Peran Migrant Care Dalam Mengatasi Masalah Perdagangan Manusia yang Terjadi Terhadap Pekerja Migran Indonesia di Malaysia 2011-2015

(1)

(2)

Dibuat khusus oleh mahasiswa yang akan Ujian Sidang Skripsi :

1.

Nama

: Fachmi Abdillah

2.

Tempat dan Tanggal Lahir

: Jakarta, 30 Juni 1991

3.

Nomor Induk Mahasiswa

: 44310718

4.

Prodi

: Ilmu Hubungan Internasional

5.

Jenis Kelamin

: Laki-laki

6.

Kewarganegaraan

: Indonesia

7.

Agama

: Islam

8.

Alamat

: Kp.bambu kuning rt/002 rw/002 no.10 Kel.Marunda

Kec.Cilincing Jakarta Utara

9.

No. Telepon

: 081281111337

10.

Berat badan

: 80 Kg

11.

Tinggi Badan

: 175 Cm

12.

Status Marital

: Tidak Kawin

13.

Orang Tua

a.

Nama Ayah

: Abdul Rachman

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Kp.bambu kuning rt/002 rw/002 no.10 Jakarta Utara

Kec.Cilincing Jakarta Utara

b.

Nama Ibu

: Djamilah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Kp.bambu kuning rt/002 rw/002 no.10 Jakarta Utara

Kec.Cilincing Jakarta Utara


(3)

Bandung, 19 Februari 2016

Fachmi Abdillah

NIM. 44310718


(4)

Migrant Care Role In Solving Problem Of Human Trafficking To Indonesia’s Migrant Workers In Malaysia 2011-2015

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh,

FACHMI ABDILLAH NIM. 44310718

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(5)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Alloh SWT, dengan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Peneliti menyadari dalam penyususan skripsi ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan disebabkan keterbatasan dan kemampuan peneliti, akan tetapi disertai keinginan kuat dan usaha yang sungguh-sungguh, maka akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

Untuk Ibu (Djamilah) dan Bapak (Abdul Rachman) tercinta terima kasih untuk segala do’a, nasihat, motivasi, dan kasih sayang yang sungguh luar biasa serta kesabaran untuk terus menunggu anakmu ini untuk mendapatkan gelar sarjana, dan dukungan baik moril maupun materil serta terima kasih atas segala-galanya yang tidak dapat terbalaskan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah mendoakan, mendukung, dan membantu dalam penyusunan skripsi, peneliti tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo., Drs., M.A, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan arahan serta restu untuk melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Yth. Prof. Dr. Hj Aelina Surya, Dra, Selaku Wakil Rektor III Universitas Komputer Indonesia. Sekaligus selaku Dosen yang telah


(6)

vii

memberikan dukungan, ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat untuk kedepannya, selama menjalani perkuliahan. Terimakasih atas bimbingan ibu dalam memberikan masukan-masukan bagi penelitian ini.

3. Yth. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., Ph.D Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional UNIKOM dan Dosen Wali luar biasa yang memberikan pengarahan, motivasi, dukungan, ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat untuk kedepannya, selama menjalani perkuliahan.

4. Yth. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi serta arahan dari awal penelitian hingga pengesahan pada skripsi ini untuk disidangkan serta kesabarannya dalam membimbing peneliti memberikan dukungan, ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat untuk kedepannya, selama menjalani perkuliahan.

5. Yth. Bapak H.Budi Mulyana, S.IP, M.Si, selaku Dosen yang telah memberikan dukungan, arahan dan saran serta ilmu pengetahuan dan wawasan yang luar biasa semasa perkuliahan yang sangat bermanfaat untuk kedepannya.

6. Yth. Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP, selaku Dosen yang telah memberikan dukungan, arahan dan saran terhadap penyelesaian skripsi ini, serta telah


(7)

viii

memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan semasa perkuliahan yang sangat bermanfaat untuk kedepannya.

7. Yth. Teh Dwi Endah Susanti, S.E, Sekretariat Prodi Ilmu Hubungan Internasional yang telah membantu peneliti dalam administrasi selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi.

8. Yth. Dra. Sri Suratmi selaku Kepala Subdit Monitoring dan Evaluasi Pengaduan, Dit. Pelayanan Pengaduan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) beserta para staffnya, yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian di kantor BNP2TKI Jakarta terkait masalah yang diteliti.

