Uji Hipotesis Hasil Penelitian

57 perbankan syariah bila dilihat dari aspek likuiditasnya karena bank syariah sangat tergantung pada dana pihak luar dibandingkan dengan dana yang dimilikinya sendiri.

4.1.2. Uji Hipotesis

Analisis awal yang dilakukan sebelum pengujian hipotesis adalah uji normalitas data. Dalam analisis ini digunakan uji Shapiro-Wilk Test dengan tingkat signifikansi yang digunakan α = 5, jika P value 5 maka data dianggap normal. Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis alat analisis yang digunakan untuk melakukan uji beda non parametrik atau parametrik. Jika data tidak normal maka digunakan uji beda non parametrik dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test sebaliknya jika data normal digunakan Paired Sample T-test. Hal ini dikarenakan teknik statistik parametrik yang biasanya digunakan untuk menganalisis data dari dua sampel berhubungan atau berpasangan adalah uji beda rata-rata atau t-test. Menurut Ghozali 2002 uji-t mengasumsikan bahwa perbedaan skor secara independen didapat dari distribusi normal yang berarti pengukuran variabel paling tidak dengan skala interval. Kadang-kadang uji-t tidak tepat oleh karena asumsinya tidak terpenuhi atau peneliti menemukan kondisi sebagai berikut : 1. Asumsi uji-t tidak dapat dipenuhi 2. Perbedaan diantara dua pasangan tidak mencerminkan skor tetapi sign atau tanda 3. Skor yang akan diuji berupa klasifikasi 58 dalam kondisi seperti ini, maka statistik yang sesuai adalah statistik non- parametrik dengan kasus dua sampel berhubungan. Uji beda dilakukan untuk mengetahui rasio yang dapat membedakan kinerja bank syariah sebelum dan setelah diterapkannya kebijakan office channeling. Adapun hasil uji normalitas data masing-masing rasio disajikan pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Shapiro-Wilk Test Rasio Signifikansi Keterangan NPM sebelum office channeling 0,321 Normal NPM setelah office channeling 0,406 Normal ROA sebelum office channeling 0,124 Normal ROA setelah office channlling 0,054 Normal REO sebelum office channeling 0,604 Normal REO setelah office channeling 0,014 Tidak Normal RABP sebelum office channeling 0,000 Tidak Normal RABP setelah office channeling 0,000 Tidak Normal Sumber: Data yang telah diolah Berdasarkan Tabel 4.10 rasio REO dan RABP, dikatakan tidak normal karena dalam salah satu atau kedua kategorinya memiliki P value lebih kecil dari 0,05, untuk itu akan dilakukan uji hipotesis, yaitu uji beda dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Sedangakan untuk rasio ROA dan NPM berdistribusi normal karena memiliki P value lebih besar dari 0,05, maka akan dilakukan uji hipotesis, yaitu uji beda dengan menggunakan Paired Sample T-test untuk mengetahui apakah rasio-rasio tersebut memiliki perbedaan yang signifikan antar sebelum dan setelah diterapkannya kebijakan office channeling pada perbankan syariah. Setelah uji normalitas dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengujian terhadap hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan sebagai upaya memperoleh gambaran mengenai suatu populasi dari sampel Somantri 2006. 59 Dengan demikian, informasi yang diperoleh dari sampel digunakan untuk menyususn suatu pendugaan terhadap nilai parameter populasinya yang tidak diketahui. Dalam penelitian ini, alat uji hipotesis yang digunakan adalah uji beda Wilcoxon Signed Rank Test untuk data tidak normal, yakni rasio REO dan RABP sebaliknya uji beda Paired Sample T-test untuk data normal, yakni rasio ROA dan NPM. adapun hasil uji hipotesis masing-masing rasio disajikan pada tabel 4.11 sampai dengan table 4.13. Tabel 4.11 Hasil Uji Beda pada Aspek Manajemen Rasio Signifikansi Ha1 NPM 0,362 Ditolak Sumber: Data yang telah diolah Tabel 4.12 Hasil Uji Beda pada Aspek Rentabilitas Earning Rasio Signifikansi Ha2 ROA 0,719 Ditolak REO 0,178 Ditolak Sumber: Data yang telah diolah Tabel 4.13 Hasil Uji Beda pada Aspek Likuiditas Rasio Signifikansi Ha3 RABP 0,046 Diterima Sumber: Data yang telah diolah

4.2. Pembahasan

Hasil uji hipotesis 1 Ha1 menyatakan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada aspek manajemen antara sebelum dan setelah diterapkannya kebijakan office channeling pada perbankan syariah. Hal ini dibuktikan dengan penolakan Ha1 dengan signifikansi 0,362 yang lebih besar dari 0,05.