Efektifitas Penggunaan Gunting (Curved Blade Scissors) Dibandingkan dengan Elektrodesikasi pada Pengobatan Skin Tag

(1)

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GUNTING ( CURVED BLADESCISSORS) DIBANDINGKAN DENGAN ELEKTRODESIKASI PADA

PENGOBATAN SKIN TAG

TESIS

TRISNA CHAIRAWATY

NIM : 087105017

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2014


(2)

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GUNTING ( CURVED BLADESCISSORS) DIBANDINGKAN DENGAN ELEKTRODESIKASI PADA

PENGOBATAN SKIN TAG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Dokter Spesialis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis

Bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

TRISNA CHAIRAWATY

NIM : 087105017

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Efektifitas Penggunaan Gunting ( Curved Blade Scissors) Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Pada Pengobatan Skin Tag

Nama : dr Trisna Chairawaty No induk : 087105017

Program studi : Pendidikan dokter Spesialis

Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

(dr Oratna Ginting SpKK ) (DR.dr Imam Budi Putra,MHA,SpKK) Nip 140 071 322 Nip 196507252005011001

Ketua Departemen Ketua Program Studi

(Prof.Dr.dr. Irma D.Roesyanto-Mahadi, SpKK(K)) (dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K)) NIP. 194712241976032001 NIP. 1955012111978112001


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : dr. Trisna Chairawaty NIM : 087105017


(5)

Efektifitas penggunaan gunting ( curved blade scissors) dibandingkan dengan elektrodesikasi pada pengobatan skin tag

Trisna Chairawaty,

Departemen Ilmu Keehatan Kulit dan kelamin Imam Budi Putra, Oratna Ginting Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara

RS Haji Adam Malik Medan - Indonesia

Abstrak

Latar Belakang : skin tag adalah merupakan tumor yang kecil, lunak, pedunkulasi dan hiperpigmentasi, Sering terjadi pada kelopak mata,leher dan ketiak. Ada beberapa pengobatan untuk skin tag yaitu elektrodesikasi, shaving, laser ablasi, dermabrasi dan flourouracil.

Tujuan : melakukan perbandingan pengobatan dengan menggunakan gunting dn elektrodesikasi pada pasien skin tag.

Subjek dan metode : 18 kasus pasien skin tag dilakukan penatalaksanaan dengan menggunakan gunting dan elektrodesikasi. Untuk melihat efektifitas dari kedua pengobatan pada skin tag.

Hasil : penelitian ini terdiri dari 18 pasien skin tag yang dilakukan pengobatan dengan tehnik gunting dan elektrodesikasi. Pasien skin tag mempunyai rasa takut (62 %) dan rasa nyeri (28%) .deng Pasien skin tag mempunyai rasa takut (95%) dan rasa nyeri (84%) dengan tindakan dilakukan elektrodesikasi Hasil kesembuhan pada pasien skin tag dengan menggunakan gunting pada akhir minggu ke III sudah tidak ditemukan eritema, edema dan luka basah. tindakan dilakukan dengan menggunakan gunting. elektrodesikasi Hasil kesembuhan pada pasien skin tag dengan menggunakan elektrodesikasi pada akhir minggu ke III ditemukan eritema 11,1% luka menutup pada akhir minggu ke III. Kami menemukan bahwa tehnik pengguntingan lebih efektif dibanding elektrodesikasi Kesimpulan : hasil dari penelitian ini bahwa tehnik menggunakan gunting lebih efektif, lebih cepat proses penyembuhan, eritema, lebih kurang terjadi hipopigmentasi/ hiperpigmentasi


(6)

The Effectiveness Of Using Curved Blade Scissors Compared With Electrodessication In The Treatment Of Skin Tags

Trisna Chairawaty

The Department of Dermatology & Venereology , Imam Budi Putra, Oratna Ginting The Faculty of Medicine Universitas Sumatera Utara Haji Adam Malik General Hospital Medan – Indonesia

Background: Skin tag is a small, tender, pedunculated and hyperpigmented tumour. It is frequently occurred on the eyelids, neck, and axilla. There are several treatment methods for skin tag such as electrodessication, shaving, ablative laser, dermabration, and fluorouracyl.

Objective: To compare the treatments using curved blade scissors with electrodessication for patients with skin tags.

Subjects and method: 18 cases of patients with skin tags were treated with curved blade scissors and electrodessication to access the effectiveness of these two treatments for skin tags.

Results: This study included 18 patients with skin tags which were treated with curved blade scissors and electrodessication techniques. Patients with skin tags experienced fear (62%) and pain (28%) when treated using curved blade scissors. Patients with skin tags experienced fear (95%) and pain (84%) when treated with electrodessication. The cure result of patients with skin tags treated using curved blade scissors, the erythema, oedema, and wet wound had not been found on the third week. The cure result of patients with skin tags treated using electrodessication, the erythema was found and 11,1% of the wound closed on the third week. We found that curved blade scissors technique was more effective than electrodessication.

Conclusion: The results of this study is that the technique using curved blade scissors was more effective, the wound healing was more rapid, the erythema and hypopigmentation/hyperpigmentation less occurred.


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian punyusunan tesis yang berjudul: “Efektifitas Penggunaan Gunting ( Curved Blade Scissors) Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Pada Pengobatan Skin Tag” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Tidak ada satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini, baik ketika penulis melakukan penelitian maupun saat penulis menyusun setiap kata demi kata dalam penyusunan proposal dan hasil penelitian, ada banyak pihak yang Allah SWT telah kirimkan untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan perhargaan yang setinggi – tingginya kepada:

1. Yang terhormat dr. Oratna Ginting, SpKK, selaku pembimbing utama penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan dan koreksi kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.

2. Yang terhormat Dr,dr Imam Budi Putra ,MHA ,SpKK, selaku pembimbing kedua penulis, yang juga dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan dan koreksi yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini. 3. Yang terhormat dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), sebagai Ketua Program

Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan anggota tim penguji, yang juga telah banyak memberikan masukan untuk penyempurnaan tesis ini dan membantu saya, senantiasa mengingatkan dan memberikan dorongan selama menjalani pendidikan sehari – sehari.

4. Yang terhormat Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sebagai guru besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai anggota tim penguji yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.

5. Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.


(8)

6. Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Yang terhormat dr. Kristina Nadeak, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.

8. Yang terhormat dr. Meidina K Wardani, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.

9. Yang terhormat para Guru Besar, (Alm) Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

10. Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medam, Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.

11. Yang terhormat Dr Surya Dharma, MPH, selaku staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.

12. Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.

13. Yang tercinta Ayahanda Chairuddin K SH. MHum dan Ibunda alm Maryam Ratna Komala, yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya. Tiada ungkapan yang mampu melukiskan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orangtua seperti kalian. Kiranya hanya Allah SWT, yang dapat membalas segala kebaikan kalian.

14. Yang terkasih Anak anak saya Dody Puwasatya Wicaksana dan Naufal Purwawira Widhayaka yang telah memberikan semangat dan pengertian pada saya.

15. Yang terkasih Abang Eka Chairumardhana SH, Kakak dr Dewi Chailaty MKes dan Adik saya Fauzi Chairul F SH,MHum terima kasih atas doa,


(9)

dukungan dan pengertian yang telah kalian berikan kepada saya selama ini.

16. Yang terkasih seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan dan nasehat selama masa pendidikan dan penelitian saya ini. 17. Kepada seluruh keluarga dan kerabat yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

18. Teman – teman seangkatan saya, dr. Zikri Adriman, dr Surya Nola, dr Cut Yunita , terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini. 19. dr. Dina Devi M.Ked(DV), SpDV, dr. Imanda Jasmine SpKK, dr Rizky

Kurniawan, dr Teguh Ali yang telah menjadi menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

20. Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini. Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Medan, Oktober 2014 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

DAFTAR SINGKATAN ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Skin tag ... 5

2.1.1 Epidemiologi ... 5

2.1.2 Etiologi ... 6

2.1.3 Patogenesis ... ... 7

2.1.4 Gejala Klinis ... 11

2.1.5 Gambaran Histopatologi ... 11

2.1.6 Diagnosis banding ... 12

2.1.7 Pengobatan ... 13

2.2 Tehnik menggunakan gunting (curved blade scissors)... ... 14

2.3 Tehnik Elektrodesikasi ... 15

2.4 Tehnik Krioterapi ... 19

2.5 Tehnik Eksisi... 20

2.4 Penyembuhan Luka ... 21


(11)

2.6 Kerangka Konsep ... 26

2.7 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Rancangan Penelitian ... 27

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

3.3 Populasi Penelitian ... 27

3.3.1 Populasi Target... 27

3.3.2 Populasi Terjangkau ... 27

3.3.3 populasi Sampel ... 27

3.4 Sampel penelitian ... 27

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 28

3.5.1 kriteria inklusi ... 28

3.5.2 kriteria eksklusi ... 28

3.6 Identifikasi Variabel ... 29

3.7 Defenisi Operasional ... 29

3.7.1 Skin Tag ... 29

3.7.2 Elektrodesikasi ... 29

3.7.3 Tehnik menggunakan gunting ... 29

3.7.4 Penyembuhan Luka ... 30

3.7.5 kenyamanan ... 30

3.7.6 Diabetes Melitus... 30

3.7.7 Penyakit Imunodefisiensi ... 30

3.7.8 Efek Samping Penatalaksanaan skin tag ... 30

3.7.9 Alat Pacu Jantung ... 30

3.7.10 Ibu Hamil dan Menyusui ... 31

3.7.11 Obat Imunosupresan ... 31

3.7.12 Obat Pengencer Darah ... 31


(12)

3.8 Alat, Bahan dan Cara kerja Pengamatan ... 31

3.8.1 Alat dan Bahan ... 31

3.8.2 Cara kerja ... 32

3.8.2.1 Diagnosis Klinis ... 32

3.8.2.2 Pencatatan Data Dasar ... 33

3.8.2.3 Pesetujuan Tindakan Medis ... 32

3.8,2.4 Prosedur Pemilihan Pasien ... 33

3.8.2.4 Prosedur pengobatan skin tag dengan pengguntingan ... 34

3.8.2.5 Prosedur pengobatan skin tag dengan elektrodesikasi ... 34

3.8.3 Pengamatan ( Hasil Tindakan Lanjut) ... 34

3.9 Kerangka operasional ... 35

3.10 Pengolahan dan analisis data ... 36

3.11 Persetujuan komite etik penelitian ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Hasil Tindakan Terhadap skin Tag ... 37