9. Yth. Bapak Sugiharta, S.E, selaku Staff Pusat Litbang dan Informasi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jakarta, yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian dan mendapatkan data terkait masalah yang diteliti.

10. Yth. Bapak Herman selaku Staff Perlindungan WNI & BHI Kementerian Luar Negeri Indonesia Jakarta, yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian terkait masalah yang diteliti.

11. Yth. Ibu Anis Hidayah selaku Executice Direktur Migrant Care Jakarta, yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian terkait masalah yang diteliti.


(8)

ix

12. Yth. Mas Shaldie, Mba Idah, Mba Mike dan Mba Rara selaku Staff Migrant Care Jakarta, yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian terkait masalah yang diteliti.

13. Faris Amrullah, Muhammad zaini, Eva Fachrurrozi, Selviyana Fariska Kakak – adiku tercinta yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada peneliti ini, dan Abang saya Faris Amrullah semoga diterima amal dan ibadahnya selamat jalan bang faris, Fachmi sayang sama abang.

14. Sahabat peneliti, Ardy, Handi, Alfaron, Ade, Hakim, Verdi, dan Gani Rachman terimakasih sudah menjadi sahabat seperjuangan serta sering menghadapi manis asam paitnya kehidupan sebagai anak kost rantauan secara bersama terima kasih untuk nya selama ini. Kalian bukan hanya sekedar teman, tetapi sahabat sekaligus keluarga, dan terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan persahabatan yang luar biasa.

15. Untuk teman-teman HI 2011, Reza Rizki , Aldean Tegar Gemilang, Ali Umar, Rona Mega Aprilianti, Isfitriyani, Ade Aprilyansyah, Fitria Budi Widya Hanny, M.T Ibnu Taimiyah, Alfaron Alamsyah, Rujutimnat S Momou, Syahid Faisal, Handi Aryana Meisandi, Muhammad Imam, Mentari Salima, Irfan Hakim, Kornelius Verdi, Abdillah Adhi, Rivaldy Mardian, terima kasih atas pertemanan yang


(9)

x

luar biasa dan segala bantuannya selama kuliah serta terima kasih untuk doa dan dukungannya.

16. Terima kasih untuk seluruh mahasiswa Hubungan Internasional Angkatan 2010 s/d 2015 terima kasih untuk supportnya.

17. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penelitian Skripsi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

Oleh karena itu, peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Februari 2016 Peneliti


(10)

xi

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 14

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor ... 14

1.2.2 Rumusan Masalah Minor ... 15

1.3 Pembatasan Masalah ... 15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 15

1.3.1 Maksud Penelitian ... 15

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Kegunaan Penelitian ... 16


(11)

xii

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 18

2.1.1 Hubungan Internasional ... 18

2.1.2 Organisasi Non Pemerintah (Non-Governmental Organization) 20 2.1.2.1 Jenis-jenis NGO (Non-Governmental Organization) ... 23

2.1.2.2 kekuatan dan kelemahana NGO ... 26

2.1.3 Peran NGO (Non-Governmental Organization) ... 27

2.1.4 Migrasi ... 30

2.1.4.1Jenis-jenis Migrasi ... 33

2.1.5 Kejahatan Transnasional ... 34

2.1.6 Perdagangan Manusia(Human Trafficking) ... 38

2.2 Kerangka Pemikiran ... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 46

3.2 Informan Penelitian ... 46

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.3.1 Studi Pustaka ... 47

3.3.2 Penelusuran Data Online... 48

3.3.3 Metode Dokumentasi ... 48

3.3.4 Wawancara ... 48

3.4 Uji Keabsahan Data ... 49


(12)

xiii

3.7.2 Waktu Penelitian ... 52

BAB IV OBJEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Obyek Penelitian ... 53

4.1.1Pekerja Migran Indonesia ... 53

4.1.1.1 Alasan Menjadi Pekerja Migran ... 55

4.1.1.2 Karakteristik Pekerja Migran Indonesia ... 58

4.1.1.3 Negara Tujuan Pekerja Migran Indonesia ... 60

4.1.2 Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia ... 61

4.1.3 Perdagangan Manusia ... 67

4.1.4 Gambaran Umum Organisasi Migrant Care ... 72

4.1.4.1 Sejarah Migrant Care ... 72

4.1.4.2 Keberadaan Migrant Care di Malaysia ... 75

4.1.4.3 Visi-Misi Migrant Care ... 76

4.1.4.4 Program Kerja Migrant Care ... 77

4.1.4.4.1Advokasi Amandemen Perundang-undangan Untuk Mewujudkan Migrasi aman ... 77

