seperti dengan adanya kelompok cukong, kelompok keluarga dan kelompok yang berafiliasi dengan kekuasaan.
d. Krisis, Keruntuhan Orde Baru dan Gerakan Reformasi
Pada masa pemerintahan Orde Baru hasil-hasil pembangunan selalu diberitakan tentang keberhasilan-keberhasilannya. Namun hasil-hasil pem-
bangunan itu sendiri sebenarnya memunculkan kelompok masyarakat yang terpinggirkan marginal yang tidak ikut atau tidak dapat menikmati pembangunan
pada satu sisi. Pada sisi yang lain justru ironisnya para penyelenggara negara yang birokratis dan cenderung tidak jujur sehingga isu Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
KKN muncul dan mengakar. Ditambah karena sistem kekuasaan yang cenderung absolut, karena wewenang dan kekuasaan presiden yang berlebihan sehingga
menciptakan dan terkumpul menjadi krisis multi-dimensional di hampir seluruh aspek kehidupan. Kondisi ini diperparah ketika pada pertengahan tahun 1997 krisis
moneter melanda bangsa Indonesia.
Krisis ini dipicu oleh kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang berakibat lesunya perekonomian. Di samping itu, jatuh tempo
pembayaran utang para pengusaha dan pemerintah pada tahun 1998, laju inflasi hingga mencapai dua digit, adanya perubahan dari swasembada beras ke
pengimpor beras, langkanya 9 bahan pokok makanan akibat mahalnya harga, beberapa investor mencabut modalnya sehingga mengakiatkan PHK, beberapa
perusahaan swasta dan nasional bangkrut sehingga banyak pengangguran. Kondisi-kondisi ini tidak mampu diatasi oleh pemerintah Orde Baru sehingga krisis
ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap pemerintahan melanda. Kondisi tersebut di atas membuat para akademisi mulai berani membicarakan tentang krisis yang
terjadi melalui forum diskusi, seminar di kampus-kampus. Namun, kuatnya pemerintah rezim sehingga suara vokal tersebut direspon dengan upaya
penangkapan atau bahkan pemenjaraan, sehingga menimbulkan rasa tidak senang dan antipati terhadap tindakan pemerintah saat itu. Tindakan represif ini tidak
membuat surut para aktivis yang menginginkan perubahan ke arah perbaikan yang diinginkan, tetapi justru semakin kuat muncul bahkan menjadi pemicu daerah-
daerah lain di Indonesia untuk melakukan hal yang sama.
Ketika Sidang Umum MPR 1998 memutuskan untuk mengangkat dan melantik Suharto menjadi Presiden RI, aksi demonstrasi berjalan sangat ramai dan
bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan tidak terhindarkan. Kerusuhan demi kerusuhan terjadi saling menyusul di beberapa daerah. Peristiwa bentrokan
mahasiswa dengan aparat keamanan terjadi hingga menewaskan 4 mahasiswa Universitas Trisakti Elang Mulyana lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Lesmana,
Hafidhin Royan meninggal. Peristiwa pada bulan Mei 1998 menambah suram kondisi di Indonesia yang diwarnai kasus penjarahan massal, pembakaran, hingga
aksi pelecehan sexual terhadap wanita keturunan Tionghoa. Tanggal 18 Mei 1998 aksi demonstrasi mahasiswa kembali terjadi dengan sasaran menuju gedung
DPRMPR. Presiden Suharto ketika itu menanggapi kekurangpuasan mahasiswa dengan mengambil tindakan membentuk komite reformasi dan membentuk kabinet
reformasi. Namun, kebijakan ini tidak didukung dengan baik di kalangan mahasiswa dan masyarakat. Demonstrasi kembali terjadi karena rasa ketidakpuasan atas
MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
363
kebijakan yang diterapkan. Bahkan beberapa pembantu presiden mentri pada waktu itu mengundurkan diri. Dalam kondisi seperti itu membuat hati Presiden
Suharto harus menentukan pilihannya, dan pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Suharto menyatakan pengunduran dirinya sebagai Presiden RI. Keputusan ini
selanjutnya diikuti dengan pengangkatan dan pengambilan sumpah jabatan BJ. Habibie yang pada waktu itu menjabat sebagai wakil presiden menjadi Presiden RI
di istana negara.
e. Perubahan Pemerintahan dan Kerja sama Internasional