PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG.

(1)

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN

DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN

DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA

MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

NI LUH KURNIA DHARMA PERTIWI NIM. 1203005002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

ii

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN

DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN

DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA

MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

NI LUH KURNIA DHARMA PERTIWI NIM. 1203005002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

Lembaran Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 27 FEBRUARI 2016

Pembimbing I

Suatra Putrawan, SH., MH NIP. 195 70702 198610 1 001

Pembimbing II

I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn NIP. 19840411 200812 1 003


(4)

iv Halaman Penetapan Panitia Penguji Skripsi

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL : 15 APRIL 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 596/UN14.1.11.1/PP.05.02/2016, Tanggal 15 April 2016

Ketua : Suatra Putrawan, SH., MH (……….)

NIP.19570702 198610 1 001

Sekretaris : I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn (……….) NIP. 19840411 200812 1 003

Anggota : I Gst. Ayu Puspawati, SH., MH (……….)

NIP. 19510624 197903 2 001

Ida Bagus Putu Sutama, SH., M.Si (……….) NIP. 19570613 198601 1 005

A.A Ketut Sukranatha, SH., MH (……….)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktu yang berjudul ”Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan bantuan berupa bimbingan, arahan, motivasi, dan dukungan moril serta materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.


(6)

vi

4. Bapak I Wayan Suardana, SH., MH, Pembantu Dekan III, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH, Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak Suatra Putrawan SH., MH, Dosen Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

7. Bapak I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan serta petunjuk selama penulis mengikuti perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.

9. Bapak I Made Subargayasa, SE, Dirut PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Bapak A.A. Ngurah Gede Putra Jaya, SH., MSi, Ketua BPSK Kabupaten Badung yang telah memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Bapak I Putu Armaya, SH, Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali yang telah memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 12.Ibu Ni Nyoman Kusumayani, Kepala Bagian Pelanggan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung, yang telah memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(7)

13.Bapak Komang Dama Yana, Kepala Seksi Pelanggan dan Humas PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung, yang telah memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

14.Ibu Sri Nila Pancawati dan Ibu Salsa, responden yang telah bersedia penulis wawancarai sehingga memudahkan penulis dalam memperoleh data di lapangan.

15.Kedua Orang Tua Penulis, I Made Sudharma Putra, SE dan Dra. Hermiwati yang tercinta. Terima kasih untuk segenap doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

16.Raden Rizki Agung Firmansyah, SH, yang selalu memberikan dukungan dan memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini.

17.I Gede Bagus Ananda Pratama, SH, yang selalu memberikan saran-saran dan bantuan kepada penulis.

18.Sahabat-sahabat penulis, Anggi Lutfiani, Maharupa Asmarina, Indah Kemala, Kasandra Dyah Hapsari, Julia Tungga Dewi, Adimas Saksono, Parama Iswara, Trisna Anggita, Pranasari Tanjung, Fadiah Almira Bya, Elvina Esmeralda, Wulan Virda, Ayu Pitriani, dan seluruh teman-teman seangkatan 2012 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

19.Keluarga besar ALSA LC UNUD yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

viii

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak, dan penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kata-kata yang menyinggung perasaan pembaca secara sengaja maupun tidak sengaja.

Denpasar, 27 Februari 2016


(9)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Penulisan Hukum/ Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/ Penulisan Hukum/ Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyatan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 27 Februari 2016 Yang menyatakan,

(Ni Luh Kurnia Dharma Pertiwi) NIM. 1203005002


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN KATA PENGANTAR... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ix

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 5

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

a. Tujuan Umum ... 8

b. Tujuan Khusus ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

a. Manfaat Teoritis ... 9

b. Manfaat Praktis ... 9

1.7 Landasan Teoritis... 9


(11)

1.8.1 Jenis Penelitian ... 15

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 15

1.8.3 Sifat Penelitian... 15

1.8.4 Data dan Sumber Data ... 16

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 18

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian ... 18

1.8.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG 2.1 Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen ... 20

2.1.1 Pengertian Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Pelaku Usaha ... 20

2.1.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen ... 23

2.1.3 Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha ... 24

2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung... 27

2.2.1 Deskripsi PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ... 27

2.2.2 Produk dan Layanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung... 28

2.2.3 Hubungan Hukum PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan Konsumen ... 29


(12)

xii

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK KONSUMEN PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG 3.1 Bentuk - Bentuk Perlindungan Konsumen PDAM Tirta

Mangutama Kabupaten Badung ... 33 3.2 Pelaksanaan Perlindungan Hak-Hak Konsumen dalam

Pelayanan Air Bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung... 45

BAB IV PENYELESAIAN KERUGIAN YANG DIALAMI

KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

4.1 Bentuk-Bentuk Kesalahan/Kelalaian PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih ... 57 4.2 Penyelesaian Kerugian Konsumen terhadap Pelayanan Air

Bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ... 62 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 73 5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RESPONDEN DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(13)

ABSTRAK

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung dilatarbelakangi oleh pihak konsumen yang merasa dirugikan terhadap pemenuhan hak-hak konsumen yang tidak sesuai dengan UUPK. Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun permasalahan sekaligus tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meneliti bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dan untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kerugian yang dialami konsumen dalam pelayanan air bersih.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis empiris dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan fakta.

Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung belum sepenuhnya terlaksana dikarenakan pihak Dewan Pengawas belum bekerja secara maksimal dalam tugasnya yaitu dalam bidang pengawasan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung. Upaya penyelesaian kerugian konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dapat diselesaikan melalui pengadilan maupun di luar pengadilan. Sebaiknya pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ini, pihak Dewan Pengawas selaku perwakilan pemerintah harus independen dalam bidang pengawasan dan bekerjasama secara aktif dengan pihak YLKI sebagai perwakilan konsumen untuk menjamin perlindungan hak-hak konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Hak Konsumen, PDAM Tirta


(14)

xiv

ABSTRACT

Legal protection towards consumers within the service of water procurement within Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung shall be based upon the failure of the institution to meet the requirements of consumer rights pursuant to Consumer Protection Act (“UUPK”). Based upon such matter, problems risen which serve as purpose of the research shall to observe the legal protection towards the customer of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung within the procurement of water in PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung and assessing the settlement of the loss experienced by the consumer during the service.

Method of research employed within this research shall be empirical research by also applying statutory and factual approach.

Results gained from this research shows that the legal protection towards consumer of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung had not been properly implemented by parties’ interest. Oversight Committee had failed to serve its duty to properly oversee the institution. Effort of settlement towards the service PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung can be settled through court or non-litigation measures. It is recommended that within this matter, Ovesight Committee as the representative of government shall remain independent in supervising and actively collaborate with the YLKI as the representative of the consumer to ensure the protection of consumer rights of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

Keywords : Legal Protection, Consumer Rights, PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung, Water Service


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pada dasarnya membutuhkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beranekaragam dan dapat dibedakan atas berbagai macam. Jika dilihat dari tingkatannya, maka kebutuhan konsumen dapat terbagi menjadi tiga yaitu kebutuhan primer, sekunder, tertier. Selain itu, kebutuhan manusia yang terbagi menjadi kebutuhan jasmani dan rohani. Dengan adanya bermacam-macam dan berbagai jenis kebutuhan tersebut maka setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Air merupakan salah satu dari sekian banyak zat yang ada di alam yang penting bagi kehidupan manusia. Air adalah kebutuhan dasar yang tidak dipisahkan dari kehidupan manusia yang menduduki urutan kedua setelah udara. Kebutuhan masyarakat akan air yang layak dan aman untuk dikonsumsi semakin meningkat setiap hari sedangkan ketersediaan air layak minum yang berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit diperoleh. Hal ini juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk yang meningkat secara cepat secara kuantitas dan kualitas air tanah yang mengalami penurunan yang cukup tajam.1

Kebutuhan akan air bersih terus meningkat seiring dengan pertumbuhan masyarakat yang semakin pesat. Hal ini mendorong masyarakat yang belum

1

Richad Middleton, Air Bersih Sumber Daya yang Rawan, Seri Makalah Hijau, Tim Penerjemah IKIP Malang, h.2.


(16)

2

memiliki sumber air bersih akan menghubungi pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pemerintah melimpahkan kewenangan dalam hal pengelolaan sumber daya air kepada Pemerintah Daerah. Bentuk BUMD yang memiliki wewenang mengelola sumber daya air yakni Perusahaan Daerah Air Minum (yang selanjutnya disingkat PDAM). Dilihat banyaknya potensi yang dapat dikembangkan sehingga menjadi tambahan pendapatan daerah apabila sumber daya air itu sendiri dapat dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini adalah PDAM.

Atas tanggung jawab yang diberikan kepada PDAM tersebut, maka PDAM dikategorikan sebagai pelaku usaha karena menyediakan kebutuhan manusia. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (yang selanjutnya disingkat UUPK) yang merumuskan bahwa, “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung merupakan salah satu perusahaan jasa penyedia layanan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Badung, Provinsi Bali. PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung bertugas untuk memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat luas di wilayah Kabupaten Badung.


(17)

3

Dalam hal ini antara PDAM selaku pemberi jasa dan konsumen selaku penerima jasa terdapat suatu hubungan hukum, yaitu adanya kewajiban dari penerima jasa untuk memberikan imbalan atau jasa yang diterima sesuai dengan jumlah air yang dikonsumsi yang tertera dalam water meter serta sesuai dengan tarif yang telah ditentukan. Disamping itu, juga terdapat hak-hak sebagai pelanggan sebagai penerima jasa yaitu hak atas keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi air bersih, hak mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi air, hak untuk didengarkan pendapat dan keluhan atas air yang diterima, hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan tidak diskriminatif. Demikian pula dengan pihak PDAM yang berkewajiban untuk memberi pelayanan yang baik sesuai dengan kesepakatan.

Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Pelayanan umum memang sarat dengan berbagai macam masalah, apalagi wilayah jangkauan sendiri sangat luas meliputi sektor profit maupun non-profit, pembedaan pelayanan umum menjadi sektor profit dan non-profit semata-mata didasarkan pada misi sebuah instansi atau institusi pelayanan umum tersebut.2

Dalam praktek pelayanan air bersih tersebut, masih banyak ditemukan pelanggaran hak-hak konsumen PDAM Tirta Mangutama. Pelanggaran yang

2

Yusuf Sofie, 2000, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 160.


(18)

4

sering terjadi adalah konsumen kesulitan dalam mendapatkan air bersih. Konsumen yang dalam hal ini sebagai pelanggan PDAM Tirta Mangutama sebanyak enam puluh tujuh ribu yang terdaftar sebagai pelanggan. Namun, tidak semua pelanggan tersebut dapat memperoleh pelayanan air bersih yang memuaskan. Hal ini terbukti dengan adanya keluhan masyarakat Kabupaten Badung yang belum mendapat air bersih secara lancar sehingga menyebabkan tidak semua pelanggan memperoleh pelayanan air yang maksimal. Hal ini tidak dapat diabaikan begitu saja mengingat bahwa kerugian semacam ini diderita oleh banyak konsumen PDAM Tirta Mangutama, sehingga bila diakumulasikan total dari seluruh kerugian yang ditanggung konsumen menjadi tidak sedikit.

