BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum SNI 19-6774-2002.
Fungsi air bagi kehidupan tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Badan manusia terdiri dari sekitar 65 air, kehilangan cukup banyak air dari badan akan mengakibatkan banyak
masalah dan mungkin dapat menyebabkan kematian Saputri, 2011. Air ini digunakan manusia selain untuk minum juga untuk kebutuhan sehari-hari lainnya seperti mandi, cuci, dan juga
digunakan untuk pertanian, perikanan, perindustrian, dan lain-lain. Penyedian air bersih untuk kebutuhan manusia harus memenuhi empat konsep dasar yaitu
dari segi kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan ekonomis. Dari segi kuantitas; air harus cukup untuk memenuhi segala kebutuhan manusia, dari segi kualitas; air harus memenuhi persyaratan
kesehatan terutama untuk air minum, dari segi kontinuitas; air tersebut selalu ada berputar pada siklusnya dan tidak pernah hilang, dan dari segi ekonomis; harga jual air tersebut harus dapat
terjangkau oleh segala kalangan masyarakat mengingat air sangat dibutuhkan oleh semua golongan tanpa kecuali Sarudji D, 2001.
2.2 Sumber Air Bersih
Dalam penyedian air bersih, kita tidak lepas dari sumber air dari mana air tersebut berasal. Secara garis besar, air di alam ini yang dapat dimanfaatkan terbagi atas Tahir, 2013:
1. Air hujan
2. Air permukaan air sungai, air danau, mata air
3. Air tanah
4. Air laut
Keempat sumber air baku tersebut mempunyai hubungan satu sama lain yang merupakan satu mata rantai yang tidak dapat diputuskan yang disebut daur hidrologi. Pada dasarnya jumlah
air di alam ini tetap, hanya berputar-putar mengikuti siklus hidrologi tersebut.
2.3 Kualitas Air Minum
Semua air biasanya tidak sempurna, selalu mengandung senyawa pencemar. Bahkan tetesan air hujan selalu tercemari debu dan karbon dioksida waktu jatuh dari langit. Terutama
pada air permukaan yang biasanya menjadi sumber air baku air minum. Standar kualitas air minum diperuntukan bagi kehidupan manusia, tidak mengganggu
kesehatan dan secara estetika diterima serta tidak merusak fasilitas penyediaan air bersih itu sendiri. Sumber air permukaan ini dapat berupa sungai, danau, waduk, mata air, dan air saluran
irigasi. Kebanyakan senyawa pencemar pada air permukaan ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah industri, dan lain-lain.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal 26 No. 16 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20PRTM2006 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air, maka klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 golongan, yaitu:
a. Kelas I satu
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas II dua
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasaranasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. c.
Kelas III tiga Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV empat
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Berdasarkan peraturan dari pemerintah maka mutu air dengan klasifikasi golongan satu yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum, dengan parameter yang harus
diperhatikan seperti parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi.
Pada Parameter fisik unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah kekeruhan, warna, zat padat terlarut dan suhu. Pada parameter kimia unsur-unsur yang perlu diperhatikan adalah derajat
keasaman pH, senyawa organik seperti senyawa logam, sulfida, dan lain-lain. Sedangkan senyawa organik seperti minyak, deterjen, dan lain-lain. Pada parameter mikrobiologi unsur-
unsur yang perlu diperhatikan adalah bakteri coliform. Agar kualitas air yang akan dikonsumsi dapat memenuhi persyaratan kesehatan, maka
pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan mengeluarkan peraturan berupa persyaratan kualitas air minum seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010.
Beberapa uraian tentang parameter kualitas air bersih akan dibahas berikut ini, yaitu: 1. Wajib
a. Bahwa agar air minum yang dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan
kesehatan perlu ditetapkan persyaratan kesehatan kualitas air minum. b.
Bahwa keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907MenkesSKVII2002 tentang syarat- syarat dan Pengawasan Air Minum dipandang tidak memadai lagi dalam rangka
pelaksanaan pengawasan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan. c.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Persyaratan Kualitas Air Minum dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No 492 Tahun 2010. 2. Tambahan
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273;
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821;
c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377;
d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4844;
e. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5063;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran air Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4161;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4161;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah KabupatenKota Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 4737; i.
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 4858; j.
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
k. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 705MPPKep112003
tentang Persyaratan Teknik Industri Air Minum Dalam Kemasan dan Perdagangannya; l.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 651MPPKep102004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum;
m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575MenkesPerXI2005 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439MenkesPerVI2009;
n. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18PRTM2007 tentang penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; o.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922MenkesSKVIII2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota Bidang Kesehatan;
p. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852MenkesSKIX2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; q.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01PRTM2009 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan;
3. Kekeruhan Kekeruhan yang terjadi pada air disebabkan karena air mengandung bahan suspensi yang
dapat menghambat sinar menembus air dan berbagai macam partikel yang bervariasi ukurannya mulai koloid sampai yang kasar. Bahan organik yang masuk ke dalam air sungai juga
menyebabkan kekeruhan air bertambah, hal ini disebabkan karena bahan organik merupakan makanan bagi bakteri, akibatnya bakteri berkembang dan mikroorganisme yang memakan
bakteri juga bertambah. Kekeruhan sangat penting dalam penyediaan air bersih karena ditinjau dari segi estetika setiap pemakaian air mengharapkan memperoleh air yang jernih, sedangkan
dari segi pengolahan airnya penyaringan air menjadi lebih mahal bila kekeruhan meningkat, karena saringan akan cepat tersumbat sehingga meningkatkan biaya pembersihan. Alat ukur
yang digunakan adalah turbidimeter. Satuan unit kekeruhan yang sering digunakan adalah NTU Nephelometer Turbidity Unit, FTU Formazin Turbidity Unit, JTU Jackson Candle Turbidity
Unit Saputri, 2011
4. Warna Penyebab warna dalam air adalah sisa-sisa bahan organik seperti daun, dahan-dahan, dan
kayu yang telah membusuk. Zat besi kadang-kadang juga penyebab warna yang tinggi potensinya. Air permukaan yang berwarna kuat biasanya disebabkan oleh partikel tersuspensi
yang berwarna. Warna air yang disebabkan oleh partikel suspensi menimbulkan warna yang
disebut warna semu apperent colour, berbeda dengan warna yang disebabkan oleh bahan- bahan organik yang berbentuk koloid yang disebut warna sejati true colour.
