengan pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan penyebut = banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika maka diterima. Artinya bahwa kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang sama (homogen).

3.6.3.3Uji Gain

Uji Gain bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Savinainen dan Scott mengemukakan rumus Gain rata-rata ternormalisasi, yaitu:

(Wiyanto, 2008: 86) Dengan:

= skor rata-rata post-test dalam persen


(63)

Melalui uji Gain ini, dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa. Besarnya peningkatan hasil belajar siswa dikategorikan seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kategori Peningkatan Hasil Belajar

Kriteria

Tinggi

Sedang

Rendah

3.6.3.4Analisis Aktivitas Belajar

Analisis aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan berbentuk rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan yang diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkat penskoran dengan skala penskoran sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Lembar observasi ini digunakan untuk menilai dan mengetahui segala aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran, baik dalam kelompok maupun secara individu ketika proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh 2 observer.

Analisis lembar observasi menggunakan analisis persentase. Untuk analisis persentase digunakan rumus distribusi persentase:

(Ali, 1987: 97) Keterangan:

P = persentase S = skor total


(64)

Hasil persentase tersebut kemudian ditafsirkan dengan kualitatif menggunakan klasifikasi aktivitas belajar pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Klasifikasi Aktivitas Belajar Siswa

P Kriteria

Baik

Cukup baik

Kurang baik


(65)

49

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Proses Pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan Metode Eksperimen

Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memiliki tiga tahapan, meliputi tahap berpikir (Think), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share).

Pertemuan ke-1 siswa mengerjakan pre-test yang diberikan oleh guru. Pertemuan ke-2 siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai tiga sinar istimewa pada cermin cekung, proses pembentukan bayangan pada cermin cekung dan sifat-sifat bayangan pada cemin cekung.

Pertemuan ke-3 model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen diterapkan. Siswa membentuk kelompok dengan pengarahan guru, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Perwakilan setiap kelompok maju mengambil lembar kerja siswa pemantulan cahaya pada cermin cekung (LKS I), alat dan bahan percobaan. Siswa dalam setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang ada di LKS I. Percobaan yang dilakukan siswa diperiksa oleh guru, sebagian besar kelompok dapat melaksanakan percobaan dengan benar, namun ada beberapa yang masih mengalami kesulitan, kemudian guru memberikan bimbingan. Setelah siswa memperoleh data pengamatan, tahap berpikir (Think) dilaksanakan. Guru


(66)

memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk memikirkan jawaban pertanyaan dan kesimpulan mengenai sifat-sifat bayangan pada cermin cekung, serta hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak fokus yang ada di LKS I secara individu, jawaban pertanyaan dan kesimpulan dikerjakan pada buku tugas masing-masing siswa, guru memberikan batas waktu mengerjakan 3 menit. Masing-masing siswa tampak mengerjakan dengan sungguh-sungguh tanpa bertanya kepada siswa yang lain.

Tahap kedua yaitu berpasangan (Pair). Pada tahap ini siswa berpasangan (2 orang) dengan teman sebelahnya (masih dalam satu kelompok) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing mengenai jawaban dari pertanyaan dan kesimpulan yang ada di LKS I, sehingga diperoleh jawaban yang mereka anggap paling benar, guru memberikan batas waktu 2 menit. Kemudian dua pasangan yang ada di masing-masing kelompok bergabung untuk berdiskusi dengan satu kelompoknya (waktu 2 menit).

Tahap ketiga yaitu berbagi (Share). Setelah masing-masing kelompok saling berdiskusi, setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi mereka. Ketika salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok yang lain terlihat mendengarkan dengan tenang dan beberapa kelompok memberikan pendapat/masukan tentang jawaban dari kelompok yang maju.

Pertemuan ke-4 siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai tiga sinar istimewa pada cermin cekung, proses pembentukan bayangan pada cermin cekung dan sifat-sifat bayangan pada cemin cembung.


(67)

Pertemuan ke-5 model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen diterapkan. Siswa melaksanakan percobaan pemantulan cahaya pada cermin cembung. Lembar kerja siswa yang digunakan adalah lembar kerja siswa pemantulan cahaya pada cermin cembung (LKS II). Siswa dalam setiap kelompok melakukan percobaan sesuai dengan langkah kerja yang ada di LKS II. Percobaan yang dilakukan siswa diperiksa oleh guru, sebagian besar kelompok masih mengalami kesulitan, kebanyakan kelompok bingung dalam menentukan jarak benda dan jarak bayangan, ada pula yang menggunakan cermin cembung terlebih dahulu, kemudian guru memberikan bimbingan kepada kelompok-kelompok tersebut. Setelah siswa memperoleh data pengamatan, tahap berpikir (Think) dilaksanakan. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa untuk memikirkan jawaban pertanyaan dan kesimpulan mengenai sifat-sifat bayangan pada cermin cembung dan jarak fokus cermin cembung yang ada di LKS II secara individu, jawaban pertanyaan dan kesimpulan dikerjakan di buku tugas masing-masing siswa, waktu mengerjakan 3 menit.