Pelanggaran yang sampai saat ini masih terjadi di dalam pelayanan atas hak-hak konsumen PDAM, pada akhirnya menimbulkan kerugian yang dialami masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen sebagai pihak yang lemah dalam suatu kegiatan usaha perlu mendapatkan perhatian khusus, oleh karenanya merupakan suatu keharusan dibentuk peraturan yang berisi mengenai perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen dengan harapan dapat meminimalisir kerugian yang sering dialami oleh konsumen.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta


(19)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik permasalahan yang akan merupakan pokok bahasan di dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut apabila dirumuskan adalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum yang diterima konsumen dalam pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung?

2. Bagaimana penyelesaian kerugian yang dialami konsumen dalam pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang Lingkup Penelitian merupakan bingkai penelitian yang menggambarkan batas penelitian, mempersempit permasalahan, dan membatasi areal penelitian. Dalam penulisan karya ilmiah, diperlukan suatu ketegasan tentang materi yang diuraikan, hal ini disebabkan untuk mencegah agar materi yang dibahas tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka untuk menghindari agar jangan terlalu meluas dan nantinya pembahasan diuraikan terarah dan tertuju pada pokok permasalahan.3

Oleh karena itu di dalam penulisan skripsi ini akan diberi batasan ruang lingkup permasalahannya. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

3

Bambang Sunggono, 2005, Metode Penelitian Hukum, Cet. VII, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.111.


(20)

6

1. Membahas mengenai perlindungan hukum yang diterima konsumen terhadap pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2. Membahas mengenai penyelesaian kerugian konsumen yang ditimbulkan oleh PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam pelayanan air bersih.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Sejauh ini penelitian tentang “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung” ini belum pernah dilakukan di

Kabupaten Badung, Provinsi Bali, fakta ini diperoleh dengan observasi di Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana, secara umum belum ada penelitian yang mengangkat mengenai Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih di PDAM Kabupaten Badung. Penulisan ini akan menjadi hal yang menarik dimana nantinya akan dijelaskan mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen yang selama ini mengalami kerugian atas pelayanan air bersih yang belum maksimal, yang dilakukan oleh PDAM Kabupaten Badung.

Adapun indikator pembeda antara penelitian yang telah ada terdahulu dengan penelitian penulis dapat penulis sajikan sebagai berikut :

Peneliti : Novi Hesti Lestari

Judul Penelitian : Perlindungan Hukum bagi Konsumen Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)


(21)

7

Rumusan Masalah : 1. Bagaimana hubungan hukum antara Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan konsumennya?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian pengadaan air minum oleh PDAM?

Hasil Penelitian : 1. Hubungan hukum tersebut terikat dalam perjanjian penyambungan air (perjanjian pemborong kerja), perjanjian jual beli air, dan perjanjian sewa meter air.

2. PDAM harus memberikan jaminan atas hak-hak normatif pelanggan menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen, khususnya hak atas keselamatan, kenyamanan, dan keamanan pelanggan dalam mengkonsumsi air PDAM.

Peneliti : Liza Fauzia

Judul Penelitian : Tanggung Jawab PT. PLN (Persero) dalam Memberikan Pelayanan yang Optimal Terhadap Konsumen

Rumusan Masalah : 1. Apa hambatan yang timbul dari pihak PT. PLN (Persero) dalam memberikan pelayanan yang optimal terhadap konsumen?


(22)

8

2. Apa saja upaya yang dilakukan PT. PLN (Persero) dalam memenuhi hak-hak konsumen ? Hasil Penelitian : 1. Luasnya jangkauan pelayanan umum PLN menunjukan bahwa tidak mudah memberikan pelayanan/jasa yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.

2. PLN tetap berusaha memberikan pelayanan yang maksimal sehingga sebagian besar hak-hak konsumen dapat dipenuhi.

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan umum

1. Untuk mengetahui secara umum tentang perlindungan konsumen terhadap pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2. Untuk menyumbangkan pemikiran secara ilmiah tentang peranan dari bidang hukum terhadap bidang lain yang dalam hal ini di bidang pendistribusian air khususnya dalam bidang perlindungan konsumen. 1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk dapat memahami mengenai perlindungan hukum yang diterima konsumen terhadap pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2. Untuk dapat memahami mengenai penyelesaian kerugian konsumen dalam pelayanan air bersih.


(23)

9

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya bidang hukum perdata. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi penelitian terkait selanjutnya serta diharapkan dapat memberikan informasi khususnya pada konsumen atau pelanggan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

1.6.2 Manfaat praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan tambahan baik bagi mahasiswa Fakultas Hukum maupun masyarakat luas untuk menambah informasi dan masukan bagi semua pihak yang terkait dengan konsumen atau pelanggan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dan bagi kalangan penegak hukum untuk mengetahui bagaimanakah aspek hukum perlindungan konsumen PDAM.

1.7 Landasan Teoritis

Perlindungan Konsumen adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.4 Adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

4

Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, h.9.


(24)

10

Perlindungan Konsumen yang berlaku efektif pada 20 April 2000 hingga dikeluarkannya sejumlah peraturan perundang-undangan pelaksanaan UUPK, belum banyak terdapat perubahan sikap perlakuan pelaku usaha terhadap konsumen.

Hal ini jelas terlihat sebagian besar komoditas yang terdapat pelanggaran-pelanggaran hak-hak konsumen. Norma-norma (perlindungan konsumen) lainnya di luar UUPK ini, dijadikan acuan dengan menempatkan Perlindungan Konsumen sebagai sistem perlindungan hukum terhadap konsumen.

Menurut Pasal 1 ayat 1 UUPK yang dimaksud dengan perlindungan konsumen adalah, “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”. Perlindungan Konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh karena menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkan. Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan:

1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan akses dan informasi serta menjamin kepastian hukum;

2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha;

3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;

4. Memberikan perlindungan pada konsumen dari praktek usaha yang menipu dan menyesatkan;


(25)

11

5. Mengadukan pelanggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang lain.5

Az.Nasution berpendapat bahwa hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.6

Dalam Pasal 1 angka 3 UUPK yang dimaksud pelaku usaha adalah, “setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

Adapun kewajiban pelaku usaha diatur dalam UUPK. Kewajiban daripada pelaku usaha dirumuskan di dalam Pasal 7 UUPK yaitu :

a) Beritikad baik dengan melakukan kegiatan usahanya.

b) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.

c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

d) Menjamin mutu barang dan/jasa yang diproduksi dan/atau jasa yang diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

e) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba.

f) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/ jasa yang diperdagangkan.

5

Husni Syawali dan Neni Srilmaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, h. 7.

6


(26)

12

g) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dalam hal ini yang menjadi pelaku usaha adalah PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung, sedangkan pihak konsumen adalah pelanggan khususnya masyarakat Kabupaten Badung yang menggunakan air bersih. Secara umum di kenal dengan adanya empat hak dasar konsumen, yang dikemukakan oleh Sidarta, yaitu :

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right of safety); 2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed); 3. Hak untuk memilih ( the right to choose);

4. Hak untuk didengar (the right to be heard).7

Hak-hak konsumen juga diatur di dalam Pasal 4 UUPK, yaitu :

a) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/jasa;

b) Hak untuk memilih barang dan/jasa serta mendapatkan barang dan/jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa;

d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/jasa yang digunakan;

e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

g) Hak untuk mendapatkan kompesansi, ganti rugi dan/ jasa penggantian apabila barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

h) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.

7


(27)

13

Permasalahan yang timbul antara PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen biasanya terjadi akibat ketidakpuasan konsumen atas pelayanan yang diberikan oleh pelaku usaha. Salah satu permasalahan yang mungkin timbul yang mengakibatkan kerugian konsumen adalah mengenai produksi air bersih dan pelayanan jasa tersebut dimungkinkan terjadi hal-hal yang merugikan konsumen akibat kesalahan atau kelalaian PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

Berdasarkan kelalaian atau kesalahan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata, dimana pihak konsumen yang akan mengajukan tuntutan ganti rugi atas kerugian yang dideritanya akibat pemakaian produk dari pelaku usaha, maka konsumen dapat menggugat dengan memiliki bukti adanya unsur-unsur kesalahan yaitu adanya unsur-unsur kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha, adanya unsur kerugian yang diderita konsumen dan adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.8 Pihak konsumen juga dapat menuntut ganti

kerugian apabila pihak pelaku usaha tidak melaksanakan pemenuhan hak atas konsumen sebagaimana ketentuan Pasal 19 UUPK.

Persoalan mengenai macetnya pelayanan air bersih sudah sering dialami oleh konsumen. Namun, selama ini konsumen hanya dapat melaporkan keluhan tersebut ke pihak PDAM. Pihak PDAM selama ini belum sepenuhnya dapat melakukan penyelesaian terhadap kerugian yang diderita konsumen. PDAM yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak dibidang

8

Munir Fuady, 2007, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, (Selanjutnya Munir Fuady I), h. 87-89.


(28)

14

pelayanan publik, yaitu penyedia air bersih bagi seluruh penduduk di masing-masing daerah.

Dalam pelayanan publik, terdapat pembedaan yaitu sektor profit dan non profit yang didasarkan pada misi institusi pelayanan publik tersebut. PDAM merupakan salah satu institusi pelayanan publik yang tergolong sektor profit. Perusahaan Negara yang seperti ini amat menguntungkan rakyat karena berorientasi profit namun tetap yang menjadi tujuan utamanya adalah diarahkan dalam usaha memakmurkan rakyat.9 Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan

dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945.

Merujuk pada ketentuan Pasal 45 ayat (1) UUPK yang merumuskan bahwa, “Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum”. Sesuai dengan ketentuan di atas, maka konsumen PDAM yang merasa dirugikan berhak menggugat pelaku usaha yang bertujuan untuk menjaminnya perlindungan konsumen itu sendiri.

Cara penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh konsumen juga dapat melalui BPSK sebagai lembaga penyelesaian sengketa yang diakui pemerintah yang telah diatur dalam SK. Menperindag Nomor 350/ 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

9

Sidarta, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, h.208.


(29)

15

1.8 Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah dan mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.10

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris adalah suatu penelitian hukum positif mengenai perilaku anggota masyarakat dalam hubungan hidup bermasyarakat.11

1.8.2 Jenis pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (the statute approach) yaitu dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan fakta (the fact approach) dengan melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat atau di lapangan dalam perlindungan konsumen PDAM.

1.8.3 Sifat penelitian

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dalam masyarakat.12 Dalam penelitian ini mendeskripsikan mengenai

10

Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisin 1, Granit, Jakarta, h.1.

11

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.155.

12

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Metode Penelitian Hukum. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.197.


(30)

16

perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan pendistribusian air yang dilakukan oleh PDAM khususnya di Kabupaten Badung.

