mayat terlebih dahulu dalam tanah atau peti kayu berbentuk perahu. Kuburan ini sifatnya sementara. Setelah mayatnya menjadi rangka diambil dan
dibersihkan, baru dikuburkan lagi dalam tempayan atau kubur batu. Kemajuan dalam bidang teknik pengolahan logam dapat dilihat dari peninggalan yang
ditinggalkan. Barang-barang logam itu antara lain nekara, kapak corong, area perunggu, candrasa, gelang kaki, anting-anting, kalung, dan cincin.
b. Kehidupan Sosial Manusia
1 Interaksi Sebagai Proses Sosial Proses sosial adalah hubungan-hubungan yang terjadi antara manusia
yang bersifat dinamis. Proses sosial dalam bentuknya yang paling umum adalah interaksi sosial. Dengan demikian proses sosial merupakan hasil dari hubungan
timbal balik antara segi kehidupan yang satu mempengaruhi segi kehidupan yang lain. Misalnya, segi kehidupan ekonomi berpengaruh kepada segi
kehidupan politik, segi kehidupan politik berpengaruh pula dengan segi kehidupan hukum demikian pula sebaliknya. Adanya berbagai aktivitas manusia
yang dapat mempengaruhi aktivitas manusia lainnya itulah yang disebut interaksi sosial. Dengan demikian dapat diketahui, bahwa bentuk utama dari proses sosial
yaitu interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan faktor yang mengakibatkan terjadinya aktivitas sosial.
Menurut Alvin dan Helen Gouldner 1993 menjelaskan, bahwa interaksi sebagai aksi dan reaksi diantara orang-orang. Sedangkan Koentjaraningrat
1984 menjelaskan, bahwa terjadinya interaksi apabila satu individu berbuat sedemikian rupa sehingga men imbulkan reaksi dari individu atau individu-
individu lainnya. Oleh karena itu dalam interaksi sosial menjadi penting melihat hubungan timbal balik antara individu manusia dengan individu lainnya, antara
individu dengan kelompok atau antara kelompok dan individu. Hubungan interaksi tersebut diatur oleh nilai-nilai dan norma-norma hidup dalam
masyarakat. Soerjono Soekanto 1999, mengutip definisi Gillin dan Gillini dari buku Cultural Sociology mengartikan, interaksi sosial adalah hubungan-
hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorang
dengan kelompok manusia. Ciri-ciri interaksi sosial yaitu: a jumlah pelakunya lebih dari satu
b adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol-simbol atau
lambang c adanya tujuan yang akan dicapai dari interaksi tersebut.
2 Sosialisasi sebagai Proses Pembentukan Kepribadian
Menurut Selo Soemandjan 1982, bahwa proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai bidang kehidupan yang berguna. Kehidupan
bersama itu dapat dilihat dari beberapa segi. Misalnya, dilihat dari segi hukum. Proses sosial tersebut merupakan pengaruh timbal balik antara segi kehidupan
ekonomi dengan segi kehidupan politik, dan segi kehidupan politik dengan segi hukum, serta kehidupan hukum dengan segi ekonomi. Aktivitas sosial itu terjadi
karena adanya aktivitas dari manusia dalam hubungannya dengan manusia
236
MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
lainnya. Jadi, dapat dikatakan, bahwa interaksi sosial merupakan bentuk utama dari proses sosial. Keseluruhan kebiasaan yang dimiliki manusia di bidang
ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama, politik dan sebagainya harus dipelajari oleh setiap anggota baru dalam masyarakat melalui suatu proses yang
dinamakan sosialisasi. Jadi, sosialisasi merupakan proses seseorang belajar berpartisipasi sebagai anggota masyarakat dalam kehidupannya. Menurut Peter
L. Berger, sosialisasi sebagai proses melalui bagaimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Berikut ini
beberapa teori sosialisasi menurut para ahli sosiolog.
a Teori George Herbert Mead
Menurut Mead, bahwa setiap anggota baru dalam masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada di masyarakat, yaitu suatu proses yang
dinamakan pengambilan peran. Dalam proses ini seseorang belajar untuk mengetahui peran yang harus dijalankan serta peran yang harus dijalankan
orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada dalam masyarakat, maka seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Jadi, diri seseorang
terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Kemudian Mead membedakan menjadi tiga tahapan proses pengambilan peran, yaitu: a tahap play stage,
b tahap game stage, dan c tahap tahap sosialisasi.
