PRINSIP PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

  

Aisyah Nurjanah (1501415)

Pendidikan Bahasa Jepang – FPBS

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa prinsip

adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan

sebagainya); dasar. Sedangkan menurut Wikipedia, prinsip adalah suatu

  pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dari dua definisi tersebut, dapat diartikan bahwa prinsip adalah pedoman untuk berpikir maupun bertindak. Jadi, prinsip pengembangan kurikulum dapat bermakna pedoman yang mendasari pemikiran dan pelaksanaan pengembangan sebuah kurikulum.

  Setidaknya ada lima prinsip dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) prinsip relevansi; 2) prinsip fleksibilitas; 3)prinsip kontinuitas; 4) prinsip efektivitas; dan 5) prinsip efisiensi.

  Prinsip relevansi. Prinsip ini berkaitan dengan kesesuaian antar sesuatu. Dalam Oxford Advanced Dictionary of Current English (dalam Idi, 2011:201), kata closely) connected with what is happening, relevansi atau relevan mempunyai arti ( yaitu kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan pengembangan kurikulum, relevansi merujuk pada perlunya kesesuaian antara kurikulum dengan kebutuhan masyarakat. Kurikulum dikatakan relevan apabila memenuhi tuntutan masyarakat di waktu yang bersangkutan. Lebih jauh lagi Sanjaya (2008:39) menjelaskan bahwa relevansi terbagi menjadi dua macam, yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi internal berkaitan dengan keserasian antar komponen kurikulum. Relevansi ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum. Relevansi eksternal tak hanya berkaitan dengan keserasian antar komponen kurikulum namun juga dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

  Prinsip fleksibilitas. Prinsip ini merujuk pada sesuatu yang tidak kaku, luwes, terdapat keleluasaan dan ruang gerak untuk bebas bertindak. Dengan demikian, kurikulum dikatakan bersifat fleksibel sehingga dapat dikembangkan dan kurikulum dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, fleksibilitas dalam memilih program pendidikan. Di sini, peserta didik bebas memilih program/jurusan yang ditawarkan sesuai minat dan bakatnya. Kedua, fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran. Fleksibilitas di sini maksudnya adalah memberi kebebasan bagi para pendidik untuk mengembangkan sendiri program pengajarannya dengan mengacu kepada tujuan dan bahan ajar kurikulum secara umum.

  Prinsip kontinuitas. Prinsip ini menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi (Idi, 2011:204). Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerja sama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para pengembang pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA, dan bahkan dengan para pengembang kurikulum di Perguruan Tinggi (Sanjaya, 2008:41).

  Prinsip efektivitas. Prinsip ini berkenaan dengan perencanaan dan pencapaian kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam bukunya, Sanjaya (2008:41) menyebutkan terdapat dua sisi efektivitas dalam pengembangan kurikulum. Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.

  Prinsip efisiensi. Prinsip ini berhubungan dengan tenaga, waktu, pemikiran, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Hal ini sering kali dikonotasikan dengan prinsip ekonomi, yaitu melakukan sesuatu yang minimal untuk memperoleh hasil yang maksimal. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan (Sanjaya, 2008:42).

  Kelima prinsip di atas saling berkaitan dan tak terpisahkan. Dalam referensi lain disebutkan ada satu prinsip lagi dalam pengembangan kurikulum, yaitu prinsip berorientasi tujuan. Prinsip ini bermakna bahwa untuk menentukan langkah yang akan dilakukan, maka seorang pendidik perlu menentukan tujuan terlebih dahulu. Subandijah (dalam Idi, 2011:205) menjelaskan hal ini dilakukan agar semua jam dan aktivitas pengajaran yang dilaksanakan dapat betul-betul terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan adanya tujuan yang jelas, pendidik diharapkan dapat menentkan metode, media pengajaran, dan evaluasi yang tepat dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.

  Daftar Pustaka:

  

Idi, Abdullah. (2011). Pengembangan Kurikulum: Teori & Praktik. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori dan Praktik

Pengembangan

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Kamus Besar Bahasa Indonesia [online]. Tersedia:

  [2 Maret 2017]

  

Wikipedia Bahasa Indonesia [online]. Tersedia:

aret 2017]