teknologi bersama masyarakat dan lembaga pedesaan lainnya. Adapun sasaran PPK ini adalah Rumah Tangga Miskin RTM atau keluarga yang tergolong ke dalam keluarga pra sejahtera Pra-
KS atau keluarga yang mengalami ketertinggalan sehingga perlu pendampingan agar keluar dari ketertinggalannya.
Kegiatan PPK ini dilaksanakan diseluruh Banjar yang terdapat di Desa Tegallalang, yaitu Banjar Tegallalang, Banjar Triwangsa, Banjar Gagah, Banjar Pejeng Aji, Banjar Tegal, Banjar
Tengah, Banjar Penusuan, Banjar Sapat, Banjar Gentong, Banjar Abangan, Banjar Klabang Moding. Pada kesempatan kali ini, saya melaksanakan program pendampingan keluarga di Banjar
Pejeng Aji. Salah satu keluarga di Banjar Pejeng Aji yang saya dampingi yaitu Ibu Anak Agung Rai Agung.
1.1 Profil Keluarga Dampingan
Program KK Dampingan di Desa Tegallalang, masing-masing mahasiswa harus mendampingi satu keluarga dengan keadaan ekonomi yang tidak terlalu baik yang tersebar di
berbagai Banjar di Desa Tegallalang. Pada laporan ini, penulis berkesempatan untuk mendampingi salah satu keluarga tidak mampu di Banjar Pejeng Aji. Kepala keluarga dari keluarga yang
didampingi oleh penulis adalah Ibu Anak Agung Rai Agung yang hidup sebatang karang. Untuk penjelasan lebih detail, biodata singkat tentang Ibu Anak Agung Rai Agung akan
dipaparkan dalam tabel berikut ini:
Nama Status Umur
Tanggal Lahir Pendidikan
Pekerjaan
Anak Agung Rai Agung
Belum Kawin
45 31 Desember 1971
Tamat SD Sederajat
Wiraswasta
Ibu Anak Agung Rai Agung merupakan seorang wanita yang hidup sebatang karang sehingga sekaligus juga menjadi kepala keluarga. Ibu Anak Agung Rai Agung berstatus belum
menikah. Ibu ini memiliki seorang kakak perempuan yang sudah menikah dan tinggal di rumah suaminya. Ibu ini tinggal sebatang karang sejak di tinggal oleh kedua orang tuanya pada tahun
2005 silam. Ibu Agung Rai bertempat tinggal di lingkungan Banjar Pejeng Aji, desa Tegallalang, kecamatan Gianyar. Beliau tinggal di dalam satu rumah yang sangat sederhana, bangunan rumah
beliau kira-kira 5x6 meter tidak termasuk dengan dapur. Rumah yang ditempati Ibu Agung Rai sangat sederhana terlihat dari temboknya yang dilapisi cat tembok putih cream yang telah pudar
dan kusam dan juga dipenuhi banyak kerak, begitu pula dengan lantainya hanya dilapisi dengan semen, atap rumah sudah menggunakan genteng tanah liat.
Ibu Agung Rai hanya bekerja sebagai seorang buruh harian, yaitu buruh kerajinan tangan. Namun, pekerjaan beliau ini tidak menetap, karena kadang-kadang jika tidak ada orderan dari
atasan beliau harus menganggur dan tidak memiliki pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Diusia beliau yang sudah menginjak kepala empat ini, beliau sering merasa kesepian
karena hidup sebatang kara. Rumah Ibu Agung Rai hanya terdiri dari 2 kamar tidur yang sederhana. Dapur terdapat di
luar rumah yang temboknya terbuat dari batako, beratapkan genteng, dan beralaskan. Ibu Agung Rai masih memasak dengan menggunakan kayu bakar dan gas LPG di dapurnya. Dapur Ibu Agung
Rai terpisah dengan rumahnya dan terletak berhadapan dengan rumah tinggal beliau. Dapur Ibu Agung Rai tidak memiliki pintu. Di rumah Ibu Agung Rai terdapat kamar mandi untuk keperluan
mandi, buang air kecil maupun buang air besar sehari hari. Untuk keperluan mencuci pakaian beliau lakukan di kamar mandi. Sumber air didapatkan dari PDAM dan menggunakan listrik PLN
dengan daya pasang sebesar 450 watt.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan