PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SENDANG AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SENDANG AGUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh TRIANA DEWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SENDANG AGUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

TRIANA DEWI

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung belum berlangsung seperti yang diharapkan. Salah satu penyebabnya adalah guru belum menerapkan model-model pembelajaran secara maksimal, selama kegiatan pembelajaran guru cenderung menerapkan konsep yang bersifat hafalan sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan jarang melibatkan siswa secara langsung sehingga banyak siswa yang mengobrol di dalam kelas atau cenderung ribut dan berdampak pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar. Tujuan penelitian ini guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Kemudian, data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitan menunjukkan bahwa penggunaan model cooperative learning tipe snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata presentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 58,74% siklus II 69,72% dan pada siklus III meningkat menjadi 82,67%. Hasil rekapitulasi peningkatan terhitung dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 10,98% dan siklus II ke siklus III terdapat peningkatan sebesar 12.95%. Hasil belajar siswa meningkat pada tiap siklusnya, pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 63,70, siklus II 71,96 dan siklus III meningkat menjadi 86,30 terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II 8,26% sedangkan pada siklus II ke siklus III terdapat peningkatan sebesar 14,34%.

Kata kunci : Model cooperative learning tipe snowball throwing, PKn, aktivitas belajar, dan hasil belajar.


(3)

(4)

(5)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar ... 8

1. Hakikat Belajar ... 8

2. Aktivitas Belajar ... 10

3. Hasil Belajar ... 11

B. Model pembelajaran ... 12

C. Model Cooperative Learning ... 13

1. Pengertian Cooperative Learning ... 13

2. Tujuan Cooperative Learning ... 14

3. Ciri-ciri Cooperative Learning ... 14

4. Langkah-langkah Cooperative Learning ... 15

5. Jenis-jenis Cooperative Learning ... 16

D. Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing ... 16

1. Cooperative Learning tipe Snowball Throwing... 16

2. Komponen-komponen Cooperative Learning tipe Snowball Throwing ... 17

3. Langkah-langkah Cooperative Learning tipe Snowball Throwing ... 18

4. Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing ... 19

E. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD ... 19


(6)

vii

A. Rancangan Penelitian ... 22

B. Setting Penelitian ... 23

C. Teknik Pengumpulan Data ... 24

D. Alat Pengumpul Data ... 25

E. Teknik Analisis Data ... 25

F. Indikator Keberhasilan ... 28

G. Urutan Penelitian Tindakan kelas ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Profil SD Negeri I Sendang Agung ... 39

2. Deskripsi Awal ... 40

3. Penelitian Siklus I ... 41

a. Tahap Perencanaan Siklus I ... 41

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 41

c. Hasil observasi pada siklus I ... 45

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 45

2. Kinerja Guru ... 49

3. Hasil Belajar Siswa ... 53

d. Refleksi Siklus I ... 54

e. Saran Perbaikan/ Tindakan Kelas untuk Siklus II ... 55

4. Penelitian Siklus II ... 57

a. Tahap Perencanaan Siklus II ... 57

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 58

c. Hasil observasi pada siklus II ... 62

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 62

2. Kinerja Guru ... 67

3. Hasil Belajar Siswa ... 71

d. Refleksi Siklus II ... 73

e. Saran Perbaikan/ Tindakan Kelas untuk Siklus III ... 74

5. Penelitian Siklus III ... 75

a. Tahap Perencanaan Siklus III... 75

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 76

c. Hasil Observasi Pada Siklus III ... 80

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 80

2. Kinerja Guru ... 85

3. Hasil Belajar Siswa ... 91

d. Refleksi Siklus III ... 92

B. Pembahasan ... 94

1. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa ... 94

2. Peningkatan Kinerja Guru ... 95

3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101


(7)

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu perwujudan manusia dalam memperoleh bekal dalam kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1, tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara. Hal ini sejalan dengan pendapat Rahardja (Mikarsa, 2007: 1.18) pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dilaksanakan dengan sengaja, teratur, dan terencana untuk membina kepribadian dan pengembangan kemampuan manusia baik jasmani maupun rohani, sehingga pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan, bagi perkembangan individu maupun suatu bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan peranan yang sangat penting sesuai dengan perkembangan zaman.


(9)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan merupakan usaha secara berkesinambungan yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pemberdayaan peserta didik, dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas, serta mengembangkan kreativitas peserta didik.

Sedangkan Suprayekti (2004: 1) menjelaskan bahwa peningkatan mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru sekolah dasar, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian yang besar supaya mutu pendidikan dapat meningkat.

Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui peningkatan mutu proses pembelajaran. Dalam proses ini guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah letak berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran. Tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar, dan melatih, tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas, kondisi siswa dalam menerima pelajaran, pada semua mata pelajaran salah satunya mata pelajaran PKn.

Sebagaimana dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang menyebutkan 4 tujuan Nasional dan salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka pakar-pakar pendidikan di negeri ini berlomba untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan berbagai cara. Adapun cara yang ditempuh saat ini adalah dengan menciptakan berbagai model dan metode pembelajaran yang biasa membuat siswa lebih mudah untuk memahami dan


(10)

menguasai semua materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran PKn. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan guru dalam mengajar.

