PRINSIP PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM (6)

(1)

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Asep Shofyan (1301778), Dina Mariana (1505222), Fransisca Melia (1504650), Helda Oktapiani (1501490), Vina (1501572)

Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

fransismelia@yahoo.com

Drs. H. Dadang Sukirman, M.Pd dan Ence Surahman, S.Pd., M.Pd

A. Pendahuluan

Prinisip menunjuk pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada tau terjadi pada situasi yang serupa. Pengertian dan makna prinsip ini menunjukan bahwa prinsip itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan sesuatu. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang dikandung oleh sesuatu, baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil, dan bersifat memberikan rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti untuk mencapai tujuan secara benar.

Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi pendidik, tenaga ke pendidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu kurikulum perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Peserta didik perlu dipersiapkan untuk dapat beradaptasi dan bersaing di kehidupan bermasyarakat. Pengembangan kurikulum tersebut harus berdasarkan pada prinsip-prinsip yang berguna untuk memperoleh kurikulum yang semakin baik dan tepat untuk peserta didik guna mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, macam-macam prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, dan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pengembangan


(2)

kurikulum. Penulisan makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan kepada pembaca mengenai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, terutama bagi pembaca yang akan bergerak dalam dunia pendidikan, khususnya sebagai calon pendidik. Penelusuran rujukan dilakukan melalui buku-buku dan jurnal-jurnal tentang kurikulum dan pendidikan.

. B. Pembahasan

Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Prinsip menjadi sebuah dasar dalam bertindak agar mampu menjadikan sesuatu lebih efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum. Jika proses pengembangan kurikulum ingin berjalan secara efektif dan efisien, maka para pengembang kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, baik yang bersifat umum maupun khusus. Di samping itu, para pengembang kurikulum akan bisa bekerja secara mantap, terarah dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan. Produk dari aktivitas pengembangan kurikulum tersebut diharapkan akan sesuai dengan harapan masyarakat yang bersifat dinamis dan zaman yang akan selalu berubah.

(Murray Print: 1993:23) menyatakan bahwa planning, design, and development in curriculum are closely related terms. Once a curriculum has been conceptualized, through the process of curriculum planning and incorporating a curriculum design, it may then be developed, usually to become a written document and finally to be implemented and evaluated. Within the literature a definition of curriculum development has gained some degree of consensus, unlike a definition of curriculum. For our purpose curriculum development is defined as the process of planning, constructing, implementing, and evaluating learning opportunities intended to produce desired change in learners.

Untuk memaksimalkan kualitas hasil belajar siswa, seorang pendidik perlu mengembangkan kurikulum dengan cara memberikan siswa bahan ajar, tugas, dan pengalaman yang mengandung hal-hal berikut:

1. Otentik, relevan dengan dunia nyata 2. Konstruktif, berurutan dan saling terkait

3. Memerlukan siswa untuk menggunakan dan terlibat dengan proses progresif kognitif tingkat tinggi

4. Semua selaras satu sama lain terhadap hasil pembelajaran yang diiginkan


(3)

Peter F. Olivia (1992:28) mengemukakan bahwa “Curriculum principles are derived from empirical data, experimental data, the folklore of curriculum, and common sense”. Data hasil temuan eksperimen merupakan data yang dipandang valid dan terpercaya. Namun demikian, dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat terbatas. Di samping itu, banyak data-data lainnya yang diperoleh dari bukan hasil penelitian juga terbukti efektif untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks, diantaranya ada kebiasaan yang hidup dimasyarakat (folklore of curriculum).

Ada juga data hasil pertimbangan pemikiran umum atau akal sehat (common sense). Bahkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan setelah melalui pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu. Semua jenis data tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan bagi kegiatan pengembangan kurikulum sebagai sumber prinsip yang akan dijadikan pegangan.

