proposa yang direvisi tangga 5 04 2007

(1)

DAFTAR ISI A. Judul

PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG MI BURSA EFEK JAKARTA

B. Latar Belakang Penelitian C. Rumusan Masalah

D. Batasan Masalah

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

2. Kegunaan Penelitian E. Landasan Teori

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu 2. Pengertian Saham

3. Analisis Penilaian Saham 4. Pengertian Return Saham

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian (Return) 6. Elemen-Elemen Return Saham

7. Pengertian Earning Per Share (EPS) 8. Pengertian Return On Equity (ROE) 9. Pengertian Debt To Total Asset (DTA) 10.Hipotesis

11. Kerangka Pikir E. Metode Penelitian


(2)

2. Jenis dan Sumber Data

3. Populasi dan Sampel Penelitian 4. Definisi Operasional Variabel 5. Metode Analisis Data


(3)

A. Judul

PENGARUH VARIABEL –variabel fUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERCATAT DI BURSA EFEK JAKARTA

B. Latar Belakang Penelitian

Pasar modal merupakan pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualkan. Disamping tidak boleh awal kalimat pasar modal merupakan salah satu perantara untuk menyalurkan pihak-pihak yang kelebihan dana (unit surplus) kepada pihak-pihak yang kekurangan dana (unit defisit). Bagi unit surplus (investor) kegiatan tersebut merupakan investasi yang bertujuan untuk meningkatkan kekayaan para investor atau pemilik modal. (Husnan, 1997) Salah satu kegiatan investasi tersebut adalah membeli sekuritas dari perusahaan-perusahaan dikreksi tulisannaya go publick sebagai tanda penyertaan modal yang disetor. Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam.

Perkembangan pasar modal yang terjadi pada akhir-akhir ini tidak terlepas dari peran pemodal (investor) yang melakukan transaksi di pasar modal. Pada sisi yang lain para investor tidak begitu saja melakukan melakukan pembelian saham sebelum melakukan penilaian dengan baik terhadap emiten (perusahaan). Salah satu aspek yang menjadi pertimbangan para investor yaitu menghasilkan profit atau keuntungan secara maksimal. Untuk menarik para investor untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid yaitu apabila penjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal


(4)

dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.

Bagi para investor terdapat dua hal yang sering kali menjadi perhatian dalam memutuskan pilihan investasinya, yaitu return dan risiko. Para investor akan mencari sekuritas-sekuritas yang memiliki return yang sama dan memiliki risiko yang terendah. Sedangkan untuk sekuritas-sekuritas yang memiliki risiko-risiko yang sama mereka memilih return yang tertinggi. Pada dasarnya return merupakan hasil yang diperoleh dari hasil investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang (Jogianto, 2003:109).

Dalam mengambil keputusan investasi saham harus didahului adanya proses analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yang memasyarakatkan sahamnya melalui pasar modal berdasarkan analisis laporan keuangan tersebut akan diketahui kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaannya. Analisis yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan analisis fundamental. Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap saham memiliki memiliki nilai intrinsik, yaitu dengan mempertimbangkan unsur-unsur keuangan seperti: earning (laba), deviden, struktur modal dan risiko.

Dengan kata lain nilai intrinsik adalah cara penentuan harga saham berdasarkan kemampuan atau performance masa depan perusahaan yang mempengaruhi atas return yang dihasilkan sebutkan sumbernya.

Melalui analisis fundamental maka dapat diketahui keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sangat ditentukan oleh kemampuan


(5)

integritas dan profesionalisme manajemen. Pada sisi yang lain analisis fundamental dapat digunakan investor harus mengetahui sejauh mana peranan perusahaan dalam perekonomian nasional. Ini dapat di lakukan dengan melihat sejauh mana produk perusahaan dalam persaingan dengan industri sejenis baik domestik dan asing mampu bertumbuh dan berkembang. Selain itu perkembangan perusahaan juga di tentukan oleh market share yang ada. Melalui analisis fundamental investor dapat mengetahui rentabilitas (kemampuan menghasilkan keuntungan) perusahaan mengingat beban risiko yang melekat pada investasi. Informasi ini dapat di peroleh perusahaan dengan membuat data dari laporan keuangan perusahaan. Rentabilitas ini akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam pembayaran deviden dan peningkatan pendapatan per lembar saham.

Perusahaan dagang merupakan jenis perusahaan yang tidak melakukan proses produksi dalam kegiatan operasionalnya. Keadaan tersebut akan memberikan peluang bagi para investor untuk menghindari segala bentuk kerugian yang dapat ditimbulkan dari kegiatan investasinya. Keuntungan tersebut dikarenakan kecilnya tingkat risiko yang merugikan berinvestasi pada perusahaan dagang lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Kaitannya dengan investasi saham pada perusahaan dagang, para investor harus mampu untuk memperhitungkan laba yang akan diperolehnya.

Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik yaitu sebagai suatu hal yang diwakili oleh fakta. Nilai intrinsik dipertimbangkan dengan mempertahankan unsur-unsur keuangan seperti: earning, dividen, struktur modal, trend (proyeksi) dan risiko. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa


(6)

analisis fundamental merupakan penentuan harga saham berdasarkan kemampuan atau kinerja keuangan perusahaan. (Sjahrizal, 1990). Dalam kaitannya dengan investasi saham, investor harus memperhitungkan laba yang diperoleh. Kondisi tersebut dikarenakan untuk mengetahui penghasilan yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan dari dalam perusahaan diukur dengan menggunakan analisis Return On Equity (ROE), untuk mengetahui atau mengukur laba bersih perusahaan yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham yang dibeli investor diukur dengan menggunakan analisis Earning Pershare (EPS) selain itu investor harus mengukur besarnya hutang yang digunakan oleh suatu perusahaan yaitu dengan Debt To Total Asset (DTA) lengkapi daftar peusahaan yang listing di BEJ.

Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, maka penulis mengambil judul: “PENGARUH VARIABEL FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN DAGANG YANG TERCATAT DI BURSA EFEK JAKARTA”yng dimaksud fundamental ini mana jelaskan pada latar belakang.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah variabel fundamental yang meliputi Earning Pershare (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta kala =u yang diambil hanya beberapa variable ;judulnya sebaik langsung aja; varibelnya berpengaruh ke return?


(7)

2. Dari ketiga variabel fundamental tersebut manakah yang bepengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ?

D. Batasan Masalah

Untuk memperoleh hasil studi yang lebih mendalam maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Return saham yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pada komponen

return yang berupa data tahunanyang merupakan selisih antara return aktual yang sebenarnya terjadi dengan return yang diharapkan.

2. Komponen return yang diperhitungkan hanya capital gain, dalam penelitian ini tidak menghitung deviden hal tersebut dikarenakan sifatnya accidental dan tidak semua perusahaan membagikannya.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui variabel fundamental yang meliputi Earning Pershare

(EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

2) Untuk mengetahui variabel fundamental tersebut manakah yang bepengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.


(8)

a. Bagi investor, dapat memberikan masukan dan penambahan referensi serta pemahaman harga saham perusahaan yang akan di investasi, khususnya mengenai pengaruh kinerja keuangan atau variabel fundamental perusahaan terhadap return saham.

b. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran serta referensi bagi peneliti selanjutnya.

F. Landasan Teori

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Septiana (2001) melakukan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ serta variabel untuk mengetahui variabel yang mempunyai pengaruh dominant terhadap Tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ. Diantara variabel tersebut menunjukkan bahwa rasio profitabilitas mempunyai pengaruh dominan terhadap tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ. Adapun persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu sebagai berikut:


(9)

1. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:

a. Objek penelitian serta data yang digunakan peneliti terdahulu berbeda dengan objek penelitian sekarang, yaitu peneliti terdahulu menggunakan perusahaan manufaktur sedangkan objek penelitian sekarag ini adalah perusahaan manufaktur.

b. Adanya perbedaan periode pengamatan, penelitian terdahulu menggunakan periode pengamatan dari tahun1997 sampai 2000, sedangkan penelitian sekarang tahun 2003 sampai dengan 2005.

2. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:

a. Sama-sama mengangkat topik mengenai permasalahan analisis fundamental

b. Faktor kinerja keuangan yang digunakan peneliti terdahulu memeliki persamaan dengan peneliti yang sekarang yaitu menggunakan variabel (Earning Pershare (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA).

2. Pengertian Saham

Sebelum membahas tentang pengertian saham, terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan efek (surat berharga). Pengertian efek menurut Kholmi (2002: 85) adalah “Suatu surat berharga, yang dapat berupa surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, unit penyertaan kontrak investasi kolektif dan setiap derivatif dari efek”.

Menurut Darmadji dan Fahkruddin (2001: 5) saham dapat didefinisikan yaitu “Sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu


(10)

perusahaan atau perseroan terbatas”. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah milik perusahan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah merupakan bukti keikutsertaan seorang investor dalam kepemilikan pada suatu perseroan terbatas dengan komposisi kepemilikan sebesar dari modal yang ditanamkan kepada perusahaan.