Secara lebih khusus pembelajaran PKn menurut Ruminiati, dkk., (2007: 96) sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab, PKn memiliki peranan yang amat penting, karena mengingat banyak permasalahan mengenai pelaksanaan pembelajaran PKn perlu segera dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi, serta model-model pembelajaran yang efektif.

Tujuan utama PKn adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap, prilaku dan cinta tanah air (Sumarsono, dkk., 2006: 4). Berdasarkan tujuan PKn di atas, Pembelajaran PKn diharapkan dapat mengembangkan wawasan bernegara, sikap serta prilaku yang cinta tanah air. Untuk mencapai tujuan PKn yang diharapkan, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara aktif dan efisien. Guru seharusnya menciptakan iklim belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memilih strategi itu adalah guru harus menguasai materi pembelajaran. Terdapat anggapan umum bahwa pembelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang tidak begitu sulit, sehingga tidak perlu dirisaukan lagi kesanggupan siswa untuk menguasainya. Namun kenyataannya tidak semua siswa dapat menghasilkan nilai yang memuaskan sebagai penyebabnya terjadi rendahnya hasil belajar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 21 November 2012, terlihat bahwa guru cukup menguasai kelas tetapi guru kurang memberikan stimulus kepada siswa dalam belajar. Selain itu, dalam mengajar guru belum


(11)

menerapkan model-model pembelajaran secara maksimal, sehingga siswa sulit untuk memahami/menguasai konsep materi pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung. Nilai KKM pada mata pelajaran PKn yang telah ditetapkan adalah 70, namun baru 9 siswa (39%) yang tuntas dalam pembelajaran PKn dari 23 siswa. Selain itu saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang mengobrol di dalam kelas atau cenderung ribut sehingga guru tidak bisa mengkondisikan kelas secara baik atau kurangnya keterlibatan siswa SD Negeri 1 Sendang Agung dalam mata pelajaran PKn. Hal ini di buktikan dengan aktivitas yang dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran PKn cenderung menerapkan konsep yang bersifat hafalan sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan bukan menekankan pada unsur pemahaman dan penerapan.

Permasalahan di atas perlu ditanggulangi dengan model pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dengan penyajian materi yang menarik dan lebih dominan dalam melibatkan siswa, sehingga siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa mencapai nilai yang sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah bahkan lebih dari yang diharapkan.

Sehubungan dengan masalah di atas, diperlukan terobosan baru dalam pembelajaran yang dapat memotivasi siswa agar lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Salah satu terobosan baru dalam pembelajaran yaitu dengan penggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe snowball throwing. Model cooperative learning tipe snowball throwing yang menurut asal katanya berarti bola salju bergulir dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola


(12)

pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Model cooperative learning tipe snowball throwing ini dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Sehingga siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran (Sriudin: 2012).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul penelitian: “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Guru belum menerapkan model-model pembelajaran secara maksimal

2. Guru selama kegiatan pembelajaran cenderung menerapkan konsep yang bersifat hafalan sehingga pembelajaran terkesan membosankan.

3. Rendahnya aktivitas belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang mengobrol di dalam kelas atau cenderung ribut.

5. Rendahnya hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung masih di bawah KKM yaitu 70 Tahun Pelajaran 2012/2013.


(13)

C. Rumusan Masalah

Dari hasil identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut.

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian tersebut adalah.

1. Meningkatkan aktivitas belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing Tahun Pelajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi. 1. Siswa, yaitu dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa,

menumbuh kembangkan potensi yang ada dalam diri siswa serta dapat meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran PKn.


(14)

2. Guru, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru PKn dalam memanfaatkan model cooperative learning tipe snowball throwing untuk dapat meningkatkan mutu dan kualitas siswa khususnya dalam pembelajaran PKn.

3. Sekolah, merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran PKn melalui model cooperative learning tipe snowball throwing.

4. Peneliti, dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya penelitian tindakan kelas, sehingga dapat menjadi acuan untuk menjadi guru yang profesional.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Hakikat Belajar

Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Menurut Winataputra (2008: 1.4) belajar diartikan sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivistik belajar yang lebih menekankan proses dari pada hasil. Belajar merupakan proses membangun atau membentuk makna, pengetahuan, konsep dan gagasan melalui pengalaman. Sedangkan Budiningsih (2008: 58), menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si pebelajar. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 9) belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan


(16)

sekitar. Sedangkan menurut Pupuh (2007: 6) Belajar pada hakikatnya adalah “Perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Sedangkan menurut Bahri & Zain (2006: 10-11) belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.