Adapula tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum yang terdiri dari: anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh (whole truth), anggapan kebenaran parsial (partial truth), dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hyphotesis). Anggapan kebenaran utuh adalah fakta, konsep dan prinsip yang diperoleh serta telah diuji dalam penelitian yang ketat dan berulang, sehingga bisa dibuat generalisasi dan bisa diberlakukan di tempat yang berbeda. Tipe prinsip kategori ini tidak akan mendapat tantangan atau kritik karena sudah diyakini oleh orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.

Anggapan kebenaran parsial, yaitu suatu fakta, konsep dan prinsip yang sudah terbukti efektif dan banyak kasus, tetapi sifatnya masih belum bisa digeneralisasikan. Mengingat anggapan tersebut dianggap baik dan bermanfaat, maka tipe prinsip ini bisa digunakan. Namun demikian, dalam penggunaannya biasanya masih mengundang pro dan kontra.

Selanjutnya, anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian atau hipotesis yaitu prinsip kerja yang sifatnya tentatif. Prinsip ini muncul dari hasil deliberasi, judgement dan pemikiran akal sehat. Meskipun sangat diharapkan menggunakan tipe prinsip whole truth, akan tetapi tipe prinsip lain pun berguna dan bermanfaat. Sebagaimana halnya dengan prinsip tipe kebenaran parsial, prinsip tipe hipotesis juga masih memungkinkan adanya tantangan atau kritikan dalam penggunaannya (pro dan kontra).

Pada dasarnya kesemua jenis tipe prinsip itu bisa digunakan. Tipe prinsip mana yang mendapat penekanan dalam penggunaannya, sangat bergantung pada perspektif para pengembangan kurikulum tentang kurikulum itu sendiri. Dalam praktik pengembangan kurikulum, biasanya kesemua tipe prinsip itu digunakan.


(4)

Penyederhanaan peristilahan tentang bebagai tipe prinsip sebagaimana dijelaskan dimuka, Oliva (1992: 30) memakai istilah axioms untuk menggambarkan berbagai karakteristik prinsip tersebut. Merujuk pada kamus webster’s ninth new collegiate dictionary, kata aksioma memiliki pengertian yang meliputi sifat-sifat dari tiga prinsip di atas. Istilah aksioma ini juga masih mungkin diganti dengan istilah teorema (theorems). Aksioma dan teorema adalah dua hal yang berbeda, tetapi senada. Keduanya akan memberikan pedoman sebagai kerangka dan rujukan dalam melakukan aktivitas dan pemecahan masalah, termasuk di dalamnya aktivitas pengembangan kurikulum.

Terdapat banyak prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum sebgai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang membangunnya. Berikut adalah penjelasan macam-macam prinsip pengembangan kurikulum

a. Prinsip umum

Sukmadinata (2000:150-151) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan kurikulum, yaitu: “prinsip relevansi, leksibilitas, kontinuitas, praktis atau eisien, dan efektivitas.”

1) Prinsip relevansi

Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini ada dua jenis, yaitu relevansi eksternal (external relevance) dan relevansi internal (internal relevanci). Relevansi eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang diprediksi pada masa yang akan datang. Pengembangan kurikulum memiliki cakupan yang luas karena tidak hanya tentang sekolah, peserta didik, dan guru. Hal ini juga tentang perkembangan masyarakat pada umumnya.

Intinya, kurikulum harus bisa menyiapkan anak agar dapat beradaptasi dengan masyarakat memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat serta situasi dan kondisi kehidupan masyarakat tempat dimana ia berada. Kurikulum bisa memenuhi prinsip relevansi eksternal, apabila para pengembang kurikulum memiliki pengetahuan dan awasan tentang kehidupan masyarakat pada masa kini dan masa datang.