1.8.4 Data dan sumber data

Dalam penulisan secara empiris ini, data yang diteliti ada dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Sumber data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat di lapangan (field research) sebagai sumber pertama melalui penelitian langsung dengan melakukan wawancara.13 Dalam penelitian ini, penentuan tempat atau

wilayah dan objek penelitian ditetapkan di wilayah Kabupaten Badung, dan studi di PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan suatu data yang bersumber dari penelitian kepustakaan (library research) yaitu data yang diperoleh dari data yang terdokumentasi dalam bentuk bahan-bahan hukum, baik dalam bahan hukum bacaan, ataupun dokumen-dokumen yang memiliki keterkaitan dengan materi dalam penelitian ini serta untuk menyempurnakan data lapangan. Adapun jenis-jenis data sekunder antara lain :

13


(31)

17

a. Bahan hukum primer (primary law material) merupakan bahan yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum (perundang-undangan) atau memiliki kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bahan hukum primer adalah semua aturan yang dibentuk dan dibuat secara resmi oleh suatu lembaga negara, dan lembaga atau badan pemerintahan yang untuk penegakannya diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara resmi oleh aparat negara. Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum primer yang berkaitan dengan penelitian ini, meliputi undang-undang yaitu :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan

Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum

4. Perda Nomor 6 Tahun 2005 tentang PDAM Kabupaten Badung;

5. SK. Menperindag Nomor 350/ 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

b. Bahan hukum sekunder (secondary law material) merupakan bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer (buku ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum, pendapat pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam media cetak atau elektronik).

c. Bahan hukum tersier (tertiary law material) merupakan bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder (kamus hukum dan ensiklopedia).


(32)

18

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini menggunakan antara lain :

1. Teknik studi dokumen yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan menelaah dan mengklasifikasi bahan-bahan hukum dan buku-buku yang relevan yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini.

2. Teknik wawancara yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung bertatap muka terhadap beberapa responden dengan mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang relevan terhadap permasalahan penelitian.

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian

Teknik penentuan sampel penelitian yang dilakukan penulis adalah Non Probability Sampling karena memberikan peran yang sangat besar pada peneliti untuk menentukan pengambilan sampelnya. Penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu merupakan ciri utama populasinya.14

14Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,


(33)

19

1.8.7 Teknik pengolahan dan analisis data

Setelah data tersebut terkumpul, kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan untuk dijadikan sumber utama di dalam membahas pokok permasalahan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci dan sistematis, selanjutnya data tersebut dianalisa, diklasifikasi, dihubungkan antara satu dengan yang lainnya. Kemudian nantinya ditarik kesimpulan untuk menjawab masalah yang ada dan disajikan secara deskriptif analisis.15

15

Hadi Sutrisno dan Sri Diamuli, 1997, Metedologi Research, Jilid III, Gama University Press, Yogyakarta, h.159.


(34)

20 BAB II

TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

2.1 Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen

2.1.1 Pengertian Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Pelaku Usaha

a. Pengertian Konsumen

Menurut Philip Kotler, konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.16

Menurut Az. Nasution, konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan jasa digunakan untuk tujuan tertentu.17

Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang selanjutnya disebut YLKI, konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi keperluan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali. Pengertian konsumen menurut YLKI ini tidak jauh berbeda dengan pengertian konsumen dalam UUPK.

Dalam UUPK, pengertian konsumen diatur dalam ketentuan Pasal 1 Ayat (2) yang merumuskan, “konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga dan

16

Philip Kotler, 1980, Principles of Marketing, Pretince-Hall Inc, Engglewood Cliffs New Jersey, h.267-268.

17

Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, h. 25.


(35)

21

orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.18

Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 1 ayat (2) tersebut bahwa konsumen yang dimaksud adalah konsumen akhir.

Pengertian yang terdapat dalam UUPK dipertegas hanya untuk konsumen akhir. Konsumen akhir adalah penggunaan atau pemanfaatan akhir dari suatu produk. Dari pengertian ini, terkandung beberapa unsur, yaitu :

1. Setiap orang (natuurlijke person) atau pribadi kodrati dan bukan berbentuk badan hukum (recht person);

a) Pemakai dalam hal ini ditekankan pada pemakai akhir; b) Barang dan/atau jasa;

c) Tersedia dalam masyarakat;

d) Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain;

e) Barang dan/atau jasa tersebut tidak untuk diperdagangkan.

b. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang sangat luas, perlindungan konsumen meliputi perlindungan konsumen terhadap barang dan/atau jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan/atau jasa hingga sampai akibat-akibat dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut.19 Perlindungan

konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum

18

Az Nasution, 1999, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Daya Widya, Jakarta. h. 10.

19

Janus Sidabalok, 2010, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. h.10.


(36)

22

yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri. Perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan pengunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan masyarakat.20

c. Pengertian Pelaku Usaha

Pelaku usaha sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer professional yaitu setiap orang atau badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen.21

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 3 UUPK yang disebut pelaku usaha yaitu, “setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. Dalam penjelasan undang-undang yang termasuk dalam pelaku usaha adalah perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Menurut Janus Sidabalok, pelaku usaha dapat diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer professional, yaitu setiap orang atau

20

Az Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Yogyakarta, h. 22.

21


(37)

23

badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen. Sifat profesional merupakan syarat mutlak dalam hal menuntut pertanggungjawaban dari produsen atau pelaku usaha.22

2.1.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Menurut norma hukum positif Indonesia landasan yuridis tertinggi terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945, yakni Pasal 27 ayat (1). Dalam ketentuan tersebut dinyatakan, bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. Pasal tersebut pada dasarnya memberi landasan konstitusional bagi perlindungan konsumen di Indonesia. Karena dalam ketentuan tersebut sudah jelas dinyatakan bahwa kedudukan hukum semua warga Negara adalah sama atau sederajat (equality before the law). Sebagai warga Negara, kedudukan hukum konsumen tidak boleh rendah dari pada produsen atau pemasar produksi produsen. Mereka memilih hak-hak yang seimbang satu sama lainnya.