Burton (Hamalik, 2001:31) menyimpulkan tentang prinsip-prinsip belajar sebagai berikut :

a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going).

b. Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.

c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri

yang mendorong motivasi yang utuh.

e. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh

perbedaan-perbedaan indiviual di kalangan murid-murid.

g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.

h. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.

i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi

dapat didiskusikan secara terpisah.

k. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.

l. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

m. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhan dan berguna serta bermakna baginya.

n. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.

o. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh faktor instrumental, faktor lingkungan, dan kondisi individu itu


(17)

sendiri. Sehingga usaha yang dilakukan individu tersebut dapat membuahkan hasil yang lebih baik.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam bentuk jasmani maupun rohani, sedangkan menurut Kunandar (2010: 277) mengungkapkan bahwa aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas, dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Aspek aktivitas siswa yang diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1: Aspek Aktivitas Siswa

No Aspek Aktivitas Siswa yang Diamati 1. Mengajukan pertanyaan

2. Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru 3. Melaksanakan instruksi/ perintah

4. Berani memberi tanggapan atau pendapat

5. Berdiskusi secara aktif dengan teman dalam kelompok 6. Menarik kesimpulan materi diskusi

7. Mandiri dalam menyelesaikan tugas 8. Menyelesaikan tugas tepat waktu Modifikasi dari Kunandar (2010:234)

.

Sedangkan menurut Depdikbud (2003: 23) aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan. Sanjaya (2006: 130) mengemukakan aktivitas adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akan juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis


(18)

seperti aktivitas mental. Aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun mental.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan aktivitas belajar merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik dan semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material, substansial, struktural, fungsional, maupun secara behavior (Bahri& Zain, 2006: 11). Hamalik (2001: 30) menyatakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 20) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pembelajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa. Menurut Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu tes yang tersusun secara terencana, bentuk tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuaatan.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan Hasil belajar adalah kemampuan nyata yang didapat langsung dan dapat diukur dengan


(19)

tes tertentu yang bisa dapat dihitung hasilnya. Sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap berfikirnya akan menjadi lebih meningkat.

B. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang menarik dan variatif akan berimplikasi pada minat maupun motivasi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Sedangkan menurut (Komalasari, 2010: 57). pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2009: 22).

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu konsep atau rancangan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru secara sistematis dalam merencanakan pengalaman belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative learning, karena model tersebut merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran PKn di SD.


(20)

C. Model Cooperative Learning 1. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative Learning mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar antar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Slavin (Isjoni, 2011: 17) menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, di mana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching) sedangkan menurut Solihatin, dkk., (2007: 5) cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama di antara sebersama-sama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar. Suprijono (2011: 54) mengartikan cooperative learning adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Menurut Isjoni (2011: 16) cooperative learning berasal dari kata Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau sama tim. cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru yang mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan


(21)

siswa dalam kerja kelompok untuk mewujudkan suatu perilaku agar saling membantu antar kelompok satu sama lain. Selain itu bisa mewujudkan suatu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

2. Tujuan Cooperative Learning

Tujuan cooperative learning dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan yang pertama cooperative learning dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya. Tujuan ketiga adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan berkolaborasi kepada siswa. Tujuan cooperative learning dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tujuan Cooperative Learning. Modifikasi dari Martati (2010: 15).

Berdasarkan gambar di atas tujuan cooperative learning yaitu dapat meningkatkan prestasi akademis siswa. Selain itu dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, serta dapat mengembangkan keterampilan sosial.

3. Ciri-ciri Cooperative Learning

Menurut Bennet (Isjoni, 2011: 42) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran cooperative learning dengan kerja kelompok yaitu.

Prestasi Akademik

Toleransi dan Penerimaan Terhadap

Keanekaragaman Cooperative

Learning

Pengembangan Keterampilan Sosial


(22)

a. Positive Interdependence yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

b. Interactioon face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.

c. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya.

d. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

e. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).

4. Langkah-langkah Cooperative Learning

Menurut Suprijono (2011: 65) cooperative learning memiliki 6 fase diantaranya.

Tabel 2.2. Langkah-langkah Cooperative Learning.

FASE-FASE PRILAKU GURU

Fase 1 Present goalts and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk siap belajar.

Fase 2 present information Menyajikan informasi.

Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal.

Fase 3 Organize students into learning teams.

Mengorganisasikan siswa ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien. Fase 4 Assis teamwork and study

Membantu kerja tim dan belajar.

Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya.

Fase 5 test on the materials Mengevaluasi.

Menguji kemampuan siswa mengenai berbagai materi pembelajaran/ kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Provide recognition

Memberi pengakuan atau penghargaan.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.


(23)

5. Jenis-jenis Cooperative Learning

Model-model cooperative learning memiliki banyak jenis-jenisnya, Komalasari (2010: 62) mengemukakan bahwa jenis-jenis cooperative learning diantaranya.

a. Number Head Togther (Kepala Bernomor) model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

b. Cooperative Script (Skript Kooperatif) yaitu metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan, dan secara lisan bergantian mengihtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

c. Student Teams Achivement Divisions (STAD) (Tim Siswa Kelompok Prestasi) yaitu model pembelajaran yang mengelompokan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti.

d. Team Games Tournament (TGT) yaitu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aktivitas siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

e. Snowball Throwing (Melempar Bola Salju) yaitu model pembelajaran yang menggali potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.