5. Rasa dan Bau Rasa dan bau dalam air sering disebabkan adanya bahan-bahan organik dan
memungkinkan adanya mikroorganisme penghasil bau yang mempengaruhi kenyamanan air. Penyebab bau umumnya tidak terdapat dalam jumlah konsentrasi yang cukup untuk bisa
dideteksi kecuali hasil baunya itu sendiri.
6. Temperatur Temperatur untuk air minum yang diizinkan adalah sesuai dengan terperatur normal atau
dengan kondisi setempat. Temperatur untuk masing-masing kelas sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tahun 2001 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Temperatur Air Untuk Masing-Masing Kelas Kelas Air
Syarat Air Kelas Satu
Temperatur ± 3
o
C Kelas Dua
Temperatur ± 3
o
C Kelas Tiga
Temperatur ± 3
o
C Kelas Empat
Temperatur ± 5
o
C Sumber: Saputri, 2011
Dalam suatu industri tertentu, dibutuhkan air dengan temperatur yang lebih tinggi dari temperatur normalnya, sehingga air dengan temperatur tinggi biasanya berasal dari air buangan
industri. Ekosistem suatu air sungai dapat rusak bila menampung air buangan industri yang temperaturnya terlalu tinggi. Karena temperatur air yang terlalu tinggi dapat membunuh
mikrobiologi yang membantu menguraikan zat-zat yang mencemari air.
7. Derajat Keasaman pH pH adalah skala yang dipergunakan untuk menyatakan suatu air dalam keadaan basa atau
asam, dengan pengukuran konsentrasi ion hydrogen, atau aktivitas ion hydrogen. Pengukuran pH ini sangat penting bagi penyediaan air minum, misalnya pada saat koagulasi dengan bahan kimia,
disinfeksi, pelunakan air dan kontrol korosi. Nilai pH yang tinggi menyebabkan air bersifat basa sehingga air terasa seperti air kapur dan pada air tersebut akan timbul flok-flok halus berwarna
putih yang lama kelamaan akan mengendap sehingga kurang baik untuk dikonsumsi. Sedangkan nilai pH yang rendah menyebabkan air bersifat asam dan peka terhadap senyawa logam sehingga
dapat menyebabkan korosikarat pada pipa. Air dengan keadaan demikian tidak baik untuk dikonsumsi karena membahayakan kesehatan. Air yang normal tidak boleh bersifat asam
maupun basa. Standar persyaratan kadar pH yang diizinkan untuk air minum di Indonesia yaitu berkisar 6,5 pH9,0. Dengan kadar pH mendekati 7,0 maka air yang diminum terasa enak dan
air itu tidak menyebabkan karat pada pipa-pipa baja.
8. Kandungan Besi Fe Besi ada di dalam tanah dan batuan, kebanyakan dalam ferric oxide Fe
2
O
3
yang tidak mudah larut. Juga dalam hal tertentu berbentuk ferrous carbonat FeCO
3
yang sedikit larut dalam air. Karena air tanah umumnya mengandung CO
2
tinggi, FeCO
3
menjadi larut dalam air. Air yang mengandung besi bila kontak dengan udara, oksigen dari udara akan larut dan air
menjadi keruh sehingga estetika air menjadi tidak menyenangkan. Hal ini disebabkan karena oksodasi terhadap besi menjadi bentuk Fe
3+
yang berbentuk koloid. Untuk mengikat besi dalam air dapat menggunakan klor sebagai disinfektan. Air yang mengandung besi dalam jumlah
yang tinggi akan mempengaruhi pekerjaan perpipaan dengan tumbuhnya bakteri dalam sistem perpipaan, menimbulkan warna pada air dan besi dalam air juga menyebabkan rasa logam pada
air. Kandungan besi maksimum dalam air minum adalah 0,3 mgliter.
9. Mangan Mn Mangan yang berada di dalam tanah berbentuk MnO
2
dan tidak larut dalam air yang mengandung CO
2
tinggi. Air yang mengandung mangan ini akan menimbulkan rasa dan bau logam, menyebabkan noda pada pakaian yang dicuci dan menimbulkan endapan dan korosi pada
perpipaan. Kandungan mangan dalam air berbentuk Mangan bikarbonat. Untuk mengikat zat Mangan bikarbonat ini, biasanya dibubuhkan klor sebagai zat disinfektan. Sehingga banyaknya
pembubuhan zat disinfektan ini sangat dipengaruhi oleh kandungan mangan bikarbonat.
10. Zat Organik K Mn O
4
Zat organik dihasilkan oleh alga, mikroorganisme pengurai dalam proses dekomposisi organisme yang sudah mati, humus tanah dan feces. Akibat yang ditimbulkan terhadap
kenyamanan air adalah menimbulkan rasa dan bau yang kurang enak. Dan terhadap sistem perpipaan dapat menimbulkan korosivitas.
2.4 Sistem Pengolahan Air Minum