Mengingat luasnya pokok bahasan hukum perlindungan konsumen itu, maka sangat sulit memberikan sistematika yang lengkap. Objek material hukum perlindungan konsumen mencakup semua lapangan hukum pada umumnya. Pembagian bidang-bidang hukum perlindungan konsumen dan beragam jenis peraturan yang melingkupi, menurut adanya konsistensi, baik dalam dalam substansi maupun penerapannya dilapangan. Untuk mencegah hal itu sangat diperlukan adanya umbrella act. Adapun aturan-aturan lain, baik yang setingkat

22

Janus Sidabalok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Cet. I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. h.9


(38)

24

dengan Undang-Undang maupun yang di bawahnya, merupakan pengaturan yang bersifat lebih sektoral. Peraturan yang disebut sebagai umbrella act adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat dengan UUPK, yang disahkan pada tanggal 20 April 1999, tetapi baru diberlakukan satu tahun kemudian (tanggal 20 April 2000). Penundaan ini dianggap perlu untuk melengkapi berbagai pranata hukum yang diberlakukan.

UUPK sendiri dalam penjelasan umumnya menyebutkan sejumlah Undang-Undang yang dapat dikategorikan sebagai peraturan hukum sektoral. Undang-Undang tersebut telah ada mendahului UUPK. Untuk memberikan gambaran pengaturan hukum perlindungan konsumen secara komprehensif dalam hukum positif Indonesia.

2.1.3 Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha

a. Hak dan Kewajiban Konsumen

Dalam pengertian hukum, yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.23

Secara umum, dikenal adanya empat hak dasar konsumen, hal ini mengacu pada Presiden Kennedy’s 1992 Consumer’s Bill of Rights yang dikemukakan oleh Sidarta yaitu :

1. Hak untuk mendapat keamanan (The right to safety);

23

Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, h.38


(39)

25

2. Hak untuk mendapat informasi (The right to inform); 3. Hak untuk memilih (The right to choose);

4. Hak untuk didengar (The right to be heard).24

Empat hak dasar tersebut diakui secara internasional, dalam perkembangannya dalam organisasi-organisasi konsumen yang tergabung pada International Organization Consumer Union (IOCO) menambahkan beberapa hak seperti, hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.25 Dalam UUPK juga

terdapat hak-hak konsumen untuk menjamin adanya perlindungan konsumen yang tercantum pada Pasal 4 UUPK, yaitu :

Hak-hak konsumen adalah :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

24

Sidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, h. 16.

25


(40)

26

Kewajiban konsumen juga diatur dalam Pasal 5 UUPK, yaitu : Kewajiban konsumen adalah :

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melaksanakan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Hak dan kewajiban pelaku usaha juga telah diatur dalam UUPK. Dalam Pasal 6 UUPK merumuskan hak-hak pelaku usaha yaitu :

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban pelaku usaha terdapat di dalam Pasal 7 UUPK, yaitu : a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan pengunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. memberi kesempatan pada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;


(41)

27

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

2.2.1 Deskripsi PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

Keberadaan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Badung telah ada sejak jaman Belanda, tepatnya pada sekitar tahun 1932. Sistem penyediaan air minum pada jaman itu dikenal dengan nama Perusahaan Air Minum Negara dengan menggunakan sumber air baku dari mata air Riang Gede yang terletak di Kabupaten Tabanan. Kemudian pada tahun 1945 atau saat era kemerdekaan, Perusahaan Daerah Air Minum Negara berubah menjadi Perusahaan Air Minum yang dikelola langsung oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Dalam rangka Colombo Plan pada tahun 1971, Pemerintah Australia memberikan bantuan dana yang kemudian digunakan untuk membuat pipa transmisi, reservoir, pipa distribusi, dan sambungan rumah serta 10 buah sumur bor dengan kapasitas keseluruhannya mencapai 425L/dt. Selanjutnya pada tahun 1975, Perusahaan Air Minum berubah nama menjadi Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Teknik Penyehatan Nomor 93/KPTS/1975 tertanggal 21 Oktober 1975.


(42)

28

Penggunaan nama Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung kemudian diubah secara resmi pada tahun 1976 menjadi PDAM Daerah Tingkat II Kabupaten Badung berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5/PERDA/1976. Pada saat ini sesuai dengan otonomi daerah, PDAM Kabupaten Daerah Tingkat II Badung diubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Badung. Pada tahun 2011 Perda Nomor 9 Tahun 2011 berubah nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2.2.2 Produk dan Layanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung adalah sebuah lembaga di bawah Pemerintah Daerah Kabupaten Badung yang bertugas untuk memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat luas di wilayah Kabupaten Badung. Sumber-sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung sebagian besar berasal dari air tanah dalam. Sedangkan untuk sistem pengolahannya, PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung mempunyai sistem pengolahan lengkap yang terdapat di Instalasi Tukad Ayung dan Estuary Reservoir.

Instalasi Pengolahan Air (IPA) I dan II merupakan suatu sistem yang konvensional dengan memanfaatkan kapasitas hidrolis. Sedangkan Estuary menggunakan sistem pulsator. Pengolahan air yang dilakukan terhadap air baku yang bersumber dari sumur bor menggunakan airasi, hal ini dilakukan untuk menurunkan kadar besi dan mangan. Sedangkan sistem pengolahan untuk air baku yang berasal dari mata air hanya menggunakan sistem chlorinasi.


(43)

29

Wilayah pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung meliputi 4 Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Petang : Desa Petang, Desa Pangsan, Desa Getasan, Desa Carang Sari.

b. Kecamatan Abiansemal : Desa Sangeh, Desa Blahkiuh, Desa Abiansemal, Desa Taman, Desa Punggul, Desa Bongkasa, Desa Ayunan, Desa Mambal, Desa Jagapati, Desa Angantaka, Desa Sedang.

c. Kecamatan Mengwi : Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa Baha, Desa Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Werdhibuana, Desa Gulingan dan Desa Kekeran.

d. Badung Kota : Desa Darmasaba, Desa Lukluk, Desa Sading, Desa Sempidi, Desa Kapal, Desa Abianbase, Desa Buduk, Desa Munggu, Desa Cemagi, Desa Dalung, Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kaja, Desa Canggu, Kelurahan Legian, Kelurahan Seminyak.

e. Kuta dan Kuta Selatan : Tanjung Benoa, Benoa, Kutuh, Pecatu.

