PERAN KPU KOTA METRO DALAM SOSIALISASI PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT UNTUK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009

(1)

ABSTRAK

PERAN KPU KOTA METRO DALAM SOSIALISASI PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT UNTUK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM

PEMILU LEGISLATIF 2009 (Studi di LP Kota Metro)

OLEH

RISKI DWI ARIYANTI

Berdasarkan UU No 10 Tahun 2008, menyebutkan KPU adalah penyelenggara Pemilu yang mempunyai tugas melakukan sosialisasi. Sebagai penyelenggara KPU Kota Metro memiliki peran dalam mensosialisasikan Pemilu kepada seluruh masyarakat. Dalam Pemilu 2009 pemberian tanda pada surat suara dilakukan dengan cara menconteng, hal ini berbeda dengan pemberian tanda pada Pemilu 2004 dengan cara mencoblos. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti peran KPU dalam melakukan sosialisasi khususnya di Lembaga Pemasyarakatan yang memiliki keterbatasan dalam akses informasi.

Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara dan studi kepustakaan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah dari anggota dan Staf KPU Kota Metro, petugas Lembaga Pemasyarakatan dan Narapidana.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa KPU Kota Metro berperan dalam mensosialisasikan Pemilu Legislatif tahun 2009. hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya yang dilakukan oleh KPU dalam mensosialisasikan tentang dasar hukum pelaksanaan Pemilu Legislatif, waktu pelaksanaan, tatacara dan sosialisasi pemilu damai. Akan tetapi sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Metro kurang maksimal. KPU Metro tidak mensosialisasikan nama-nama calon legislatif dikarenakan terlalu banyak nama calon yang terdaftar. Penulis menyarankan agar sebaiknya KPU Kota Metro juga mensosialisasikan nama-nama calon legislatif melalui media cetak yang ada, agar hasil yang dicapai dapat lebih maksimal.


(2)

ABSTRACT

THE ROLE OF KPU METRO IN SOCIALIZATION OF POLITICAL IMPROVING PARTICIPATION OF SOCIETY TO USE

THEIR SUFFRAGE IN GENERAL ELECTION 2009 ( Study in LP Metro)

BY :

RISKI DWI ARIYANTI

According to UU No 10 Year 2008, said that KPU is the organizer of General election which has the study to do socialization. As the organizer, KPU in Metro has a role in socializing General election to all society. In General election 2009 giving the sign at ballot was done by doodling, this was different from General election 2004 which voted by voted punching the ballot. Therefore, was interested to observe the role of KPU in socializing especially in Lembaga Pemasyarakatan which had the limitation in accessing information.

Research used descriptive research by using qualitative method. The data collecting technique of this research were interview and literaturing study. The informan of this research were the members and the Staff of KPU Metro, the officer of LP and the Convicts.

The result of this research show that KPU Metro plays a part in socializing Legislative General election 2009. If could be seen from the efforts which were done by KPU in socializing the execution legal fundament of Legislative General election, execution time, procedures and socialization of peace General election. But, the socialization which done by KPU Metro was not maximal enough. KPU Metro did not socialize the names of legislative candidates because there were too much the candidates which were registened. The writer suggested KPU Metro also should socialize the legislative candidates’ names though the printing media existing, to meke the result which would be achieved more maximally.


(3)

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Melalui Pemilu, rakyat dapat menentukan masa depan bangsanya.

Pemilu merupakan salah satu bagian dari perwujudan negara demokrasi, dimana rakyat mempunyai hak untuk menentukan pilihannya pada suatu partai yang dianggap mampu mewakili aspirasi politiknya. Dengan demikian Pemilu merupakan sarana yang penting untuk melibatkan rakyat dalam kehidupan kenegaraan, yaitu dengan jalan ikut berpartisipasi dengan memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga Legislatif. Pemilu juga bisa dikatakan sarana untuk terbentuknya pemerintahan baru.

Berdasarkan UU No. 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut KPU adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat Nasional, tetap dan mandiri. KPU selaku badan penyelenggara Pemilu dalam aktivitasnya juga melakukan sosialisasi tentang Pemilu. Sebagaimana yang disebutkan didalam UU No. 12 tahun 2003, tentang pemilihan umum pasal 26 poin (d) KPU berkewajiban menyampaikan informasi kegiatan kepada masyarakat.

Peran KPU Kota Metro sangat penting dalam hal sosialisasi, sebab Pemilu 2009 sangat menyulitkan para narapidana. Selain banyaknya calon legislatif yang justru tidak dikenal,


(5)

kesulitan lain adalah dalam hal pemberian tanda pada tata cara pemungutan suara. Para narapidana mengalami kebingungan dengan tata cara yang baru karena yang sebelumnya pemilu menggunakan cara mencoblos salah satu gambar partai sedangkan Pemilu yang sekarang menggunakan cara yang berbeda lagi dengan mencontreng atau menconteng salah satu nama calon legislatif yang ada. Oleh sebab itu sangat penting dilakukan sosialisasi mengenai tata cara mencontreng yang benar, agar tidak terjadi kesalahan pada saat pemungutan suara dalam Pemilu 2009 berlangsung.

Di dalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan suatu kunci bagi perilaku politik masyarakat. Sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik. Dan diharapkan dengan adanya sosialisasi tersebut dapat mengurangi angka golput yang ada.

Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2003 pasal 26, KPU kota Metro memiliki peran dalam mensosialisasikan pemilihan umum kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk kepada para narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan. Pentingnya KPU mensosialisasikan informasi teknis Pemilu selain karena amanat UU, juga karena teknis pelaksanaan Pemilu 2009 berbeda dengan Pemilu 2004. Bagi sebagian masyarakat yang berada dikota-kota besar mungkin masih mudah untuk mendapatkan informasi mengenai tata cara dan teknis pelaksanaan Pemilu. Tata cara dan teknis pelaksanaan Pemilu 2009 dapat diakses juga melalui media massa yang menghimbau kepada masyarakat untuk ikut mencontreng dalam Pemilu legislatif 2009.


(6)

Dalam kehidupan sosial, selain ada masyarakat yang memiliki kemudahan memperoleh akses informasi mengenai tata cara dan teknis Pemilu, ada pula masyarakat yang sulit memperoleh akses informasi. Oleh karena itu, bagi masyarakat yang terbatas akses informasinya sangat diperlukan adanya sosialisasi tentang tata cara dan teknis pelaksanaan Pemilu. Diharapkan seluruh masyarakat termasuk para narapidana dapat meningkat pemahaman dan pengetahuannya tentang Pemilu. Dengan meningkatnya pemahaman dan pengetahuan tentang Pemilu diharapkan dapat meningkatkan partisipasi.

Sosialisasi dapat berfungsi sebagai sarana pemberian informasi politik bagi narapidana karena sosialisasi dilakukan bukan hanya dalam hal teknis pelaksanaan pemilu, tetapi juga memberikan pengertian kepada narapidana agar pada saat pemungutan suara tidak ada lagi yang tidak menggunakan hak pilihnya karena adanya kesadaran memberikan suara sesuai hati nurani demi adanya perubahan.

Berdasarkan Polling yang dilakukan atas kerja sama antara Lampung Post dan Laboratorium Politik dan Otonomi Daerah Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unila yang dilaksanakan pada 14-15 Maret 2009 pada 200 orang responden (Harian Lampung Post, Senin 16 Maret 2009), diperoleh bahwa pengetahuan masyarakat mengenai tata cara mencoblos sebagai berikut. Sebagian dari masyarakat (57%) menyatakan telah mengetahui bahwa untuk menandai pilihan pada surat suara dengan cara mencontreng. Sedangkan sebanyak 43% menjawab tidak mengetahui bahwa pemberian suara dengan cara mencontreng. Responden yang tidak mengetahui cara mencontreng tersebut ternyata memang sengaja tidak mencari tahu karena mereka tidak akan memilih pada pemilu legislatif atau golput. Hal ini berarti membuktikan


(7)

bahwa kesadaran politik masyarakat untuk berpartisipasi menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu legislatif saat ini masih rendah.