Sedangkan relevansi internal, yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri. Kurikulum ini merupakan suatu system yang dibangun oleh subsistem atau komponen, yaitu tuuan, isi, metode, dan evaluasi untuk mencapai tujuan tertentu, belajar dan kemampuan siswa. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang memenuhi syarat relevansi internal, yaitu adanya koherensi dan konistensi antar komponennya. Hal ini harus diperhatikan karena setiap tujuan tertentu akan menuntut


(5)

adanya isi, metode, dan system evaluasi tersendiri. Ketidaksesuaian dalam komponen-komponen ini akan menyebabkan kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara optimal. Implikasi dari prinsip ini adalah para pengembang kurikulum harus memahami betul tentang jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum, metode pembelajaran, dan system evaluasi. Kriteria atau prinsip-prinsip penentuan komponen kurikulum akan dibahas lebih lanjut pada prinsip khusus.

2) Prinsip fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama dalam hal pelaksanaannya. Setiap kali ada perubahan atau perkembangan yang terjadi di seluruh dunia pasti akan berpengaruh terhadap kurikulum sekolah. Pada dasarnya, kurikulum didesain untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Meskipun demikian, dalam proses pengembangan kurikulumnya harus fleksibel.

Di dalam kurikulum harus terdapat suatu sistem tertentu yang dapat memberikan alternatif dalam mencapai tuuannya. Pengembangan kurikulum harus menggunakan berbagai metode atau cara-cara tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat dimana kurikulum itu diterapkan.

3) Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara kesinambungan, yang meliputi sinambungantarkelas maupun sinambung antarenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara berkesinambungan. Pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk dilanjutkan pada kelas dan jenjang diatasnya. Dengan demikian, akan terhindar dari tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat awal siswa (prerequisite) untuk mengikuti pendidikan pada kelas atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari adanya pengulangan-pengulangan program dan aktivitas belajar yang tidak perlu (negatively over laving) yang bisa menimbulkan pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Untuk itu, perlu adanya kerjasama diantara para pengembang kurikulum dari berbagai kelas dan jenjang pendidikan.

4) Prinsip Praktis

Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan prinsip praktis, yaitu dapat dan mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Oleh karena itu, para pengembang kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat dimana kurikulum itu digunakan. Meskipun gambaran situasi dan kondisi tentang tempat itu tidak diketahui secara rinci, tetapi paling tidak gambaran umumnya harus diketahui. Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembang


(6)

kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi prinsip praktis, yaitu memungkinkan untuk diterapkan.

Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, artinya tidak mahal alias murah. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan,personel-dana-fasiltias, keberadaan terbatas. Meskipun harus memenuhi prinsip murah tapi tidak berarti murahan. Murah disini merujuk pada pengertian bahwa kurikulum harus dikembangkan secara efisien, tidak boros dan sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian, akan terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah penyelenggara pendidikan yang sifatnya relative. Prinsip praktis ini ada kaitannya dengan prinsip-prinsip kurikulum lainnya.

5) Prinsip efektivitas

Prinsip ini menunjukan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrumen untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tujuan apa yang ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan dalam pemilihan dan penentuan isi, metode dan system evaluasi, serta model konsep kurikulum apa yang akan digunakan. Disamping itu, tujuan juga akan mengarahkan dan memudahkan dalam implementasi kurikulum itu sendiri.

Masih dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum, Oliva (1992: 31-45) mengajukan sepuluh prinsip. Dalam hal ini ia menggunakan istilah axioms, untuk mewadahi keragaman karakteristik tipe prinsip. Kesepuluh prinsip dari Oliva ini memberikan gambaran lebih lanjut tentang hakikat keberadaan kurikulum dan proses pengembangannya. Berikut akan diuraikan bagaimana pandangan Oliva mengenai keberadaan pendidikan/kurikulum dalam kaitannya dengan masyarakat, serta implikasinyabagi keberadaan kurikulum dan pekerjaan para pengembang kurikulum, juga menyangkut pentingnya prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bagi para pengembang kurikulum.