4.2 Hasil Tindakan Lanjut Minggu ke I ... 41

4.3 Hasil Tindakan Lanjut Minggu ke II ... 43

4.4 Hasil Tindakan Lanjut Minggu ke III... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Tabel 4.1 Distribusi kelompok jenis kelamin ... 37

2. Tabel 4.2 Distribusi berdasarkan kelompok umur ... ... 37

3. Tabel 4.4 Distribusi kelompok pekerjaan ... 38

4. Tabel 4.5. Distribusi kelompok berdasarkan rasa takut ... 39

5. Tabel 4.6 Distribusi kelompok berdasarkan rasa sakit ... 39

6. Tabel 4.7 Distribusi kelompok berdasarkan tanda eritema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I... 40

7. Tabel 4.8 Distribusi kelompok berdasarkan tanda edema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I ... 41

8. Tabel 4.9 Distribusi kelompok berdasarkan luka basah pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I... 43

9. Tabel 4.10 Distribusi kelompok berdasarkan tanda eritema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke II ... 44

10.Tabel 4.11 Distribusi kelompok berdasarkan tanda edema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke II ... 44

11.Tabel 4.12 distribusi kelompok berdasarkan luka menutup pada kedua tindakaan minggu ke II ... 44

12.Tabel 4.13 Distribusi kelompok berdasarkan tanda eritema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke III... 40

13.Tabel 4.14 Distribusi kelompok berdasarkan tanda edema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke III... 45


(14)

14.Tabel 4.15 distribusi kelompok berdasarkan luka menutup pada kedua tindakaan minggu ke III ... 46 15.Tabel 4.16 Distribusi kelompok berdasarkan hipopigmentasi pada kedua

tindakan penderita skin tag minggu ke III ... 46 16.Tabel 4.17 Distribusi kelompok berdasarkan hipopigmentasi pada kedua


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Histopatologi Skin Tag ... 12

2. Tehnik penguntingan ... 16

3. Tehnik Bedah Listrik ... 19

4. Diagram kerangka teori ... 25

5. Diagram Kerangka Konsep ... 26


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1. Naskah penjelasan kepada calon subjek penelitian ... 48

2. Persetujuan setelah penjelasan dalam penelitian ... 48

3. Status penelitian ... 51

4. Status follow up pasien ... 52

5. Data pasien skin tag... 61

6. Lampiran statistik ... 64

7. Ethical clearence ... 72


(17)

DAFTAR SINGKATAN AINS = Anti Inflamasi Non Steroid

DNA = Deoxy Nucleid Acid

EGF = Epidermal Growth Factor

FGF = Fibroblast Growth Factor

HDL = High Density Lipoprotein

HPV = Human Papilloma Virus

IMT = Indeks Massa Tubuh

IDL = Immediate Density Lipoprotein

IGF1 = Insulin Growth Factor 1

IGFBP3 = Insulin –like Growth Factor Binding Protein3

LDL = Low Density Lipoprotein

PDGF = Platelet Derived Growth Factor

TNF α = Tumor Necrosis Factor α

TGF = Transforming Growth Factor


(18)

Efektifitas penggunaan gunting ( curved blade scissors) dibandingkan dengan elektrodesikasi pada pengobatan skin tag

Trisna Chairawaty,

Departemen Ilmu Keehatan Kulit dan kelamin Imam Budi Putra, Oratna Ginting Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara

RS Haji Adam Malik Medan - Indonesia

Abstrak

Latar Belakang : skin tag adalah merupakan tumor yang kecil, lunak, pedunkulasi dan hiperpigmentasi, Sering terjadi pada kelopak mata,leher dan ketiak. Ada beberapa pengobatan untuk skin tag yaitu elektrodesikasi, shaving, laser ablasi, dermabrasi dan flourouracil.

Tujuan : melakukan perbandingan pengobatan dengan menggunakan gunting dn elektrodesikasi pada pasien skin tag.

Subjek dan metode : 18 kasus pasien skin tag dilakukan penatalaksanaan dengan menggunakan gunting dan elektrodesikasi. Untuk melihat efektifitas dari kedua pengobatan pada skin tag.

Hasil : penelitian ini terdiri dari 18 pasien skin tag yang dilakukan pengobatan dengan tehnik gunting dan elektrodesikasi. Pasien skin tag mempunyai rasa takut (62 %) dan rasa nyeri (28%) .deng Pasien skin tag mempunyai rasa takut (95%) dan rasa nyeri (84%) dengan tindakan dilakukan elektrodesikasi Hasil kesembuhan pada pasien skin tag dengan menggunakan gunting pada akhir minggu ke III sudah tidak ditemukan eritema, edema dan luka basah. tindakan dilakukan dengan menggunakan gunting. elektrodesikasi Hasil kesembuhan pada pasien skin tag dengan menggunakan elektrodesikasi pada akhir minggu ke III ditemukan eritema 11,1% luka menutup pada akhir minggu ke III. Kami menemukan bahwa tehnik pengguntingan lebih efektif dibanding elektrodesikasi Kesimpulan : hasil dari penelitian ini bahwa tehnik menggunakan gunting lebih efektif, lebih cepat proses penyembuhan, eritema, lebih kurang terjadi hipopigmentasi/ hiperpigmentasi


(19)

The Effectiveness Of Using Curved Blade Scissors Compared With Electrodessication In The Treatment Of Skin Tags

Trisna Chairawaty

The Department of Dermatology & Venereology , Imam Budi Putra, Oratna Ginting The Faculty of Medicine Universitas Sumatera Utara Haji Adam Malik General Hospital Medan – Indonesia

Background: Skin tag is a small, tender, pedunculated and hyperpigmented tumour. It is frequently occurred on the eyelids, neck, and axilla. There are several treatment methods for skin tag such as electrodessication, shaving, ablative laser, dermabration, and fluorouracyl.

Objective: To compare the treatments using curved blade scissors with electrodessication for patients with skin tags.

Subjects and method: 18 cases of patients with skin tags were treated with curved blade scissors and electrodessication to access the effectiveness of these two treatments for skin tags.

Results: This study included 18 patients with skin tags which were treated with curved blade scissors and electrodessication techniques. Patients with skin tags experienced fear (62%) and pain (28%) when treated using curved blade scissors. Patients with skin tags experienced fear (95%) and pain (84%) when treated with electrodessication. The cure result of patients with skin tags treated using curved blade scissors, the erythema, oedema, and wet wound had not been found on the third week. The cure result of patients with skin tags treated using electrodessication, the erythema was found and 11,1% of the wound closed on the third week. We found that curved blade scissors technique was more effective than electrodessication.

Conclusion: The results of this study is that the technique using curved blade scissors was more effective, the wound healing was more rapid, the erythema and hypopigmentation/hyperpigmentation less occurred.


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Skin tag yang juga dikenal dengan acrochordon merupakan suatu tumor kulit dari jaringan konektif yang paling sering dijumpai. Merupakan suatu polip jinak yang didapat yang dapat tumbuh pada daerah lipatan kulit, seperti pada colli anterior, aksila, inguinal, gluteal, intergluteal perineal dan palpebra

Adanya insiden yang tinggi pada skin tag yaitu sekitar 46% yang dijumpai pada populasi umum.

1,2

3

Namun skin tag jarang mendapatkan perhatian kecuali apabila skin tag ini mengalami iritasi sehingga menyebabkan nyeri dan mengangu secara kosmetik.2,3

Bentuk skin tag yang paling sering dijumpai adalah bentuk pedunkulasi, yaitu merupakan papul jinak yang menonjol dari permukaan kulit. Dapat terlihat sebagai suatu lesi yang tunggal ataupun multipel yang mempunyai ukuran diameter mulai 2 mm sampai dengan 10 mm, dapat berkembang menjadi suatu lesi yang progresif.

Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan dari data rekam medis selama periode Januari – Desember 2012 dari total 5342 pasien yang berobat ke poliklinik SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 123 pasien diantaranya didiagnosis dengan skin tag.

Skin tag dapat terjadi disebabkan oleh karena adanya trauma, seperti adanya gesekan berulang antara kulit dengan pakaian ataupun perhiasan yang dipakai di daerah leher.2,4


(21)

Skin tag lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua 2,6,4,9,10 dan terjadinya

skin tag ini menurun setelah usia dekade kelima.3

Pengobatan pada skin tag bertujuan untuk mengobati ketidaknyamanan pasien baik secara fisik maupun psikologis, dan untuk memperbaiki kualitas hidup. Pengobatan sebaiknya nyaman bagi pasien dengan efek samping yang minimal dan tidak menyebabkan skar.4 Terdapat banyak modalitas pengobatan yang dapat dilakukan untuk pengobatan skin tag yaitu dengan krioterapi, eksisi dan elektrodesikasi .

Pengobatan skin tag dapat dilakukan dengan eksisi menggunakan gunting atau dengan penggunaan elektrodesikasi yang dilakukan pada dasar lesi. Anastesi lokal tidak diperlukan untuk lesi kecil bila dilakukan pengobatan dengan eksisi menggunakan gunting.

7,8

Pengobatan skin tag dengan menggunakan gunting, pengangkatan lesi pada skin tag dengan jumlah banyak dapat dilakukan dengan cepat dan efek ketidaknyamanan yang kecil. Tehnik dengan menggunakan gunting ini merupakan salah satu cara mengangkat skin tag dengan cepat dan mudah.

7

Elektrodesikasi merupakan suatu tindakan pengobatan dengan menempatkan elektroda yang menghasilkan efek penghancuran. Elektroda juga dapat digunakan untuk mengurangi perdarahan.

8

Sampai saat ini belum dilakukan penelitian yang membandingkan efektifitas diantara dua tehnik pengobatan skin tag ini yaitu dengan cara tehnik menggunakan gunting dan tehnik elektrodesikasi, oleh karena itu penulis ingin


(22)

melakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan gunting dengan elektrodesikasi.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana efektifitas penggunaan gunting (curved blade scissors) dibanding dengan elektrodesikasi pada pengobatan skin tag ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui efektifitas antara menggunakan gunting dengan tehnik elektrodesikasi dalam pengobatan skin tag.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui rasa takut dan nyeri pada pengobatan skin tag

dengan tehnik menggunakan gunting.