Berdasarkan jenis-jenis model yang telah dijelaskan di atas maka peneliti memilih model cooperative learning tipe snowball throwing, dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bisa saling bekerja sama dengan kelompok, mampu membuat pertanyan dan menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Selain itu siswa diajak untuk mendalami materi pelajaran dengan baik.

D. Model Cooperative Learning tipe Snowball Throwing 1. Cooperative Learning tipe Snowball Throwing

Secara lebih khusus model cooperative learning tipe snowball throwing dapat digambarkan sebagai berikut: siswa diajak untuk mencari Informasi materi secara umum, membentuk kelompok, membentuk ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu dikelompok, bekerja secara kelompok, tiap kelompok


(24)

menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, untuk diambil suatu kesimpulan dari hasil jawaban kelompok terhadap pertanyaan yang telah diterimanya. Dalam model snowball throwing, guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang kompleks (Herdian: 2009).

Menurut Widodo (2008: 25) model snowball throwing adalah pembelajaran yang digunakan untuk memperdalam satu topik. Model pembelajaran ini biasa dilakukan oleh beberapa kelompok yang terdiri dari lima hingga delapan orang yang memiliki kemampuan untuk merumuskan pertanyaan yang ditulis dalam sebuah kertas menyerupai bola. Kemudian, kertas itu dilemparkan pada kelompok lain yang untuk ditanggapi dengan menjawab pertanyaan yang dilemparkan tersebut.

Berdasarkan dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan model cooperative learning tipe snowball throwing merupakan pembelajaran aktif yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Selanjutnya, membuat pertanyaan menggunakan kertas yang diremas–remas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kemudian siswa yang mendapat bola kertas langsung dibuka dan menjawab pertanyaan yang berada didalamnya.

2. Komponen-komponen Cooperative Learning tipe Snowball Throwing Berdasarkan model cooperative learning tipe snowball throwing terdapat komponen-komponen snowball throwing diantaranya.

Menurut Safitri (2011) model snowball throwing menggunakan tiga komponen dalam pembelajaran antara lain:

a. Pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), pada


(25)

dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa.

b. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry).

c. Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning) dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam metode pembelajaran snowball throwing, strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

3. Langkah-langkah Cooperative Learning tipe Snowball Throwing

Berdasarkan model cooperative learning tipe snowball throwing terdapat Langkah-langkah snowball throwing diantaranya.

Menurut Taniredja (2012: 109) langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran snowball throwing sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

c. Masing-masing ketua kelompok kambali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

d. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok

e. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari suatu siswa ke siswa yang lain selama ±15 menit.

f. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

g. Evaluasi. h. Penutup.


(26)

4. Keunggulan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Snowball Throwing

Menurut Safitri (dalam http/repository.upi.edu/operator/upload/s_ind_0460 20_chapter2.pdf) keunggulan dan kelemahan pembelajaran dengan tipe snowball throwing adalah.

a. Keunggulan model cooperative learning tipe snowball throwing.

1) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.

2) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

3) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

4) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

6) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.

7) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

8) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.

9) Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia.

10) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya. b. Kelemahan model cooperative learning tipe snowball throwing

1) Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif. 2) Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain. E. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD

Menurut Soemantri Winataputra PKN merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga Negara yang baik, yaitu warga Negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Sedangkan PKn pendidikan yang menyangkut status formal warga Negara yang berisi tentang diri


(27)

kewarganegaraan dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia (Ruminiati, 2007: 1.25).

Tarigan (2006: 7) mengemukakan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia, yang di wujudkan dalam bentuk perilaku sehari-hari, baik sebagai individu, anggota masyarakat, maupun makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan warga negara dengan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara.

Terkait dengan pengertian PKn SD di atas, dalam PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah juga disebutkan bahwa mata pelajaran PKn SD merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pengertian PKn SD merupakan mata pelajaran yang mengajarkan nilai dalam membentuk akhlak yang baik maupun pribadi yang luhur. Sehingga dapat membina warga negara yang seutuhnya dan menjadikan warga negara yang cerdas, trampil dan berkarakter.

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD memiliki tujuan untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik dan menjadikan siswa mampu berpikir secara kritis, rasional dan kreatif serta berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara aktif dan bertanggung jawab.

Ada beberapa tujuan dalam PKn SD, tujuan tersebut dikemukakan oleh Martati (2010: 43) bahwa tujuan penyelenggaraan pembelajaran PKn SD adalah untuk memberikan dan menanamkan dasar pengetahuan kewarganegaraan (civics knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civics skills), karakter atau watak kewarganegaraan (civics character) melalui


(28)

proses pembelajaran (transfer of learning), pengalihan nilai (transfer of value), dan pengalihan prinsip (transfer of principle) sebagai usaha diri membentuk warga negara yang baik (good citizenship).