3. Analisis Penilaian Saham

Investasi pada saham dinilai mempunyai tingkat risiko yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif lainnya seperti obligasi, deposito, dan tabungan. Hal ini disebabkan oleh pendapatan yang diharapkan dari investasi saham bersifat tidak pasti, dimana pendapatan saham terdiri dari deviden dan capital gain. Return suatu investasi secara sederhana dapat dinyatakan sebagai suatu perbandingan antara laba yang diperoleh dari investasi dengan investasi awalnya. Sedangkan risiko didefinisikan sebagai suatu kemungkinan tidak tercapainya hasil yang diharapkan dari suatu usulan investasi. (Muslich, 1997:30)

Analisis pengolahan saham merupakan hal yang sangat mendasar, yang harus dilakukan oleh pemodal saham sebelum melakukan investasi pada suatu saham perusahaan. Dalam konteks teori menurut Husnan (1996: 288) ada 2 (dua) cara untuk melakukan analisis dalam bentuk saham yakni: Analisis fundamental dan Analisis teknikal.


(11)

1. Analisis Fundamental

Menyatakan bahwa setiap investasi saham mempunyai landasan yang kuat yang disebut nilai interinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat sekarang dan prospeknya dimasa mendatang. nilai interinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasikan oleh para pemodal atau analis, dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham- saham yang overprice maupun underprice

2. Analisis Teknikal

Merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor lain yang bersifat teknis. Model analisis teknikal lebih menekankan pada tingkah laku pemodal dimasa akan datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu (nilai psikologis). Para penganut analisis ini menyatakan bahwa:

a. Harga saham merupakan informasi yang relevan

b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu c. Karenanya pola tersebut akan berulang


(12)

4. Pengertian Return Saham

Tingkat keuntungan (return) mempunyai arti yang tidak sama bagi setiap investor yang berbeda. Beberapa investor lebih menyukai tingkat keuntungan yang lebih cepat, sehingga kurang memperhatikan investasi yang keuntungannya terlalu lama. Investor mungkin cenderung mencari investasi yang memiliki keuntungan yang relatif tetap tapi pasti. Pertimbangan yang lain yaitu seorang investor mungkin hanya mencari investasi yang menjanjikan tingkat keuntungan yang tinggi dengan ketidakpastian yang tinggi.

Menurut Tandelilin (2001:47) menyatakan bahwa return saham adalah “Salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya”.

Adapaun menurut Horne & Wachowicz (1997:94) mengemukakan bahwa “Pengembalian (return) merupakan hasil pendapatan yang diterima dari investasi ditambah perubahan harga pasar, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari harga pasar investasi mula-mula”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan return saham yaitu merupakan pengembalian hasil atau laba atas suatu surat berharga atau investasi modal yang biasanya dinyatakan dalam tingkat prosentase tertentu. Dengan demikian return saham disini yaitu meliputi deviden dan

capital gain atau capital loss.


(13)

Faktor utama yang menyebabkan harga saham berubah adalah adanya persepsi yang berbeda dari masing-masing investor, sesuai dengan informasi yang telah dimiliki. Persepsi tersebut tercermin melalui tingkat pengembalian (return). Apabila sebagian besar investor suatu saham mempunyai persepsi bahwa tingkat pengembalian (return) saham tersebut tidak memadai lagi, maka mereka akan mengambil keputusan untuk menjualnya. Kalau ini terjadi maka harga saham akan menurun. Hal itu terjadi dikarenakan akan terjadinya penawaran yang lebih (oversuply).

Menurut Widoatmojo (1996:81) terdapat empat faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian (return) yaitu meliputi:

1. Tingkat pengembalian tanpa risiko

Tingkat pengembalian tanpa risiko adalah apabila kita menginvestasikan modal kita kealat investasi yang tidak mengandung risiko. Di Indonesia sarana investasi yang biasanya dianggap tidak memiliki risiko adalah deposito dan tabungan, karena sampai saat ini deposito dan tabungan tetap menjadi alat investasi yang dianggap paling aman.

2. Premi Risiko

Premi risiko ini menunjukkan seberapa besar kerugian investor apabila dia menanamkan modalnya untuk pembelian saham biasa. Premi risiko ini perlu ditambahkan kepada tingkat pengembalian tanpa risiko, sebab investor saham biasanya akan menanggung risiko berupa kemungkinan masuknya pesaing baru, permasalahan perburuan, resesi ekonomi atau yang lain. Dengan menambahkan premi risiko yang harus ditanggungnya dalam investasi saham biasa, yaitu


(14)

dengan menuntut tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari tingkat pengembalian tanpa risiko.