Tahap kedua yaitu berpasangan (Pair). Pada tahap ini siswa berpasangan (2 orang) dengan teman sebelahnya (masih dalam satu kelompok) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing mengenai jawaban dari pertanyaan dan kesimpulan yang ada di LKS II, sehingga diperoleh jawaban yang mereka anggap paling benar, guru memberikan batas waktu 2 menit. Kemudian dua pasangan yang ada di masing-masing kelompok bergabung untuk berdiskusi dengan satu kelompoknya (waktu 2 menit).


(68)

Tahap ketiga yaitu berbagi (Share). Setelah masing-masing kelompok saling berdiskusi, setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusi mereka. Ketika salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, beberapa kelompok terlihat mendengarkan dengan tenang, namun tampak ada beberapa kelompok lain yang masih gaduh membahas hasil diskusi kelompoknya. Beberapa siswa antusias bertanya mengapa harus menggunakan lensa cembung pada percobaan cermin cembung, kemudian guru menjelaskannya.

Pertemuan ke-6 siswa mengerjakan post-test yang diberikan oleh guru. Observasi aktivitas melakukan percobaan dilaksanakan pada pertemuan ke-3. Aktivitas menyimpulkan percobaan diobservasi pada pertemuan ke-3 dan ke-5. Aktivitas mengajukan pertanyaan diobservasi pada pertemuan ke-2 sampai ke-5. Aktivitas mendengarkan presentasi dan mengemukakan pendapat diobservasi pada pertemuan ke-3 dan ke-5. Aktivitas mengerjakan tes diobservasi pada pertemuan ke-1 dan ke-6. Aktivitas mencatat materi diobservasi pada pertemuan ke-5.

4.1.2 Analisis Data Akhir 4.1.2.1 Uji Normalitas

Hasil perhitungan uji normalitas hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Hasil Pre-test dan Post-test

Kelas Tes Dk  hitung tabel Kriteria

Eksperimen Pre-test 5 8,32 11,1 Normal

Post-test 5 1,62 11,1 Normal

Kontrol Pre-test 5 9,07 11,1 Normal


(69)

Keterangan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 27, Lampiran 28, Lampiran 33, dan Lampiran 34.

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil pre-test pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol diperoleh hitung <tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data nilai

pre-test dari kedua kelas tersebut berdistribusi normal.

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil post-test pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol diperoleh hitung <tabel, maka dapat disimpulkan bahwa data nilai

post-test dari kedua kelas tersebut berdistribusi normal.

4.1.2.2Uji Kesamaan Dua Varians

Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Pre-test dan Post-test

Data Kriteria

Hasil Pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol 1,11 1,66 Homogen Hasil Post-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol 1,12 1,66 Homogen Keterangan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 29 dan Lampiran 35.

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima. Artinya baik pada

pre-test maupun pada post-pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama (homogen).


(70)

4.1.2.3Uji Gain

Hasil perhitungan uji gain hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Gain Nilai Pre-test dan Post-test

Kelas Rata-rata

Pre-test

Rata-rata

Post-test Kriteria

Eksperimen 41,14 82,50 0,703 Tinggi

Kontrol 38,75 75,23 0,596 Sedang

Keterangan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 36.

Berdasarkan Tabel 4.3 nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen diperoleh = 0,703, peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen dikategorikan “tinggi”. Sedangkan kelas kontrol diperoleh = 0,596, peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dikategorikan “sedang”. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4.1.2.4Analisis Aktivitas Belajar

Kelompok aktivitas yang diteliti adalah pada:

(1) Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat.

(2) Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan presentasi hasil diskusi kelompok.

(3) Kegiatan-kegiatan menulis: menyimpulkan hasil percobaan, mencatat materi yang disampaikan oleh guru, mengerjakan tes.