Terkait dengan tujuan penyelenggaraan pembelajaran PKn SD di atas, dalam PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah juga disebutkan bahwa ada beberapa tujuan mata pelajaran PKn di SD yaitu: (1) Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan di negaranya; (2) Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan. Aktif dan bertanggungjawab, sehingga dapat bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; (3) Berkembang secara positif dan demokratis sehingga mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain; (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta prilaku cinta tanah air dan bersendikan tanah kebudayaan bangsa, dan berwawasan nusantara.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut ”Apabila dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe snowball throwing merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan classroom action research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani, dkk., 2007: 1.3). Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu Perencanaan (planing), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting).


(30)

Adapun alur siklus penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

Dst.

Gambar 3.1 :Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4). B. Setting Penelitian

1. Setting Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung yang terletak di jalan raya Sendang Agung Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah.

Obsevasi Refleksi

Perencanaan Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi

Observasi

Observasi Pelaksanaan

Perencanaan


(31)

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan selama 4 bulan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

3. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru SD Negeri 1 Sendang Agung. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung Tahun Pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa sebanyak 23 orang siswa, dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

4. Sumber Data

Sumber data adalah pihak-pihak yang dapat memberikan data yang diinginkan. Sumber data penelitian ini diperoleh dari:

a. Siswa, data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes.

b. Guru, data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.

1. Teknik non tes, dilakukan dengan mengobservasi aktivitas siswa dan kinerja guru dalam proses cooperative learning tipe snowball throwing untuk mengetahui sejauh mana tingkat aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing sesuai dengan langkah-langkah yang baik dan benar.


(32)

2. Teknik tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa, guna mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya model cooperative learning tipe snowball throwing.

D. Alat Pengumpul Data

1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpul data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas selama penelitian tindakan kelas berlangsung.

2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing pada tiap-tiap siklus.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian tindakan kelas menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis diskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari data aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model cooperative learning tipe snowball throwing. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi siswa dan guru pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

a. Data aktivitas siswa

Data ini diperoleh melalui pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berlangsung melalui lembar observasi. Hasil data observasi aktivitas


(33)

yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik persentase. Data kualitatif pada lembar observasi aktivitas siswa dianalisis menggunakan rumus: NA = �

� � 100%

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap (diadopsi dari Aqip, 2010: 41)

Tabel 3.1 Persentase Aktivitas Siswa.

Tingkat Keberhasilan (%) Kategori

>80% Sangat aktif

60% - 79% Aktif

40% - 59% Cukup aktif

20% - 39% Kurang aktif

≤20% Tidak aktif

(Sumber: Aqip, dkk. 2010:41) b. Data kinerja guru

Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari pengamatan dianalisis menggunakan teknik nilai sebagai berikut:

Nilai =

100

Keterangan:

N = nilai yang dicari/diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum ideal yang diamati 100 = bilangan tetap


(34)

Setelah diperoleh nilai kinerja guru, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi sebagai berikut:

Tabel: 3.2 Kriteria Kategori Kinerja Guru No Rentang nilai Kategori

1 N > 80 Sangat baik

2 60 < N ≤ 80 Baik

3 40 < N ≤ 60 Cukup baik 4 20 < N ≤ 40 Kurang baik

5 N ≤ 20 Rendah

Modifikasi dari Poerwanti (2008; 7.8)

2. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menjelaskan kualitas hasil belajar siswa. Dalam hal ini nilai yang diperoleh siswa dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah siswa sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata diperoleh dengan rumus.

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Data kuantitatif ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

a. Ketuntasan belajar siswa secara individual menggunakan rumus: Ketuntasan Individual

R

S = X 100 N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan

R = Jumlah skor/ item yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes


(35)

b. Nilai rata-rata hasil belajar siswa menggunakan rumus: ∑ X1

Rumus: X = —— N Keterangan:

X = Rata-rata Hitung Nilai N = Banyaknya Siswa X1 = Nilai Siswa

(Herrhyanto, dkk., 2009: 4.2) 3. Ketuntasan Klasikal

∑ Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar

P = X 100 %

∑ Jumlah Siswa Keterangan:

Ketuntasan Klasikal : Jika ≥ 75 dari seluruh siswa mencapai ketuntasan

≥ KKM 70

Diadopsi dari Khotimah (dalam Aqip, 2010:41)

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar sebagai berikut:

a. Adanya peningkatan persentase aktivitas siswa secara klasikal setiap siklusnya.

b. Nilai rata-rata kelas mencapai ≥ 75.


(36)

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan terdiri dari tiga siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus, dimana pada setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Urutan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung adalah sebagai berikut: Siklus I

1. Perencanaan

a. Menganalisis materi yang akan diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran.

b. Menganalisis Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) dan materi pembelajaran yang kemudian dijadikan beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran pada siklus I, yaitu: pemetaan, silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, soal (pretes & postes), dan lembar panduan observasi.

2. Pelaksanaan

Pada siklus I materi pembelajarannya adalah ”Kebebasan Berorganisasi”, Kompetensi Dasar: ”Pengertian Organisasi”. Dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya.


(37)

a. Kegiatan Awal 1) Salam pembuka 2) Pengkondisian kelas.

3) Guru mengecek kehadiran siswa melalui absensi kelas.

4) Guru memberikan Apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.