3. Indeks Beta

Indeks beta menunjukkan sensitivitas suatu saham terhadap keseluruhan pergerakan harga saham. Oleh karena itu tingkat pengembalian juga dipengaruhi oleh indeks beta. Apabila kita menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi tentu saja kita bisa memiliki saham yang memiliki indeks beta tinggi.

4. Tingkat Pertumbuhan Deviden

Tingkat pengembalian saham biasa bisa datang dari dua jurusan, yaitu dari deviden dan capital gain. Karena itu tingkat pertumbuhan deviden harus dimasukkan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian (return). 6. Elemen-Elemen Return Saham

Pemegang saham biasa menerima pengembalian dalam bentuk deviden dan

capital gain. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai deviden dan capital gain: a. Deviden

Menurut Darmadji (2001) deviden merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan yang menerbitkan saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden yang akan didapatkan oleh pemegang saham, syaratnya yaitu pemodal atau pemegang saham tersebut harus memegang saham dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai penegang saham yang berhak mendapatkan deviden. Deviden yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dapat berupa deviden tunai artinya deviden yang dibagikan


(15)

kepada para pemegang berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa deviden saham.

Menurut IAI (1999:69) Deviden adalah bagian laba yang ditetapkan oleh direksi dan disahkan oleh rapat umum pemegang saham untuk dibagikan kepada para pemegang saham dimana pembayarannya diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku pada jenis saham yang ada. Selain itu deviden merupakan bagian dari laba yang diberikan oleh emiten kepada pemegang sahamnya.

b. Capital gain

Pengertian capital gain menurut Darmadji (2001) capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder pada umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.

Menurut Jogiyanto (1998:86) capiatal gain “Merupakan selisih lebih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu”. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh investor dari selisih harga jual di atas harga beli saham atau kerena adanya peningkatan harga pasar saham. Sebaliknya apabila harga beli saham lebih tinggi dari harga jual saham maka investor akan mengalami kerugian.

10. Pengertian Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share atau laba per lembar saham adalah analisis laba dari sudut pandang pemilik yang dipusatkan pada laba per lembar saham dalam suatu perusahaan. Earning Per Share sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka earning per share paling sering digunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual


(16)

sahamnya kepada masyarakat umum. Perhitungan earning per share mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga saham pasar dan menentukan besarnya deviden yang akan dibagikan. Earning Per Share merupakan suatu ukuran dimana baik manajemen maupun pemegang saham menaruh perhatian yang besar. Ukuran ini digunakan secara luas dan sering merupakan dasar untuk menetapkan tujuan serta sasaran spesifik perusahaan sebagai bagian dari perencanaan strategis.

Standar Akuntansi Keuangan tidak memberikan suatu definisi yang jelas mengenai laba bersih per lembar saham. Dari dictionary of accounting hasil susunan Abdullah (1991:32) yang menyatakan bahwa laba bersih per lembar saham adalah: “Pendapatan bersih perusahaan selama setahun di bagi dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar, dengan pendapatan bersih tersebut dikurangi dengan

devidend saham preferen yang diperhitungkan untuk tahun tersebut”.

Sedangkan menurut Baridwan (1992:448) laba bersih per lembar saham adalah: “ Jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya deviden yang akan dibagikan”.

Adapun Menurut Darmadji (2001:139) EPS adalah: “Rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham persaham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham”.

Investor membeli saham dengan harapan memperoleh kembalian baik dalam bentuk dividen maupun peningkatan nilai saham dimasa yang akan datang. Karena


(17)

earning per share menjadi dasar untuk pembayaran dividen dan menjadi dasar untuk peningkatan nilai saham di masa mendatang, para investor selalu tertarik dengan

earning per share yang dilaporkan oleh perusahaan.

Garrison dan Norren (2001:787) menyatakan bahwa: “Earning per share

dihitung dengan membagi laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan rata- rata jumlah saham biasa yang beredar selama satu tahun. Laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa adalah laba bersih dikurangi dengan dividen yang harus dibayarkan kepada para pemegang saham preferen”.

EPS = LabaRataBersih -Rata-Jumlah Deviden UnLembar tuk YangSahamBeredarPreferen

Sedangkan Hanafi dan Halim (2003:191) menyatakan bahwa: “EPS bisa digunakan untuk beberapa macam analisis. Earning Per share bisa digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu saham oleh analis surat berharga. EPS mudah dihubungkan dengan harga pada suatu saham dan menghasilkan rasio PER (Price Earning Ratio)”.

Berdasarkan definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa laba per lembar saham merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Laba per lembar saham ini merupakan angka yang sering digunakan dalam publikasi mengenai kinerja perusahaan yang sering dipergunakan dalam publikasi mengenai kinerja perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa laba per lembar saham mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya deviden per lembar saham di kemudian hari untuk menilai keefektifan manajemen.


