Analisis Bivariat Analisis Data

commit to user 27 Sumber : Data primer, 2011 Gambar 4.2 Diagram Batang Pertambahan Berat Badan Bayi Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa dari 54 responden, 3 diantaranya 5,6 pertambahan berat badannya tergolong kurang, 8 responden 14,8 dengan pertambahan berat badan lambat dan 43 responden 79,6 dengan perkembangan berat badan yang baik. Sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar pertambahan berat badan bayi mengalami pertambahan yang baik.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura. Analisis bivariat dalam penelitian ini commit to user 28 menggunakan alat analisis regresi linier dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.0 for windows. Hasil perhitungan hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Hubungan Antara Frekuensi Pemberian ASI dengan Pertambahan Berat Badan Bayi Frekuensi Pemberian ASI Pertambahan Berat Badan Bayi Total BGM Kurang Lambat Baik Kurang 0,0 3 5,6 3 5,6 13 24,1 19 35,2 Cukup 0,0 0,0 5 9,3 30 55,6 35 64,8 Jumlah 0,0 3 5,6 8 14,9 43 79,7 54 100,0 Persamaan Regresi Linier : t hitung = 2,160 t tabel = 2,007 Y = α + bx dk = α2; n-k = 0,052; 54-2 = 0,025: 52 = 2,007 Y = 2,195 + 0,331 05 , = a p = 0,035 α = 2,195 b = 0,331 t hitung 2,160 t tabel 2,007; p = 0,035 05 , = a Sumber: data primer, 2011 Berdasarkan hasil perhitungan cross tabulasi pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa yang paling dominan dalam frekuensi pemberian ASI cukup dengan pertambahan berat badan yang baik yaitu sebanyak 30 responden 55,6. Maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi pemberian ASI secara cukup akan mempengaruhi pertumbuhan dan tentunya berat badan akan mengalami kenaikan. Setelah data tersebut diolah, kemudian dilakukan pengujian data dengan menggunakan uji regresi linier. Diperoleh hasil persamaan regresi : commit to user 29 Y = 2,195 + 0,331. Nilai konstanta a = 2,195 dengan parameter positif artinya tanpa adanya variabel frekuensi pemberian ASI, variabel pertambahan berat badan tetap ada, dan nilai koefisien b = 0,331 dengan parameter positif artinya jika variabel frekuensi pemberian ASI meningkat satu satuan maka akan meningkatkan variabel pertambahan berat badan. Semakin baik frekuensi pemberian ASI ibu pada bayinya maka dapat meningkatkan berat badan bayi tersebut. Hasil perhitungan dengan menggunakan regresi linier diketahui t hitung sebesar 2,160 t tabel sebesar 2,007 dengan p = 0,035. Oleh karena nilai t hitung 2,160 t tabel 2,007 dan p = 0,035 0,05 maka H ditolak dan H a diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura. commit to user 30 30

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan frekuensi pemberian ASI dengan pertambahan berat badan bayi di Puskesmas Kartasura. Dalam bab ini membahas mengenai karakteristik responden, masing-masing variabel, serta hasil analisis data.

A. Karakteristik Responden

1. Umur Umur ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI pada bayinya. Responden yang terbanyak pada penelitian ini adalah ibu berusia 20-35 tahun 50. Menurut Hartanto 2003, rentang umur antara 20-35 merupakan periode usia reproduksi sehat yang baik untuk mengandung dan melahirkan. Usia reproduksi ibu yang sehat mempengaruhi keadaan psikologi, kematangan pola berpikir, dan pengetahuan ibu akan pentingnya ASI. Pada usia ini, ibu cenderung lebih siap secara psikologis untuk menyusui, serta lebih memperhatikan tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suyati 2006, diperoleh 91,3 dari total sampel yang diteliti berusia antara 20 – 35 tahun. Hal ini menunjukkan adanya persamaan karakteristik umur responden dalam penelitian.