Pada tahap play stage, seorang anak mulai bekerja mengambil peran orang yang berada di sekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang diojalankan
orangtuanya atau peran orang dewasa lain dengan siapa ia berinteraksi. Misalnya, anak menirukan kakaknya belajar menggambar, anak menirukan
ibunya memasak, dan lain sebagainya.
Pada tahap game stage ini, seorang anak tidak hanya lebih mengetahui peran yang harus dijalankan, tetapi telah mulai mengetahui peran
yang harus dijalankan orang lain, dan dengan siapa ia berinteraksi. Misalnya, dalam permainan sekolah-sekolahan, ia mengetahui peran-peran yang
dijalankan oleh para pemain lain, ia menjadi guru. Sedangkan teman lainnya disuruh menjadoi murid-muridnya. Jadi, tahap ini seseorang telah dapat
mengambil peran orang lain. Pada tahap awal sosialisasi interaksi anak biasanya terbatas pada sejumlah kecil orang lain, biasanya anggota keluarga,
terutama ayah dan ibunya.
Pada tahap sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran- peran yang diyakinkan orang lain dalam masyarakat, ia telah mampu
berinteraksi dengan orang lain, karena telah memahami atau selaku siswa ia memahami peran gurunya.
b Teori Charles H. Cooley
Menurut Cooley, bahwa seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain melalui tiga tahap, yaitu:
1 Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadapnya;
2 Seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya;
MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
237
3 Seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Ia menganalogikan antara
pembentukan diri seseorang dengan perilaku orang yang sedang bercermin. Misalnya, seseorang siswa memeroleh nilai rendah dalam
ujian, ia merasa bahwa para gurunya menganggapnya bodoh, maka ia kurang dihargai dan siswa tersebut menjadi murung.
3 Pembentukan Kepribadian
Istilah kepribadian adalah sebagai ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memiliki identitas khusus sebagai individu. Ciri khas tersebut
berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Dengan demikian, kepribadian dapat diartikan sebagai keseluruhan cara seorang individu
berinteraksi dan bereaksi dengan orang lain yang meliputi sikap, perilaku, kebiasaan, dan sifat khas yang dimiliki oleh individu. Koentjaraningrat
mendefinisikan kepribadian sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan individu. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang, antara lain sebagai berikut.
a Faktor keturunan. Faktor ini, berupa ukuran fisik, jenis kelamin, bentuk wajah
atau temperamen dan secara biologis berpengaruh terhadap perilaku, pengendalian diri, dorongan, sikap dan minat.
b Faktor lingkungan alam. Perbedaan ikllim dam sumber dari alam
menyebabkan manusia harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam. Upaya penyesuaian diri ini, akanberpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian seseorang. Misalnya, seorang yang hidup dalam lingkungan perdesaan berbeda dengan anak yang hidupdi lingkungan perkotaan, atau
anak yang lahir dan dibesarkan di lingkunganalam yang keras seperti di Pulau Nias atau di pegunungan, maka kepribadian individunya akan terbentuk kuat
karena terbiasa berjuang melawan alam yangberat dalam mempertahankan kehidupannya. Sementara anak yang dibesarkandi lingkungan serba ada, ia
cenderung malas, kurang memilliki daya juang.
c Faktor lingkungan budaya. Proses pembentukan kepribadian dipengaruhi
juga adanya kebudayaansetempat. Misalnya, adat istiadat budaya daerah, agama atau kepercayaan yangdianut masyarakat dan keluarganya.
d Situasi. Situasi mempengaruhi efek dari keturunan dan lingkungan terhadap
kepribadian. Meskipun pada umumnya kepribadian itu stabil dan konsisten, justru dapat berubah dalam situasi-situasi yang buruk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian, antara lain: a faktor warisan biologis, b faktor lingkungan keluarga, c faktor lingkungan
masyarakat setempat, d latar belakang pendidikan, e pekerjaan, dan f aliran agamakepercayaan.
4 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk interaksi sosial menurut jumlah pelakunya dibedakan: Interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
dengan kelompok. Berikut ini bentuk interaksi sosial menurut proses terjadinya.