Oleh karena itu, pembelajaran, pengenalan dan informasi mengenai Pemilu pada narapidana adalah hal yang perlu dilakukan. Bagaimana masyarakat akan memilih, jika tidak mengetahui cara memilih yang benar. Pembelajaran, pengenalan ataupun informasi mengenai Pemilu kepada masyarakat merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah dan komponen bangsa lainnya. Pembalajaran, pengenalan ataupun informasi tersebut dengan kata lain juga dapat disebut sebagai sosialisasi politik.

Sosialisasi pemilu yang dilakukan oleh KPU Kota Metro bersifat internal dan eksternal. Sosialisasi internal adalah sosialisasi yang sifatnya kedalam yaitu sosialisasi yang diberikan kepada panitia-panitia pelaksana Pemilu seperti Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Sosialisasi yang diberikan menyangkut tentang petunjuk teknis atau permasalahan yang sering terjadi pada saat pemungutan suara, diantaranya menyangkut tatacara pemilihan, tata cara pengisian formulir perhitungan suara, formulir berita acara, teknis perhitungan, pelaporan hasil Pemilu kepada KPU kota Metro dan hal lain yang banyak dikeluhkan penyelenggara Pemilu tingkat bawah. Sosialisasi internal juga mencakup sosialisasi yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) kepada para PPS (Panitia Pemungutan Suara) dimasing-masing desa atau kelurahan. Tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mekanisme teknis Pemilu Legislatif menjadi salah satu indikator atau tolak ukur dari keberhasilan pemilu mendatang yang sudah menjadi kewajiban bagi KPU selaku penyelenggara Pemilu.


(8)

Sosialisasi eksternal adalah sosialisasi yang sifatnya keluar yaitu sosialisasi yang diberikan KPU kota Metro kepada masyarakat umum. Sosialisasi tersebut dilakukan dengan pemasangan spanduk di pinggir-pinggir jalan, penyebaran pamplet. Selain itu KPU Kota Metro juga melakukan sosialisasi secara langsung atau bertatap muka dengan kelompok masyarakat yang diperkirakan pengetahuan tentang Pemilunya masih minim, contohnya dengan memberikan sosialisasi di Lembaga Pemasyarakatan (LP), Sosialisasi di LP sangat diperlukan karena para narapidana juga memiliki hak yang sama sebagai warga negara dan mengingat para narapidana tersebut tidak dapat mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia luar. Sosialisasi di LP penting karena para napi umumnya tidak paham tahapan-tahapan Pemilu termasuk profil para calon legislatif yang ada.

Berdasarkan perolehan suara di TPS 21 Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Metro, tertera data jumlah pemilihan anggota DPR,DPD, DPRD Prov, dan DPRD Kota Metro sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Perolehan Suara Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, DPRD-Prov dan DPRD-Kab/Kota Tahun 2009 di LP Kota Metro

No URAIAN DPR DPD

DPRD-PROV

DPRD KAB /KOTA

%

1 Jumlah Pemilih yang terdaftar dalam DPT

420 420 420 420 100

2 Jumlah Pemilih yang menggunakan Hak Pilih

411 411 411 411 97,8

3 Jumlah Pemilih yang tidak menggunakan Hak Pilih

9 9 9 9 2,1

4 Jumlah Pemilih dari TPS lain 1 1 1 1 0,2

5 Jumlah Surat suara yang dikembalikan karena rusak dan atau keliru dicoblos

- - 1 4 1,1


(9)

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah pemilih yang golput sebesar 2,1% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT), dan jumlah suara yang tidak sah sebesar 6,7% dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT). Hal ini menunjukkan bahwa para narapidana penghuni LP Kota Metro memiliki tingkat partisipasi yang cukup tinggi, berdasarkan tabel di atas ternyata tingkat partisipasi para narapidana termasuk tinggi padahal akses untuk memperoleh informasi mengenai pemilu sangat terbatas. Oleh karena itu, peneliti ingin mengkaji lebih dalam tentang peran KPU kota Metro dalam mensosialisasikan Pemilu Legislatif langsung tahun 2009 di Lembaga Pemasyarakatan. Peneliti ingin mengkaji apakah tingginya tingkat partisipasi di LP merupakan hasil dari sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kota Metro. Oleh Michael Rush dan Phillip Althoff, partisipasi politik dianggap sebagai akibat dari sosialisasi politik (Rafael Raga Maran, 2001: 147) maka sosialisasi merupakan bagian penting dari proses pelaksanaan Pemilu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu tersebut.

Berdasarkan data desk Pilkada Depdagri pada tahun 2005 (dalam Ariska Warganegara dosen Ilmu Pemerintahan Unila) diambil dari 175 wilayah menunjukkan terjadinya penurunan partisipasi untuk memilih atau golput. Pada Pemilihan legislatif 2004 golput berjumlah 15,93% .Angka partisipasi politik untuk pemilihan legislatif nasional mencapai angka 76,6% pada tahun 2004 dan angka partisipasi politik itu (voter turn out) mengalami penurunan mencapai 0,85% menjadi 75,75% pada tahun 2009. Penurunan angka partsipasi politik pada tahun 2009 masih merupakan angka yang dapat ditoleransi mengingat dalam beberapa kasus di provinsi lain angka partisipasi politk untuk pemilihan legislatif Nasional turun dengan sangat signifikan. (http://arizka-giddens.blogspot.com/2009/12/refleksi-politik-lampung-tahun-2009.html)


(10)

Menurut Ariska Warganegara bahwa yang menyebabkan tingkat partisipasi menurun jika dibandingkan dengan pemilu 2004, salah satu aspek yang menonjol adalah karena persoalan perubahan tata cara pemungutan suara yang dilakukan dengan cara mencontreng yang sebelumnya dicoblos, sosialisasi yang belum maksimal yang dilakukan oleh KPU dan KPUD menyebabkan hal itu terjadi. Disamping persoalan sosialisasi yang minim persoalan lainnya adalah kejenuhan masyarakat dengan event-event pemilu.

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu persyaratan yang diperlukan dalam perubahan tatanan sosial menuju demokrasi. Rendahnya partisipasi yang tidak diimbangi dengan kekuatan institusi-institusi negara, akan mengakibatkan terjadinya kekacauan sosial. Untuk itu diperlukan pelembagaan partisipasi politik yang terdiri dari dua bentuk, yaitu pelembagaan secara formal dan substansial. Pelembagaan formal mengacu pada prosedur dan aturan main yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang. Sedangkan pelembagaan partisipasi substansial lebih berorientasi pada nilai, kesadaran dan sikap individu untuk terlibat dan peduli pada problem sosial dan ketertiban lingkungan.

Oleh sebab itu bertitiktolak dari permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peran KPU Metro Dalam Sosialisasi Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat Untuk Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu Legislatif 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah


(11)

1. Bagaimana peran KPU dalam sosialisasi peningkatan partisipasi politik masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu legislatif 2009 khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Metro?

2. Apakah KPU telah menjalankan perannya dalam sosialisasi pemilu legislatif 2009 di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Metro?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui peran KPU dalam melakukan sosialisasi untuk meningkatan patisipasi politik masyarakat dalam mengguakan hak pilihnya pada Pemilu Legislatif 2009 khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Metro.

2. Mengetahui apakah KPU telah menjalankan perannya dalam sosialisasi pemilu legislatif 2009 di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Metro

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, sebagai kontribusi keilmuan untuk memperkaya kajian ilmu politik khususnya yang berkaitan dengan masalah Sosialisasi pemilu, dan kemudian dapat digunakan untuk mengisi khasanah keilmuan politik yang ilmiah


(12)

2. Secara praktis, sebagai informasi bagi masyarakat dan khususnya bagi KPU Bandar Lampung, agar dapat menjadi bahan pengembangan kinerja KPU itu sendiri.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Peran

Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu perangkat atau tingkah laku seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Dengan kata lain, Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban maka dia akan berperan sesuai dengan fungsi dan kedudukan tersebut. Berarti ketika seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya terhadap suatu kedudukan maka seseorang tersebut telah dapat dikatakan berperan.

Menurut Soerjono Soekanto (2006:212) peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peran atau peranan merupakan pola perikelakuan seseorang yang dikaitkan dengan status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto (2006:213) peranan paling sedikit harus mencakup 3 hal, yaitu: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.


(14)

2. Peranan adalah suatu konsep perilaku yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.

Peranan mencakup tindakan ataupun perilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi didalam status sosial.

