4. Masa remaja sebagai usia bermasalah: pada periode ini, masalah yang paling
sering muncul disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas: penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting, tetapi lambat laun remaja remaja mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-
temannya dalam segala hal seperti sebelumnya. 6.
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan: anggapan yang buruk terhadap citra diri remaja dianggap sebagai gambaran yang asli
sehingga remaja membentuk perilakunya sesuai dengan gambaran tersebut. 7.
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik: remaja sering memandang kehidupan melalui kaca mata merah jambu. Ia melihat dirinya dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan bukan sebagaimana adanya. 8.
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa: para remaja biasanya mulai bertindak, berperilaku dan berpakaian seperti orang dewasa.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja
Sejak dalam kandungan hingga lahir, seorang individu tumbuh menjadi anak, remaja, atau dewasa. Hal ini berarti terjadi proses perubahan pada diri setiap
individu. Aspek-aspek perubahan yang dialami oleh setiap individu meliputi fisik, kognitif, maupun psikososialnya. Menurut pandangan Gunarsa dan Gunarsa bahwa
secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, yakni: 1.
Faktor endogen nature. Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan- perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat
herediter yaitu yang diturunkan oleh orangtuanya, misalnya: postur tubuh
Universitas Sumatera Utara
tinggi badan ,bakat-minat, kecerdasan, kepribadian, dan sebagainya. Kalau kondisi fisik individu dalam keadaan normal berarti ia berasal dari keturunan
yang normal pula yaitu tida memiliki gangguan penyakit. Hal ini dapat dipastikan, orang tersebut akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan
fisik yang normal. Hal ini juga berlaku untuk aspek psikis dan psikososialnya. Perlu diketahui bahwa kondisi fisik, psikis atau mental yang sehat, normal
dan baik menjadi predisposisi bagi perkembangan berikutnya. Hal itu menjadi modal bagi individu agar mampu mengembangkan kompetensi
kognitif, afektif maupun kepribadian dalam proses penyesuaian diri adjustment di lingkungan hidupnya.
2. Faktor exogen nurture. Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa
perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa
tersedianya sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial ialah lingkungan di mana seseorang
mengadakan relasi interaksi dengan individu atau sekelompok individu di dalamnya. Lingkungan sosial ini dapat berupa: keluarga, tetangga, teman,
lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan sebagainya,. Seorang individu yang hidup dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan yakni memiliki
status sosial ekonomi menengah ke atas, serta orang tua memberi perhatian, kasih sayang pola asuh yang baik, memberi biaya, fasilitas dan kesempatan
luas anaknya untuk berkembang secara baik; maka ia akan tumbuh berkembang menjadi individu yang mampu mengaktualisasi potensinya
dengan baik pula. Hal ini berbeda dengan mereka yang tidak memperoleh kesempatan-kesempatan tersebut. Mereka yang tidak memperoleh kasih
Universitas Sumatera Utara
sayang dengan baik, cenderung menjadi anak yang sulit mempercayai lingkungannya. Dengan demikian, rasanya akan sulit untuk mengembangkan
potensi kognitif maupun kemampuan yang lain Dariyo, 2004: 14-15.
2.3 Kenakalan Remaja