238
MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
a Imitasi. Imitasi merupakan suatu proses yang dilakukan individu dalam meniru perilaku dan nilai-nilai yang telah dianut oleh individu lain.
b Sugesti. Pada dasarnya, sugesti merupakan suatu pengaruh yang dapat menggerakkan hati seseorang. Sugesti dapat terjadi jika seseorang
memberikan pandangan atau sikap yang kemudian diterima oleh pihak lain. c Identifikasi. Identifikasi merupakan suatu kecenderungan atau keinginan
individu untuk menjadi sama dengan individu lainnya. Salah satu syarat identifikasi adalah kedekatan hubungan antarindividu yang terlibat identifikasi.
d Simpati. Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses ketika seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Simpati akan berkembang baik
jika individu atau kelompok salaing menjamin untuk memahami keadaan dan kondisi masing-masing.
e Empati. Suatu perasaan ikut mengalami, misalnya melihat orang jatuh, ikut merasakan sakit, melihat orang meninggal dunia merasa kehilangan,
merasakan haru, iba. Sebaliknya melihat temannya merayakan ulang tahun, dia juga merasakan kegembiraan, riang, bersuka cita.
Proses Interaksi Sosial
Dalam kehidupan masyarakat proses interaksi sosial dapat dikategorikan menjadi dua golongan, yaitu interaksi sosial positif asosiatif dan interaksi sosial
negatif disosiatif. Interaksi sosial positif, yaitu interaksi yang mengarah pada kerjasama dan persatuan antarindividu dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan interaksi sosial negatif merupakan interaksi yang mengarah pada perpecahan antar individu dalam kehidupan anggota masyarakat. Interaksi sosial
positif asosiatif terdiri atas asimilasi, kerjasama, dan akomodasi. Kerjasama Cooperation merupakan kategori proses sosial yang positif asopsiatif. Bentuk
bentuk kerjasama dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: koalisi Coalition, koalisi merupakan bentuk kerjasama yang terdiri dari dua organisasi atau lebih untuk
mencapai tujuan yang sama. Kooptasi merupakan proses penerimaan unsur- unsur baru saran dan masukan dalam kepemimpinan atau pelaksanaan
aktivitas politik suatu oraganisasi. Tindakan ini dilakukan dalam rangka meng- akomodasi masukan dari banyak pihak dan untuk menghindari terjadinya
kegoncangan serta beruasaha mewujudkan stabilitas dari organisasi itu sendiri. Bargaining merupakan bentuk kerjasama yang lebih bersifat tawar-menawar,
tukar menukar barang atau jasa sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Oleh karenanya bergaining lebih cenderung pada bentuk kerjasama di bidang
ekonomi.
Akomodasi dapat diartikan menjadi dua pengertian dasar, yaitu akomodasi sebagai suatu proses dan akomodasi sebagai suatu keadaan.
Akomodasi sebagai suatu proses merupakan rentetan kejadian untuk meredakan ketegangan dan konflik antara dua pihak atau lebih sehingga hubungan dari
pihak-pihak yang bertikai dapat kembali harmonis. Sementara itu, akomodasi dalam arti keadaan identik dengan keseimbangan equilibrium. Pada konteks ini
akomodasi diartikan sebagai interaksi antar orang dan kelompok orang yang berlangsung harmonis dan sesuai dengan norma atau nilai dalam masyarakat.
Interaksi sosial negatif disosiatif merupakan proses interaksi yang
MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
239
mengakibatkan adanya perpecahan diantara komponen-komponen masyarakat yang berhubungan. Proses interaksi sosial disosiatif terjadi karena adanya hal-
hal sebagai berikut.:perbedaan jenis ideologi yang dianut, perbedaan ciri fisik dari masing-masing masyarakat, perbedaan kepentingan, perbedaan budaya
kesukuan
Interaksi sosial negatif disosiatif antara lain meliputi persaingan, pertikaian, dan kontravensi. Persaingan adalah suatu bentuk hubungan pihak
antara pihak satu dengan pihak lainnya yang berupa persaingan-persaingan. Umumnya persaingan-persaingan ini bertujuan untuk memperebutkan segala
sesuatu yang sifatnya terbatas. Pertikaian atau konflik sosial merupakan suatu proses sosial antarperorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat
adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal
interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut. Kontravensi terjadi atas dasar perbedaan tata nilai, persepsi, serta perbedaan latar belakang pendidikan
dan kepentingan yang ingin diraih. Kontravensi berbeda dengan konflik. Pada kontravensi, hubungan masih tetap terjalin dengan baik walaupun di dalam hati
telah ada upaya-upaya untuk mengungguli pihak lain sekaligus melemahkannya.
c. Usaha Manusia Memenuhi Kebutuhan