1.3.2.2 Mengetahui rasa takut dan nyeri pada pengobatan skin tag

dengan tehnik elektrodesikasi

1.3.2.3 Mengetahui proporsi kesembuhan pengobatan skin tag dengan tehnik menggunakan gunting pada akhir minggu ke 3

1.3.2.4 Mengetahui proporsi kesembuhan pengobatan skin tag dengan tehnik elektrodesikasi pada akhir minggu ke 3

1.3.2.5 Mengetahui efek samping dari pengobatan skin tag dengan menggunakan gunting.


(23)

1.3.2.6 Mengetahui efek samping dari pengobatan skin tag dengan elektrodesikasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dokter tentang efektifitas penggunaan gunting dibandingkan dengan elektrodesikasi.

1.4.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi penelitian selanjutnya dalam hal pemilihan tindakan pengobatan skin tag.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skin Tag

Skin tag merupakan suatu tumor jinak pada jaringan konektif epidermis yang merupakan tumor jinak yang paling sering dijumpai. Tumor yang mempunyai warna yang sama dengan warna kulit, lunak, filiform sering tumbuh bertangkai dan sering dijumpai pada daerah intertriginosa.

Skin tag sering dihubungan dengan obesitas.

2,3,4,5,

8,9,18,19

Skin tag ini juga sering dihubungan dengan gangguan sindrom metabolik yang terlihat dengan adanya gejala kutaneus terhadap gangguan karbohidrat atau metabolisme lipid, abnormalitas enzim hati dan hipertensi.20 Sehingga ini dapat membantu untuk menyeleksi penderita dengan melakukan skreening kesehatan dan skin tag juga dapat sebagai indikator resiko tinggi dari penyakit kardiovaskular.

2.1.1 Epidemiologi

21

Skin tag mempunyai beberapa nama yang sama yaitu acrochordon,

fibroepitelial polip, cutaneus papiloma, soft endotelial, cutaneus tag.

Merupakan tumor yang paling sering dijumpai, 46% dari populasi umum menderita skin tag.

8

3

lebih sering dijumpai pada usia yang lebih tua, pada wanita yang telah menopause skin tag ini sering dijumpai bersama sama dengan keratosis seboroik, melanocytic nevus dan neurofibromatosis.3 Pada suatu penelitian mengatakan setidaknya setiap 2 penderita skin tag merupakan karier skin tag.7


(25)

Lesi skin tag ini sering ditemukan pada populasi dewasa diatas umur 40 tahun dan peningkatan insiden dijumpai pada umur yang lebih tua.5,7,14 Perbandingan skin tag antara wanita dan pria adalah sama.14,15

2.1.2 Etiologi

Etiologi dari skin tag belum diketahui secara pasti. Lebih sering terjadi pada daerah garukan dan sering berhubungan dengan beberapa kondisi, termasuk acromegali, chron disease, aging, transplantasi organ, polip kolon, kehamilan, infeksi human papilloma virus (HPV), peningkatan jumlah sel mast, dan juga peningkatan reseptor androgen dan estrogen serta kadar leptin.

Skin tag juga diduga mempunyai hubungan dengan penyakit diabetes mellitus, gangguan toleransi glukosa, obesitas, dislipidemia dan resistensi insulin.

19

Skin tag juga diduga dapat terjadi akibat faktor genetik. Pada sindrom birt-hogg- dube merupakan suatu genodermatosis yang merupakan penyakit autosomal dominan, ditandai dengan munculnya tumor-tumor kulit meliputi multipel

fibrofolikuloma, trichosdiscomas dan achrocordon, yang diduga mutasi terhadap suatu gen supresor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kelainan genetik ini.

2,4,8,9,13,14,16,19

Adanya iritasi kulit yang sering dan lama diduga merupakan faktor pencetus, terutama pada pasien obesitas. Ketidakseimbangan hormonal juga dapat memudahkan untuk terjadinya skin tag, misalnya tingginya kadar estrogen dan progesterone pada saat hamil, atau terganggunya kadar growth hormone pada penderita akromegali. Para ahli mendapatkan bahwa epidermal growth factor 15


(26)

(EGF) dalam transforming growth factor (TGF) mempunyai peranan dalam hal pertumbuhan Skin tag.1,15,17

2.1.3 Patogenesis

Ada beberapa pendapat mengenai patogenesis dari skin tag. Terdapatnya beberapa teori yang menyebutkan skin tag terjadi sebagai akibat tekanan yang persisten ataupun dari gesekan yang terus menerus pada daerah permukaan kulit, terutama pada penderita obesitas,20 yang menyebabkan gangguan jaringan elastik kulit.4

Pada penelitian Omar S menyatakan bahwa etiopatogenesis skin tag juga disebabkan adanya inisiasi perlakuan yang sama dan terus menerus yang merupakan bentuk lain dari trauma kulit dimana garukan pada kulit dapat menstimulasi peningkatan sel mast pada epidermis, adanya sel mast pada skin tag

ini berperan penting pada proliferasi fibroblas dan deposisi kolagen yang merupakan gambaran patologik yang telah diobservasi pada penderita skin tag. Pada tahun 2000, Crook merupakan peneliti utama yang melaporkan mengenai serial kasus yang mendapati koinsidensi skin tag dengan adanya abnormalitas tampilan profil lemak. Pada studi lanjut ditemukan adanya peningkatan (IMT), kadar hormon insulin, sekresi insulin dan kadar kolesterol, yang dibandingkan dengan orang tidak menderita skin tag. Pada penelitian terbaru oleh Sari (2010) dan Garpelioglu (2010) juga menyimpulkan bahwa pada penderita skin tag didapati adanya peningkatan kadar kolesterol total, LDL, HDL, Trigliserida, hormon insulin dan asam lemak bebas.

8


(27)

Saat ini leptin juga berperan penting pada patogenesis dari skin tag.7 Frank et al menemukan adanya efek leptin pada proliferasi keratinosit kutaneus pada tikus. Terdapatnya pengaruh yang kuat bahwa leptin sebagai faktor mitogenik pada perbaikan kulit telah diteliti secara intensif.15 reseptor leptin diekspresikan secara primer pada hipotalamus, tetapi leptin juga diekspresikan oleh sel sel darah mononuklear perifer, sel endotel vaskuler, sel otot lunak, osteoblast dan fibroblast, leptin juga dapat sebagai mediator proliferasi dan anti apoptotik dari beberapa sel, termasuk sel T, makrofag dan eosinofil.

Mekanisme dasar yang dapat menjelaskan sekelompok kelainan metabolik pada pasien skin tag adalah keadaan resistensi insulin. Resistensi insulin didefinisikan sebagai suatu keadaan respon yang terganggu terhadap dampak fisiologis insulin, yang mencakup metabolisme glukosa, lemak dan protein serta terhadap faal endotel pembuluh darah.

18

5,18

Adanya korelasi positif antara insulin dan jumlah dari skin tag dimana insulin merupakan hormon yang dapat meningkatkan pertumbuhan jaringan dan stimulasi pengambilan glukosa pada jaringan, dan ketika terjadi resistensi insulin, akan mengakibatkan sel ini kurang responsif terhadap hormon sehingga pankreas akan melakukan kompensasi dengan memulai pembentukan insulin dalam jumlah yang banyak. Adanya suatu keadaan hiperinsulinemia ini akan mengakibatkan peningkatan pembentukan

insulingrowth factor 1 (IGF 1) dan penurunan insulin-like growth factor- binding Protein3 ( IGFBP 3) yang bertanggung jawab terhadap gen transkripsi anti proliferatif. Adanya hiperinsulinemia dan peningkatan IGF 1 secara langsung akan menginduksi epitel dan pertumbuhan fibroblas dengan melalui aktivasi


(28)

reseptor yang selanjutnya dapat mengakibatkan hiperplasia epidermal, perubahan endokrin yang dapat mengakibatkan proliferasi dan pertumbuhan sel inilah mungkin dapat mendasari pembentukan skin tag.

Pada pendapat lain ditemukan insulin dapat memediasi penurunan dari IGFBP-3 yang merupakan ikatan untuk retinoid X reseptor alpha, dimana ini dapat mengurangi transkripsi dari gen proliferasi yang secara normal dapat mengaktivasi retinoid endogen. Perubahan endokrin ini dapat menyebabkan proliferasi selular dan pertumbuhan yang dapat bermanifestasi sebagai papiloma kutaneus ( skin tag) sebagai konsekuensi skin tag dapat dikatakan secara khusus berhubungan dengan sindroma X ( hipertensi, diabetes melitus tipe 2, dislipidemia, penyakit arteri koroner, obesitas dan toleransi glukosa abnormal ).

13,16

Pada otot skeletal resistensi insulin berakibat gangguan ambilan glukosa serta gangguan pembentukan glikogen. Resistensi insulin di hati mengakibatkan kegagalan insulin untuk menekan produksi glukosa di hati, sedangkan di jaringan lemak resistensi insulin akan menyebabkan meningkatnya lipolisis , Ambilan glukosa di jaringan lemak menurun sebaliknya terjadi peningkatan pelepasan gliserol dan asam lemak bebas. Hal ini ada kaitannya dengan timbunan lemak abdomen pada obesitas. Timbunan lemak abdomen akan memasuki aliran darah vena porta dalam jumlah besar membuat hati akan terpapar dengan jumlah besar asam lemak bebas mengakibatkan di hati terjadi peningkatan proses glukoneogenesis serta meningkatnya produksi VLDL. Peningkatan asam lemak bebas juga mengganggu insulin di hati dan lebih memperhebat hiperinsulinemia dan berpengaruh terhadap mekanisme pensinyalan di otot skeletal serta


(29)

menurunkan ambilan glukosa dan peningkatan asam lemak bebas di peredaran darah portal (menuju hati) akan meningkatkan produksi trigliserida , apoprotein B 100 dan VLDL dari hati.22,23 Lipid yang disintesis di hati dan usus harus ditransportasikan ke berbagai jaringan untuk menyelesaikan fungsi metabolik, oleh karena sifatnya yang tidak mudah larut, lipid diangkut di dalam plasma dalam bentuk makromolekul kompleks yang disebut lipoprotein. lipoprotein dikategorikan sebagai kilomikron, very low density lipoproteins (VLDL),

intermediate density lipoproteins (IDL), low density lipoproteins (LDL), high density lipoproteins (HDL) dan lipoprotein A .24,19

Adanya peningkatan asam lemak juga berperan penting dalam patogenesis

skin tag yang menyatakan bahwa peningkatan asam lemak yang tidak diesterifikasi yang disebabkan oleh karena adanya hiperinsulinemia akan menghasilkan ekspresi epidermal growth factor (EGF) dan berkontribusi terjadinya skin tag, selain itu peningkatan produksi EGF dan tumor necrosis factor (TNF) beta sebagai akibat keadaan hiperinsulinemia akan mengakibatkan keadaan yang sinergis yaitu meningkatkan insulin growth factor (IGF) 1 bebas dan penurunan IGFBP 3 sebagai efek mitogenik pada keratinosit.