Tugas dan tanggung jawab para pengembang kurikulum tersebut tidak akan sulit jika mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Adapun kesepuluh prinsip (axioms) pengembangan kurikulum yang diajukan Oliva, yaitu:

a) Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan.

b) Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.

c) Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara bersamaan bahkan tumpang tindih dengan perubahan kurikulum yang terjadi masa kini. d) Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat (dan jika


(7)

e) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok.

f) Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari sekian alternative yang ada.

g) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.

h) Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara komprehensif, bukan aktivitas bagian per bagian yang terpisah.

i) Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan proses yang sistematis.

j) Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada. Jika kita bandingkan antara prinsip umum pengembangan kurikulum Sukmadinata dengan Oliva tampak bahwa masing-masing memiliki perspektif penekanan yang berbeda, tetapi tidak bertentangan. Prinsip dari Sukmadina, dalam pandangan penulis, lebih menekankan pada entitas kurikulum, sedangkan prinsip dari Oliva selain berkaitan dengan entitas kurikulum (khususnya pada aksioma point a sampai point d) juga menyangkut prinsip proses pengembangan (point e hingga point j).

Manfaat yang bisa kita ambil adalah prinsip umum pengembangan kurikulum menurut kedua ahli tersebut bisa digunakan secara bersamaan karena akan saling melengkapi dan saling menunjang. Semakin lengkap dan komprehensif, suatu prinsip akan semakin baik karena akan semakin memperjelas dalam mengarahkan prosedur kerja para pengembang kurikulum dan kesempurnaan kurikulum yang dihasilkannya.

b. Prinsip khusus

Sebagaimana telah disebutkan dimuka, prinsip khusus berkenaan dengan prisip yang hanya berlaku di tempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara khusus (tujuan, isi, metode, dan evaluasi). Satu wilayah dengan wilayah lainnya, satu jenis dan jenjang pendidikan dengan jenis dan jenjang pendidikan lainnya memiliki karakteristik yang berbeda dalam beberapa aspek. Perbedaan ini tentu bisa mengakibatkan adanya penggunaan prinsip-pinsip yang khas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, serta karakteristik jenis dan jenjang pendidikan tersebut.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum khusus lainnya, yaitu merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan komponen-komponen kurikulum, yang mana antara satu komponen dengan komponen lainnya memiliki prinsip yang tidak sama. Dibawah ini akan diuraikan beberapa prinsip pengembangan kurikulum khusus yang dikemukakan Sukmadinata (2000: 152), yaitu berkaitan dengan pengembangan komponen-komponen kurikulum dengan sedikit


(8)

modofikasi penulis dalam pola urutan penjelasan. Adapun prinsip pengembangan kurikulum khusus yang dimaksud adalah:

1. Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:

a) Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga Negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.

b) Survei mengenai persepsi orang tua dan masyarakat lainnya tentang kebutuhan mereka yang diperoleh melalui angket atau wawancara dengan mereka.

c) Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.

d) Survei tentang manpower (sumber daya manusia/tenaga kerja) e) Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama f) Penelitian

2. Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikan

Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan/kurikulum, yaitu:

a) Perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran ke dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.

b) Isi bahan pelajaran harus meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

c) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu kognitif, sikap dan keterampilan, diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang memberikan


(9)

penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pembelajaran secara lebih mendetail.

3. Prinsip berkenaan dengan proses pembelajaran

Untuk menentukan pendekatan, strategi dan teknik apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, hendaknya pengembang kurikulum memerhatikan hal-hal berikut:

a) Apakah strategi/metode/teknik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?

b) Apakah strategi/metode/teknik tersebut menunjukan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa? c) Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat memberikan urutan

kegiatan yang bertingkat-tingkat?

d) Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat menunjukan berbagai kegiatan siswa untuk mencapai kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor?

e) Apakah strategi/metode/teknik tersebut berorientasi kepada siswa, atau berorientasi kepada guru, atau keduanya?

f) Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru?

g) Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber belajar (learning by doing) yang ada di rumah dan masyarakat?

h) Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” disamping “learning by seeing and knowing”.

4. Prinsip berkenaan dengan media dan alat bantu pembelajaran

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien perlu didukung oleh penggunaan media dan atau alat bantu pembelajaran yang tepat. Di bawah ini beberapa prinsip yang bisa dijadikan pegangan untuk memilih dan menggunakan media dan alat bantu pembelajaran.