(18)

Menurut Weston dan Brigham (1993:25), EPS dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut:

EPS = Jumlah lembar LabasahamBersihbiasayangberedar

EPS dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba bersih badan usaha dalam suatu periode tertentu. Tingkat pertumbuhan earning per share tergantung dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu ukuran kunci yang menghubungkan pendapatan perusahaan dengan saham biasanya adalah laba per lembar saham (earning per share). Laba per lembar saham dipakai untuk mengukur pertumbuhan laba dan potensi laba perusahaan. Apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang sederhana maka laba per lembar saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham rata-rata biasanya yang beredar selama tahun berjalan. Jika struktur perusahaan mencakup saham biasa maupun saham

preferen, maka kebutuhan deviden saham preferen harus dikurangi terlebih dahulu dari laba bersih sebelum dilakukan komputasi laba bersih per lembar saham.

7. Pengertian Return On Equity (ROE)

Rentabilitas modal sendiri merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memperoleh laba. Perhitungan rentabilitas ini mempunyai peranan yang sangat penting agar perusahaan dapat memutuskan apakah perusahaan harus menambah atau mengurangi modal sendiri dalam rangka melakukan efisiensi. Disamping itu dapat juga dibuat sebagai dasar perencanaan dalam rangka perluasan usaha, apakah perusahaan perlu memenuhi dananya dari luar atau dipenuhi dari modal sendiri.


(19)

Menurut Hanafi dan Halim (2003:177) Return On Equity atau sering disebut juga dengan Return on Common Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering diterjemahkan sebagai Rentabilitas Saham Sendiri (Rentabilitas Modal Saham). Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim residual (sisa) atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang, kemudian saham preferen, baru kemudian (kalau ada sisa) diberikan ke pemegang saham biasa.

Sedangkan menurut Syamsudin (1995:58) menyatakan bahwa return on equity

merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.

Dengan demikian alat pengukur kinerja keuangan yang paling populer diantara para penanam modal dan manajer senior yaitu hasil atas hak pemegang saham. ROE merupakan ukuran efisiensi yang dicapai perusahaan dalam mendayagunakan modal para pemilik. ROE dapat dicari dengan membandingkan antara laba bersih setelah pajak dikurangi deviden saham preferen dengan modal.

Tiga penentu ROE yaitu meliputi:

a. Profit Margin

Adalah mengukur bagian tiap penjualan yang diturunkan melalui perhitungan rugi laba menjadi laba bersih. Rasio ini penting karena mencerminkan strategi


(20)

penetapan harga penjualan yang ditetapkan perusahaan dan kemampuan untuk mengendalikan badan usaha.

b. Asset Turnover

Rasio ini merupakan ukuran intensitas modal (capital intencity), dengan perputaran aktiva yang rendah menunjukkan suatu bisnis dengan intensitas modal yang tinggi dan perputaran aktiva yang tinggi menunjukkan sebaliknya.

c. Financial Leverage

Financial Leverage adalah penggunaan hutang (debt), tingkat leverage keuangan modal (equity) dalam pembelanjaan pasif perusahaan.

Sedangkan menurut Sartono (1996:131) Return on equity termasuk kedalam kelompok rasio profitabilitas. Return on equity mengukur perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Semakin besar ROE menandakan saham prioritas yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham, secara sistematis dapat diuraikan sebagai berikut:

ROE =

Sendiri Modal

Pajak Setelah Laba

Dengan demikian return on equity dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri yang bekerja pada perusahaan tersebut. Untuk mengetahui tinggi rendahnya return on equity suatu perusahaan yaitu dengan jalan membandingkan laba yang diperoleh dari perusahaan pada periode tertentu dengan modal sendiri untuk menghasilkan laba tersebut pada periode yang bersangkutan. Dalam menghitung return on equity laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak. Sedangkan modal kerja yang diperhatikan adalah modal kerja sendiri untuk menghasilkan laba tersebut.


(21)

Rasio jumlah hutang terhadap jumlah harta biasanya disebut rasio hutang (debt ratio), yang mengukur prosentase jumlah dana yang disediakan para kreditur, yang termasuk hutang adalah kewajiban lancar dan semua obligasi (hutang jangka panjang). Para kreditur lebih menyukai rasio hutang (debt ratio) yang modern karena semakin rendah rasio tersebut semakin diperingan kerugian kreditur kalau terjadi likuidasi.

