6
BAB II LANDASAN TOERI
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian citra digital, pengertian dan tujuan deteksi kemiringan, teori hough transform dan implementasinya pada
deteksi kemiringan.
2.1. Pengertian Citra
Secara fisis atau visual, sebuah citra adalah representasi dari informasi yang terkandung di dalamnya sehingga mata manusia dapat menganalisis dan
menginterpretasikan informasi tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan Madenda, 2015. Secara umum citra dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni citra
tampak dan citra tak tampak. Citra tampak dapat berupa lukisan, foto yang sudah dicetak dan sebagainya, sedangkan citra tak tampak ini biasa disebut dengan citra
digital atau citra yang disimpan dalam format digital. Dari kedua kelompok citra tersebut, hanya citra tak tampak atau citra digital yang dapat diolah menggunakan
komputer.
2.2. Pengertian Citra Digital
Citra digital umumnya merupakan data dua dimensi 2D. Pada unumnya citra digital berbentuk persegi atau persegi panjang. Citra digital merupakan sebuah
array, sehingga suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi , berukuran M
baris dan N kolom, dengan x dan y adalah koordinat spasial. Nilai pada suatu irisan baris dan kolom disebut dengan picture elements, image elements, pels, atau piksel
Putra, 2010. Piksel merupakan elemen terkecil dalam suatu gambar digital. Nilai setiap piksel pada posisi koordinat dan mempresentasikan intensitas warna
Madenda, 2015.
2.3 Piksel
Setiap piksel mewakili tidak hanya satu titik dalam sebuah citra melainkan sebuah bagian berupa kotak yang merupakan bagian terkecil sel. Piksel juga dapat
diartikan sebagai elemen gambar yang berisi informasi mengenai warna. Pada citra 3D satuan atau bagian terkecilnya bukan lagi sebuah piksel, melainkan sebuah voxel
Putra, 2010.
2.3. Jenis Citra
Nilai suatu piksel memiliki rentang tertentu secara umum jangkauannya
adalah 0 - 255, berikut adalah jenis-jenis citra berdasarkan nilai pikselnya: 2.4.1.
Citra Biner
Citra biner atau yang biasa disebut monokrom black and white merupakan citra digital yang nilai disetiap pikselnya hanya memiliki dua kemungkinan, yaitu
satu dan nol. Hanya dibutuhkan 1 bit untuk mewakili nilai setiap pikselnya. Gambar 2.1 merupakan contoh representasi citra biner.
Gambar 2. 1 Citra biner dan representasinya
2.4.2. Citra Graysscale
Citra grayscale atau yang biasa disebut keabuan adalah citra yang memiliki tiga kombinasi warna yakni: putih, keabuan dan hitam. Tingkatan keabuan di sini
merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari hitam, keabuan hingga
mendekati putih Putra, 2010. Citra grayscale merupakan citra di mana nilai pikselnya hanya diwakilkan oleh nilai luminance Madenda, 2015. Citra grayscale
membutuhkan 8 bit untuk mempresentasikan nilai pikselnya. Gambar 2.2 merupakan contoh representasi citra biner.
Gambar 2. 2 Citra grayscale dan representasinya
2.4.3. Citra Warna
Pada citra warna atau citra true color, setiap piksel diwakili tiga warna dasar yakni: merah, hijau dan biru atau yang biasa disebut RGB dengan berbagai
kombinasi. Setiap piksel dari citra warna diwakili oleh 8 bit dengan nilai maksimum 256. Warna yang direpresentasikan pada nilai piksel citra warna mengandung
luminance, hue dan saturation. Pada citra warna memiliki variasi warna sampai
dengan 16.777.216 warna. Dengan demikian untuk citra warna dibutuhkan 3 byte memori.
2.4. Format Citra Portable Network Graphics .png
Format file citra standar yang digunakan saat ini terdiri dari beberapa jenis. Setiap file format memiliki karakteristik masing-masing. Salah satu format file citra
adalah format .png adalah format penyimpanan citra terkompresi. Format ini dapat digunakan pada citra grayscale, citra dengan palet warna, dan juga citra fullcolor.
Format .png juga mampu menyimpan informasi hingga kanal alpha dengan penyimpanan sebesar 1 hingga 16 bit per kanal.
2.5. Grayscaling