(10)

a) Media atau alat bantu apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran? Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya?

b) Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memerhatikan bagaimana membuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, serta waktu pembuatannya?

c) Bagaimana pengorganisasian media dan alat bantu pembelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar atau ada bentuk lain? d) Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan

pembelajaran?

e) Hasil terbaik akan diperoleh dengan mengunakan multimedia. 5. Prinsip yang berkenaan dengan evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran. Untuk itu, pengembang kurikulum harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi, yaitu objektivitas, komprehensif, kooperatif, mendidik, akuntabilitas, dan praktis. Dalam praktiknya, paling tidak ada lima fase yang harus diperhatikan pengembang kurikulum dalam kegiatan evaluasi, yaitu perencanaan evaluasi, pengembangan alat evaluasi, pengumpulan data, pengolahan hasil evaluasi, laporan dan pemanfaatan hasil evaluasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan evaluasi yaitu:

a) Bagaimana karakteristik kelas, usia, tingkat kemampuan kelompok yang akan dinilai?

b) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan evaluasi? c) Teknik evaluasi apa yang akan digunakan? Tes, nontes atau

keduanya?

d) Jika teknik tes, berapa banyak butir soal yang perlu disusun? e) Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau murid?

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian adalah:

a) Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam pengelolaan hasil tes?


(11)

b) Apakah akan digunakan rumus atau formula guessing?

c) Bagaimana mengubah skor mentah (raw score) ke dalam skor masak?

d) Skor standar apa yang akan digunakan? e) Untuk apakah hasil tes yang digunakan? f) Bagaimana menyususn laporan hasil evaluasi? g) Laporan hasil evaluasi ditujukan kepada siapa aja?

C. Penutup

Pengembangan kurikulum didefinisikan sebagai perencanaan, proses tujuan, dan sistematika untuk membuat perbaikan positif dalam sistem pendidikan. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menujukan pada pengertian tentang berbagai patokan dalam menentukan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum (curriculum planning) yang pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan ciri dari hakikat kurikulum itu sendiri. Terdapat empat sumber prinsip pengembangan kurikulum yaitu data empiris, data eksperimen, cerita/legenda yang hidup di masyarakat, dan akal sehat. Adapula tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum yang terdiri dari: anggapan kebenaran utuh atau menyelutuh, anggapan kebenaran parsial, dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dibedakan menjadi dua macam yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Semua sumber, tipe, dan macam prinsip pengembangan kurikulum ini saling berkaitan dan memengaruhi dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum.

Pemahaman prinsip-prinisip pengembangan kurikulum harus dikuasai oleh seorang calon pendidik. Suatu kurikulum perlu dikembangkan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan tanpa mengubah atau menghilangkan komponen-komponen yang ada di dalamnya. Seorang pendidik harus mampu menciptakan dan mengembangkan suatu kurikulum yang baik dan efisien dengan berpegang kepada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Pemahaman prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dapat menjadikan pendidik bekerja secara mantap, terarah, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.


(12)

Daftar pustaka:

Kurniawan. Dani, dkk. (2011). KURIKULUM & PEMBELAJARAN. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Meyers, Noel. (2008). How To Use (Five) Curriculum Design Principles to Align Authentic Learning Environments, Assesment, Student’s Approaches to Thinking, and Learning Outcomes. [Online]. Diakses dari http://www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/handle/10072/30062/56219_1.pdf ;sequence=1

Olivia, Peter F. (1992). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers, Inc.

