Perubahan Kondisi Fisik Lanjut Usia .1 Defisini Lanjut Usia

Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat kemandirian pada usia lanjut adalah keadaan mental , karena pada usia lanjut sering mengalami apa yang disebut dementia yaitu kemunduran dalam fungsi berfikir. Gangguan biasanya dimulai dengan sukar mengingat apa yang didengar atau dibaca sampai dengan bicara tanpa ada ujung pangkalnya. Gangguan kesehatan pada usia lanjut seringkali disebabkan oleh proses degeneratif yang dialami oleh usia lanjut. Hasil survey menunjukkan angka kesakitan dan disabilitas sebesar 11,5 pada usia 45- 59 tahun dan 9,2 pada usia lebih dari 60 tahun dengan berbagai jenis penyakit degeneratif seperti gangguan pernafasan, gangguan pencernaan, dan penyakit infeksi.

2.2.3 Perubahan Kondisi Fisik

Meskipun perubahan dari tingkat sel sampai kesemua system organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuluskeletal, gastrointestinal, integumen dan lain-lain. Masalah-masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lanjut usia menurut Mubarak 2006 adalah sebagai berikut : 1. Mudah jatuh 2. Mudah lelah 3. Kekacauan mental akut 4. Nyeri pada dada, berdebar debar 5. Sesak nafas pada saat melakukan aktifitas fisik 6. Pembengkakan pada kaki bawah 7. Nyeri pinggang atau punggung dan pada sendi panggul 8. Sulit tidur dan sering pusing 9. Berat badan menurun. 10. Gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sukar menahan air kencing. Perubahan fungsi organ yang terjadi akibat proses penuaan, tidak sama antara satu dengan yang lainnya, secara umum dijumpai penurunan fungsi secara menyeluruh. Perubahan fungsi organ yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut : 1. Sistem integumen Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adipose, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya selsel yang memproduksi pigmen kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, rambut menipis dan botak, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya Ganong, 2002. 2. Temperatur tubuh Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek, menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak yang diakibatkan oleh merendahnya aktifitas otot. 3. Sistem muskuloskletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung kolagen dan elastin. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. 4. Sistem penginderaan pengecapan dan pembau Menurunnya kemampuan atau melakukan pengecapan dan pembauan, sensitifitas terhadap empat rasa menurun setelah usia 50 tahun. 5. Sistem perkemihan Ginjal mengecil, nefron menjadi atropi, aliran darah menurun sampai 50 fungsi tubulus berkuranng akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ urin menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya retensi urine Guyton, 2001. 6. Sistem pernapasan Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas selia, berkurangnya aktifitas paru, alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, serta berkurangnya reflek batuk. 7. Sistem gastroentestinal Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esophagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, hati mengecil, produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung. 8. Sistem penglihatan Kornea lebih berbentuk selindris, spingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan sinar daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap . Berkurang atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, berkurang luasnya pandangan, berkurangnya sensitifitas terhadap warna. 9. Sistem pendengaran Presbiakusis atau berkurangnya pendengaran pada lanjut usia, membran timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen hingga mengeras karena peningkatan kratin, berkurangnya persepsi nada tinggi Darmojo, 2006. 10. Sistem saraf Berkurangnya berat otak hingga 10-20 , berkurangnya sel kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang sensitif terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas sel, bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom Darmojo, 2006. 11. Sistem endokrin Produksi hampir semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSF, FSH, LH, menurunnya aktifitas tiroid akibatnya basal metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekreksi hormone, progesteron, estrogen, dan aldosteron, bertambahnya insulin Darmojo, 2006. 12. Sistem reproduksi Selaput lendir va\gina kering atau menurun, menciutnya ovarium dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya penurunan berangsurangsur dan dorongan seks menetap sampai diatas usia 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat menopause Darmojo, 2006. 13. Sistem kardiovaskuler Jantung normal yang menua pada lanjut usia masih mampu menghasilkan curah jantung secara normal pada suasana biasa, tetapi kemampuannya merespons situasi yang menimbulkan stres fisik maupun mental menurun Smeltzer Bare, 2002. Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler dapat dipahami dari organ jantung dan pembuluh darah. Pada lansia jantung kirinya mengalami pengecilan karena rendahnya beban kerja, terjadi penebalan dan kekakuanpenebalan katup jantung, serta terdapatnya jaringan ikat pada sistem hantaran khusus jantung nodus SA, AV, dan berkas his. Hal ini mengakibatkan penurunan kontraktilitas miokardium, lamanya waktu pompa ventrikel kiri, dan perlambatan sistem hantaran jantung. Katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan jantung memompa darah menurun 1 per tahun mulai umur 30 tahun. Lanjut usia juga menyebabkan menurunnya elastistas pembuluh darah arteri perifer yang meningkatkan tahanan perifer total Smeltzer Bare, 2002. 2.3 Senam Lansia 2.3.1 Definisi Senam Lansia

Dokumen yang terkait

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional (Studi Pada Kelian Adat Banjar Batu Bintang Kelurahan Dauh Puri Kelod Denpasar Barat)

3 22 41

PENGARUH INTENSITAS SENAM KEBUGARAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA KELOMPOK LANSIA

0 2 66

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP KEBUGARAN LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA TEGALSARI DAN POSYANDU Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kebugaran Lansia Di Posyandu Lanjut Usia Tegalsari Dan Posyandu Lanjut Usia Lodalang Siswodipuran Boyolali.

3 9 21

PELATIHAN 12 BALANCE EXERCISE LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA BALANCE STRATEGY EXERCISE PADA LANSIA DI BANJAR BUMI SHANTI, DESA DAUH PURI KELOD, KECAMATAN DENPASAR BARAT.

0 0 12

PERBANDINGAN SENAM JANTUNG SEHAT DENGAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA PENDERITA HIPERTENSI GRADE I DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT.

1 1 45

KESEJAHTERAAN LANSIA DAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI DESA DANGIN PURI KAUH.

0 0 7

PENGARUH HASIL LATIHAN SENAM BUGAR LANSIA INDONESIA TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA WANITA LANSIA

0 3 55

PENGARUH LATIHAN FISIK SENAM LANSIA TERH

0 0 10

PERBANDINGAN ANTARA OTAGO EXERCISE DAN SENAM LANSIA TERHADAP KEBUGARAN PADA KELOMPOK LANSIA DI RS KECAMATAN JAKARTA PUSAT

0 2 9

PERBEDAAN PENGARUH SENAM VITALISASI OTAK DAN SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH SENAM VITALISASI OTAK DAN SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 9