Menurut Soerjono Soekanto (2002) peranan mempunyai beberapa unsur antara lain:

a. Peranan ideal sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat terhadap status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban seseorang yang terkait pada status tertentu.

b. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri. Peranan ini merupakan hal yang harus dilakukan individu pada situasi tertentu.

c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Peranan ini merupakan peranan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh individu dalam pola perikelakuan yang nyata. Peranan ini senantiasa dipengaruhi oleh kepribadian yang bersangkutan.

Dalam hal ini yang ingin diteliti apakah Peran KPU dalam melakukan Sosialisasi guna meningkatan Partisipasi Politik Masyarakat Untuk Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu Legislatif. Jika KPU telah melaksanakan hak dan kewajibannya selaku penyelenggara Pemilu yang juga berkewajiban untuk mengadakan sosialisasi kepada masyarakat berarti KPU telah dapat dikatakan berperan.


(15)

1. Pengertian Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

Presiden RI melalui surat keputusan Presiden No 67 tahun 2002 mengatur pembentukan perwakilan sekretariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) di provinsi dan kabupaten atau kota seluruh Indonesia. Keppres tersebut merupakan perubahan atas Keppres No. 16 tahun 1999 tentang pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan penetapan organisasi dan tata kerja sekretariat umum KPU sebagaimana telah diubah dengan Keppres No 81 tahun 2000 tertanggal 31 agustus 2002. pasal 20A Keppres tersebut menyatakan bahwa di propinsi, kabupaten dan kota dibentuk perwakilan sekretariat KPU.

2. Tugas dan Wewenang KPUD Dalam Penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD :

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu bahwa tugas, wewenang dan kewajiban KPU Kabupaten dalam menyelenggarakan Pemilu adalah :

1. Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta menetapkan jadwal di kota. 2. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di kota berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

3. Membentuk PPK, PPS dan KPPS dalam wilayah kerjanya.

4. Mengkoordinasikan, mengendalikan tahapan penyelenggaraan oleh PPK, PPS dan KPPS dalam wilayah kerjanya.

5. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan menetapkan data pemilih sebagai daftar pemilih.


(16)

6. Menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi.

7. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi perhitungan suara Pemilu Anggota DPRD Kota berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK dengan

membuat berita acara rekapitulasi suara dan sertifikat rekapitulasi suara. 8. Melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu

Anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi di kota bersangkutan berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK.

9. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kota, dan KPU Provinsi.

10.Menerbitkan keputusan KPU Kota untuk mengesahkan hasil Pemilu Anggota DPRD Kota dan mengumumkannya.

11.Mengumumkan calon anggota DPRD kota terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di Kota yang bersangkutan dan membuat berita acaranya. 12.Memeriksa pengaduan dan atau laporan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan

oleh PPK, PPS dan KPPS.

13.Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Panwaslu Kota.

14.Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif kepada anggota PPK, PPS, sekretaris KPU Kota, dan pegawai sekretariat KPU Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(17)

15.Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Kota kepada masyarakat.

16.Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu. 17.Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi

dan/atau undang-undang.

C. Tinjauan Tentang Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif

1. Pengertian Sosialisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi sosialisasi adalah sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya (1993 : 855). Sedangkan Michael Rush dan Phillip Althoff (1993 : 30-36) mengemukakan beberapa segi penting sosialisasi, yaitu :

1. Secara fundamental sosialisasi merupakan proses dari hasil belajar, ini berarti belajar dari pengalaman ;

2. Sosialisasi yang berkenaan dengan pengetahuan atau informasi, motif-motif, nilai-nilai atau sikap-sikap ;

3. Sosialisasi berlangsung secara terus menerus sepanjang kehidupan tanpa dibatasi sampai masa kanak-kanak dan remaja saja ;

4. Sosialisasi merupakan pra kondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial baik secara implisit maupun secara eksplisit memberi penjelasan mengenai tingkah laku sosial. Dari konsepsi tentang sosialisasi ini lahirlah konsep sosialisasi politik.


(18)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan proses transformasi nilai-nilai, sikap-sikap dan pengetahuan baik secara langsung maupun melalui perantara media tertentu.

2. Konsep Sosialisasi Politik

David F. Aberle, dalam “culture and socislization”, seperti yang dikutip oleh Arifin Rahman didalam bukunya yang berjudul Sistem Politik Indonesia, menyatakan bahwa “Sosialisasi politik adalah pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku, yang menanamkan pada individu-individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang terus berkelanjutan) sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.

Demikian Rahman (1998:68), mengartikan pendidikan politik sebagai usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Hasil dari penghayatan itu akan melahirkan sikap dan perilaku politik baru yang mendukung sistem politik yang ideal tersebut, dan bersamaan dengan itu lahir pulalah kebudayaan politik baru.

Didalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan kunci bagi berjalan atau tidaknya suatu proses. Sosialisasi politik adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang individu bisa mengenali sistem politik, yang kemudian menentukan sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap


(19)

gejala-gejala politik (Maran 2001:136-140). Dengan kata lain sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menetukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam kehidupan politik. Dalam hal ini sosialisasi merupakan proses pedagogis (proses pendidikan), atau suatu proses pembudayaan insan-insan politik.

Menurut Syarbaini dkk., (2002) mengatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Prosess ini berlangsung seumur hidup melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal atau tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari.

Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sosialisasi politik adalah proses dimana individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya. Dalam penelitian ini yang ingin lebih ditekankan adalah bahwa sosialisasi adalah berkenaan dengan pemberian informasi teknis penyelenggaraan Pemilu.

Dari beberapa uraian diatas terdapat beberapa hal penting dalam sosialisasi politik :

o Proses penyampaian ataupun pengenalan sistem politik kepada masyarakat. o Pesan (nilai-nilai) yang disampaikan.


(20)

o Reaksi atau tanggapan masyarakat atas hal tersebut. Dalam hal ini reaksi atau tanggapan

akan dinyatakan dalam bentuk sikap politik masyarakat.

Fungsi sosialisasi politik adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang yang ada dalam masyarakat tempat orang itu berada (Meriam Budiarjo 1995:163). Sosialisasi politik juga mencakupi proses penyampaian norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik dikalangan warga masyarakat atau melatih warga masyarakat menjalankan peran-peran politik tertentu. Dengan sosialisasi politik diharapkan setiap orang menjadi warga masyarakat yang sadar politik, yaitu sadar akan hak dan kewajiban dalam kehidupan bersama. Fungsi sosialisasi politik itu juga melibatkan keluarga, sekolah, dan lembaga-lembaga tertentu yang ada dalam masyarakat.

Fungsi sosialisasi politik itu sangat penting sebab sosialisasi politik meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik yang pada gilirannya dapat mendorong tumbuhnya partisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya. Hal itu sejalan dengan konsep demokrasi, yaitu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat, yang berarti rakyat harus berpartisipasi dalam kehidupan politik. Sosialisasi politik itu merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus tanpa ada berhentinya.

Proses sosialisasi politik itu diharapkan terjadi secara merata diseluruh lapisan masyarakat agar pengetahuan dan pemahaman tentang kehidupan politik tidak hanya menjadi monopoli kalangan elit politik. Dengan demikian, partisipasi politik juga diharapkan datang dari segenap lapisan masyarakat, walaupun sudah barang tentu dalam kadar yang berlainan.


(21)

D. Tinjauan Tentang Hak Pilih

Adapun syarat-syarat warga dapat menggunakan hak pilihnya adalah: - Warga Negara Indonesia.

- 17 tahun atau labih atau telah menikah.

- Terdaftar dalam DPT, meskipun tidak mendapatkan undangan jika terdaftar di DPT tetap bisa memilih.

Untuk Pemilu 2009 pemilih akan mendapatkan undangan bukan kartu pemilih seperti Pemilu sebelumnya atau cukup membawa kartu identitas asalkan pemilih terdaftar di DPT.

Untuk pemilih yang mempunyai halangan fisik maupun lainnya, maka pada saat pemungutan suara dapat dibantu oleh petugas KPPS yang telah menandatangani formulir pernyataan model C5, sesuai dengan peraturan KPU No. 3 2009 pasal 31.

E. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu

Pembangunan sistem politik yang demokratis dalam pelaksanaanya sangat mensyaratkan ketertiban langsung masyarakat. Karena hanya dengan partisipasi politik, maka hasil keputusan politik akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil keputusan politik akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. oleh karenanya salah satu indikator keberhasilan pembangunan sistem politik adalah adanya partisipasi masyarakat.

Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta


(22)

dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.

Menurut Michael Rush dan Philip Althoff (Maran, 2001 : 147) partisipasi politik dianggap sebagai akibat dari sosialisasi politik. Begitupun sebaliknya bahwa partisipasi politik juga berpengaruh terhadap sosialisasi politik, tanpa partisipasi politik, sosialisasi politik tak dapat berjalan. Istilah partisipasi politik diterapkan kepada aktivitas orang dari semua tingkat sistem politik ; pemilih (pemberi suara) berpartisipasi dengan memberikan suaranya ; menteri luar Negeri berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan luar negeri ; warga Negara berpartisipasi dengan menaruh minat dalam politik.

Partisipasi merupakan aspek penting dalam demokrasi. Partisipasi politik adalah usaha terorganisir oleh para warga Negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijakan umum. Usaha ini dilakukan akan kesadaran dan tanggungjawab terhadap kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dalam suatu Negara (Maran, 2001:147).

Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting karena partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program akan gagal. Selain itu masyarakat juga akan lebih mempercayai jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk masalah yang dihadapi dengan anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam setiap prosesnya.


(23)

Menurut Myron Weiner setidaknya ada 5 hal yang menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik :

1) Modernisasi ; komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat, penyebaran kepandaian baca tulis, perbaikan pendidikan, dan pengembangan media komunikasi massa.

2) Perubahan-perubahan struktur kelas sosial; begitu terbentuk suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusasn politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik. 3) Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern ; kaum intelektual

mengeluarkan ide-ide kepada masyarakat umum untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam pembuatan keputusan politik. Sistem-sistem transportasi dan komunikasi modern memudahkan dan mempercepat penyebaran ide-ide baru.

4) Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik ; jika timbul kompetisi memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa digunakan oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan adalah mencari dukungan rakyat.

5) Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan ; perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang kebijaksanaan baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah menjadi semakin menyusup ke segala segi kehidupan sehari-hari rakyat.

Bentuk-bentuk partisipasi politik masyarakat yang mungkin terjadi menurut Michael Rush dan Philip Althoff (dalam Pengantar Sosiolosi Politik, Maran 2001 :148) yaitu :


(24)

1) Menduduki jabatan politik atau administratif. 2) Mencari jabatan politik atau administratif.

3) Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik. 4) Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik. 5) Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi-politik. 6) Menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik.

7) Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya. 8) Partisipasi dalam pemungutan suara (voting ).

F. Kerangka Pemikiran.

Menurut Lyman Tower Sargent (1987) ciri khas yang paling fundamental dari setiap sistem demokrasi, sesuai dengan karakteristiknya, ialah pandangan bahwa warga negara (rakyat) harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan politik, baik dengan cara langsung ataupun melalui perwakilan yang mereka pilih. Keterlibatan rakyat diartikan baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui pemungutan suara) dalam pemerintahan.

Pemilu 2009 adalah pemilu terakhir dimasa transisi menuju demokrasi yang lebih matang dan stabil. Oleh sebab itu penyelenggara pemilu perlu memantapkan dan meningkatkan keterpercayaan dalam mensukseskan pemilu 2009. Semua pihak dan kalangan dituntut mengambil tanggungjawab untuk mensukseskan pemilihan umum 2009, tidak hanya lembaga formal penyelenggara yaitu KPU dan para peserta pemilihan umum saja. Semua komponen bangsa diharapkan merasa terpanggil untuk menjamin pemilu yang sukses, termasuk para warga


(25)

pemilih akan sungguh-sungguh berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya masing-masing untuk kesuksesan dalam memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif.

Kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat adalah tentang cara pemungutan suara yang baru yaitu dengan cara mencontreng salah satu nama calon legislatif yang ada, bagi masyarakat biasa saja masih merasa kesulitan dengan cara yang baru, apalagi bagi para narapidana yang memang akses informasi dari luar sangat terbatas dan terdiskriminasi secara formal dalam hal ini maka sangat perlu adanya sosialisasi dari pihak KPU selaku pelaksana Pemilu yang bertanggungjawab agar Pemilu dapat terlaksana dengan baik agar tidak ada kelompok yang terlewatkan dan menjadi Golput dalam pelaksanaan Pemilu legislatif 2009.

Oleh sebab itu sangat dibutuhkan sekali sosialisasi dari KPU selaku penyelenggara pemilu, yaitu sosialisasi berkaitan dengan dasar hukum pelaksanaan pemilu agar masyarakat sadar akan arti pentingnya pemilu bagi perubahan tatanan pemerintahan menuju yang lebih baik. Selain itu sosialisasi juga mengenai waktu pelaksanaan, tata cara pemungutan suara, nama-nama calon legislatif yang ada dan yang tidak kalah pentingnya yaitu sosialisasi tentang pemilu damai agar pada saat pelaksanaan pemilu dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya kerusuhan. Dan pada akhirnya diharapkan dari soaialisasi tersebut adalah partisipasi dari masyarakat itu sendiri, masyarakat dapat hadir dan mencontreng menyalurkan aspirasinya pada saat yang telah ditentukan dengan penuh kesadaran dan tidak mengalami kesulitan.

Bagan Kerangka Pemikiran

Peran KPU

1. Mensosialisasikan dasar hukum pelaksanaan pemilu Legislatif

2. Sosialisasi nama-nama calon legislatif


(26)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peran KPU Kota Metro dalam sosialisasi peningkatan partisipasi politik masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu Legislatif 2009


(27)

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Karena ditinjau dari sudut pandang, cara dan taraf pembahasan masalahnya.

Menurut Jacob Vredenbregt (1980) bahwa tujuan utama dari penelitian deskriptif ialah melukiskan realitas sosial yang kompleks sedemikian rupa. Sehingga relevansi

sosiologis/antropologis tercapai. Jadi, penelitian deskriptif memanfaatkan maupun menciptakan konsep-konsep ilmiah, sekaligus pula berfungsi dalam mengadakan suatu klasifikasi mengenai

gejala-

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Peran

Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu perangkat atau tingkah laku seseorang dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Dengan kata lain, Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban maka dia akan berperan sesuai dengan fungsi dan kedudukan tersebut. Berarti ketika seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya terhadap suatu kedudukan maka seseorang tersebut telah dapat dikatakan berperan.

Menurut Soerjono Soekanto (2006:212) peranan adalah suatu aspek yang dinamis dari kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peran atau peranan merupakan pola


(29)

perikelakuan seseorang yang dikaitkan dengan status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto (2006:213) peranan paling sedikit harus mencakup 3 hal, yaitu: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang

dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perilaku yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.

Peranan mencakup tindakan ataupun perilaku yang perlu dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi didalam status sosial.

Menurut Soerjono Soekanto (2002) peranan mempunyai beberapa unsur antara lain:

a. Peranan ideal sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat terhadap status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban seseorang yang terkait pada status tertentu.

b. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri. Peranan ini merupakan hal yang harus dilakukan individu pada situasi tertentu.

c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Peranan ini merupakan peranan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh individu dalam pola perikelakuan yang nyata. Peranan ini senantiasa dipengaruhi oleh kepribadian yang bersangkutan.


(30)

Dalam hal ini yang ingin diteliti apakah Peran KPU dalam melakukan Sosialisasi guna meningkatan Partisipasi Politik Masyarakat Untuk Menggunakan Hak Pilihnya Dalam Pemilu Legislatif. Jika KPU telah melaksanakan hak dan kewajibannya selaku penyelenggara Pemilu yang juga berkewajiban untuk mengadakan sosialisasi kepada masyarakat berarti KPU telah dapat dikatakan berperan.

B. Tinjauan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

1. Pengertian Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)

Presiden RI melalui surat keputusan Presiden No 67 tahun 2002 mengatur pembentukan perwakilan sekretariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) di provinsi dan kabupaten atau kota seluruh Indonesia. Keppres tersebut merupakan perubahan atas Keppres No. 16 tahun 1999 tentang pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan penetapan organisasi dan tata kerja sekretariat umum KPU sebagaimana telah diubah dengan Keppres No 81 tahun 2000 tertanggal 31 agustus 2002. pasal 20A Keppres tersebut menyatakan bahwa di propinsi, kabupaten dan kota dibentuk perwakilan sekretariat KPU.