2.2.3 Hubungan Hukum PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

dengan Konsumen

Secara umum, hubungan hukum merupakan suatu hubungan yang terhadapnya, hukum meletakkan hak-hak pada suatu pihak dan meletakkan kewajiban pada pihak lainnya.26 Hubungan antara produsen dan konsumen terjadi

secara terus-menerus dan berkesinambungan. Produsen dalam melakukan

26


(44)

30

usahanya membutuhkan konsumen sebagai pelanggan dan konsumen bergantung kepada barang dan/atau jasa yang dihasilkan produsen untuk memenuhi kebutuhannya.

Terdapat dua hubungan yang terjadi antara konsumen dan produsen, yaitu: a. Hubungan langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang

terikat secara langsung dengan suatu perjanjian.

b. Hubungan tidak langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang tidak secara langsung terikat dengan perjanjian, karena adanya pihak diantara pihak konsumen dan produsen.27

Dalam kaitannya dengan hubungan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen adalah telah terjadi hubungan langsung. Hubungan antara PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen adalah hubungan yang terikat secara langsung dengan adanya suatu perjanjian. Konsumen dalam hal ini adalah mencakup orang yang memakai jasa PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam hal pelayanan air bersih. Konsumen PDAM tidak hanya identik dengan pelanggan PDAM karena yang menggunakan air bersih dari PDAM tidak hanya pelanggan saja, bisa anggota keluarga pelanggan, atau mungkin tamu dari pelanggan. Sebaliknya, pelanggan PDAM dapat dipastikan sebagai konsumen PDAM. Namun demikian untuk memudahkan maka yang dimaksud dengan konsumen PDAM adalah para pelanggan PDAM.

27

Ahmad Miru, 2011, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.34-35.


(45)

31

Konsumen yang ingin menggunakan jasa PDAM harus mengajukan surat permohonan berlangganan air terlebih dahulu kepada PDAM. Setelah mendapat persetujuan oleh PDAM, lalu calon konsumen menandatangani suatu kontrak perjanjian berlangganan air yang berisi tentang biaya sambungan rumah, hak dan kewajiban PDAM, hak dan kewajiban konsumen, serta larangan bagi konsumen. Perjanjian yang disepakati oleh PDAM dan konsumen merupakan perjanjian yang ditetapkan secara sepihak oleh PDAM, sehingga perjanjian tersebut merupakan perjanjian standar atau perjanjian baku.

Istilah perjanjian baku merupakan terjemahan dari standard contract, baku berarti patokan atau acuan. Mariam Darus mendefinisikan perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.28

Karateristik klausula baku menurut Sudaryatmo adalah sebagai berikut :

1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relatif lebih kuat dari konsumen.

2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian. 3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal.

4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh faktor kebutuhan.29

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 10 UUPK, memberikan penjelasan mengenai klausula baku yaitu “setiap aturan atau ketentuan dan syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha

28

Mariam Darus Badrulzaman, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, h.48.

29


(46)

32

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.

Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian klausula baku dapat diartikan sebagai suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya dan disepakati oleh kedua belah pihak yang isi perjanjiannya dituangkan dalam bentuk dokumen atau formulir. Dalam hal ini, maka konsumen yang dalam hal ini adalah pelanggan PDAM mendapatkan hak untuk mendapatkan pelayanan air bersih sesuai perjanjian yang telah disepakati. Selain itu, dalam perjanjian berlangganan air ini juga akan menimbulkan hak dan kewajiban yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak.

Dalam praktiknya, pelaksanaan klausula baku ini sering merugikan pihak konsumen karena konsumen tidak dilibatkan dalam pembuatan perjanjian tersebut dan dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat yaitu pelaku usaha. Namun, dikarenakan konsumen membutuhkan barang dan/atau jasa tersebut konsumen maka konsumen tetap menerima klausula baku tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, maka diperlukan pengawasan dalam penyaluran barang dan/atau jasa serta adanya perlindungan dalam pemenuhan hak-hak konsumen.


(1)

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung 2.2.1 Deskripsi PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

Keberadaan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Badung telah ada sejak jaman Belanda, tepatnya pada sekitar tahun 1932. Sistem penyediaan air minum pada jaman itu dikenal dengan nama Perusahaan Air Minum Negara dengan menggunakan sumber air baku dari mata air Riang Gede yang terletak di Kabupaten Tabanan. Kemudian pada tahun 1945 atau saat era kemerdekaan, Perusahaan Daerah Air Minum Negara berubah menjadi Perusahaan Air Minum yang dikelola langsung oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Dalam rangka Colombo Plan pada tahun 1971, Pemerintah Australia memberikan bantuan dana yang kemudian digunakan untuk membuat pipa transmisi, reservoir, pipa distribusi, dan sambungan rumah serta 10 buah sumur bor dengan kapasitas keseluruhannya mencapai 425L/dt. Selanjutnya pada tahun 1975, Perusahaan Air Minum berubah nama menjadi Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Teknik Penyehatan Nomor 93/KPTS/1975 tertanggal 21 Oktober 1975.


(2)

Penggunaan nama Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung kemudian diubah secara resmi pada tahun 1976 menjadi PDAM Daerah Tingkat II Kabupaten Badung berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5/PERDA/1976. Pada saat ini sesuai dengan otonomi daerah, PDAM Kabupaten Daerah Tingkat II Badung diubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Badung. Pada tahun 2011 Perda Nomor 9 Tahun 2011 berubah nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2.2.2 Produk dan Layanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung adalah sebuah lembaga di bawah Pemerintah Daerah Kabupaten Badung yang bertugas untuk memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat luas di wilayah Kabupaten Badung. Sumber-sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung sebagian besar berasal dari air tanah dalam. Sedangkan untuk sistem pengolahannya, PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung mempunyai sistem pengolahan lengkap yang terdapat di Instalasi Tukad Ayung dan Estuary Reservoir.