Menurut Horne & Wachowicz (1997:138) menyatakan bahwa debt to total asset merupakan rasio hutang terhadap aktiva yang diperoleh dengan membagi total hutang dengan total aktivanya. Dengan demikian rasio ini dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

DTA =

Aktiva Total

Hutang Total

Sedangkan menurut Husnan (1992:207) menyatakan bahwa “Rasio total hutang dengan total aktiva merupakan rasio yang mengukur prosentase penggunaan dana yang berasal dari kreditur”. Para kreditur lebih menyenangi rasio hutang yang rendah, karena semakin rendah rasio hutang semakin besar pula perlindungan yang diperoleh para kreditur pada keadaan likuidasi.

Rasio ini memiliki tujuan yang sama dengan rasio hutang terhadap ekuitas. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang bagi perusahaan dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan hutang. Dengan demikian menunjukkan bahwa semakin besar persentase pendanaan berasal dari ekuitas pemegang saham, semakin tinggi rasio hutang terhadap total aktiva semakin besar risiko keuangan, semakin rendah rasio ini semakin rendah pula risiko keuangan.


(22)

Pemilik perusahaan lebih menyukai rasio ini lebih tinggi dengan adanya pertimbangan:

1. Memperbesar tingkat keuntungan.

2. Karena mengeluarkan saham baru berarti mengurangi kendali perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila rasio hutang lebih tinggi bisa timbul kemungkinan bahwa para pemilik perusahaan akan terlalu berani berspekulasi karena bagian modal milik sendiri yang terlibat pada usaha tersebut adalah sangat terbatas.

Sendiri Modal

Total

Hutang Total

DER 13. Hipotesis

a. Variabel fundamental yang meliputi Earning Pershare (EPS), Return On Equity

(ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

b. Earning Pershare (EPS) mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

14. Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini dibuat untuk memberikan gambaran penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai analisis pengaruh variabel fundamental terhadap return

saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut:


(23)

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka dapat diketahui tingkat return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang ditinjau dari

Earning Per Share, Return On Equity Dan Debt To Tal Asset.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian explanatory (penjelasan) yaitu peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, maka penelitian tersebut tidak lagi dinamakan penelitian deskriptif melainkan penelitian pengujian hipotesa atau penelitian explanatory

(penjelasan).

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka, yang meliputi data Earning Pershare

(EPS), Return On Equity (ROE), Debt To Total Asset (DTA) dan return saham. Adapun sumber data yang digunakan adalah data sekunder, dalam hal ini data sekunder dapat diperoleh atau yang diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta, Harian Bisnis Indonesia, dan sumber lain yang berkaitan dengan pasar modal. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahun 2003 sampai 2005.

Return on Equity (ROE) Debt To Total Asset (DTA)


(24)

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (1998: 115) yang dimaksud populasi adalah jumlah keseluruhan dari obyek penelitian. Adapun dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan dagang yang listing di Bursa Efek Jakarta yang mempublikasikan laporan keuangannya periode 2003, 2004 dan 2005 yaitu sebanyak 14 perusahaan, adapun daftar nama dan kode perusahaan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Daftar Nama dan Kode Perusahaan

No. Kode Nama Perusahaan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. AIMS ALFA AGIS RMBA EPMT HERO MPPA META SDPC RALS RIMO TGKA TKGA WICO

PT. Akbar Indo Makmur Stimec, Tbk. PT. Alfa Retailindo, Tbk.

PT. Artha Graha Investama Sentral, Tbk. PT. Bentoel International Investama, Tbk. PT. Ensevel Putera Megatrading, Tbk. PT. Hero Supermarket, Tbk.

PT.Matahari Putra Prima, Tbk. PT. Metamedia Technologies, Tbk.

PT. Millennium Pharmacon International, Tbk. PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk.

PT. Rimo Catur Lestari, Tbk. PT. Tiga Raksa Satria, Tbk. PT. Toko Gunung Agung, Tbk.

PT. Wicaksana Overseas International, Tbk. Sumber Data: Indonesian Capital Market Directory


(25)

Pada penelitian ini tidak terdapat sampel, karena jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian populasi sehingga semua populasi dijadikan sebagai obyek penelitian. Yang menjadi landasan atau dasar dari jumlah pengambilan sampel adalah pendapat dari Arikunto (1998: 120) yang mengatakan: “Apabila subyeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100 maka sampel yang diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% tergantung dari luas wilayah, dana, waktu dan tenaga.” 4. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Bebas/ Independent 1) Earning Pershare (EPS)

Merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham persaham, yaitu dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham yang beredar. Adapun rumus yang digunakan yaitu:

EPS = Jumlah lembar LabasahamBersihbiasayangberedar

2) Return On Equity (ROE)

Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang tersedia bagi para pemegang saham perusahaan. Semakin besar ROE menandakan saham prioritas yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham. Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

ROE =

Sendiri Modal

Pajak Setelah Laba


(26)

Merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai banyaknya hutang yang dapat digunakan sebagai perbandingan suatu indikator umum dari kemampuan perusahaan, yang diperoleh dengan membagi total hutang dengan total aktivanya. Rumus yang digunakan yaitu:

DTA =

Aktiva Total

Hutang Total

b. Variabel Terikat

Yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adannya variabel bebas. Dalam hal ini yang menjadi variabel terikat adalah return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di BEJ pada tahun 2003 sampai 2005. 5. Metode Analisis Data

a. Untuk mencari pengaruh antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model analisa regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + E

Di mana:

Y = Return saham (variabel dependent) a = bilangan konstanta

b1 ...b3 = koefisien regresi masing-masing variabel

x1 = variabel Earning Pershare (EPS)

x2 = variabel Return On Equity (ROE)

x3 = variabel Debt To Total Asset (DTA)

E = Standar Error

b. Uji Hipotesis 1) Uji Hipotesis I


(27)

a) Uji F (F-test)

Uji hipotesis I yaitu dengan menggunakan uji F yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel

independent dalam hal ini faktor Earning Pershare (EPS), Return On Equity

(ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) terhadap variabel dependent yaitu

return saham. Dengan rumus:

Fhitung =

1) -k -(n / ) R -(1 k / R 2 2 Di mana:

F = uji pengaruh secara simultan R2 = koefisien determinasi

k = jumlah variabel bebas n = banyaknya sampel

Penolakannya hipotesa atas dasar signifikasi pada taraf nyata 5% (taraf kepercayaan 95%) dengan kriteria:

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada

pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Fhitung  Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada

pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho diterima Ho ditolak Ha diterima


(28)

b) Uji t (t-test)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel

independent terhadap variabel dependent secara parsial atau per variabel. Dengan rumus:

thitung =

Sb b

di mana:

thitung = nilai t hitung

b = koefisien regresi

Sb = standart deviasi dari variabel bebas

Sedangkan pada uji t mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang

berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independent

terhadap variabel dependent.

2. Jika t hitung > t tabel atau t hitung <- t tabel ,maka Ho ditolak dan Ha

diterima, yang berarti ada pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent.

Ho ditolak Ho ditolak Ha diterima Ha diterima

- t tabel t tabel


(29)

Dalam pengujian ini digunakan untuk mengetahui faktor diantara Earning Pershare (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) yang mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005. Pengujianya yaitu dengan membandingkan koefisen regresi masing-masing faktor, dimana faktor yang memiliki koefisen regresi terbesar maka faktor tersebut mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham.

c. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Santoso (2002:203) bahwa tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent.

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas menurut Santoso (2002:206) adalah:

1. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1 2. Uji Autokorelasi

Menurut Widayat dan Amirullah (2002:108) jika terjadi autokorelasi maka kosekuensinya adalah estimator masih tidak efisien, oleh karena itu interval kenyakinan menjadi lebar. Konsekuensi lain jika permasalahan autokorelasi dibiarkan maka varian kesalahan pengganggu menjadi


(30)

digunakan. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dari besaran Durbin Watson. Secara umum nilai Durbin Watson yang bisa diambil patokan menurut Santoso (2002:219) adalah:

1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas. Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002:208). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.

Lebih lanjut menurut Santoso (2002:210) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2003. Analisis Investasi; Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta Agus Subandi, 1994. Manejemen Keuangan; UPP, AMPYKN, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek; Edisi Revisi II, Rineka Cipta, Jakarta.

Gorrison, Norren, 2001. Akuntansi Manejerial; Buku 2, Salemba Empat, Jakarta. Jogiyanto, 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi; Edisi Kedua, BPFE,

Yogyakarta.

Lukman Syamsudin, 1992. Manajemen Keuangan Perusahaan; Edisi Baru, CV. Rajawali, yogyakarta.

Masiyah Kholmi, 2001. Lembaga Keuangan dan Akuntansi Perbankan; Labotarium Akuntansi FE UMM, Malang.

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003. Analisis Laporan Keuangan; Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Mohammad muslich, 1997. Manajemen Keuangan Modern; analisis, perencanaan dan kebijaksnaan; Bumi Aksara, Jakarta.

Sawidji Widiatmodjo, 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal; Pengetahuan Dasar, Jurnalindo Aksan Grafika, Jakarta.

Suad Husnan, 1996. Dasar- Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas; Edisi Kedua, UPP AMMP YKPN, Yogyakarta.

