Permasalahan Keluarga Laporan Individu Pendampingan Keluarga KKN PPM UNUD Periode XIII Tahun 2016 Desa Sinabun - Kecamatan Sawan - Kabupaten Binabun.

5 BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH Identifikasi dan prioritas masalah pada keluarga Bapak Ketut Wasna dilakukan dengan beberapa kali kunjungan ke rumahnya. Selama kunjungan dilakukan pendekatan secara kekeluargaan dengan cara mengobrol ringan sambil mengamati dan membantu pekerjaan rumah keluarga dampingan.

2.1 Permasalahan Keluarga

Dalam waktu 5 minggu pendampingan, telah dilakukan 30 kali pertemuan dengan keluarga Bapak Ketut Wasna. Dalam jangka waktu tersebut, telah teridentifikasi beberapa permasalahan yang dialami oleh keluarga Bapak Ketut Wasna sesuai dengan hasil dari perbincangan ringan dan pengamatan penulis. Permasalahan yang dialami oleh keluarga Bapak Ketut Wasna yaitu: 2.1.1.Ekonomi Keluarga Keluarga Bapak Ketut Wasna termasuk golongan keluarga yang kurang mampu. Hal ini karena kesehariannya Bapak Ketut Wasna dan istrinya hanya bekerja sebagai pemulung. Mereka mencari barang-barang yang bisa dijual seperti mencari botol plastik, botol kaca atau sejenisnya di sekitar Desa Sinabun. Penghasilan dari bekerja sebagai pemulung ini pun bisa dibilang sedikit. Biasanya Bapak Ketut Wasna dan istrinya bisa menjual barang yang didapat dari mengais sampah sekitar Rp. 40.000. Penghasilan per hari ini menurut Bapak Ketut Wasna tidak menentu. Terkadang bisa mendapatkan penghasilan di bawah Rp. 40.000, tetapi jika banyak mendapatkan barang maka pendapatan per harinya bisa mencapai Rp. 60.000. Untuk membantu menambah penghasilannya, Bapak Ketut Wasna memelihara 1 ekor babi. Hasil dari penjualan babi ini pun menurut istrinya sedikit. Sebelumnya mereka membeli bibit babi dengan harga Rp. 450.000 dan setelah 3 bulan menjualnya dengan harga sekitar 1 juta. Penjualan dari memelihara babi itu pun belum terhitung makanannya sehari-hari. Menurut Ibu Nengah Kariati, istri dari Bapak Ketut Wasna penjualan dari memelihara babi ini tidak sangat membantu dalam 6 menambah penghasilan keluarga tetapi bisa menambah sedikit pendapatan dari keluarga Bapak Ketut Wasna. Menurut Bapak Ketut Wasna, pengeluaran sehari-hari untuk makan, jajan kedua anaknya, dan pengeluaran lainnya sekitar Rp. 45.000 akan tetapi jika pendapatannya sedikit maka keluarga Bapak Ketut Wasna akan mengirit dan mengurangi pengeluaran untuk membeli beras dan lauk. Sedikitnya pendapatan yang didapatkan oleh keluarga Bapak Ketut Wasna mengakibatkan banyaknya kebutuhan penting yang diabaikan oleh keluarga Bapak Ketut Wasna seperti kondisi rumah yang kurang sehat, tidak adanya kamar mandi dan WC dan akses air yang tidak ada. 2.1.2.Pendidikan Bapak Ketut Wasna mempunyai dua orang anak. Anak pertama duduk di kelas 5 SD dan anak kedua duduk di kelas 4 SD. Masalah pendidikan yang penulis dapatkan yaitu rendahnya keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini karena rendahnya penghasilan yang didapatkan Bapak Ketut Wasna dan ditambah dengan pemikiran masyarakat yang kebanyakan menganggap pendidikan kurang menjamin pekerjaan yang didapatkannya. 