Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat kebiasaan dan kekuatan pendorong,
membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat
dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja. Budaya kerja organisasi adalah manajemen yang meliputi pengembangan, perencanaan, produksi dan
pelayanan suatu produk yang berkualitas dalam arti optimal, ekonomi dan memuaskan.
2.1.2. Tujuan dan Manfaat Budaya Kerja
Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat dalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai
produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Manfaat yang didapat antara lain sebagai berikut: Menjamin hasil kerja dengan
kualitas yang lebih baik, membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan, kebersamaan, kegotong-royongan, kekeluargaan, menemukan kesalahan dan cepat
memperbaiki, cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dari luar faktor eksternal seperti pelanggan, teknologi, sosial, ekonomi, dan lain-lain,
mengurangi laporan berupa data-data dan informasi yang salah dan palsu. Tujuan fundamental budaya kerja untuk membangun sumber daya
manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran sebagai pelanggan pemasok dan komunikasi dengan orang
lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Ndraha 1997 : 21 ada beberapa fungsi budaya, yaitu : 1
Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat 2
Sebagai pengikat suatu masyarakat 3
Sebagai sumber 4
Sebagai kekuatan penggerak 5
Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah 6
Sebagai pola perilaku 7
Sebagai warisan 8
Sebagai pengganti formalisasi 9
Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan 10 Sebagai proses yang menjadikan bangsa kongruen dengan negara sehingga
terbentuk nation – state Sedangkan menurut Mangkunegara 2005:123 fungsi budaya organisasi
dapat membantu mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi koperasi. Hal ini sesuai dengan pendapat John R. Schermerhorn dan James G. Hunt
1991:344 bahwa: “The culture of an organization can help it deal with problems of both esternal adaption and internal integration”.
2.1.4. Tingkatan Budaya Organisasi
Menurut Edgar H. Schein dalam Mangkunegara, 2005:117-118 tingkat pertama dari analisis budaya organisasi adalah fakta-fakta seni, ciptaan-ciptaan,
teknologi, seni dan bentuk-bentuk perilaku yang tampak serta dapat didengar. Adapun tingkat analisis kedua adalah kesadaran terhadap nilai-nilai yang berlaku
Universitas Sumatera Utara
dan tingkat analisis ketiganya adalah asumsi-asumsi dasar, hubungan dengan lingkungan, kenyataan dan kebenaran, aktivitas manusia serta hubungan manusia.
Selanjutnya dikemukakan bahwa tingkat pertama analisis budaya organisasi tersebut tampak dan sering diuraikan, sedangkan pada tingkat analisis keduanya
merupakan tingkat kesadaran yang mendalam dan pada tingkat ketiga analisis diperkirakan kebenarannya, tidak tampak dan berkembang cepat.
Berdasarkan pendapat John R. Schermerhorn, James G.Hunt, Richard N. Osborn dan Edgar H. Schein tersebut dapat dikemukakan bahwa tingkat analisis
budaya organisasi adalah: 1. Pada tingkat pertama analisis budaya organisasi yang tampak sebagai hasil
sejarah yang khas, upacara-upacara yang dilakukan ataupun ritual atas keberhasilan organisasi.
2. Pada tingkat kedua analisis nilai-nilai yang dikontribusikan atau nilai-nilai yang dianut antara lain prioritas layanan kepada konsumen
3. Pada tingkat ketiga analisis asumsi-asumsi umum antara lain keberhasilan pengelolaan koperasi terukur pada tingkat efisiensi dan peningkatan
kesejahteraan peningkatan pendapatan dan kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh individu dalam organisasi.
2.1.5.Membangun dan Membina Budaya Organisasi
Kebiasaan pada saat ini, tradisi, dan cara-cara umum untuk melaksanakan pekerjaan kebanyakan berasal dari apa yang telah dilaksanakan sebelumnya dan
tingkat keberhasilan dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Ini membawa kita kepada sumber utama dari budaya sebuah organisasi yaitu para pendirinya
Universitas Sumatera Utara
Para pendiri organisasi secara tradisional mempunyai dampak yang penting dalam pembentukan budaya awal organisasi, karena para pendiri tersebut
adalah orang-orang yang mempunyai ide awal, mereka juga biasanya mempunyai bias tentang bagaimana ide-ide tersebut harus dipenuhi. Menurut Robbins 1999:
296 Budaya organisasi merupakan hasil dari interaksi antara : 1. Bias dan asumsi pendirinya
2. Apa yang telah dipelajari oleh para anggota pertama organisasi, yang dipekerjakan oleh pendiri
Berdasarkan pendapat Fred Luthans tersebut dapat diuraikan proses sosialisasi budaya organisasi kepada karyawan sebagai berikut:
1. Seleksi terhadap calon karyawan 2. Penempatan karyawan
3. Pendalaman bidang pekerjaan 4. Pengukuran kinerja dan pemberian penghargaan
5. Penanaman kesetiaan kepada nilai-nilai utama organisasi 6. Memperluas informasiceritaberita tentang budaya organisasi
7. Pengakuan dan promosi karyawan 8. Pelaksanaan budaya organisasi
2.2. Budaya Kaizen 2.2.1. Pengertian Budaya Kaizen