(71)

Hasil analisis aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada beberapa aspek yang dinilai dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Analisis aktivitas belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol Aspek penilaian Persentase analisis aktivitas belajar siswa (%)

Kelas eksperimen Kelas kontrol

Melakukan percobaan 82 39

Menyimpulkan hasil percobaan 84 73

Mengajukan pertanyaan 35 29

Mendengarkan presentasi dan

mengemukakan pendapat 82 72

Mengerjakan tes 100 99

Mencatat materi 76 78

Persentase analisis keseluruhan 76,52 64,3

Grafik analisis aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada beberapa aspek yang dinilai dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Grafik analisis aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Berdasarkan Tabel 4.4 persentase analisis aktivitas belajar secara keseluruhan siswa kelas eksperimen diperoleh 76,52%, aktivitas belajar siswa

0% 20% 40% 60% 80% 100%

82% 84%

35% 82% 100% 76% 39% 73% 29% 72% 99% 78%


(72)

kelas eksperimen tergolong “baik”. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh 64,3%, aktivitas belajar siswa kelas kontrol tergolong “cukup baik”. Artinya penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Analisis aktivitas belajar selengkapnya disajikan dalam Lampiran 38 dan Lampiran 39.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hasil Belajar Siswa

Peningkatan hasil belajar siswa diketahui melalui uji gain. Berdasarkan Tabel 4.3 nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen diperoleh = 0,703, peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen dikategorikan “tinggi”. Sedangkan kelas kontrol diperoleh = 0,596, peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dikategorikan “sedang”. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) membuat setiap pasangan dan kelompok bekerja sama secara aktif dan bertanggung jawab baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan dan kelompoknya. Adanya kerja sama antara anggota pasangan dan kelompok untuk saling bertukar pendapat menyebabkan daya ingat siswa lebih kuat, sehingga kemampuan dalam memahami materi pelajaran dan hasil belajar yang dicapai juga meningkat. Hasil penelitian Septriana & Handoyo (2006) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif TPS dapat meningkatkan prestasi belajar ranah kognitif. Adanya tahap Thinking tersebut dapat menggalakkan


(1)

25 K 25 1 4 1 3 4 4 16 66,67

26 K 26 1 2 1 3 4 1 12 50,00

27 K 27 1 2 1 2 4 1 11 45,83

28 K 28 1 2 1 3 4 1 12 50,00

29 K 29 1 2 1 2 4 2 12 50,00

30 K 30 1 2 1 2 4 4 14 58,33

31 K 31 1 2 1 3 4 1 12 50,00

32 K 32 1 2 1 3 4 1 12 50,00

33 K 33 1 2 1 2 4 3 13 54,17

34 K 35 1 2 1 2 4 4 14 58,33

35 K 36 1 2 1 3 4 1 12 50,00

36 K 37 4 4 1 4 4 4 21 87,50

37 K 38 4 4 1 4 4 4 21 87,50

38 K 39 1 2 1 2 4 4 14 58,33

39 K 40 1 2 1 3 4 4 15 62,50

40 K 41 1 4 1 3 4 4 17 70,83

41 K 43 4 4 1 4 4 4 21 87,50

42 K 44 1 4 1 3 4 4 17 70,83

43 K 45 4 4 1 4 4 4 21 87,50

44 K 46 1 4 1 3 4 4 17 70,83

15,43182 64,30

Prosentase aktivitas= S

N

Aktivitas belajar siswa kelas kontrol tergolong "cukup baik" % 24

P= X 100% =15,432X 100% = 64,30


(2)

160

Lampiran 40

DOKUMENTASI PENELITIAN

Siswa kelas eksperimen melaksanakan percobaan pemantulan cahaya pada cermin cekung

Siswa kelas eksperimen melaksanakan percobaan pemantulan cahaya pada cermin cembung

Pelaksanaan tahap Think pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) setelah melaksanakan percobaan di kelas eksperimen

Pelaksanaan tahap Pair pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) setelah melaksanakan percobaan di kelas eksperimen


(3)

Pelaksanaan tahap Share pada model pembelajaran Think Pair Share (TPS) setelah melaksanakan percobaan di kelas eksperimen

Siswa mengerjakan Post-test yang diberikan oleh guru di kelas eksperimen

Siswa mengerjakan Post-test yang diberikan oleh guru di kelas kontrol


(4)

162

Lampiran 41


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem peredaran darah : kuasi eksperimen di smp pgri 2 ciputat

0 11 202

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Perbandingan hasil belajar biologi dengan menggunakan metode pembelajaran cooperative learning tipe group investigation (GI) dan think pair share (TPS)

1 5 152

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Perbedaan hasil belajar biologi siswa menggunakan model Rotating Trio Exchange (RTE) dengan Think Pair Share (TPS) pada konsep virus

1 7 181

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (Think Pair Share) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII RKBI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURA

0 4 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PEMBERIAN REWARD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN SEGI EMPAT KELAS VII MTs Negeri Susukan Tahun 2009/2010.

0 0 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR

0 0 11

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK

0 2 21