5) Guru melaksanakan tes awal (pretes) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum materi diberikan.

b. Kegiatan inti

1) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi “Pengertian

Organisasi” yang disampaikan oleh guru.

2) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi “Pengertian

Organisasi” yang telah disampaikan.

3) Guru membentuk kelompok, dari 23 siswa di bagi menjadi 6 kelompok secara acak.

4) Setelah siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya, guru memanggil masing-masing ketua kelompok satu orang untuk dijelaskan dan dibagi

materi tentang “Pengertian Organisasi”.

5) Guru memberikan beberapa lembar kertas kepada setiap kelompok, lalu perwakilan kelompok kembali dan mendiskusikan bersama teman-teman yang lain sesuai dengan materi yang diberikan selama 5 menit.

6) Kemudian ketua kelompok memberi nomor urut kepada teman kelompoknya.


(38)

7) Setelah itu satu siswa membuat satu pertanyaan sesuai dengan materi

“Pengertian Organisasi” selama 10 menit. Lalu kertas tersebut dibentuk

seperti bola dan dilempar dari satu kelompok ke kelompok lain bergiliran sesuai dengan komando guru.

8) Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mengerjakan soal di kertas yang kedua selama 5 menit. Soal dikerjakan oleh masing-masing siswa sesuai nomor urut soal. Begitupun seterusnya sampai soal kembali kepada kelompok pemilik soal.

9) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal, kemudian guru bersama siswa mengoreksi dan membahas hasil yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama-bersama.

10) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi.

c. Kegiatan akhir

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan

2) Memberikan tes formatif (Postes) untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn yang sudah diajarkan.

3. Pengamatan (observasi)

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi mengenai aktivitas belajar siswa serta observasi kinerja guru dengan memberikan tanda cek list (√).

4. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada proses


(39)

pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran melalui model cooperative learning tipe snowball throwing. Hasil belajar dianalisis yang dilaksanakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada siklus ke II.

Siklus II

1. Perencanaan

a. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi dari siklus I.

b. Menganalisis Standar Kompetensi (SK) / Kompetensi Dasar (KD) dan materi pembelajaran yang kemudian dijadikan beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran pada siklus II, yaitu: pemetaan, silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, soal (pretes & postes), dan lembar panduan observasi.

2. Pelaksanaan

Pada siklus II materi pembelajarannya adalah ”Kebebasan Berorganisasi”,

Kompetensi Dasar: ”Organisasi sekolah dan organisasi masyarakat”. Dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya.

a. Kegiatan Awal 1) Salam pembuka 2) Pengkondisian kelas


(40)

4) Guru memberikan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.

5) Guru melaksanakan tes awal (pretes) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum materi diberikan.

Kegiatan inti

1) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi “Organisasi Sekolah

dan Organisasi Masyarakat” yang disampaikan oleh guru.

2) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi “Organisasi Sekolah dan Organisasi Masyarakat” yang telah disampaikan oleh guru.

3) Guru membentuk kelompok, dari 23 siswa di bagi menjadi 6 kelompok secara acak.

4) Setelah siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya, guru memanggil masing-masing ketua kelompok satu orang untuk dijelaskan dan dibagi materi tentang “Organisasi Sekolah dan Organisasi Masyarakat”.

5) Guru memberikan beberapa lembar kertas kepada setiap kelompok, lalu perwakilan kelompok kembali dan mendiskusikan bersama teman-teman yang lain sesuai dengan materi yang diberikan selama 5 menit.

6) Kemudian ketua kelompok memberi nomor urut kepada teman kelompoknya.

7) Setelah itu satu siswa membuat satu pertanyaan sesuai dengan materi tentang “Organisasi Sekolah dan Organisasi Masyarakat” selama 10 menit. Lalu kertas tersebut dibentuk seperti bola dan dilempar dari satu kelompok ke kelompok lain bergiliran sesuai dengan komando guru.


(41)

8) Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mengerjakan soal di kertas yang kedua selama 5 menit. Soal dikerjakan oleh masing-masing siswa sesuai nomor urut soal. Begitupun seterusnya sampai soal kembali kepada kelompok pemilik soal.

9) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal, kemudian guru bersama siswa mengoreksi dan membahas hasil yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama-bersama.

10) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi.

b. Kegiatan akhir

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

2) Memberikan tes formatif (Postes) untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn yang sudah diajarkan.

3. Pengamatan (observasi)

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi mengenai aktivitas belajar siswa serta observasi kinerja guru dengan memberikan tanda cek list () .

4. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada proses pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran melalui model cooperative learning tipe snowball throwing. Hasil belajar dianalisis yang dilaksanakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada siklus ke III.


(42)

Siklus III

1. Perencanaan

a. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III berdasarkan refleksi dari siklus II.

b. Menganalisis Standar Kompetensi (SK) / Kompetensi Dasar (KD) dan materi pembelajaran yang kemudian dijadikan beberapa indikator yang akan diajarkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran pada siklus II, yaitu: pemetaan, silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, soal (pretes & postes), dan lembar panduan observasi.

