Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa kodrat manusia di muka bumi ini adalah sebagai individu dan makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan hubungannya dengan sesama. Kata individu sendiri berasal dari bahasa Latin individuum seperti yang dikutip dari Setiadi 2009:63 yang berarti tidak dapat terbagi, yaitu maksudnya manusia memiliki unsur jasmani dan rohani yang merupakan satu kesatuan yang ridak dapat diceraiberaikan. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan adanya kebutuhan sosial untuk berhubungan dengan sesamanya yang mungkin saja didasari atas kesamaan sifat, ciri, dan kepentingan. Menurut Mead dalam Setiadi 2009:70, ada tiga tahap pengembangan diri manusia. Tahap pertama ialah tahap play stage, tahap di mana seorang anak kecil mengambil dan meniru perilaku orang di sekitarnya tanpa adanya pemahaman yang penuh terhadap apa yang ditiru olehnya. Tahap kedua, tahap game stage, tahap di mana seorang anak mengerti peranan yang harus dijalankannya dan peranan orang lain. Dalam tahap ini dapat dikatakan seorang anak telah mampu mengambil peranan orang lain dan layak untuk memasuki tahap yang terakhir yakni tahap generalized others. Setelah melewati tiga tahap ini maka diri seseorang terbentuk melalui interaksi dengan sesama.” Kebudayaan atau budaya berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah, yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Belanda, kata budaya diistilahkan dengan kata cultuur Setiadi, 2009:27. Kebudayaan merupakan hasil interaksi antara manusia dan lingkungan hidupnya. Taylor dalam Setiadi 2009:27 mengungkapkan,” Budaya sebagai suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Isi utama kebudayaan dapat berupa sistem pengetahuan, pandangan hidup, nilai, kepercayaan, dan etos kebudayaan.” Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam buku Setiadi 2009:28 mengatakan”kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.” Selain istilah kebudayaan terdapat pula istilah peradaban. Peradaban menurut Fairchild Setiadi , 2009 : 46 adalah sebagai berikut : Civilization is cultural development; distinctly human attributes and attainment of particular society. In ordinary usage, the term implies a fairly high stage on the cultural evolutionary scale. Reference is made to “civilized peoples”. More accurate usage world refer to more higly civilized peoples, the determinative characteristics being intellectual, aesthetic, technological, and spiritual attainments. Dalam bahasa Inggris, peradaban diartikan dengan kata civilization dalam buku Nursyid 1996:67 yang dipakai untuk menyatakan kebudayaan yang halus, maju, dan indah yang telah memiliki sistem kehidupan berupa sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan, dan mayarakat kota yang maju dan kompleks. Peradaban dunia secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yakni peradaban barat dan peradaban timur yang memiliki para pemikir besar yang pemikirannya mempengaruhi perkembangan dunia. Yunani kuno, satu dari sekian peradaban barat, disebut sebagai peradaban yang tertinggi di masa lalu yang telah mampu memberikan sumbangan pengetahuan, arsitektur, dan sistem pemerintahan bagi kemajuan dunia. Adapun para pemikir yang ada pada masa peradaban Yunani kuno adalah Socrates dengan ajarannya tentang filsafat etika atau kesusilaan dengan logika sebagai dasar untuk membahasnya. Plato dikenal dengan filsafat idenya. Aristoteles adalah seorang yang ahli di bidang biologi dan ketatanegaraan. Yang terakhir, Pythagoras sebagai ahli di bidang matematika dan Archimedes di bidang teori gravitasi dan benda mengapung. Negara Republik Rakyat Cina, selanjutnya disingkat dengan RRC, merupakan negara perwakilan dari peradaban timur. Peradaban Lembah Sungai Hwang Ho merupakan peradaban bangsa Cina yang muncul di lembah Sungai Kuning Hwang Ho atau yang sekarang disebut Huang He. Sungai Hwang