Pada tahun 1998 Diazany et al telah dapat mendeteksi human papilloma virus ( HPV) DNA pada skin tag yang dianggap sebagai faktor penyebab yang berperan pada patogenesis skin tag.

13

25,26

ditemukannya DNA tipe 6 dan 11 dengan persentasi yang cukup besar pada sampel biopsi pada penderita kulit putih.

Peran faktor infeksi pada skin tag masih kontroversial. Pada banyak penyakit kulit ditemukan adanya peningkatan sel mast termasuk pada tumor jinak


(30)

atau ganas, telah diketahui sebelumnya bahwa sel mast manusia dapat menstimulasi proliferasi setelah sel sel tersebut kontak secara invitro melalui IL4 (interleukin 4). IL4 berperan sebagai signal kedua untuk fibroblast yang dapat memperkuat dosis rendah fibroblast growth factor (FGF) ataupun derivat derivat

growth factor (GF) lainnya. Beberapa kemokin dan juga growth factor lain dapat merubah proliferasi fibroblast dibawah pengaruh dari sel mast.21

2.1.4 Gejala Klinis

Skin tag merupakan tumor jinak pada jaringan konektif epidermis yang terlihat sebagai tumor yang lunak, pedunkulasi, berwarna seperti warna kulit ataupun hiperpigmentasi yang terjadi pada daerah pergesekan dan terutama dijumpai pada penderita obesitas.

Tumor ini biasanya bersifat asimptomatis, tidak menimbulkan rasa nyeri jika tidak disertai adanya peradangan dan iritasi. Penderita dapat merasakan gatal atau perasaan tidak nyaman bila skin tag ini terkena kalung perhiasan atau pakaian. Skin tag dapat terjadi dengan lesi tunggal atau multipel dan terutama terjadi pada daerah intertriginosa ( aksila, colli anterior, palpebra ) juga sering ditemukan pada tubuh, perut, punggung, paha.

20

14,26,28

Ada 3 tipe dari skin tag yang dijumpai 14

1.Multiple, 1-2 mm merupakan papul yang berkerut dan terutama pada daerah leher dan ketiak.

:

2.Lesi tunggal atau filiform yang multipel , pertumbuhan yang lunak yang terdapat di berbagai tempat, sampai dengan 5 mm.


(31)

3.Soliter, pedunkulasi atau pertumbuhan seperti “baglike”biasanya berdiameter sekitar 10 mm tetapi bisa lebih besar, lebih sering pada tubuh bagian bawah.

2.1.5 Gambaran Histopatologi

Pada gambaran histopatologi menunjukkan adanya gambaran papul yang berkerut yang memperlihatkan adanya gambaran papilomatosis,

hiperkeratosis dan akantosis yang reguler. Epidermis menunjukkan bentuk

filiform, gambaran pertumbuhan yang lunak menunjukkan adanya akantosis yang ringan sampai sedang dan kadang kadang dijumpai

papilomatosis. Pada tangkai jaringan konektif terdiri dari jaringan kolagen longgar dan sering mengandung kapiler yang berdilatasi yang berisi eritrosit. Pada bentuk pendukulasi yang lebih besar secara umum menunjukkan epidermis yang rata yang mendasari serabut kolagen longgar dan adanya sel yang matur pada bagian tengah. Pada beberapa keadaan dijumpai adanya sel lemak, mengindiksikan adanya pembentukan lipofibroma.28 Diagnosis skin tag ditegakkan terutama secara klinis, pemeriksaan hisopatologi hanya digunakan sebagai konfirmasi.

*


(32)

Gambar 1.2 Histopatologi SkinTag : a. Skin tag yang berbatasan dengan kulit normal, b. Adanya hiperplasia epidermis dan inflamasi kronis pada dermis atas c. Skin tag dengan adanya hiperplasia epidermis.d. Skin tag

dengan sejumlah sel mast.

2.1.6 Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding skin tag adalah neurofibromatosis, keratosis seboroika dan veruka. 14

* Dikutip dari kepustakaan no 29

Neurofibromatosis adalah suatu tumor yang disebabkan adanya kelainan genetik pada sistem syaraf, mempunyai karakteristik dengan adanya pembentukan tumor yang bersifat jinak, multipel yang tumbuh pada syaraf, merupakan suatu tumor dengan kelainan autosomal dominan yang mempunyai 2 tipe, yaitu neurofibromatosis tipe 1 dan tipe 2. Gambaran klinis dari neurofibromatosis yaitu adanya bercak pigmentasi pada kulit ( cafe au lait spots).

Keratosis seboroika merupakan suatu lesi hiperkeratotik pada epidermis yang sering terlihat pada permukaan kulit, mempunyai banyak variasi


(33)

bentuk yang berwarna coklat sampai hitam. Lesi mempunyai permukaan yang kasar, dengan diameter 2 mm- 3 cm dan dapat lebih besar, merupakan suatu makula hiperpigmentasi sampai bentuk plak, sering dijumapi pada tubuh tetapi juga pada wajah, ekstermitas dan skalp.

Verucca merupakan suatu proliferasi jaringan kulit dan mukosa yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV), merupakan suatu lesi papul hiperkeratotik dengan permukaan yang kasar dan irreguler yang mempunyai diamter 1 mm sampai 1 cm dan dapat mengenai seluruh bagian tubuh tetapi lesi ini lebih sering mengenai tangan dan kaki.

1

2.1.7 Pengobatan

1

Pengobatan untuk skin tag ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, tumor dengan ukuran lebih kecil dengan memakai gunting (curved blade scissors) dan dengan ukuran yang lebih besar biasanya dilakukan eksisi dengan tindakan bedah kulit yang sederhana. Untuk skin tag ukuran yang lebih kecil dapat mengaplikasikan ammonium chlorida sehingga dapat mengurangi perdarahan.

Pengobatan seperti eksisi sederhana, elektrodesikasi dan krioterapi merupakan pilihan pengobatan yang menunjukkan kesuksesan.

14

30

2.2. Menggunakan Gunting ( Curved Blade Scissors)

Tehnik dengan menggunakan gunting dindikasikan untuk lesi pendukulasi dan juga semua jenis pertumbuhan jaringan kulit superfisial seperti skin tag,


(34)

Tindakan dengan menggunakan gunting ini dapat dilakukan pada kelopak mata, leher, ketiak dan paha selain itu juga tergantung pada ukuran dan morfologi bentuk dari lesi. Dengan menggunakan gunting ini, pengangkatan lesi pada skin tag dengan jumlah yang banyak dapat dilakukan dengan cepat dengan efek ketidaknyamanan yang kecil, tehnik dengan menggunakan gunting ini dapat dilakukan tanpa anastesi, tetapi pada lesi yang lebih besar dan dengan dasar yang lebar diperlukan anastesi lokal.Tehnik dengan menggunakan gunting ini merupakan salah satu cara mengangkat skin tag dengan cepat dan mudah.

Keuntungan dari tindakan dengan eksisi gunting ini pada dokter adalah tidak memerlukan penjahitan, prosedurnya lebih mudah untuk dilakukan, dapat dilakukan sekaligus untuk lesi yang banyak, tidak memerlukan suatu prosedur sterilisasi yang ketat. Tidak memerlukan persiapan khusus, tidak memerlukan tenaga listrik. Sedangkan keuntungan pada pasien adalah tidak memerlukan pelepasan benang jahitan, perawatan luka biasanya lebih mudah, tidak diperlukan pengurangan aktivitas pada tindakan sehari hari, pengurangan resiko infeksi dan perdarahan, memberikan hasil kosmetik yang lebih baik, jika terjadi lesi yang pigmentasi dapat dengan mudah ditutupi secara kosmetik.

35

Serupa dengan semua prosedur pembedahan, pencahayaan yang baik diperlukan untuk tehnik pengguntingan ini dan merupakan hal yang paling utama untuk mendapatkan lapangan pandang yang jelas untuk melihat dasar dari lesi yang bertangkai.

36

37

Pada tehnik ini gunting dipegang pada tangan yang lebih dominan dan kemudian lesi digunting dan dibebaskan dari jaringan subkutaneus, pengguntingan lesi dilakukan pada jaringan dibawah dermis. Pada lesi yang lebih


(35)

kecil biasanya tidak memerlukan tindakan penjahitan, sedangkan pada lesi yang lebih besar 4-5 mm harus ditutup dengan jahitan untuk mengurangi lamanya penyembuhan luka dan skar.

Tehnik dengan menggunakan gunting ini dapat dilakukan dengan memakai gunting iris yang tajam bentuk melengkung atau lurus. Sebelum dilakukan pengguntingan lebih dahulu dilakukan injeksi anastesi pada lesi dengan menggunakan lidokain 1 % dengan atau tanpa efinefrin 1 : 100000. Setelah tindakan pengguntingan ini dilakukan, maka dipertimbangan untuk memberikan antibiotika topikal yang berfungsi untuk memberikan keadaan yang lembab dan untuk mempercepat penyembuhan luka. Penyembuhan luka dengan tehnik ini biasanya berlangsung 1-3 minggu tergantung dari besarnya lesi.