Print, Murray. (1993). Curriculum Development and Design. Australia: Allen&Unwin. Shalih-el. (2013). MACAM-MACAM PRINSIP PENGEMBANGAN. [Online]. Diakses

dari: http://el-shalih.blogspot.co.id/2010/03/macam-macam-prinsip-pengembangan.html


(1)

e) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja sama kelompok.

f) Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari sekian alternative yang ada.

g) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.

h) Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara komprehensif, bukan aktivitas bagian per bagian yang terpisah.

i) Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan proses yang sistematis.

j) Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada. Jika kita bandingkan antara prinsip umum pengembangan kurikulum Sukmadinata dengan Oliva tampak bahwa masing-masing memiliki perspektif penekanan yang berbeda, tetapi tidak bertentangan. Prinsip dari Sukmadina, dalam pandangan penulis, lebih menekankan pada entitas kurikulum, sedangkan prinsip dari Oliva selain berkaitan dengan entitas kurikulum (khususnya pada aksioma point a sampai point d) juga menyangkut prinsip proses pengembangan (point e hingga point j).

Manfaat yang bisa kita ambil adalah prinsip umum pengembangan kurikulum menurut kedua ahli tersebut bisa digunakan secara bersamaan karena akan saling melengkapi dan saling menunjang. Semakin lengkap dan komprehensif, suatu prinsip akan semakin baik karena akan semakin memperjelas dalam mengarahkan prosedur kerja para pengembang kurikulum dan kesempurnaan kurikulum yang dihasilkannya.

b. Prinsip khusus

Sebagaimana telah disebutkan dimuka, prinsip khusus berkenaan dengan prisip yang hanya berlaku di tempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum secara khusus (tujuan, isi, metode, dan evaluasi). Satu wilayah dengan wilayah lainnya, satu jenis dan jenjang pendidikan dengan jenis dan jenjang pendidikan lainnya memiliki karakteristik yang berbeda dalam beberapa aspek. Perbedaan ini tentu bisa mengakibatkan adanya penggunaan prinsip-pinsip yang khas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, serta karakteristik jenis dan jenjang pendidikan tersebut.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum khusus lainnya, yaitu merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan komponen-komponen kurikulum, yang mana antara satu komponen dengan komponen lainnya memiliki prinsip yang tidak sama. Dibawah ini akan diuraikan beberapa prinsip pengembangan kurikulum khusus yang dikemukakan Sukmadinata (2000: 152), yaitu berkaitan dengan pengembangan komponen-komponen kurikulum dengan sedikit


(2)

modofikasi penulis dalam pola urutan penjelasan. Adapun prinsip pengembangan kurikulum khusus yang dimaksud adalah:

1. Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:

a) Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga Negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan.

b) Survei mengenai persepsi orang tua dan masyarakat lainnya tentang kebutuhan mereka yang diperoleh melalui angket atau wawancara dengan mereka.

c) Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.

d) Survei tentang manpower (sumber daya manusia/tenaga kerja) e) Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama f) Penelitian

2. Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikan

Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan/kurikulum, yaitu:

a) Perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran ke dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar.

b) Isi bahan pelajaran harus meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

c) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah belajar, yaitu kognitif, sikap dan keterampilan, diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar.


(3)

penjelasan tentang organisasi bahan dan alat pembelajaran secara lebih mendetail.

3. Prinsip berkenaan dengan proses pembelajaran

Untuk menentukan pendekatan, strategi dan teknik apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, hendaknya pengembang kurikulum memerhatikan hal-hal berikut:

a) Apakah strategi/metode/teknik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?

b) Apakah strategi/metode/teknik tersebut menunjukan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa? c) Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat memberikan urutan

kegiatan yang bertingkat-tingkat?

d) Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat menunjukan berbagai kegiatan siswa untuk mencapai kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor?

e) Apakah strategi/metode/teknik tersebut berorientasi kepada siswa, atau berorientasi kepada guru, atau keduanya?

f) Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru?

g) Apakah strategi/metode/teknik tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber belajar (learning by doing) yang ada di rumah dan masyarakat?

h) Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan “learning by doing” disamping “learning by seeing and knowing”.

4. Prinsip berkenaan dengan media dan alat bantu pembelajaran

Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien perlu didukung oleh penggunaan media dan atau alat bantu pembelajaran yang tepat. Di bawah ini beberapa prinsip yang bisa dijadikan pegangan untuk memilih dan menggunakan media dan alat bantu pembelajaran.