4.1.4.4.2Penanganan Kasus dan Bantuan Hukum Kepada Buruh Migran 78 4.1.4.4.3 Pengorganisasian Dan Penguatan Kesadaran Kritis Buruh Migran Yang Ada Di Negara Penerima ... 80


(13)

xiv

4.2.1.4.5 Strategic Planning Migrant Care 2015-2019 ... 81

4.1.4.5 Struktur Organisasi Migrant Care ... 83

4.2 Pembahasan ... 85

4.2.1 Upaya Yang Telah Dilakukan Migran Care Dalam Menangani Perdagangan Manusia Yang Terjadi Pada Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia... 85

4.2.2 Hambatan Migrant Care Dalam Menangani Perdagangan Manusia Yang Terjadi Pada Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia ... 90

4.2.3 Hasil Migrant Care Dalam Menangani Perdagangan Manusia Yang Terjadi Pada Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia ... 93

4.2.3.1 Mendorong Perubahan Kebijakan ... 93

4.2.3.2 Pemenuhan Hak-Hak Buruh Migran ... 94

4.2.3.3 Pengembangan Informasi Dan Pengetahuan Migrasi ... 94

4.2.3.3 Pemberian penghargaan Yap Thiam Hien Award 2014 ... 95

4.2.4 Analisis Peran Migrant Care Migran Care Dalam Menangani masalah Perdagangan Manusia Yang Terjadi Pada Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 101


(14)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rencana Pengumpulan Data ... 50

Tabel 3.2 Waktu Penelitian ... 52

Tabel 4.1 Penempatan Pekerja Migran Indonesia 2011-2015 ... 59

Tabel 4.2 Negara-negara tujuan 2011-2015 ... 60


(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Krangka Pemikiran ... 52

Gambar 4.1 Data TKI Yang Berdokumen Dan Tidak Berdokumen ... 54

Gambar 4.2 Data Pendidikan Pekerja Migran Indonesia 2011-2015 ... 58

Gambar 4.3 Skema Bantuan Hukum Migrant Care ... 79

Gambar 4.4 Dokumentasi Perencanaan Strategi Migrant Care ... 82

Gambar 4.5 Struktur Organisasi ... 83

Gambar 4.6 Dokumentasi Saat Perubaahan UU Nomor 39/2004 ... 87

Gambar 4.7 Dokumentasi saat melakukan training paralegal di jawa timur ... 88

Gambar 4.8 Dokumentasi penyerahaan penghargaan Yap Thiam Hien ... 95


(16)

(17)

100

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Andrees, Beate. 2008. Forced labour and human trafficking. International Labour Office. - Geneva: ILO.

Bassiouni, M. Cherif. 2003. International Criminal Law Third Edition. Boston:Martinus Nuhoff Publisher.

Drs. Kuswanto. 2002. Ips Geaografi. Solo: Tiga serangkai pustaka mandiri

Jackson, Robert and Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lapian, L.M. Ghandi dan Geru, Hetty.A. 2006. Trafficking Perempuan Dan Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lewis, David and Nazneen Kanji. 2009. Non-Governmental Organisations and Development. New York: Routledge .

Lee, Everett. S. 1976. Teori Migrasi. Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta.

Mantra. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Martin, john M. dan Anne T. Romano. 2001. Multinational Crime: Terrorism, Espionage, Drug and Arms Trafficking (Studies in Crime, Law, and Criminal Justice). London: SAGE Publication.

Mas‟oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internsional, Disiplin dan Metodologi. LP3ES: Jakarta.

Perwita, A.A Banyu, dan Yanyan Moch. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(18)

Phartiana, I Wayan. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung :Penerbit Mandar maju.

Rudy, Teuku May. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global Isu, Konsep, Teori, dan Paradigma, Bandung : PT Refika Aditama.

_______. 2009. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT Refika Aditama.

Suparni, Niniek. 1994. Pelestarian Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta: Sinar Grafika.

Sitepu, Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Todaro, Michael P, 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Trans, Haris Munandar, Jakarta, Erlangga.

Vilantina, D, 2008, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Migrasi ke Kecamatan Pedurungan, Skripi Universitas Diponegoro, Semarang.

Winarno, Budi. 2014. Dinamika Isu-isu Global Kontemporer. Jakarta. Center Of Academic Publishing Service.