37

Tehnik dengan menggunakan gunting ini juga akan menghasilkan pengambilan jaringan yang lebih dalam dibandingkan dengan menggunakan skalpel sehingga penggunaan gunting ini akan lebih efektif untuk mengangkat

skin tag atau pertumbuhan jaringan kulit dengan lesi yang kecil lainnya. Pada penatalaksanaanya lesi lebih dahulu ditarik dengan pinset kemudian pengguntingan dilakukan dengan cepat pada dasar lesi. Gunting yang digunakan merupakan gunting iris yang

36

tajam baik bentuk lurus ataupun melengkung.37 Hemostasis tambahan dapat dilakukan dengan pemakaian ammonium klorida.36,37


(36)

Gambar 2 a.Tarik dengan lembut dengan forsep untuk melihat dasar dari lesi dan untuk menunjukkan daerah yang dilakukan pengguntingan. b. Gunting diletakkan pada dasar posisi lesi yang dilakukan pemotongan c. Pada dasar dilakukan pembersihan dengan perdarahan minimal. d. Gambaran yang terlihat setelah dilakukan pengguntingan.

2.3Tehnik Elektrodesikasi

Elektrodesikasi adalah merupakan suatu tindakan yang menggunakan frekuensi elektrik tinggi yang melalui jaringan untuk mendapatkan efek klinis.9,38 William Clark (1910) memberikan kemajuan pada peralatan bedah listrik sebelumnya yaitu dengan meningkatkan ampere dan menurunkan voltase yang akan membentuk suatu cetusan api listrik yang panas dengan adanya gelombang pendek yang dapat berpenetrasi kedalam kulit, dan dengan menggunakan mikroskop, tindakan ini dapat mengobservasi jaringan tersebut dimana jaringan akan mengalami pengkerutan oleh karena terjadinya dehidrasi.

* Dikutip dari kepustakaan no 35

Pada tahun 1914 Amerika telah menggunakan kalimat desikasi untuk mengambarkan efek saat jaringan akan hancur, pemendekan karboksilasi dengan adanya dehidrasi jaringan. Ini merupakan pertama kalinya Amerika menggunakan


(37)

tindakan ini untuk melakukan pengangkatan pertumbuhan jaringan pada kulit, kepala, leher, dan dada. Perubahan Clark ini nantinya akan merupakan dasar dari Bovie dan Cushing menghasilkan instrumen modern pembedahan pada saat ini.

Bovie, berdasarkan alat pembedahannya terdahulu menemukan adanya pembentukan diatermi yang akan memproduksi gelombang listik dengan frekuensi tinggi yang dapat digunakan untuk pemotongan, koagulasi dan desikasi. Harvey Cushing (1926) menggunakan alat ini untuk melakukan pemotongan terhadap pembesaran vaskular myeloma.

38

Elektrodesikasi merupakan salah satu tehnik bedah listrik yang bekerja dengan cara memanaskan sel untuk menghilangkan air sehingga akan mengakibatkan penghancuran jaringan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan tepat ( yaitu melalui percikan kecil elektroda ). Banyak ahli dermatologi yang menggunakan cara ini untuk menghancurkan lesi lesi yang kecil seperti skin tag, chery angioma, keratosis seboroika dan verucca vulgaris.

38

Efek jaringan terhadap bedah listrik dapat dibedakan melalui 3 kelompok dasar yaitu adalah pemotongan, fulgurasi dan desikasi. Pemotongan pada bedah listrik ini adalah dengan terjadinya pemisahan jaringan melalui cetusan api listrik melalui panas yang terus menerus yang melalui area permukaan yang sempit dengan produksi densitas yang maksimum dan menghantarkan panas dalam jumlah yang besar dan dalam jangka waktu yang pendek, ini akan mengakibatkan peningkatan panas yang cepat 100˚C yang akan menguapkan komponen jarin gan intraselular. Fulgurasi sering dikatakan sebagai kerusakan jaringan yang disebabkan cetusan listrik pada jaringan. Karena cetusan listrik terputus ini akan


(38)

mengasilkan 6 % energi panas pada saat aktivasi, sedikit panas ini akan menghasilkan koagulasi dari cetusan listrik yang mengakibatkan penguapan jaringan. Elektrodesikasi pada bedah listrik terjadi ketika elektoda aktif secara langsung menyentuh dengan permukaan jaringan. Pemanasan pada jaringan ini akan menghasilkan peningkatan produksi panas ini akan menghasilkan jaringan yang kering sehingga terjadi koagulasi.

Elektrodesikasi merupakan suatu tindakan yang berdasarkan perubahan dari energi listrik yang tinggi menjadi panas, yang mempunyai efek pemotongan atau koagulasi jaringan dengan adanya pengaplikasian pemakaian. Pada saat melewati jaringan, elektron akan menyatu dengan komponen jaringan, pada saat penyatuan ini, sejumlah energi akan dihamburkan yang akan mengakibatkan peningkatan tempratur. Efek dari elektrodesikasi ini akan mengakibatkan 2 efek pada jaringan, yaitu koagulasi ( tempratur meningkat didalam sel yang kemudian mengalami dehidrasi dan menyusut ) atau efek pemotongan ( pemanasan air pada sel yang akan menyebabkan pemecahan dengan cepat).

39

Adanya efek pemanasan yang diproduksi merupakan dasar dari instrumen pembedahan lsitrik, peningkatan pemanasan pada kulit merupakan peranan penting untuk mendapatkan efek klinis. Ketika osilasi diaplikasikan pada jaringan, pergerakan yang cepat dari elektron melalui sitoplasma sel akan meningkatkan tempratur intraseluler sel. Jumlah dari suhu energi yang dikirimkan akan menghasilkan efek pada jaringan kulit. Secara umum tempratur dibawah suhu 45˚C akan merusak jaringan. Pada suhu 45˚ C protein jaringan akan mengalami denaturasi, sehingga akan kehilangan integritas struktural. Dibawah 90˚C cairan


(39)

pada jaringan akan mengalami evaporasi, akan menghasilkan keadaan desikasi bila jaringan dipanaskan dengan perlahan. Saat tempratur mencapai 200˚C ini akan menghasikan kehancuran komponen dari jaringan yang solid dengan adanya penurunan karbon.

*

38,39,40

Gambar 3.2.2 : 2 tehnik bedah listrik a. Fulgurasi yaitu dengan cahaya elektroda pada jaringan, diberikan untuk pengobatan yang lebih superfisial dibanding elektrodesikasi b. elektrodesikasi dengan elektroda aktif yang menyentuh kulit dan menunjukkan penetrasi dari jaringan yang akan dihancurkan.

Ada beberapa keuntungan untuk pemakaian elektrodesikasi ini, yang pertama adalah penggunaan elektrodesikasi ini dapat mengurangi perdarahan yang terjadi pada saat pengaplikasian, lesi lebih kering dan pengangkatan dapat dilakukan dengan cepat 39. Penting dilakukan pada elektrodesikasi ini adalah penggunaan tenaga listrik yang tidak terlalu besar karena dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sekitarnya yang akan menghasilkan skar.

* Dikutip dari kepustakaan no 38

38


(40)

2.4Tehnik Krioterapi

Tehnik krioterapi telah digunakan sejak 100 tahun yang lalu, cairan nitrogen pertama sekali digunakan pada tahun 1940, dan sekarang telah luas digunakan sebagai cryogen. Sampai saat ini krioterapi merupakan metode yang sering digunakan untuk penatalaksanaan lesi kulit yang jinak. Cairan nitrogen ini merupakan alat semprot yang mudah digunakan dan dengan tehnik yang sama banyak digunakan untuk penatalaksanaan lesi jinak, premaligna ataupun maligna. Dosis dari pemakaian krioterapi ini tergantung dari besarnya lesi, jenis kulit dan kedalaman lesi.

Pada tehnik ini terjadinya pembekuan yg ringan akan mengakibatkan pemisahan dermoepidermal, inilah yang penting untuk pengobatan untuk lesi les yang jinak. Komplikasi pengobatan dengan cara ini adalah terjadinya hipopigmentasi, tetapi pada beberapa penelitian dan pengalaman klinis menyatakan repigmentasi dapat terjadi beberapa bulan karena adanya migrasi dari melanosit pada daerah yang dilakukan pengobatan.

42

2.5Tehnik Eksisi

42

Tehnik eksisi ini adalah suatu cara untuk membuang jaringan yang digunakan untuk lesi yang superfisial , tehnik ini memerlukan anastesi lokal dan jarang mengakibatkan perdarahan yang berlebihan. Tehnik eksisi ini memerlukan keahlian yang baik dan juga waktu tindakan yang lebih lama. Pada eksisi sederhana biasanya tidak memerlukan anastesi yang banyak pada saat tindakan. Sebelum dilakukan tehnik eksisi ini harus di dokumentasikan terlebih dahulu kondisi yang dapat menganggu penyembuhan luka ( misalnya penyakit vaskular


(41)

kolagen, merokok dan diabetes) dan juga penggunaan obat obatan yang menganggu perdarahan intraoperatif misalnya aspirin, AINS , vitamin E dan warfarin.

Setelah dilakukan eksisi diberikan antibiotika topikal yang gunanya adalah untuk memberikan kelembaban dan secara simultan akan membersihkan debris dan krusta yang akan memberikan reepitelialisasi yang optimal.

43

2.6 Penyembuhan Luka

43

Mekanisme biologi yang mendasari penyembuhan luka sangatlah kompleks dan belum dapat dipahami. Meskipun banyaknya yang harus dipelajari proses yang terlibat didalamnya, beberapa konsep umum telah dipahami. Penelitian pada luka akut terjadi dalam 4 fase penyembuhan luka. Ini juga dipercayai bahwa luka kronis juga terjadi pada fase yang sama. Beberapa peneliti mengambungkan fase pertama dan kedua. Fase penyembuhan luka adalah : hemostasis, inflamasi, proliferasi atau granulasi, remodelling atau maturasi.

Fase hemostatis : ini dimulai segera setelah terjadi luka, dengan adanya konstriksi vaskular dan pembentukan pembekuan darah fibrin. Kemudian bekuan darah dan jaringan sekitarnya akan melepaskan sitokin proinflamasi dan growth factor seperti misalnya transforming growth factor (TGF) ß, platelet derived growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF) dan epidermal growth factor (EGF). Pada penyembuhan luka platelet adalah sel yang bertindak sebagai penutup dari pembuluh darah yang rusak. Saat perdarahan telah dikontrol, sel inflamasi akan bermigrasi ke luka ( kemotaksis) dan akan membentuk fase inflamasi.