(4)

a) Media atau alat bantu apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran? Apakah semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada penggantinya?

b) Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memerhatikan bagaimana membuatnya, siapa yang membuat, pembiayaannya, serta waktu pembuatannya?

c) Bagaimana pengorganisasian media dan alat bantu pembelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar atau ada bentuk lain? d) Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan

pembelajaran?

e) Hasil terbaik akan diperoleh dengan mengunakan multimedia. 5. Prinsip yang berkenaan dengan evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran. Untuk itu, pengembang kurikulum harus memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi, yaitu objektivitas, komprehensif, kooperatif, mendidik, akuntabilitas, dan praktis. Dalam praktiknya, paling tidak ada lima fase yang harus diperhatikan pengembang kurikulum dalam kegiatan evaluasi, yaitu perencanaan evaluasi, pengembangan alat evaluasi, pengumpulan data, pengolahan hasil evaluasi, laporan dan pemanfaatan hasil evaluasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan evaluasi yaitu:

a) Bagaimana karakteristik kelas, usia, tingkat kemampuan kelompok yang akan dinilai?

b) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan evaluasi? c) Teknik evaluasi apa yang akan digunakan? Tes, nontes atau

keduanya?

d) Jika teknik tes, berapa banyak butir soal yang perlu disusun? e) Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau murid?

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian adalah:


(5)

b) Apakah akan digunakan rumus atau formula guessing?

c) Bagaimana mengubah skor mentah (raw score) ke dalam skor masak?

d) Skor standar apa yang akan digunakan? e) Untuk apakah hasil tes yang digunakan? f) Bagaimana menyususn laporan hasil evaluasi? g) Laporan hasil evaluasi ditujukan kepada siapa aja?

C. Penutup

Pengembangan kurikulum didefinisikan sebagai perencanaan, proses tujuan, dan sistematika untuk membuat perbaikan positif dalam sistem pendidikan. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menujukan pada pengertian tentang berbagai patokan dalam menentukan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum (curriculum planning) yang pada dasarnya prinsip-prinsip tersebut merupakan ciri dari hakikat kurikulum itu sendiri. Terdapat empat sumber prinsip pengembangan kurikulum yaitu data empiris, data eksperimen, cerita/legenda yang hidup di masyarakat, dan akal sehat. Adapula tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum yang terdiri dari: anggapan kebenaran utuh atau menyelutuh, anggapan kebenaran parsial, dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dibedakan menjadi dua macam yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Semua sumber, tipe, dan macam prinsip pengembangan kurikulum ini saling berkaitan dan memengaruhi dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum.

Pemahaman prinsip-prinisip pengembangan kurikulum harus dikuasai oleh seorang calon pendidik. Suatu kurikulum perlu dikembangkan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan tanpa mengubah atau menghilangkan komponen-komponen yang ada di dalamnya. Seorang pendidik harus mampu menciptakan dan mengembangkan suatu kurikulum yang baik dan efisien dengan berpegang kepada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Pemahaman prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dapat menjadikan pendidik bekerja secara mantap, terarah, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.


(6)

Daftar pustaka:

Kurniawan. Dani, dkk. (2011). KURIKULUM & PEMBELAJARAN. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Meyers, Noel. (2008). How To Use (Five) Curriculum Design Principles to Align Authentic Learning Environments, Assesment, Student’s Approaches to Thinking,

and Learning Outcomes. [Online]. Diakses dari

http://www98.griffith.edu.au/dspace/bitstream/handle/10072/30062/56219_1.pdf ;sequence=1

Olivia, Peter F. (1992). Developing the Curriculum. New York: Harper Collins Publishers, Inc.

Print, Murray. (1993). Curriculum Development and Design. Australia: Allen&Unwin. Shalih-el. (2013). MACAM-MACAM PRINSIP PENGEMBANGAN. [Online]. Diakses

dari: http://el-shalih.blogspot.co.id/2010/03/macam-macam-prinsip-pengembangan.html