Usaha Mempertahankan Republik Indonesia

rata 3.790 meter. Perhitungan tersebut tidak termasuk laut yang tak berhubungan dengan samudra, seperti Laut Kaspia. Bagian yang lebih kecil dari samudra adalah laut, selat, teluk.

b. Usaha Mempertahankan Republik Indonesia

1 Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat Masalah Irian Barat yang seharusnya diselesaikan satu tahun sesudah KMB, ternyata berlarut-larut dan terkesan Belanda mengulur-ulur waktu. Perundingan bilateral antara Indonesia – Belanda dalam kurun waktu antara tahun 1950 – 1953 tidak membuahkan hasil. Akhirnya pemerintah Indonesia mengambil langkah perjuangan diplomasi lain; seperti: memasukkan masalah Irian Barat dalam agenda Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, Sidang Dewan Keamanan, pemutusan hubungan diplomatik serta pembatalan secara sepihak kerja sama Uni Indonesia – Belanda pada tahun 1954 dan 1956. Selain upaya diplomasi, pemerintah Indonesia juga menjalankan konfrontasi terhadap aktivitas ekonomi dan politik Belanda. Perjuangan pembebasan Irian Barat mencapai puncaknya pada tahun 1962, karena pada tanggal 15 Agustus 1962 Indonesia dan Belanda menandatangani perjanjian New York. Isi pokok perjanjian adalah : ฀ Selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 1962, pemerintahan sementara UNTEA akan tiba di Irian Barat untuk serah terima pemerintahan dari Belanda ฀ Pemerintahan sementara akan menggunakan tenaga bantuan sipil dan militer Indonesia dan beberapa tenaga Belanda yang diperlukan. ฀ Angkatan perang Belanda berangsur-angsur dikembalikan ฀ Sejak 31 Desember 1962, bendera Indonesia mulai berkibar di sebelah bendera PBB ฀ Pemulangan anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai 1 Mei 1963 dan saat itu Indonesia menerima Irian Barat dari pemerintahan sementara. Sebagai bagian dari Persetujuan New York, Indonesia wajib melaksanakan penentuan pendapat rakyat. Penyelenggaraan pepera dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap I : dilaksanakan 24 Maret 1969 untuk konsultasi dengan dengan dewan- dewan kabupaten Tahap II : pemilihan anggota Dewan Musyawarah Pepera dari 8 kabupaten. terpilih 1.026 anggota, 43 orang diantaranya perempuan. Tahap III : pelaksanaan Pepera di kabupaten-kabupaten sejak 14 Juli 1969 dan berakhir di Merauke 4 Agustus 1969. Hasil Pepera di bawa ke New York oleh utusan Sekretaris Jenderal PBB, Duta Besar Ortis Sanz, untuk dilaporkan dalam Sidang Umum PBB ke-24 tanggal 19 Nopember 1969. 2 Peristiwa Tragedi Nasional Peristiwa MadiunPKI, DITII, G 30 SPKI dan Konflik- Konflik Internal Lainnya Pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun digerakkan oleh FDR dan PKI di bawah pimpinan Musso dan Amir Syarifudin. Gerakan FDR dan PKI ini telah banyak membunuh tokoh agama dan PNI di daerah Madiun dan sekitarnya. Gerakan penumpasan pemberontakan PKI tahun 1948 dilakukan oleh TNI, 360 MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL khususnya Divisi Siliwangi, kekuatan TNI dari Jawa Timur dan kesatuan yang lain. Gerakkan DITII di Jawa Barat dilatarbelakangi oleh rasa tidak puas dengan keputusan Perjanjian Renville yang mengharuskanTNI keluar dari daerah kantong dan masuk ke wilayah RI. Pasukan yang tidak ikut hijrah berniat mendirikan Negara Islam. Terbentuknya DITII Kartosuwiryo ini ternyata menyebar ke daerah lain, seperti Aceh dan Sulawesi Selatan. Pemerintah akhirnya dapat mengatasi setiap gerakan DITII yang akan mengganggu stabilitas nasional Indonesia. Sebelum meletus, G30 SPKI terus memperkuat diri, misalnya dengan propaganda agitasi, memojokkan lawan-lawan politiknya, mengusulkan pembentukan angkatan Kelima, dan menghembuskan adanya Dewan Jenderal. Pada tanggal 1 oktober 1965 dini hari PKI mulai menculik dan membunuh beberapa pimpinan teras TNIAD dan juga menduduki RRI. Gerakan 30 September dipimpin oleh Letkol Untung. G30 SPKI akhirnya dapat ditumpas oleh TNI dan semua kekuatan serta komponen bangsa yang lain yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945, sampai akhirnya PKI dibubarkan pada tanggal 12 Maret 1966. Tragedi nasional yang mengganggu stabilitas nasional ternyata tidak hanya pemberontakan PKI tahun 1948, gerakan DITII, dan juga G 30 SPKI, tetapi juga terjadinya konflik-konflik antar agama dan antar etnis di berbagai daerah, seperti di Maluku, Poso, dan Sambas, Kalimantan Barat.

c. Masa Pemerintahan Orde Baru