2. Tugas dan Wewenang KPUD Dalam Penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD :

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu bahwa tugas, wewenang dan kewajiban KPU Kabupaten dalam menyelenggarakan Pemilu adalah :


(31)

2. Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di kota berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Membentuk PPK, PPS dan KPPS dalam wilayah kerjanya.

4. Mengkoordinasikan, mengendalikan tahapan penyelenggaraan oleh PPK, PPS dan KPPS dalam wilayah kerjanya.

5. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan menetapkan data pemilih sebagai daftar pemilih.

6. Menyampaikan daftar pemilih kepada KPU Provinsi.

7. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi perhitungan suara Pemilu Anggota DPRD Kota berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK dengan

membuat berita acara rekapitulasi suara dan sertifikat rekapitulasi suara. 8. Melakukan dan mengumumkan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu

Anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi di kota bersangkutan berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di PPK.

9. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kota, dan KPU Provinsi.

10.Menerbitkan keputusan KPU Kota untuk mengesahkan hasil Pemilu Anggota DPRD Kota dan mengumumkannya.

11.Mengumumkan calon anggota DPRD kota terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah pemilihan di Kota yang bersangkutan dan membuat berita acaranya. 12.Memeriksa pengaduan dan atau laporan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan


(32)

13.Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang disampaikan oleh Panwaslu Kota.

14.Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi administratif kepada anggota PPK, PPS, sekretaris KPU Kota, dan pegawai sekretariat KPU Kota yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kota dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

15.Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Kota kepada masyarakat.

16.Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu. 17.Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU, KPU Provinsi

dan/atau undang-undang.

C. Tinjauan Tentang Sosialisasi Pemilihan Umum Legislatif

1. Pengertian Sosialisasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi sosialisasi adalah sebagai proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya (1993 : 855). Sedangkan Michael Rush dan Phillip Althoff (1993 : 30-36) mengemukakan beberapa segi penting sosialisasi, yaitu :

1. Secara fundamental sosialisasi merupakan proses dari hasil belajar, ini berarti belajar dari pengalaman ;

2. Sosialisasi yang berkenaan dengan pengetahuan atau informasi, motif-motif, nilai-nilai atau sikap-sikap ;


(33)

3. Sosialisasi berlangsung secara terus menerus sepanjang kehidupan tanpa dibatasi sampai masa kanak-kanak dan remaja saja ;

4. Sosialisasi merupakan pra kondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial baik secara implisit maupun secara eksplisit memberi penjelasan mengenai tingkah laku sosial. Dari konsepsi tentang sosialisasi ini lahirlah konsep sosialisasi politik.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi merupakan proses transformasi nilai-nilai, sikap-sikap dan pengetahuan baik secara langsung maupun melalui perantara media tertentu.

2. Konsep Sosialisasi Politik

David F. Aberle, dalam “culture and socislization”, seperti yang dikutip oleh Arifin Rahman didalam bukunya yang berjudul Sistem Politik Indonesia, menyatakan bahwa “Sosialisasi politik adalah pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku, yang menanamkan pada individu-individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang terus berkelanjutan) sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus dipelajari.

Demikian Rahman (1998:68), mengartikan pendidikan politik sebagai usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Hasil dari penghayatan itu akan melahirkan sikap dan perilaku politik baru yang mendukung


(34)

sistem politik yang ideal tersebut, dan bersamaan dengan itu lahir pulalah kebudayaan politik baru.

Didalam kehidupan politik, seperti halnya dalam wilayah-wilayah kehidupan lain, sosialisasi merupakan kunci bagi berjalan atau tidaknya suatu proses. Sosialisasi politik adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang individu bisa mengenali sistem politik, yang kemudian menentukan sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik (Maran 2001:136-140). Dengan kata lain sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menetukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara bertanggungjawab dalam kehidupan politik. Dalam hal ini sosialisasi merupakan proses pedagogis (proses pendidikan), atau suatu proses pembudayaan insan-insan politik.

Menurut Syarbaini dkk., (2002) mengatakan bahwa sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Prosess ini berlangsung seumur hidup melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal atau tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari.

Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sosialisasi politik adalah proses dimana individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap sistem politik masyarakatnya. Dalam penelitian ini yang ingin lebih


(35)

ditekankan adalah bahwa sosialisasi adalah berkenaan dengan pemberian informasi teknis penyelenggaraan Pemilu.

Dari beberapa uraian diatas terdapat beberapa hal penting dalam sosialisasi politik :

o Proses penyampaian ataupun pengenalan sistem politik kepada masyarakat. o Pesan (nilai-nilai) yang disampaikan.

o Pengetahuan masyarakat.

o Reaksi atau tanggapan masyarakat atas hal tersebut. Dalam hal ini reaksi atau tanggapan

akan dinyatakan dalam bentuk sikap politik masyarakat.

Fungsi sosialisasi politik adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang yang ada dalam masyarakat tempat orang itu berada (Meriam Budiarjo 1995:163). Sosialisasi politik juga mencakupi proses penyampaian norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik dikalangan warga masyarakat atau melatih warga masyarakat menjalankan peran-peran politik tertentu. Dengan sosialisasi politik diharapkan setiap orang menjadi warga masyarakat yang sadar politik, yaitu sadar akan hak dan kewajiban dalam kehidupan bersama. Fungsi sosialisasi politik itu juga melibatkan keluarga, sekolah, dan lembaga-lembaga tertentu yang ada dalam masyarakat.

Fungsi sosialisasi politik itu sangat penting sebab sosialisasi politik meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik yang pada gilirannya dapat mendorong tumbuhnya partisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya. Hal itu sejalan dengan konsep demokrasi, yaitu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat, yang berarti rakyat harus


(36)

berpartisipasi dalam kehidupan politik. Sosialisasi politik itu merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus tanpa ada berhentinya.

Proses sosialisasi politik itu diharapkan terjadi secara merata diseluruh lapisan masyarakat agar pengetahuan dan pemahaman tentang kehidupan politik tidak hanya menjadi monopoli kalangan elit politik. Dengan demikian, partisipasi politik juga diharapkan datang dari segenap lapisan masyarakat, walaupun sudah barang tentu dalam kadar yang berlainan.

D. Tinjauan Tentang Hak Pilih

Adapun syarat-syarat warga dapat menggunakan hak pilihnya adalah: - Warga Negara Indonesia.

- 17 tahun atau labih atau telah menikah.

- Terdaftar dalam DPT, meskipun tidak mendapatkan undangan jika terdaftar di DPT tetap bisa memilih.

Untuk Pemilu 2009 pemilih akan mendapatkan undangan bukan kartu pemilih seperti Pemilu sebelumnya atau cukup membawa kartu identitas asalkan pemilih terdaftar di DPT.

Untuk pemilih yang mempunyai halangan fisik maupun lainnya, maka pada saat pemungutan suara dapat dibantu oleh petugas KPPS yang telah menandatangani formulir pernyataan model C5, sesuai dengan peraturan KPU No. 3 2009 pasal 31.

E. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilu

Pembangunan sistem politik yang demokratis dalam pelaksanaanya sangat mensyaratkan ketertiban langsung masyarakat. Karena hanya dengan partisipasi politik, maka hasil keputusan


(37)

politik akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil keputusan politik akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. oleh karenanya salah satu indikator keberhasilan pembangunan sistem politik adalah adanya partisipasi masyarakat.

Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.

Menurut Michael Rush dan Philip Althoff (Maran, 2001 : 147) partisipasi politik dianggap sebagai akibat dari sosialisasi politik. Begitupun sebaliknya bahwa partisipasi politik juga berpengaruh terhadap sosialisasi politik, tanpa partisipasi politik, sosialisasi politik tak dapat berjalan. Istilah partisipasi politik diterapkan kepada aktivitas orang dari semua tingkat sistem politik ; pemilih (pemberi suara) berpartisipasi dengan memberikan suaranya ; menteri luar Negeri berpartisipasi dalam menetapkan kebijakan luar negeri ; warga Negara berpartisipasi dengan menaruh minat dalam politik.