Instalasi Pengolahan Air (IPA) I dan II merupakan suatu sistem yang konvensional dengan memanfaatkan kapasitas hidrolis. Sedangkan Estuary

menggunakan sistem pulsator. Pengolahan air yang dilakukan terhadap air baku yang bersumber dari sumur bor menggunakan airasi, hal ini dilakukan untuk menurunkan kadar besi dan mangan. Sedangkan sistem pengolahan untuk air baku yang berasal dari mata air hanya menggunakan sistem chlorinasi.


(3)

Wilayah pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung meliputi 4 Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Petang : Desa Petang, Desa Pangsan, Desa Getasan, Desa Carang Sari.

b. Kecamatan Abiansemal : Desa Sangeh, Desa Blahkiuh, Desa Abiansemal, Desa Taman, Desa Punggul, Desa Bongkasa, Desa Ayunan, Desa Mambal, Desa Jagapati, Desa Angantaka, Desa Sedang.

c. Kecamatan Mengwi : Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa Baha, Desa Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Werdhibuana, Desa Gulingan dan Desa Kekeran.

d. Badung Kota : Desa Darmasaba, Desa Lukluk, Desa Sading, Desa Sempidi, Desa Kapal, Desa Abianbase, Desa Buduk, Desa Munggu, Desa Cemagi, Desa Dalung, Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kaja, Desa Canggu, Kelurahan Legian, Kelurahan Seminyak.

e. Kuta dan Kuta Selatan : Tanjung Benoa, Benoa, Kutuh, Pecatu.

2.2.3 Hubungan Hukum PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan Konsumen

Secara umum, hubungan hukum merupakan suatu hubungan yang terhadapnya, hukum meletakkan hak-hak pada suatu pihak dan meletakkan kewajiban pada pihak lainnya.26 Hubungan antara produsen dan konsumen terjadi secara terus-menerus dan berkesinambungan. Produsen dalam melakukan

26


(4)

usahanya membutuhkan konsumen sebagai pelanggan dan konsumen bergantung kepada barang dan/atau jasa yang dihasilkan produsen untuk memenuhi kebutuhannya.

Terdapat dua hubungan yang terjadi antara konsumen dan produsen, yaitu: a. Hubungan langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang

terikat secara langsung dengan suatu perjanjian.

b. Hubungan tidak langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang tidak secara langsung terikat dengan perjanjian, karena adanya pihak diantara pihak konsumen dan produsen.27

Dalam kaitannya dengan hubungan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen adalah telah terjadi hubungan langsung. Hubungan antara PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen adalah hubungan yang terikat secara langsung dengan adanya suatu perjanjian. Konsumen dalam hal ini adalah mencakup orang yang memakai jasa PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam hal pelayanan air bersih. Konsumen PDAM tidak hanya identik dengan pelanggan PDAM karena yang menggunakan air bersih dari PDAM tidak hanya pelanggan saja, bisa anggota keluarga pelanggan, atau mungkin tamu dari pelanggan. Sebaliknya, pelanggan PDAM dapat dipastikan sebagai konsumen PDAM. Namun demikian untuk memudahkan maka yang dimaksud dengan konsumen PDAM adalah para pelanggan PDAM.

27

Ahmad Miru, 2011, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.34-35.


(5)

Konsumen yang ingin menggunakan jasa PDAM harus mengajukan surat permohonan berlangganan air terlebih dahulu kepada PDAM. Setelah mendapat persetujuan oleh PDAM, lalu calon konsumen menandatangani suatu kontrak perjanjian berlangganan air yang berisi tentang biaya sambungan rumah, hak dan kewajiban PDAM, hak dan kewajiban konsumen, serta larangan bagi konsumen. Perjanjian yang disepakati oleh PDAM dan konsumen merupakan perjanjian yang ditetapkan secara sepihak oleh PDAM, sehingga perjanjian tersebut merupakan perjanjian standar atau perjanjian baku.

Istilah perjanjian baku merupakan terjemahan dari standard contract, baku berarti patokan atau acuan. Mariam Darus mendefinisikan perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.28 Karateristik klausula baku menurut Sudaryatmo adalah sebagai berikut :

1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relatif lebih kuat dari konsumen.

2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian. 3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal.

4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh faktor kebutuhan.29

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 10 UUPK, memberikan penjelasan mengenai klausula baku yaitu “setiap aturan atau ketentuan dan syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha

28

Mariam Darus Badrulzaman, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, h.48.

29


(6)

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.

Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian klausula baku dapat diartikan sebagai suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya dan disepakati oleh kedua belah pihak yang isi perjanjiannya dituangkan dalam bentuk dokumen atau formulir. Dalam hal ini, maka konsumen yang dalam hal ini adalah pelanggan PDAM mendapatkan hak untuk mendapatkan pelayanan air bersih sesuai perjanjian yang telah disepakati. Selain itu, dalam perjanjian berlangganan air ini juga akan menimbulkan hak dan kewajiban yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak.

Dalam praktiknya, pelaksanaan klausula baku ini sering merugikan pihak konsumen karena konsumen tidak dilibatkan dalam pembuatan perjanjian tersebut dan dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat yaitu pelaku usaha. Namun, dikarenakan konsumen membutuhkan barang dan/atau jasa tersebut konsumen maka konsumen tetap menerima klausula baku tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, maka diperlukan pengawasan dalam penyaluran barang dan/atau jasa serta adanya perlindungan dalam pemenuhan hak-hak konsumen.