Ho disebut sebagai Sungai Kuning karena membawa lumpur kuning sepanjang alirannya yang menyuburkan tanah di sekitar. Dilihat dari adanya banyak dinasti yang pernah memerintah, Negara Cina memiliki catatan sejarah yang panjang dari waktu ke waktu. Sama halnya dengan Yunani, RRC di dalam catatan sejarahnya juga memiliki para pemikir besar yang dikenal oleh masyarakat dunia seperti : Lao Zi (老子), Zhuang Zi (庄子), Kong Zi (孔子), Meng Zi(孟子), dan Sun Zi(孙子). Di antara kelima pemikir Cina ini hanya Lao Zi dan Kong Zi yang mempunyai pengaruh terbesar, baik di RRC sendiri ataupun di dunia. Filsafat Cina kuno yang dihasilkan oleh para pemikir merupakan warisan budaya dan sejarah yang berpengaruh besar pada kehidupan masyarakat Cina bahkan masyarakat dunia. Filsafat Cina sendiri terdiri dari beberapa periodisasi yang terbagi dalam zaman klasik 600 –200 SM, zaman Neo-Taoisme dan Buddhisme 200 SM–1000 M, zaman Neo-Konfusianisme 1000-1900 dan zaman modern 1900-sekarang. Ajaran Konfusius berada pada periodisasi zaman klasik yang lahir pada masa Dinasti Zhou yang dikenal sebagai zaman klasik kebudayaan Cina yang kemudian dijadikan sebagai panutan kebudayaan bangsa Cina. Hal ini sama kaitannya dengan zaman emas kebudayaan klasik Yunani yang dijadikan sebagai dasar norma kebudayaan barat. Konfusius lahir dan dibesarkan pada zaman yang kacau sehingga latar belakang kehidupannya banyak diwarnai kekacauan yang kemudian membentuk pola pemikirannya yang bebas dari kekacauan. Oleh karena itu, Konfusius lebih memperhatikan masalah-masalah sosial yang terjadi pada masa tersebut. Konfusius banyak mengajarkan ajaran moral tentang perilaku yang baik kepada murid-muridnya. Penulis memilih untuk meneliti tentang ajaran Konfusius karena pemikirannya yang banyak mengajarkan kearifan dan kebijakan. Selain itu, Konfusius juga banyak menulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan seni kepemimpinan, politik, dan kemasyarakatan yang patut menjadi bahan pelajaran guna menjadikan masyarakat yang berkualitas, tidak hanya pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga pada akhlak dan budinya yang memiliki prinsip etika, nilai moral, tata cara dan prosedur, jalan hidup, kebiasaan dan adat, seni budaya yang baik. Semua prinsip tersebut terdapat dalam buku Confucius Says, karya klasik ini merupakan karya yang diwariskan secara estafet dari satu generasi ke generasi berikutnya agar keberadaannya dapat dipertahankan dan dapat dipelajari oleh generasi di masa yang akan datang. Wellek dan Warren 1997:134 sastra sering dianggap sebagai salah satu bentuk filsafat atau pemikiran yang terdapat dalam bentuk tertentu misalnya banyak puisi yang terkenal karena filsafatnya. Hal ini dikarenakan pengarang karya sastra memiliki aliran pemahaman filsafat tertentu yang berpengaruh pada saat menciptakan karyanya. Berdasarkan beberapa jurnal yang telah dikumpulkan seperti Virtue Ethics and Confucian Ethics yang ditulis oleh Chen Lai di Tsinghua University, Beijing, China dan The Ethics of Confucius and Aristotle yang ditulis oleh May Sim di Philosophy Department, College of the Holy Cross, Worcester, MA 01610, USA, belum ditemukan adanya penelitian yang membahas ajaran Konfusius berdasarkan etika normatif khusus yang membahas tentang etika individu dan etika sosial. Dengan demikian penulis memilih judul “ANALISIS NILAI ETIKA NORMATIF DALAM BUKU CONFUCIUS SAYS” sebagai topik dalam penulisan skripsi ini. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Pemahaman filsafat yang diajarkan oleh Konfusius tentu akan memberikan pengaruh yang besar dalam hal berpikir dan bertindak ketika kita berada di masyarakat. Melalui buku yang berjudul Confucius Says, peneliti akan mengkaji beberapa hal seperti : 1. Nilai etika normatif apa sajakah yang terdapat dalam buku Confucius Says? 2. Nilai etika normatif apakah yang dominan dalam buku Confucius Says?

1.3 Tujuan Penelitian