Partisipasi merupakan aspek penting dalam demokrasi. Partisipasi politik adalah usaha terorganisir oleh para warga Negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijakan umum. Usaha ini dilakukan akan kesadaran dan tanggungjawab terhadap kehidupan bersama sebagai suatu bangsa dalam suatu Negara (Maran, 2001:147).


(38)

Partisipasi masyarakat menjadi sangat penting karena partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program akan gagal. Selain itu masyarakat juga akan lebih mempercayai jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk masalah yang dihadapi dengan anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam setiap prosesnya.

Menurut Myron Weiner setidaknya ada 5 hal yang menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik :

1) Modernisasi ; komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang meningkat, penyebaran kepandaian baca tulis, perbaikan pendidikan, dan pengembangan media komunikasi massa.

2) Perubahan-perubahan struktur kelas sosial; begitu terbentuk suatu kelas pekerja baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi dan modernisasi, masalah tentang siapa yang berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusasn politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik. 3) Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern ; kaum intelektual

mengeluarkan ide-ide kepada masyarakat umum untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam pembuatan keputusan politik. Sistem-sistem transportasi dan komunikasi modern memudahkan dan mempercepat penyebaran ide-ide baru.

4) Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik ; jika timbul kompetisi memperebutkan kekuasaan, strategi yang biasa digunakan oleh kelompok-kelompok yang saling berhadapan adalah mencari dukungan rakyat.


(39)

5) Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan ; perluasan kegiatan pemerintah dalam bidang-bidang kebijaksanaan baru biasanya berarti bahwa konsekuensi tindakan-tindakan pemerintah menjadi semakin menyusup ke segala segi kehidupan sehari-hari rakyat.

Bentuk-bentuk partisipasi politik masyarakat yang mungkin terjadi menurut Michael Rush dan Philip Althoff (dalam Pengantar Sosiolosi Politik, Maran 2001 :148) yaitu :

1) Menduduki jabatan politik atau administratif. 2) Mencari jabatan politik atau administratif.

3) Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik. 4) Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik. 5) Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi-politik. 6) Menjadi anggota pasif suatu organisasi semi-politik.

7) Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya. 8) Partisipasi dalam pemungutan suara (voting ).

F. Kerangka Pemikiran.

Menurut Lyman Tower Sargent (1987) ciri khas yang paling fundamental dari setiap sistem demokrasi, sesuai dengan karakteristiknya, ialah pandangan bahwa warga negara (rakyat) harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan politik, baik dengan cara langsung ataupun melalui perwakilan yang mereka pilih. Keterlibatan rakyat diartikan baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui pemungutan suara) dalam pemerintahan.


(40)

Pemilu 2009 adalah pemilu terakhir dimasa transisi menuju demokrasi yang lebih matang dan stabil. Oleh sebab itu penyelenggara pemilu perlu memantapkan dan meningkatkan keterpercayaan dalam mensukseskan pemilu 2009. Semua pihak dan kalangan dituntut mengambil tanggungjawab untuk mensukseskan pemilihan umum 2009, tidak hanya lembaga formal penyelenggara yaitu KPU dan para peserta pemilihan umum saja. Semua komponen bangsa diharapkan merasa terpanggil untuk menjamin pemilu yang sukses, termasuk para warga pemilih akan sungguh-sungguh berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya masing-masing untuk kesuksesan dalam memilih wakil rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif.

Kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat adalah tentang cara pemungutan suara yang baru yaitu dengan cara mencontreng salah satu nama calon legislatif yang ada, bagi masyarakat biasa saja masih merasa kesulitan dengan cara yang baru, apalagi bagi para narapidana yang memang akses informasi dari luar sangat terbatas dan terdiskriminasi secara formal dalam hal ini maka sangat perlu adanya sosialisasi dari pihak KPU selaku pelaksana Pemilu yang bertanggungjawab agar Pemilu dapat terlaksana dengan baik agar tidak ada kelompok yang terlewatkan dan menjadi Golput dalam pelaksanaan Pemilu legislatif 2009.

Oleh sebab itu sangat dibutuhkan sekali sosialisasi dari KPU selaku penyelenggara pemilu, yaitu sosialisasi berkaitan dengan dasar hukum pelaksanaan pemilu agar masyarakat sadar akan arti pentingnya pemilu bagi perubahan tatanan pemerintahan menuju yang lebih baik. Selain itu sosialisasi juga mengenai waktu pelaksanaan, tata cara pemungutan suara, nama-nama calon legislatif yang ada dan yang tidak kalah pentingnya yaitu sosialisasi tentang pemilu damai agar pada saat pelaksanaan pemilu dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya kerusuhan. Dan pada akhirnya diharapkan dari soaialisasi tersebut adalah partisipasi dari masyarakat itu sendiri,


(41)

masyarakat dapat hadir dan mencontreng menyalurkan aspirasinya pada saat yang telah ditentukan dengan penuh kesadaran dan tidak mengalami kesulitan.

Bagan Kerangka Pemikiran

Partisipasi

Kendala-kendala dalam sosialisasi 1. Waktu yang

dimiliki, kapan untuk melakukan sosialisasi sangat sempit

2. kendala dalam hal anggaran

Peran KPU

1. Mensosialisasikan dasar hukum pelaksanaan pemilu Legislatif

2. Sosialisasi nama-nama calon legislatif

3. Sosialisasi waktu pelaksanaan pemilu legislatif

4. Sosialisasi tatacara pemungutan

suara/pelaksanaan pemilu legislatif

5. Sosialisasi pemilu damai

Masalah yang dihadapi narapidana 1. Rumitnya mekanisme

pemilu sekarang 2. Terbatasnya akses


(42)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Peran KPU Kota Metro dalam sosialisasi peningkatan partisipasi politik masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu Legislatif 2009


(43)

gejala sosial yang dipersoalkan.

Metode penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli dimana dan kapan subjek penelitian berada. Oleh sebab itu, penelitian ini disebut penelitian kualitatif. Menurut Husaini Usman metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan mentafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.

Dalam metode deskriptif yang digunakan pada penelitian ini, cara yang digunakan yaitu dengan penelitian studi kasus. Sifat dari studi kasus adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka “studi kasus” dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi (Vredenbregt, 1980 : 38). Hadari nawawi menambahkan bahwa penelitian ini memusatkan diri secara intensif terhadap suatu obyek tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif, yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian. Dalam rangka mendapatkan data kualitatif ini maka, penelitian harus memahami makna (verstehen) dan berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi manusia dalam situasi tertentu menurut peneliti sendiri.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian sangatlah penting. Karena melalui fokus penelitian akan dapat membatasi studi yang akan diteliti. Tanpa adanya fokus penelitian, peneliti akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh dilapangan. Penerapan fokus penelitian berfungsi dalam memenuhi kriteria-kriteria, inklusi-inklusi, atau masukan-masukannya,


(44)

menjelaskan informasi yang diperoleh dilapangan. Dengan adanya fokus penelitian, akan menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah. Sosialisasi politik merupakan suatu kegiatan yang mengenalkan sistem politik kepada individu-individu di dalam masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik, para anggota masyarakat dapat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung di dalam masyarakat.

Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran KPU kota Metro dalam sosialisasi peningkatan partisipasi politik masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu Legialatif 2009.

Fokus pengamatan dalam penelitian ini meliputi :

o Proses penyampaian ataupun pengenalan sistem politik kepada masyarakat o Pesan (nilai-nilai) yang disampaikan

o Pengetahuan masyarakat

o Reaksi atau tanggapan masyarakat atas hal tersebut. Dalam hal ini reaksi atau tanggapan

akan dinyatakan dalam bentuk sikap politik masyarakat

Dengan adanya fokus penelitian ini diharapkan dapat diketahui bagaimanakah peran dari KPU dalam sosialisasi meningkatkan partisipasi politik masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu legislatif 2009.