44


(42)

Fase inflamasi : Stadium ini ditandai dengan adanya infiltrasi dari neutrofil, makrofag dan limposit. Makrofag berperan penting pada penyembuhan luka. Pada awal luka makrofag akan melepaskan sitokin yang akan mengakibatkan respon inflamasi dengan penarikan dan aktivasi leukosit. Selain itu makrofag juga berfungsi meng induksi dan membersihkan sel apoptotik, yang berperan dalam transisi phenotipik dalam fase penyembuhan yang akan menstimulasi pembentukan keratinosit, fibroblast dan angiogenesis untuk menghasilkan regenerasi jaringan.43 secara klinis fase kedua dari peyembuhan luka terlihat adanya edema, pembengkakan dan hangat dan sering disertai adanya nyeri, atau hal klasik “rubor et tumorcum calore et dolore” stadium ini biasanya berakhir pada hari ke 4.

Fase Proliferatif (proliferasi, granulasi dan kontraksi) : Stadium granulasi dimulai sekitar 4 hari setelah terjadinya luka dan biasanya berakhir sampai 21 hari, dengan karakteristik adanya proliferasi epitel dan migrasi matriks sementara didalam luka ( reepitalisasi) . Didalam dermis yang perbaikan, fibroblas dan sel endotel merupakan sel yang paling dominan yang mendukung pertumbuhan kapiler, pembentukan kolagen dan pembentukan jaringan granulasi pada tempat luka. Didalam luka tersebut fibroblas akan memproduksi kolagen dan glikosaminoglikans serta proteoglikans, yang merupakan komponen utama dari matriks ektraselular. Pada luka akut mempunyai karakteristik secara klinis dengan adanya gumpalan kecil pada jaringan dasar luka dan meliputi pergantian dari jaringan dermis dan terkadang pada subdermis.

44


(43)

Fase remodeling atau maturasi : terjadi ketika struktur dari interior komplit yang pertama selesai, maka akan dimulai penyempurnaan lapisan penutup sama dengan penyembuhan luka, termasuk remodeling jaringan dermis untuk memproduksi tensile strengh. Pada fase ini terjadinya regresi dari kapiler yang banyak terbentuk, sehingga densitas kapiler akan kembali normal. Remodeling dapat terjadi sampai 2 tahun setelah penyembuhan luka dan ini menerangkan mengapa penyembuhan luka dapat terlihat terjadi secara dramatis dan cepat.

Proses penyembuhan menunjukkan adanya diregulasi oleh sitokin dan

growth factor, dan penelitian terbaru telah menyatakan bahwa lingkungan sitokin pada penyembuhan luka kronis berbeda dengan luka yang sembuh, bagaimanapun perlu dicari penyebab utama defek yang menyebabkan luka tidak menyembuh. Luka kronis adalah salah satu luka yang tidak responsif terhadap terapi utama atau persisten dengan perawatan yang baik.

45,46

Menurut Gosain dan DiPietro Pada orang dewasa penyembuhan luka meliputi beberapa peristiwa :

46

1. Pembentukan hemostatis yang cepat.

44

2. Inflamasi yang baik

3. Diferensiasi, proliferasi dan migrasi pada tempat luka 4. Terjadinya angiogenesis yang baik

5. Reepitelialisasi yang cepat ( pertumbuhan jaringan epitel pada permukaan luka

6. Sintesis yang baik, crosslinking dan ikatan kolagen yang baik yang menjadikan jalinan yang kuat pada tempat luka.


(44)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka yaitu adalah faktor lokal dan sistemik. Faktor lokal adalah faktor yang secara langsung mempengaruhi luka itu sendiri dan faktor sistemik adalah keadaan keseluruhan individu yang mempengaruhi luka untuk sembuh. Faktor lokal yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka yaitu oksigenasi dan infeksi. Sedangkan faktor sistemik yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka adalah umur, hormon seks, stress, diabetes mellitus, makanan dan obat obatan ( glukokortikoid, anti inflamasi non steroid dan obat kemoterapi), perokok dan peminum alkohol

Luka yang disebabkan bedah listrik, bedah krio dan bedah laser akan menunjukkan lebih lamanya penyembuhan luka dibandingkan dengan luka eksisi ataupun kuretase.

44,45

Penyembuhan luka pada bedah listik akan terjadi lebih lama dibandingkan dengan luka yang disebabkan luka eksisi ini disebabkan oleh karena adanya kerusakan jaringan pada luka eksisi lebih sedikit dibandingkan dengan luka yang disebabkan bedah listrik

46

Pada bedah listrik akan terjadi peningkatan temperatur yang tinggi dalam jangka waktu yang pendek dan ini akan mengakibatkan ekspansi komponen ekstraselular dan penguapan yang berlebihan yang akan mengakibatkan jaringan akan menjadi kering dan terbentuk koagulum.

47

38

Pemanasan jaringan ini akan mengakibatkan adanya destruksi jaringan akibat pendidihan pada jaringan ataupun terjadinya koagulasi, pemanasan ini merupakan mekanisme yang dasar yang bertanggung jawab akan luasnya daerah berdekatan yang terkena dibandingkan dengan luka pada bedah insisi.

Selain itu adanya arus listrik yang tinggi ini akan mengakibatkan destruksi atau penghancuran jaringan dan gangguan hemostatis dan terjadi perlengketan


(45)

kolagen pembuluh darah dan serabut elastik sehingga menganggu penyembuhan luka ( reepitalisasi dan tingkat inhibitor inflamasi).48

2.7 Gambar Kerangka Teori

Iritasi dan tekanan Gangguan

hormonal

Eksisi Infeksi HPV

SKIN TAG

krioterapi Diabetes Mellitus

obesitas

Dengan menggunakan gunting Modalitas terapi

dislipidemia

Dengan elektrodesikasi

panas

Jaringan kehilangan air

Mengalami dekarboksilasi

Penyembuhan luka ( fase hemostatis, inflamasi, proliferasi

dan remodelling)

Jaringan diangkat pada dasar lesi

Jaringan mati diangkat

Penyembuhan luka ( fase hemostatis, inflamasi, proliferasi


(46)

2.8 Gambar Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Penggunaan gunting lebih efektif dibanding dengan elektrodesikasi pada penatalaksanaan skin tag

Penyembuhan luka Tehnik menggunakan

gunting ( curved blade scissor)

elektrodesikasi

Penyembuhan luka


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode uji klinis terbuka (open clinical trial).

3.2Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Desember 2013 sampai September 2014. 3.2.2 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik Sub Bagian Bedah Kulit SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan.

3.3Populasi Penelitian 3.3.1 Populasi target

Pasien skin tag.

3.3.2 Populasi terjangkau

Pasien skin tag yang berobat ke Poliklinik bedah kulit SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dari bulan Juni sampai September 2014 Pasien skin tag yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

3.4 Sampel Penelitian

Rumus :

n = Zα 2 PQ d

keterangan :


(48)

Zα : deviat baku alfa, untuk α=0,05 maka Zα

P : proporsi kategori variabel yang diteliti =1,96

d : presisi atau tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki, ditetapkan 20%

P

Q = 1 - P = 1-0,46 =0,54 = proporsi skin tag = 46% =0,46

Maka : n = (1,96) 2

( 0,20)

x 0,46 x 0,54 =

2

3,84

0,04 x 0,46 x 0,54 =

0,04 0,724

= 18 sampel

Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 18 orang 3.5Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1 Kriteria inklusi :

a. Pasien dengan skin tag multipel, kecil, diameter < 0,5 cm dan filiform pada satu regio

b. Berusia > 30 tahun

c. Bersedia ikut dalam penelitian 3.5.2 Kriteria eksklusi :

a. Pasien hamil dan menyusui

b. Pasien dengan penyakit diabetes melitus tak terkontrol c. Pasien dengan penyakit imunodefisiensi


(49)

d. Pasien yang memakai alat pacu jantung. e. Pasien dengan riwayat skar atau keloid

f. Pasien yang memakai obat imunosupresan/ tidak menggunakan obat obatan 2 minggu sebelum dilakukan prosedur pengobatan.

g. Pasien yang tidak sedang menggunakan obat obatan pengencer darah seperti warfarin, heparin,aspirin dan clopidogrel.

3.6 Identifikasi Variabel

Variabel bebas : pengguntingan dan elektrodesikasi Variabel terikat : penyembuhan luka

3.7 Definisi Operasional

3.7.1 Skin tag

Skin tag merupakan papul filiform warna kulit, lunak, pendukulasi, berwarna seperti warna kulit ataupun hiperpigmentasi yang ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis.

3.7.2 Elektrodesikasi

Elektrodesikasi merupakan salah satu varian bedah listrik yang menggunakan energi panas. Dengan menggunakan alat bedah listrik monotermal, Lamidey France

3.7.3 Tehnik menggunakan gunting

Tehnik membuang lesi skin tag dengan menggunakan gunting dindikasikan untuk lesi pendukulasi. Tehnik ini digunakan dengan menggunakan gunting kecil dan bengkok yang tajam.


(50)

3.7.4 Penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah sembuh secara klinis, yaitu keadaan dimana lesi luka menutup sempurna, tidak ditemukan eritema,edema dan basah. 3.7.5 Kenyamanan

Tidak terdapatnya rasa takut dan nyeri pada saat penatalaksanaan skin tag dengan menggunakan gunting dan elektrodesikasi. Rasa takut dinilai dengan ya atau tidak dan rasa nyeri dinilai dengan ya atau tidak.

3.7.6 Diabetes melitus

Penderita diabetes melitus yang diketahui dari anamnesis menderita diabetes mellitus dan jika menderita diabetes melitus maka harus dikonsulkan ke spesialis penyakit dalam untuk menetapkan diagnosis diabetes melitus

3.7.7 Penyakit Imunodefisiensi

Imunodefisiensi adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan reaksi pembentukan zat kebal tubuh atau antibodi akibat kerusakan organ limfoid. Penyakit imunodefisiensi ini adalah pasien yang menderita : keganasan, penyakit tiroid, HIV/AIDS yang dapat diketahui berdasarkan anamnesis, yang selama ini telah ditegakkan oleh dokter.

