Kasus A Si A menurut hasil tes intelegensi memiliki IQ = 122. Ini berarti tergolong pada
kemampuan Intelektual Superior atau sangat cerdas. Seharusnya prestasi belajarnya berkisar 9 – 10 ulangan harian nilai rapor. Tetapi mengapa
kenyataannya nilainya di bawah 6,0 dan tergolong peringkat empat puluhan di kelasnya ?
Kasus B Sebaliknya Si B memiliki angka IQ = 115 yang artinya termasuk klasifikasi
Kemampuan Intelektual di atas rata – rata. Perkiraan nilai hasil belajarnya minimal 7,0. Namun, apa yang terjadi ? Nilai hasil ulangan dan rapornya rata – rata 8 koma
sekian. Tentunya termasuk peringkat 10 besar dikelasnya.
Perlu direnungkan Intelegensi IQ bukanlah satu – satunya
Intelegensi atau kecerdasan Rasio Emosional itu hanyalah SALAH SATU SAJA dari sekian banyak faktor kesuksesan. Keberhasilan
seseorang dalam belajar bekerja bergaul tidak hanya ditentukan secara mutlak oleh taraf intelegensi saja. Banyak faktor lain yang
dapat saja justru menjadi kunci sukses Misalnya : semangat dan motivasi, minat, kreativitas, sikap, ciri sifat kepribadian emosional,
strategi belajar yang efektif, kemampuan untuk bertahan mengatasi kesulitan adversity Qoutient peranan lingkungan, dan lain – lain.
b. Kecerdasan Sosial
Tingginya taraf kecerdasan rasional otak terbukti belum menjamin gemilangnya prestasi seseorang dalam kehidupan sehari – hari ketika belajar
bergaul dan berinteraksi sosial secara nyata. Untuk itu, ada upaya mengidentifikasi jenis kecerdasan lain.
Dicobalah menemukan kecerdasan jenis lain itu, dan dinamai kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial ini, terdiri dari kepekaan sosial,
komunikasi yang baik, empati, pengertian pemahaman terhadap orang lain Munandir, 1995.
c. Kecerdasan Emosional Emotional Qoutient
Kecerdasan emosional adalah intelegensi dunia perasaan seorang individu. Seorang pakar mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan
individu untuk mengenali emosi perasaan diri sendiri dan emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, dan mengelola emosi itu dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungannya dengan orang lain Goleman, 1999 dalam Ramli, 2001.
MODUL BK KELAS VIII SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2012-2013 SMPN 1 SINGAJAYA
28
Bisa terjadi seseorang yang cerdas otaknya namun dapat menjadi sedemikian tidak rasional menjadi “bodoh”. Mengapa ? Kcerdasan akademis
IQ sedikit saja kaitannya dengan kehidupan emosional. Dapat saja orang yang paling cerdas pun diantara kita, terperosok ke dalam nafsu tak terkendali
dan meledak – ledak Goleman, 1999.
Kecerdasan perasaan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengadakan dorongan
hati, tidak melebih – lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stress tekanan mental tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir, punya empati dan banyak berdo’a. Daniel Goleman, 1999.
Kecerdasan Emosional
o Mampu memotivasi diri sendiri o Daya tahan menghadapi frustasi
o Mengendalikan dorongan hati o Tidak berlebihan atas kesenangan
o Mengatur suasana hati o Beban stress tidak melumpuhkan daya pikir
o Punya empati o Banyak berdo’a
Wacana yang mengejutkan kita adalah betapa peranan kecerdasan emosional itu sangat dominan dalam meniti keberhasilan seseorang
Bagi kesuksesan seseorang individu, kecerdasan rasional IQ hanya berperan 20 saja, sedangkan kecerdasan emosional punya andil
80. Benarkah ?
d. Kecerdasan Emosional Emotional Qoutient