C. Penentuan Informan

Informan merupakan sumber data yang akan dihubungi atau dikontak oleh peneliti atau pengumpul data. Berdasarkan rincian diatas, maka kriteria yang akan digunakan untuk memilih


(45)

informan penelitian ini adalah informan awal dipilih secara purposif dimana mendasarkan informan pada subjek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data dan informasi. Sebagai informan dalam penelitian ini adalah salah seorang dari anggota KPU Kota Metro selaku penanggungjawab sosialisasi. Dan juga dari Narapidana di LP Kota Metro sejumlah 15 orang yang dipilih 3 orang dari tiap-tiap blok. Di LP Kota Metro itu sendiri terdiri dari 3 blok untuk laki-laki (blok A, B, dan C) dan 1 blok khusus untuk wanita, serta terdapat 1 blok khusus, serta beberapa orang sipir yang ikut pada saat sosialisasi. Dipilih berdasarkan blok karena para narapidana hanya dapat berinteraksi dengan narapidana lain yang masih satu blok sehingga informasi yang di dapat hanya dari teman satu bloknya saja. Dengan demikian mungkin saja terjadi perbedaan informasi dari satu blok dengan blok lain.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini yaitu di KPU Kota Metro beralamat di Jalan Letjen. Alamsyah Ratu Prawiranegara (Jl. Unyi) No. 17. Dipilih sebagai lokasi penelitian karena di KPU belum pernah ada penelitian sebelumnya. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui Peran KPU Kota Metro dalam melakukan tugasnya sebagai penyelenggara Pemilu.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yakni melalui teknik komunikasi langsung dengan menggunakan interview sebagai alat pengumpul data. Secara jelas teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Wawancara mendalam (indept interview)


(46)

Wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh data-data. wawancara riset sebagai percakapan dua orang, yang dimulai oleh pewawancara dengan tujuan khusus memperoleh keterangan yang sesuai dengan penelitian, dan dipusatkan olehnya pada isi yang dititikberatkan pada tujuan-tujuan deskriptif, prediksi, dan penjelasan sistematik mengenai penelitian tersebut (Chadwick, dkk. 1991:121)

2. Dokumen

Dalam penelitian ini menggunakan dokumen untuk memperoleh data sekunder. Dokumen yang digunakan diantaranya adalah : buku, artikel jurnal dalam internet, artikel dalam koran lokal maupun skripsi. Data yang diambil dalam data tersebut dilakukan dengan cara dikutip secara langsung maupun tidak langsung.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, dalam hal ini adalah hasil wawancara mendalam (indepth interview). Maka selanjutnya adalah melakukan analisis data, dengan teknik analisis data, dengan teknik analisis kualitatif. Analisis data yang dilakukan dengan cara menuangkan data yang dikumpulkan kedalam bentuk laporan lapangan. Tujuan analisis data adalah untuk mengungkapkan :

a. Data apa yang perlu dicari. b. Hipotesis apa yang perlu dikaji. c. Pertanyaan apa yang perlu dijawab.

d. Metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru. e. Kesalahan apa yang harus segara diperbaiki.


(47)

a. Reduksi data

Setelah data terkumpul dan semakin banyak maka, harus segera direduksi, untuk menghindari penumpukan data. Peneliti harus menganalisis data sejak dimulainya penelitian. Proses reduksi yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan.

b. Pengambilan keputusan dan verifikasi

Data yang didapat kemudian diambil kesimpulan, memang pada mulanya kesimpulan itu kabur, tapi lama-kelamaan semakin jelas. Karena, data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi dapat dilakukan dengan singkat yaitu dengan cara mengumpulkan data baru. Beberapa usaha agar persyaratan diatas dapat dipenuhi adalah sebagai berikut :

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep informan. 2. Transferabilitas

Transferabilitas dalam penelitian ini adalah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan dalam situasi lainnya.

3. Dependabilitas dan konfirmabilitas

Dependabilitas adalah apabila hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diulangi pihak lain untuk membuat penelitian kualitatif memenuhi dependabilitas, maka perlu disatukan konfirmabilitas pembimbing untuk memeriksa kebenaran serta penafsirannya (Husnaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, 2004:89)


(48)

(49)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peran KPU Kota Metro dalam sosialisasi peningkatan partisipasi politik masyarakat khususnya para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Metro adalah dengan cara mensosialisasikan dasar hukum pelaksanaan pemilu, mensosialisasikan waktu pelaksanaan Pemilu Legislatif, mensosialisasikan tatacara pemungutan/pelaksanaan Pemilu Legislatif, dan mensosialisasikan Pemilu damai, baik dengan cara sosialisasi tatap muka maupun melalui media. Akan tetapi sosialisasi yang dilakukan oleh KPU Kota Metro kurang maksimal karena KPU Kota Metro tidak mensosialisasikan nama-nama calon Legislatif 2009, selain itu KPU Metro juga tidak mensosialisasikan arti penting memilih, tujuan Pemilu dan pentingnya mengenal calon.

2. KPU Kota Metro telah melaksanakan perannya dalam sosialisasi Pemilu Legislatif 2009 di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Metro

B. Saran

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan sebaiknya:


(50)

1. KPU Kota Metro perlu menjelaskan arti penting memilih, agar dapat membangun pola pikir masyarakat mengerti arti pentingnya memilih.

2. KPU Kota Metro perlu menjelaskan pentingnya mengenal calon, agar masyarakat bisa menentukan pilihan yang sesuai dengan hati nurani dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. KPU Kota Metro perlu menjelaskan sistem pemilu, agar masyarakat mengetahui sistem

yang digunakan pada Pemilu tahun 2009.

4. KPU sebaiknya menginformasikan nama-nama calon legislatif melalui media cetak atau koran lokal agar masyarakat tahu calon-calon anggota Legislatif termasuk di TPS LP. 5. KPU Kota Metro sebaiknya memperbanyak simulasi terutama kepada pemilih pemula

dan ke tempat-tempat yang minim informasi seperti daerah lokalisasi dan Lembaga Pemasyarakatan


(51)

(52)

PERAN KPU KOTA METRO DALAM SOSIALISASI PENINGKATAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT UNTUK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM

PEMILU LEGISLATIF 2009 (Studi di LP Kota Metro)

Oleh :

RISKI DWI ARIYANTI 0516011009

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(53)

(54)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Peran KPU Kota Metro dalam Sosialisasi Peningkatan Partisipasi Politik Masyarakat untuk Menggunakan

Hak Pilihnya dalam Pemilu Legislatif 2009 ... 24 2. Struktur Organisasi Komisi Pemilihan Umum Kota Metro ... 38


(55)

(56)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK SURAT PERNYATAAN HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. . Tinjauan Tentang Peran ... 10

B. Tinjauan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) ... 11

1.Pengertian Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) ... 12

2.Tugas dan Wewenang KPUD dalam Penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD... 12


(57)

1.Pengertian Sosialisasi... 14

2.Konsep sosialisasi Politik ... 15

D. Tinjauan Tentang Hak Pilih ... 18

E. Tinjauan Tentang Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilu ... 19

F. Kerangka Pemikiran... 22

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 25

B. Fokus Penelitian ... 26

C. Penentuan Informan ... 27

D. Lokasi Penelitian ... 28

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 28

F. Tekhnik Analisis Data... 29

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. . Sejarah KPU Kota Metro ... 32

B. Kondidi Fisik KPU Kota Metro ... 33

C. Kedudukan dan Susunan Organisasi ... 34

D. Struktur Organisasi KPU Kota Metro ... 38

E. Tugas dan Fungsi ... 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Informan ... 42

B. Hasil Analisis dan Pembahasan... 44

1. Peran KPU Kota Metro dalam Mensosialisasikan Dasar Hukum Pelaksanaan Pemilu ... 47


(58)

Calon Legislatif 2009 ... 46 3. Peran KPU Kota Metro dalam Mensosialisasikan Waktu

Pelaksanaan Pemilu Legislatif 2009 ... 51 4. Peran KPU Kota Metro dalam Mensosialisasikan Tata Cara

Pemungutan Suara Pemilu Legislatif 2009 ... 55 5. Peran KPU Kota Metro dalam Mensosialisasikan Pemilu

Damai ... 61 6. Metode dan Media yang Digunakan KPU Kota Metro untuk Melakukan Sosialisasi ... 63 7. Nilai-Nilai yang Ditanamkan KPU Kota Metro pada Saat

Sosialisasi ... 66 a. Arti Penting Memilih ... 67

VI. KESIMPILAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 70 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(59)

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara. Jakarta Almon Gabriel, Sidney Verba. 1984. Budaya Politik Tingkah Laku Politik Dan

Demokrasi di Lima Negara. Bina Aksara. Jakarta

Budiarjo Meriam. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia. Jakarta Kantaprawira Rusadi. 1985. Sistem Politik Indonesia. Sinar Baru. Bandung Koestoro Budi, Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan.