2. Pelaksanaan

Pada siklus III materi pembelajarannya adalah ”Kebebasan Berorganisasi”,

Kompetensi Dasar: ”Kebebasan Berorganisasi”. Dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya.

a. Kegiatan awal 1) Salam pembuka. 2) Pengkondisian kelas.

3) Guru mengecek kehadiran siswa melalui absensi kelas.

4) Guru memberikan Apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.


(43)

5) Guru melaksanakan tes awal (pretes) untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum materi diberikan.

b. Kegiatan inti

1) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi ”Kebebasan Berorganisasi” yang disampaikan oleh guru

2) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi ”Kebebasan Berorganisasi” yang telah disampaikan oleh guru

3) Guru membentuk kelompok, dari 23 siswa di bagi menjadi 6 kelompok secara acak.

4) Setelah siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya, guru memanggil masing-masing ketua kelompok satu orang untuk dijelaskan dan dibagi materi.

5) Guru memberikan beberapa lembar kertas kepada setiap kelompok, lalu perwakilan kelompok kembali dan mendiskusikan bersama teman-teman yang lain sesuai dengan materi yang diberikan selama 5 menit.

6) Kemudian ketua kelompok memberi nomor urut kepada teman kelompoknya.

7) Setelah itu satu siswa membuat satu pertanyaan sesuai dengan materinya tentang ”Kebebasan Berorganisasi” selama 10 menit. Lalu kertas tersebut dibentuk seperti bola dan dilempar dari satu kelompok ke kelompok lain bergiliran sesuai dengan komando guru.

8) Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk mengerjakan soal di kertas yang kedua selama 5 menit. Soal dikerjakan


(44)

oleh masing-masing siswa sesuai nomor urut soal. Begitupun seterusnya sampai soal kembali kepada kelompok pemilik soal.

9) Setelah semua kelompok selesai mengerjakan soal, kemudian guru bersama siswa mengoreksi dan membahas hasil yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama-bersama.

10) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi.

c. Kegiatan akhir

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah disampaikan.

2) Memberikan tes formatif (Postes) untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran PKn yang sudah diajarkan.

3. Pengamatan (observasi)

Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati oleh observer dengan menggunakan lembar observasi mengenai aktivitas belajar siswa serta observasi kinerja guru dengan memberikan tanda cek list (√).

4. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan kelebihan pada proses pembelajaran setelah diterapkannya pembelajaran melalui model cooperative learning tipe snowball throwing. Data hasil pelaksanaan siklus I, II, dan III kemudian dikumpulkan untuk digunakan dalam penyusunan laporan hasil penelitian tindakan kelas.


(45)

Berdasarkan tahap kegiatan pada siklus I, II, dan III hasil yang diharapkan yaitu:

1. Menjadikan pembelajaran lebih aktif.

2. Guru memiliki kemampuan dalam merangsang, membimbing dan mengarahkan siswa ke dalam proses pembelajaran yang lebih aktif.

3. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung pada mata pelajaran Pendidikan Kewarga negaraan (PKn) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri I Sendang Agung. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I aktivitas siswa mencapai 58,74% dan pada siklus II menjadi 69,72%, dan mengalami peningkatan sebesar 10,98%. Selanjutnya dari siklus II yaitu 69,72% dan pada siklus III menjadi 82,67% juga mengalami peningkatan sebesar 12,95%.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti terdapat peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklusnya. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa 63,70, pada siklus ke II hasil belajar siswa yaitu 71,96 dan meningkat sebesar 8,26. Untuk selanjutnya pada siklus ke II hasil


(47)

belajar siswa yaitu 71,96 dan siklus III 86,30. Dan terjadi peningkatan sebesar 14,34.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang diberikan sebagai berikut :

1. Kepada siswa, sebaiknya mengikuti pelajaran dengan baik, berfikir kritis, berani mengungkapkan pendapatnya dan lebih banyak berlatih untuk mengerjakan soal-soal agar mendapatkan nilai yang lebih baik.

2. Kepada guru, hendaknya selalu memotivasi para siswa- siswa agar belajar dengan giat, dan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.guru juga perlu menerapkannya model cooperative learning tipe snowball throwing untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Kepada sekolah, hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dengan baik, sehingga dalam proses pembelajaran mendapatkan hasil sesuai dengan harapan.

4. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), untuk lebih memahami tugas seorang guru serta dapat meningkatkan mutu pembelajaran dengan mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekolah dasar.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Bahri & Zain. 2006. Strategi Belajar Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran Snowball Throwing. http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-snowball-throwing. Diakses pada hari Sabtu, 10 November 2012 @ 11.45).

Herrhyanto, Nar, dkk., 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta. Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran contekstual: konsep dan aplikasi. Refika aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Martati, Badruli. 2010. Metodelogi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Genesindo. Bandung.

Mikarsa, Lestari Hera, dkk., 2007. Pendidikan Anak SD. Universitas Terbuka, Jakarta.


(49)

Poerwanti, Endang, dkk.2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.

Safitri, Diah. 2011. Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. http/repository.upi.edu/operator /upload/s_ind_046020_chapter2.pdf). Diakses pada hari Kamis, 08 November 2012 @pukul 10.30 WIB.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. PT Kencana. Jakarta.