3.7.8 Efek samping penatalaksanaan skin tag

Adalah adanya hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan sikatrik yang terjadi karena pengobatan skin tag baik dengan tehnik menggunting atau elektrodesikasi


(51)

3.7.9 Alat pacu jantung

Pasien yang menggunakan alat pacu jantung adalah pasien yang dipasang alat pacu jantung yang dapat diketahui dari berdasarkan anamnesis.

3.7.10 Ibu hamil dan menyusui

Ibu hamil adalah wanita yang membawa embrio atau fetus didalam tubuhnya dan ibu menyusui adalah ibu yang masih dalam memberikan Asi pada anak bayi nya.

3.7.11 Obat imunosupresan

Obat imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun.

3.7.12 Obat pengencer darah

Obat pengencer darah adalah obat obat yang dapat menurunkan agregasi platelet dan dapat menghambat pembentukan thrombus di sirkulasi arteri.

3.7.13 Skar dan keloid

Skar dan keloid adalah tanda, bekas atau parut yang masih tertinggal pada kulit setelah kulit mengalami luka yang sudah kering atau sembuh. 3.8 Alat dan Bahan, Cara Kerja dan Pengamatan

3.8.1 Alat dan bahan

3.8.1.1 Alat dan bahan pengobatan dengan pengguntingan a. Sarung tangan


(52)

c. Gunting kecil bengkok d. Pinset

e. Anastesi topikal EMLA yang dioleskan pada lesi dan ditunggu 1 jam sebelum tindakan.

f. Kassa steril

g. Wrapping plastic

h. Krim gentamisin

3.8.1.2 Alat dan bahan pengobatan dengan elektrodesikasi a. Sarung tangan

b. Povidon Iodine 10 %

c. Anastesi topikal EMLA yang dioleskan pada lesi dan ditunggu 1 jam sebelum tindakan.

d. Alat bedah listrik monotermal, Lamidey France e. Kassa steril

f. Wrapping plastic

g. Krim gentamisin 3.8.2 Cara kerja

3.8.2.1 Diagnosis klinis

Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin divisi bedah kulit RSUP H.Adam Malik Medan.


(53)

3.8.2.2Pencatatan data dasar

Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan . Pencatatan data dasar meliputi identitas penderita, anamnesis, dan pemeriksaan dermatologis.

3.8.2.3 Persetujuan Tindakan Medis

Pasien menandatangani persetujuan tindakan medis, setelah diberikan penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien.

3.8.2.4 Prosedur Pemilihan Pasien

Pasien dilakukan pemilihan jenis dan lokasi skin tag yang diambil dari lesi :

a. Lesi skin tag diambil pada regio yang sama.

b. Jika lesi sejajar maka pengguntingan dilakukan sebelah kanan operator dan sebelah kiri operator dilakukan tindakan elektrodesikasi c. Jika lesi terletak diatas dan dibawah maka pengguntingan dilakukan

pada lesi sebelah atas dan elektrodesikasi pada lesi sebelah bawah d. Dilakukan pengambilan foto skin tag sebelum dilakukan tindakan

yang berguna sebagai dokumentasi.

3.8.2.5 Prosedur pengobatan skin tag dengan penguntingan (dilakukan oleh peneliti dengan pengawasan pembimbing)


(54)

b. Lesi pada skin tag dan sekitarnya dibersihkan dengan povidon iodine 10%

c. Dioleskan anastesi topikal dengan menggunakan EMLA d. Kemudian ditutup dengan wrapping plastic

e. Ditunggu selama 1 jam

f. Lesi dijepit dengan menggunakan pinset

g. Dilakukan pemotongan dengan gunting pada dasar lesi skin tag.

h. Dihentikan perdarahan dengan menekan menggunakan kassa steril i. Kemudian diberikan krim gentamisin.

3.8.2.6 Prosedur pengobatan skin tag dengan elektrodesikasi (dilakukan oleh peneliti dengan pengawasan pembimbing)

a. Pasien dibaringkan di tempat tidur

b. Lesi pada skin tag dan sekitarnya dibersihkan dengan povidon iodine c. Dioleskan anastesi topikal dengan menggunkan EMLA

d. Kemudian ditutup dengan wrapping plastic

e. Ditunggu selama 1 jam .

f. Dilakukan elektrodesikasi pada dasar lesi

g. Lesi dibersihkan kemudian diberi krim gentamisin 3.8.3 Pengamatan (hasil tindakan lanjut)

Pengamatan dilakukan untuk melihat penyembuhan luka dari lesi skin tag. Waktu pengamatan dilakukan tiap minggu selama tiga (3) minggu untuk melihat penyembuhan luka.


(55)

3.9 Kerangka Operasional

Gambar diagram kerangka operasional

Tindakan dengan Elektrodesikasi

Anastesi topikal dengan menggunakan EMLA Tindakan dengan

penguntingan Anastesi topikal dengan

menggunakan EMLA

Pasien dengan skin tag multipel, filliform pada satu

regio

Sesudah Minggu ke 1 Luka :

• Edema • Eritema • basah

Follow up pertama Kenyamanan

• Nyeri / sakit : Pada saat tindakan

Kenyamanan

• Nyeri / sakit :

Sesudah Minggu ke 1 Luka :

• Edema • Eritema • basah

Sesudah Minggu ke 3 • Edema • Eritema • menutup Efek samping • skar • Hipopigmentasi/ hiperpigmentasi

Sesudah Minggu ke 3 • Eritema • Edema • menutup Efek samping • skar • Hipopigmentasi/ hiperpigmentasi Sesudah Minggu ke 2

Luka :

• Edema • Eritema • menutup

Sesudah Minggu ke 2 Luka :

• Edema • Eritema • menutup


(56)

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui perbedaan proporsi kesembuhan antara kelompok yang diberi pengobatan dengan cara pengguntingan dengan kelompok yang diberi pengobatan dengan cara elektrodesikasi pada akhir minggu ke-3 . Analisis statistik menggunakan uji Eksak Fisher dengan tingkat kemaknaan 0,05.

3.11 Persetujuan Komite Etik Penelitian

32

Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan Universitas Sumatera Utara.


(57)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Penderita Skin tag

Jumlah penderita skin tag pada penelitian ini adalah sebanyak 18 orang. Karakteristik skin tag berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, dapat dilihat pada grafik-grafik berikut ini.

Tabel 4.1 Distribusi penderita skin tag berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

(n) (%)

Pria 3 16,7

Wanita 15 83,3

Total 18 100,0

Berdasarkan jenis kelamin maka penerita skin tag yang didapatkan pada penelitian ini umumnya adalah pada wanita (83,3%).

Tabel 4.2 Distribusi penderita skin tag berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur Jumlah

(n) (%)

30 - 40 tahun 6 33,3

41 - 50 tahun 5 27,8

51 - 60 tahun 5 27,8

61 - 65 tahun 2 11,1

Total 18 100,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penderita


(58)

umur 41 - 50 tahun dan kelompok umur 51 – 60 tahun masing-masing (27,8%) dan persentase terkecil dijumpai pada kelompok umur 61- 65 tahun (11,1%). Hal ini menunjukkan bahwa penderita skin tag lebih banyak terjadi pada usia dewasa muda.

Tabel 4.3 Distribusi penderita skin tag berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah

(n) (%)

IRT 5 27,8

Karyawan 7 38,9

Dokter 4 22,2

Pensiunan 2 11,1

Total 18 100,0

Berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa sebagian besar yang menderita

skin tag adalah dengan pekerjaan karyawan (38,9%) diikuti dengan pekerjaan Ibu rumah tangga (27,8%), dokter (22,2%) dan terendah adalah dengan pensiunan (11,2%).

4.1. Hasil Tindakan Terhadap Skin Tag

Penelitian ini dilakukan pada pasien skin tag sebanyak 18 orang yaitu pada 15 orang wanita dan 3 orang laki laki yang berusia dari umur 30 tahun sampai 62 tahun. kemudian masing-masing dilakukan tindakan penanganan skin tag dengan cara menggunting dan dengan menggunakan elektrodesikasi. Hasil tindakan penanganan dari kedua metoda dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.


(59)

4.1.1 karakteristik skin tag berdasarkan kenyamanan atas rasa takut dan sakit pada pasien skin tag.

Kenyamanan pasien terhadap rasa takut dan nyeri pada tindakan pengguntingan dan elektrodesikasi dapat dilihat dari tabel tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi kelompok berdasarkan rasa takut

Rasa Takut Menggunakan Gunting (n/%)

Elektrodesikasi

(n/%) Nilai p

Ya 7 (38%) 17 (95%)

0,0001

Tidak 11 (62%) 1 (5%)

Total 18 (100%) 18 (100%)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa penderita skin tag

mempunyai perasaan tidak takut dengan perlakuan menggunakan gunting (62%) sedangkan dengan perlakuan elektrodesikasi umumnya mempunyai perasaan tidak takut (5%). Berdasarkan uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna adanya perasaan takut dari kedua tindakan yang dilakukan. Hal ini dapat dimengerti karena tindakan elektrodesikasi menggunakan peralatan elektrik untuk menghilangkan skin tag.

Tabel 4.5. Distribusi kelompok berdasarkan rasa sakit pada kedua tindakan penderita skin tag

Rasa Sakit Menggunakan Gunting (n/%)

Elektrodesikasi

(n/%) Nilai p

Ya 5 (28%) 15 (84%)

0,001

Tidak 13 (72%) 3 (16%)


(60)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pasien skin tag merasa nyeri baik yang dilakukan tindakan menggunakan gunting (28%) maupun yang dilakukan tindakan elektrodesikasi 84%. Berdasarkan uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna tentang rasa nyeri yang ditimbulkan dari kedua metoda tindakan yang dilakukan. Adanya rasa sakit ini dapat mempengaruhi penderita untuk terus bersedia dilakukan pengguntingan ataupun elektrodesikasi pada skin tag lainnya karena hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan pasien.