Yayasan Kampusina. Surabaya

Maran Raga Rafael. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. PT Rineka Cipta. Jakarta

Milles Mathew, Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Nawawi Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajahmada Universiti Press. Yogyakarta

Nawawi Hadari, Martini Hadari. 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Gajahmada Universiti Press. Yogyakarta.

Sargen Toner Lyman, Penterjemah A.R Henri Sitanggang. 1987.

Ideologi-ideologi Politik Kontemporer sebuah analisis komparatif. Erlangga. Jakarta Susilo Suko. Basrowi dan Sukidin. 2003. Sosiologi Politik. Yayasan Kampusina.

Surabaya

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Usman Husnaini, Purnomo setiyadi akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta.

Vredenbergt. 1980. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. PT Gramedia. Jakarta.


(61)

Fitriani, Yuliana. 2006. Peran KPU Kota Bandar Lampung Dalam

Mensosialisasikan Pemilihan Kepala Daerah Langsung 2005. Skripsi FISIP. Universitas Lampung

Peraturan KPU No 03 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan

Pemungutan dan Penghitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan KPU No 23 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah UU Republik Indonesia No 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan

Umum

UU Republik Indonesia No 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Warganegara, Ariska. 2009. Refleksi Politik Lampung Tahun 2009. Diakses pada rabu 10 februari 2010 pukul 13:00. (http://arizka-giddens.blogspot.com)


(62)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Perolehan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD,


(63)

(64)

M OTTO

Bertindaklah hati-hati dan dengan penuh perhitungan, kehati-hatian adalah kemampuan untuk menyimak hakikat kesukaran dan berdasarkan itu memilih tingkat kesukaran terendah untuk dihadapi

dan ditanggulangi (MARCHIAVELLI)


(65)

Kupersembahkan karya kecilku ini :

Untuk setiap tarikan nafas kasih sayang ibunda tercinta, yang tak pernah putus

dalam setiap sujudnya mendo’akanku siang dan malam untuk menanti

keberhasilanku.

Untuk setiap tetes keringat kerja keras bapakku, dukungan moral dan spiritual

yang tak pernah henti, untuk setiap rupiah yang ia keluarkan semata-mata

hanya ingin melihatku mempunyai pendidikan yang lebih tinggi darinya.

Adikku Didit Tri Sulistiyo, masa jatuh bangun itu menjadikan pelajaran untuk

menjadi lebih bijaksana, jangan nakal ya dek.

Untuk mbakku Eka Sri Widyawati dan Suami, makasih atas dukungannya,

walaupun sering berantem.

Almamaterku tercinta

Untuk orang-orang yang telah membantukumenyelesaikan studiku. Akhirnya aku

tidak bisa berkata lagi kecuali “AKU LULUS”


(66)

(67)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Tesis/ Skripsi/ Tugas akhir ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akedemik (Megister/ Sarjana/ Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun diperguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantua pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 1 Juni 2010 Yang membuat pernyataan,

Riski Dwi Ariyanti NPM. 0516011009


(68)

(69)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 12 Agustus 1987, yang merupakan anak ke kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Kasriyati

Penulis menyelesaikan pendidikan SDN 3 Wonomarto diselesaikan pada tahun 1999. Pada tahun 2002 menyelesaikan pendidikan di SMP Hang Tuah Kotabumi, dan pada tahun 2005 menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Kotabumi.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada tahun 2005 pada jurusan Sosiologi melelui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar menjadi annggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi. Penulis juga aktif pada organisasi internal kampus Forum Studi Pengembangan Islam (FSPI) sebagai Ketua Bidang Kestari pada Periode 2006/2007. Pada tahun 2008 penulis telah melaksanakan penelitian praktek kerja lapangan (PKL) di Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Pesawaran


(70)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbilalamin segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skrisi ini yang merupakan syarat mencapai gelar sarjana Sosiologi.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan maupun saran dan kritik dari berbagai pihak dan sebagai rasa syukur penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Efendi, MM, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yulianto, M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Ikram, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Benyamin, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Bapak Drs. Benyamin, M.Si, selaku Pembimbing Akademik atas kebijaksanaan meluangkan waktu dan membimbing penulis sejak awal kuliah hingga penghujung studi ini

7. Bapak Drs. Budi Harjo selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan nasehat, bimbingan, perhatian, kesabaran, pengarahan dan limpahan ilmu selama penulis menyelesaikan skripsi

8. Bapak Drs. Usman Raidar, M.Si selaku dosen pembahas atas erbagai masukan, kritik dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dengan segala ketulusannya.


(1)

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Tesis/ Skripsi/ Tugas akhir ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akedemik (Megister/ Sarjana/ Ahli Madya), baik di Universitas Lampung maupun diperguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantua pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 1 Juni 2010 Yang membuat pernyataan,

Riski Dwi Ariyanti NPM. 0516011009


(3)

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 12 Agustus 1987, yang merupakan anak ke kedua dari empat bersaudara, buah hati pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Kasriyati

Penulis menyelesaikan pendidikan SDN 3 Wonomarto diselesaikan pada tahun 1999. Pada tahun 2002 menyelesaikan pendidikan di SMP Hang Tuah Kotabumi, dan pada tahun 2005 menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Kotabumi.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada tahun 2005 pada jurusan Sosiologi melelui jalur PKAB. Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar menjadi annggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi. Penulis juga aktif pada organisasi internal kampus Forum Studi Pengembangan Islam (FSPI) sebagai Ketua Bidang Kestari pada Periode 2006/2007. Pada tahun 2008 penulis telah melaksanakan penelitian praktek kerja lapangan (PKL) di Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Pesawaran


(5)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbilalamin segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skrisi ini yang merupakan syarat mencapai gelar sarjana Sosiologi.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan maupun saran dan kritik dari berbagai pihak dan sebagai rasa syukur penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Efendi, MM, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yulianto, M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Ikram, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Benyamin, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Bapak Drs. Benyamin, M.Si, selaku Pembimbing Akademik atas kebijaksanaan meluangkan waktu dan membimbing penulis sejak awal kuliah hingga penghujung studi ini

7. Bapak Drs. Budi Harjo selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan nasehat, bimbingan, perhatian, kesabaran, pengarahan dan limpahan ilmu selama penulis menyelesaikan skripsi

8. Bapak Drs. Usman Raidar, M.Si selaku dosen pembahas atas erbagai masukan, kritik dan bimbingan untuk perbaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dengan segala ketulusannya.


(6)

10.Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan administrasi.

11.Seluruh Staf KPU Kota Metro terimakasih atas bantuannya memberikan data dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Seluruh Staf Lapas Klas IIA Metro terimakasih atas bantuannya memberikan data dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Kedua orangtuaku, termakasih atas segala doa dan kasih sayang yang telah diberikan kepada anakmu ini.

14.Kakak dan adikku atas kesabarannya menanti kelulusanku.

15.Dik Ayu beserta keluarga Bapak Sudarsono (Ketua DPRD Kota Metro) terima kasih atas bantuannya, maaf selalu merepotkan

16.Untuk Ayang q makasih atas do’anya, kesabarannya, pengorbanannya, dan tenaganya. Makasih udah selalu ada buat aku. Akhirnya qta bisa wisuda bareng.

17.Mbak Fresti, Sp makasih dukungan dan tenaganya membantu dalam penelitian. Mbak yang selalu nenangin aku kalo lagi gupek, makasih ya....

18.Temen-temen di kosan Raflesia 2: Wayan, Justina, Santi, Kiki, Andri, Uus, Isna, Vivi, Ani, Nay makasih supportnya, semangat ya kuliahnya.

19.Temen-temen Sos 05 yang gak bisa disebutin satu persatu. Deka S.Sos makasih uda jadi sahabat aku selama kuliah. Defi, Desi makasih maaf aku sering tanya-tanya, Linda, Hendra, Rahmat, Septin makasih udah mau jadi pembahas di seminar aku.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan dan mencurahkan segala rahmat-Nya pada kita semua, Amin.

Bandar Lampung, 1 Juni 2010 Penulis,