Sumarsono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning analisis pembelajaran IPS. Bumi aksara. Jakarta.

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sriudin. 2012. Model Pembelajaran Snowball Throwing http://www.sriudin.com/2012/07/model-pembelajaran-snowball

throwing.html. Diakses pada hari Kamis, 10 Januari 2013 @pukul 15.30 WIB.

Suprayekti. 2004. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Mata Pelajaran IPA di SD. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Taniredja, dkk., 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Alfabeta cv.

Bandung.

Tarigan, Henri Guntur. 2006. Kapita Selakta PKn. Bumi Aksara. IKIP Malang. Tim Penyusun. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP.


(50)

Tim Penyusun. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana Prenada Media Group, Surabaya.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wardani, I.G.A.K, dkk., 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Widodo, Selamat. 2008. Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya Melalui Metode Snowball Throwing dalam Pembelajran Pendidikan Kewarganegaraan. http.sjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/813094255.pdf. Diakses pada hari kamis, 11 Oktober 2012 @ pukul 14.24 WIB.


(1)

2. Guru memiliki kemampuan dalam merangsang, membimbing dan mengarahkan siswa ke dalam proses pembelajaran yang lebih aktif.

3. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(2)

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri 1 Sendang Agung pada mata pelajaran Pendidikan Kewarga negaraan (PKn) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri I Sendang Agung. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada setiap siklusnya. Pada siklus I aktivitas siswa mencapai 58,74% dan pada siklus II menjadi 69,72%, dan mengalami peningkatan sebesar 10,98%. Selanjutnya dari siklus II yaitu 69,72% dan pada siklus III menjadi 82,67% juga mengalami peningkatan sebesar 12,95%.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti terdapat peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklusnya. Pada siklus I, rata-rata hasil belajar siswa 63,70, pada siklus ke II hasil belajar siswa yaitu 71,96 dan meningkat sebesar 8,26. Untuk selanjutnya pada siklus ke II hasil


(3)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang diberikan sebagai berikut :

1. Kepada siswa, sebaiknya mengikuti pelajaran dengan baik, berfikir kritis, berani mengungkapkan pendapatnya dan lebih banyak berlatih untuk mengerjakan soal-soal agar mendapatkan nilai yang lebih baik.

2. Kepada guru, hendaknya selalu memotivasi para siswa- siswa agar belajar dengan giat, dan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.guru juga perlu menerapkannya model cooperative learning tipe snowball throwing untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Kepada sekolah, hendaknya melengkapi sarana dan prasarana dengan baik, sehingga dalam proses pembelajaran mendapatkan hasil sesuai dengan harapan.

4. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), untuk lebih memahami tugas seorang guru serta dapat meningkatkan mutu pembelajaran dengan mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekolah dasar.


(4)

103

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Bahri & Zain. 2006. Strategi Belajar Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2003. Kamus Besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran Snowball Throwing. http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29/model-pembelajaran-snowball-throwing. Diakses pada hari Sabtu, 10 November 2012 @ 11.45).

Herrhyanto, Nar, dkk., 2009. Statistik Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta. Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran contekstual: konsep dan aplikasi. Refika aditama. Bandung.

Kunandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Martati, Badruli. 2010. Metodelogi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Genesindo. Bandung.

Mikarsa, Lestari Hera, dkk., 2007. Pendidikan Anak SD. Universitas Terbuka, Jakarta.


(5)

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Depdiknas. Jakarta.

Safitri, Diah. 2011. Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. http/repository.upi.edu/operator

/upload/s_ind_046020_chapter2.pdf). Diakses pada hari Kamis, 08

November 2012 @pukul 10.30 WIB.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. PT Kencana. Jakarta.

Sumarsono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning analisis pembelajaran IPS. Bumi aksara. Jakarta.

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sriudin. 2012. Model Pembelajaran Snowball Throwing http://www.sriudin.com/2012/07/model-pembelajaran-snowball

throwing.html. Diakses pada hari Kamis, 10 Januari 2013 @pukul 15.30 WIB.

Suprayekti. 2004. Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Pada Mata Pelajaran IPA di SD. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Taniredja, dkk., 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Alfabeta cv.

Bandung.

Tarigan, Henri Guntur. 2006. Kapita Selakta PKn. Bumi Aksara. IKIP Malang. Tim Penyusun. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP.


(6)

105

Tim Penyusun. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana Prenada Media Group, Surabaya.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wardani, I.G.A.K, dkk., 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Widodo, Selamat. 2008. Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya Melalui Metode Snowball Throwing dalam Pembelajran Pendidikan Kewarganegaraan. http.sjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/813094255.pdf. Diakses pada hari kamis, 11 Oktober 2012 @ pukul 14.24 WIB.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

0 3 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SENDANG AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 19 50

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IVA SD NEGERI 3 KARANG ENDAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 1 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

10 137 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IVA SD NEGERI 1 PANJANG SELATAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 112

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IVA SD NEGERI 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 53