Sugiono, 1994. Metode Penelitian Bisnis; Cetakan ke IV, CV. ALFABETA, Bandung Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, 2001. Pasar modal Indonesia;

Pendekatan Tanya Jawab; Salemba Empat, Jakarta.

Umar, Husein, 2000. Riset Pemasaran Perilaku Konsumen; Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Septiana, 2001. Pengaruh Variabel Fundemental Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ; Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Tidak dipublikasikan.

Komentar :


(32)

Dan langsung diseminarkan :


(1)

a) Uji F (F-test)

Uji hipotesis I yaitu dengan menggunakan uji F yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel independent dalam hal ini faktor Earning Pershare (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) terhadap variabel dependent yaitu return saham. Dengan rumus:

Fhitung = 1) -k -(n / ) R -(1 k / R 2 2 Di mana:

F = uji pengaruh secara simultan R2 = koefisien determinasi

k = jumlah variabel bebas n = banyaknya sampel

Penolakannya hipotesa atas dasar signifikasi pada taraf nyata 5% (taraf kepercayaan 95%) dengan kriteria:

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika Fhitung  Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ho diterima Ho ditolak

Ha diterima


(2)

b) Uji t (t-test)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent secara parsial atau per variabel. Dengan rumus:

thitung =

Sb b

di mana:

thitung = nilai t hitung b = koefisien regresi

Sb = standart deviasi dari variabel bebas

Sedangkan pada uji t mempunyai kriteria sebagai berikut:

1. Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independent terhadap variabel dependent.

2. Jika t hitung > t tabel atau t hitung <- t tabel ,maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent.

Ho ditolak Ho ditolak Ha diterima Ha diterima

- t tabel t tabel 2) Uji Hipotesis II


(3)

Dalam pengujian ini digunakan untuk mengetahui faktor diantara Earning Pershare (EPS), Return On Equity (ROE) dan Debt To Total Asset (DTA) yang mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005. Pengujianya yaitu dengan membandingkan koefisen regresi masing-masing faktor, dimana faktor yang memiliki koefisen regresi terbesar maka faktor tersebut mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham.

c. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Santoso (2002:203) bahwa tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas menurut Santoso (2002:206) adalah:

1. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1 2. Uji Autokorelasi

Menurut Widayat dan Amirullah (2002:108) jika terjadi autokorelasi maka kosekuensinya adalah estimator masih tidak efisien, oleh karena itu interval kenyakinan menjadi lebar. Konsekuensi lain jika permasalahan autokorelasi dibiarkan maka varian kesalahan pengganggu menjadi underestimate, yang pada akhirnya penggunaan uji t dan uji F tidak lagi bisa


(4)

digunakan. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dari besaran Durbin Watson. Secara umum nilai Durbin Watson yang bisa diambil patokan menurut Santoso (2002:219) adalah:

1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas. Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002:208). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.

Lebih lanjut menurut Santoso (2002:210) dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2003. Analisis Investasi; Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta Agus Subandi, 1994. Manejemen Keuangan;UPP, AMPYKN,Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek; Edisi Revisi II, Rineka Cipta, Jakarta.

Gorrison, Norren, 2001. Akuntansi Manejerial; Buku 2, Salemba Empat, Jakarta. Jogiyanto, 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi; Edisi Kedua, BPFE,

Yogyakarta.

Lukman Syamsudin, 1992. Manajemen Keuangan Perusahaan; Edisi Baru, CV. Rajawali, yogyakarta.

Masiyah Kholmi, 2001. Lembaga Keuangan dan Akuntansi Perbankan; Labotarium Akuntansi FE UMM, Malang.

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003. Analisis Laporan Keuangan; Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Mohammad muslich, 1997. Manajemen Keuangan Modern; analisis, perencanaan dan kebijaksnaan; Bumi Aksara, Jakarta.

Sawidji Widiatmodjo, 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal; Pengetahuan Dasar, Jurnalindo Aksan Grafika, Jakarta.

Suad Husnan, 1996. Dasar- Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas; Edisi Kedua, UPP AMMP YKPN, Yogyakarta.

Sugiono, 1994. Metode Penelitian Bisnis;Cetakan ke IV, CV. ALFABETA, Bandung Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, 2001. Pasar modal Indonesia;

Pendekatan Tanya Jawab; Salemba Empat, Jakarta.

Umar, Husein, 2000. Riset Pemasaran Perilaku Konsumen; Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Septiana, 2001. Pengaruh Variabel Fundemental Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Sektor Manufaktur Yang Tercatat di BEJ; Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Tidak dipublikasikan.

Komentar :


(6)

Dan langsung diseminarkan :