Tehnik dengan menggunakan gunting dindikasikan untuk lesi pendukulasi dan juga semua jenis pertumbuhan jaringan kulit superfisial seperti skin tag,

keratosis seboroik papular, nevus serta verucca dengan diameter lesi yang kecil. Tindakan dengan menggunakan gunting ini dapat dilakukan pada kelopak mata, leher, ketiak dan paha selain itu juga tergantung pada ukuran dan morfologi bentuk dari lesi. Dengan menggunakan gunting ini, pengangkatan lesi pada skin tag dengan jumlah yang banyak dapat dilakukan dengan cepat dengan efek ketidaknyamanan yang kecil, tehnik dengan menggunakan gunting ini dapat dilakukan tanpa anastesi, tetapi pada lesi yang lebih besar dan dengan dasar yang lebar diperlukan anastesi lokal.Tehnik dengan menggunakan gunting ini merupakan salah satu cara mengangkat skin tag dengan cepat dan mudah.

Keuntungan dari tindakan dengan eksisi gunting ini pada dokter adalah tidak memerlukan penjahitan, prosedurnya lebih mudah untuk dilakukan, dapat dilakukan sekaligus untuk lesi yang banyak, tidak memerlukan suatu prosedur sterilisasi yang ketat. Tidak memerlukan persiapan khusus, tidak memerlukan


(61)

tenaga listrik. Sedangkan keuntungan pada pasien adalah tidak memerlukan pelepasan benang jahitan, perawatan luka biasanya lebih mudah, tidak diperlukan pengurangan aktivitas pada tindakan sehari hari, pengurangan resiko infeksi dan perdarahan, memberikan hasil kosmetik yang lebih baik, jika terjadi lesi yang pigmentasi dapat dengan mudah ditutupi secara kosmetik.

Elektrodesikasi adalah merupakan suatu tindakan yang menggunakan frekuensi elektrik tinggi yang melalui jaringan untuk mendapatkan efek klinis.

36

9,38

Elektrodesikasi merupakan salah satu tehnik bedah listrik yang bekerja dengan cara memanaskan sel untuk menghilangkan air sehingga akan mengakibatkan penghancuran jaringan. Tindakan ini dapat dilakukan dengan tepat ( yaitu melalui percikan kecil elektroda ). Banyak ahli dermatologi yang menggunakan cara ini untuk menghancurkan lesi lesi yang kecil seperti skin tag, chery angioma, keratosis seboroika dan verucca vulgaris.

4.2 Hasil tindakan lanjut pada Minggu I

9,38,39

Tindakan lanjut minggu ke I dilakukan satu minggu setelah penderita skin tag dilakukan tindakan penatalaksanaan. Gambaran kondisi lesi setelah satu minggu dilakukan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. distribusi kelompok berdasarkan tanda eritema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I

Eritema Menggunakan Gunting (n/%)

Elektrodesikasi

(n/%) Nilai p

Ya 15 (84%) 18 (100%)

0,229

Tidak 3 (16%) 0 (0%)

Total 18 (100%) 18 (100%)


(62)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa umumnya penderita skin tag menunjukkan gambaran eritema pada lesinya baik yang dilakukan menggunakan gunting (84%) sedangkan yang dilakukan elektrodesikasi seluruhnya menunjukkan adanya eritema pada lesinya (100%). Berdasarkan uji statistik dengan Fisher exact test karena Chi-square tidak memenuhi syarat didapatkan nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna terjadinya eritema dari kedua tindakan yang dilakukan.

Tabel 4.7. Distribusi kelompok berdasarkan tanda edema pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I

Edema Menggunakan Gunting

(n/%)

Elektrodesikasi

(n/%) Nilai p

Ya 1 (5%) 11 (62%)

0,0001

Tidak 17 (95%) 7 (38%)

Total 18 (100%) 18 (100%)

Tabel di atas menunjukkan bahwa gambaran edema sebagian besar pada penderita yang dilakukan tindakan gunting (5%) sedangkan pada penderita yang dilakukan tindakan menggunakan eletrodesikasi umumnya menimbulkan edema pada lesinya (62%). Berdasarkan uji statistik dengan Chi-square didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna tanda edema pada lesi dari kedua tindakan yang dilakukan.


(63)

Tabel 4.8 Distribusi kelompok berdasarkan luka basah pada kedua tindakan penderita skin tag minggu ke I

Basah Menggunakan Gunting

(n/%)

Elektrodesikasi

(n/%) Nilai p

Ya 16 (89%) 18 (100%)

0,486

Tidak 2 (11%) 0 (0%)

Total 18 (100%) 18 (100%)

Tabel di atas juga menjelaskan bahwa kedua jenis tindakan umumnya sama-sama terlihat basah pada lesinya dengan penggutingan (89%). Dengan tindakan elektrodesikasi (100%) Berdasarkan uji statistik dengan Fisher exact test karena

Chi-square tidak memenuhi syarat didapatkan nilai p>0,05 yang menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna luka yang basah dari kedua tindakan yang dilakukan.

4.3 Hasil tindakan lanjut pada Minggu II

Hasil tindakan lanjut pada minggu ke II dilakukan dua minggu setelah penderita skin tag dilakukan tindakan. Gambaran kondisi lesi setelah dua minggu dilakukan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut.


(64)

Tabel 4.9. Distribusi kelompok berdasarkan tanda eritema pada kedua tindakan pasien skin tag minggu ke II

Eritema Menggunakan Gunting

(n/%)

Elektrodesikasi

(n/%) Nilai p

Ya 5 (28%) 17 (95%)

0,0001

Tidak 13 (72%) 1 (5%)

Total 18 (100%) 18 (100%)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penderita skin tag yang dilakukan menggunakan gunting telah hilang tanda eritema pada lesinya (72%) sedangkan yang dilakukan elektrodesikasi menunjukkan tanda eritema pada lesinya (5%). Berdasarkan uji statistik dengan Chi-square

didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan yang bermakna adanya tanda eritema dari kedua tindakan yang dilakukan.

Tabel 4.10 Distribusi kelompok berdasarkan tanda edema pada kedua tindakan pasien skin tag minggu ke II

Edema Menggunakan Gunting

(n/%)

Elektrodesikasi

(n/%) Nilai p

Ya 1 (5%) 0 (0%)

1,00

Tidak 17 (95%) 18 (100%)

Total 18 (100%) 18 (100%)

Kondisi lesi pada minggu II menunjukkan bahwa umumnya tidak dijumpai lagi tanda edema pada penderita yang dilakukan tindakan gunting (95%). Demikian juga pada penderita yang dilakukan tindakan menggunakan


(1)

Basah * Perlakuan

Crosstab

Count

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

Gatal Tidak 0 2 2

Ya 18 16 34

Total 18 18 36

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2,118a 1 ,146 ,486 ,243

Continuity Correctionb ,529 1 ,467

Likelihood Ratio 2,890 1 ,089 ,486 ,243

Fisher's Exact Test ,486 ,243

N of Valid Cases 36

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. b. Computed only for a 2x2 table

Eritema2 * Perlakuan

Crosstab

Count

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

Eritema2 Tidak 1 13 14

Ya 17 5 22

Total 18 18 36

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 16,831a 1 ,000 ,000 ,000

Continuity Correctionb 14,143 1 ,000

Likelihood Ratio 19,119 1 ,000 ,000 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

N of Valid Cases 36

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Edema2 * Perlakuan

Crosstab

Count

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

Edema2 Tidak 18 17 35

Ya 0 1 1

Total 18 18 36

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,029a 1 ,310 1,000 ,500

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio 1,415 1 ,234 1,000 ,500

Fisher's Exact Test 1,000 ,500

N of Valid Cases 36

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50. b. Computed only for a 2x2 table

Luka menutup * Perlakuan

Crosstab

Count

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

luka menutu p

Tidak 3 13 16

Ya 15 5 20

Total 18 18 36

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11,250a 1 ,001 ,002 ,001

Continuity Correctionb 9,112 1 ,003

Likelihood Ratio 11,971 1 ,001 ,002 ,001

Fisher's Exact Test ,002 ,001

N of Valid Cases 36

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Hipopigmentasi * Perlakuan

Crosstab

Count

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

Hipopigmentasi Tidak 3 13 16

Ya 15 5 20

Total 18 18 36

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11,250a 1 ,001 ,002 ,001

Continuity Correctionb 9,112 1 ,003

Likelihood Ratio 11,971 1 ,001 ,002 ,001

Fisher's Exact Test ,002 ,001

N of Valid Cases 36

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00. b. Computed only for a 2x2 table

Skar * Perlakuan

Crosstab

Count

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

Skar Tidak 17 18 35

Ya 1 0 1

Total 18 18 36

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,029a 1 ,310 1,000 ,500

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio 1,415 1 ,234 1,000 ,500

Fisher's Exact Test 1,000 ,500

N of Valid Cases 36

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,50. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Eritema3 * Perlakuan

Crosstab

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

Eritema3 Tidak Count 16 18 34

% within Perlakuan 88,9% 100,0% 94,4%

Ya Count 2 0 2

% within Perlakuan 11,1% ,0% 5,6%

Total Count 18 18 36

% within Perlakuan 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2,118a 1 ,146 ,486 ,243

Continuity Correctionb ,529 1 ,467

Likelihood Ratio 2,890 1 ,089 ,486 ,243

Fisher's Exact Test ,486 ,243

N of Valid Cases 36

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. b. Computed only for a 2x2 table

Luka menutup3 * Perlakuan

Crosstab

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

Luka menutup

Tidak Count 18 18 36

% within Perlakuan 100,0% 100,0% 100,0%

Total Count 18 18 36

% within Perlakuan 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square .a

N of Valid Cases 36

a. No statistics are computed because luka menutup u is a constant.

Edema3 * Perlakuan Crosstabulation

Perlakuan

Total Cauterisasi Menggunting

Edema3 Tidak Count 18 18 36

% within Perlakuan 100,0% 100,0% 100,0%

Total Count 18 18 36

% within Perlakuan 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square .a

N of Valid Cases 36

a. No statistics are computed because Edema3 is a constant.


(5)

Foto Pasien

Skin Tag

1.

Foto sebelum dilakukan tindakan

2.

Dilakukan tindakan dengan tehnik

curved blade scissors

3.

Dilakukan tindakan dengan tehnik elektrodesikasi


(6)

Setelah tindakan pengambilan

skin tag

4.

Setelah 1 minggu penatalaksanaan

5.

Setelah 2 minggu penatalaksanaan

6.

Setelah 3 minggu penatalaksanaan