2.1.3.Kesehatan Masalah kesehatan pada keluarga Bapak Ketut Wasna kurang terjaga. Tempat penyimpanan air minum salah satunya. Tempat tersebut tidak tertutup rapat. Hal ini akan menjadi tempat bertelur nyamuk jika dibiarkan terus menerus. Tidak hanya itu, disamping dapurnya Bapak Ketut Wasna memelihara seekor babi. Hal ini menyebabkan bau dari kotoran babi sampai ke dapur dan bakteri pada kandang babi tersebut juga memungkinkan masuk ke dapur karena letaknya berdekatan. Makanan yang dikonsumsi keluarga Bapak Ketut Wasna pun bisa dibilang kurang bergizi karena sehari-hari mereka makan dengan lauk tahu dan tempe. Tetapi jika ada penghasilan lebih keluarga Bapak Ketut 7 Wasna bisa membeli ikan pindang atau daging lainnya. Porsi makanan mereka pun sedikit karena keterbatasan penghasilan per harinya. Kondisi kesehatan di rumah Bapak Ketut Wasna pun semakin buruk karena barang hasil memulung seperti plastik bekas dan yang lainnya ditaruh di dekat kamar tidur dan menambah kumuh tempat tinggalnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena tidak adanya tempat yang cukup untuk menaruh barang-barang hasil memulung dan barang hasil memulung tidak langsung dijual melainkan masih dilakukan penyortiran terlebih dahulu sebelum dijual. Tempat tidur keluarga Bapak Ketut Wasna juga tidak tertata rapi, pencahayaan yang kurang dan ditambah sempitnya ukuran kamar menambah ketidaknyamanan dari kamar tersebut. Hal ini karena keluarga Bapak Ketut Wasna hanya memiliki 2 kamar untuk tidur, satu kamar untuk 2 orang anaknya dan 1 kamar untuk Bapak Ketut Wasna dan istrinya. Sehari-hari Bapak Ketut Wasna memulung sampah di sekitar Desa Sinabun, tetapi jika kondisi badannya tidak memungkinkan maka ia hanya diam di rumah sederhananya untuk istirahat. Hal ini karena Bapak Ketut Wasna mengidap penyakit rematik dan kondisi fisiknya pun sudah melemah. 2.1.4.Tempat Tinggal Rumah keluarga Bapak Ketut Wasna sangat sederhana. Rumah mereka berukuran kira-kira 8 x 5 meter. Halaman rumahnya pun tidak ada dan hanya terdapat jalan tanah untuk akses ke dapur dan kamar tidur. Terdapat 2 bangunan yaitu rumah tempat tidur dan dapur. Tidak terdapat kamar mandi dan WC menyebabkan keluarga Bapak Ketut Wasna melakukan MCK ke telabah cabang saluran dari sungai. Kondisi dari dapurnya pun bisa dikatakan kurang baik. Hal ini karena tidak adanya ventilasi yang cukup ditambah keluarga Bapak Ketut Wasna memasaknya masih menggunakan kayu bakar yang menyebabkan asap hasil memasak tidak langsung keluar karena kurangnya ventilasi. Bangunan yang kedua 8 yaitu bangunan rumah yang hanya memiliki 2 kamar tidur berukuran kira- kira 2 x 2 meter dan beratap seng yang jika hujan lebat terkadang rumahnya bocor. Secara umum tempat tinggal keluarga Bapak Ketut Wasna kurang layak untuk dihuni karena tempat tinggalnya yang kecil dan kurang terjaga kebersihannya. Tempat tidur dan dapurnya kurang ventilasi yang menyebabkan kamarnya lembab dan ditambah ukuran kamarnya sangat kecil sekitar 2 x 2 meter. Bangunan tempat tidurnya pun tidak terjaga kebersihannya karena barang hasil memulung ditaruh di sana. Bangunan dapurnya juga kurang layak karena bangunannya sudah lama, kurangnya ventilasi dapur dan dapurnya beralaskan tanah. 2.1.5.Air Bersih Keluarga Bapak Ketut Wasna tidak memiliki air SPAMDES. Bapak Ketut Wasna mengaku tidak memasang air SPAMDES karena tidak memiliki biaya nantinya untuk membayar iuran per bulannya. Sehari-hari keluarga Bapak Ketut Wasna menggunakan air telabah cabang saluran dari sungai untuk kebutuhan MCK. Untungnya jarak rumah ke telabah cukup dekat kira-kira 100 meter. Tetapi hal ini akan jadi masalah jika ingin buang air besar atau yang lainnya yang bersifat mendadak pada malam hari. Istri Bapak Ketut Wasna juga menggunakan air telabah untuk mencuci piring dan perabotan dapurnya. Sedangkan untuk air minum, mereka meminta air SPAMDES dari tetangga.

2.2 Masalah Prioritas