B. DOKUMEN

Cernea, Michael. 1988. Nongovernmental Organization and Local Development. Washington: The World Bank.

International Organization for Migration. 2011. Annual Report of activities. IOM Jakarta.


(19)

102

Kanapathy, V. 2004.International Migration and Labour Market Developments in Asia: Economic Recovery, the Labour Market andMigrant Workers in Malaysia, Paper prepared for the 2004 Workshop on International Migration and LabourMarkets in Asia organized by the Japan Institute for Labour Policy and Training (JILPT). (Migrasi Internasionaldan Perkembangan Pasar Tenaga Kerja di Asia: Pemulihan Ekonomi, Pasar Tenaga Kerja dan Pekerja Migran di Malaysia).

Komisi Nasional Perempuan. 2009. Draft Naskah Akademik RUU Pengesahan International Convention on the Rights of Migrant Workers and members of their Families. Komisi Nasional Perempuan : Jakarta.

Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008 mengenai pembentukan gugus tugas pencegahan dan penanganan tindak pidana trafficking.

Republik Indonesia, Keputusan Presiden RI Nomor 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan (Traffiking) Perempuan dan Anak, Pasal 1.

Suparno, E 2008 “Policies and Strategies in the Deployment of Indonesian Migrant Labour Overseas”. Minister of Labour and Transmigration

C. JURNAL DAN KARYA ILMIAH

ACILS & ICMC. 2004. Manual for service Provider Assisting Trafficking victims in the Indonesian Legal process, Now York : USAID.

_______. 2003. Trafficking Of Trafficking Of Women And Children In Women And Children In Indonesia, _______

Chairunnisa, Eca. 2014 Peranan World Wide Fund for Nature (WWF) dalam Upaya Konservasi Populasi Badak Jawa Di Indonesia. Bandung: UNIKOM

Forsythe, D. (2000). Human rights in international relations (1st ed.). Cambridge [England]: Cambridge University Press


(20)

LPSK.2012.Kesaksian:Media Informasi Perlindungan Saksi dan Korban. Jakarta:LPSK.

Mueller, Gerhard. 2001. Transnational Crime: Definition And Concepts. Canada: Sage Publication.

Musa, Samuel. 2012. Combating Transnational Organized Crime: Strategies and Metrics for the Threat. Center for Technology and National Security Policy (CTNSP) of the National Defense University.

Wedgwood R.. 1999. Legal Personality and the Role of Non-Governmental Oraganizations. Non-State Actors as New Subjects of International Law 2:27.

D. INTERNET

Badar, N Aulia. 2015. 35 WNI korban perdagangan manusia di pulangkan melalui http://www.antaranews.com/berita/520854/35-wni-korban-perdagangan-orang-di-malaysia-dipulangkan (06-04-2016).

Definition of NGOs. melalui http://www.ngo.org/ngoinfo/define.( 28-12-2015).

Hukum. 2013. Kasus Wilfrida Soik pintu masuk ungkap perdagangan manusia memalui http://www.gresnews.com/berita/hukum/801610-kasus-wilfrida-soik-pintu-masuk-ungkap-perdagangan-manusia/0/ (19-04-2016)

Human trafficking: manusia bukan komoditas. 2015 melalui

http://www.kemlu.go.id/id/lembar-informasi/Pages/HUMAN-TRAFFICKING-MANUSIA-BUKAN-KOMODITAS.aspx (03-03-2016).


(21)

104

Kanapathy, V Country Report: Malaysia.

http://www.jil.go.jp/foreign/event_r/event/documents/2004sopemi/200 4sopemi_e_countryreport6.pdf (22-06-2016).

Kementrian Dalam Negri Malaysia,

http://www.moha.gov.my/index.php/ms/akta-antipemerdagangan-orang-dan-penyeludupan-migran-2007/sekretariat-akta-definisi (23-04-2016)

Kebijakan dan Strategi Penempatan kerja TKI di Luar negeri.” Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui http://www.setneg.go.id (26-06-2016).

Luhulima, Achie Sudiarti. 2009 CEDAW Documen melalui https://www.k4health.org/sites/default/files/CEDAW_document.pdf (02-03-2016).

Le Fevre, J. (2007). Indonesian domestic workers in Malaysia - abuse rape deadly beatings. photo-journ's newsblog by John Le Fevre. Melalui http://photo-journ.com/2007/death-of-maid-in-malaysia-highlights-endemic-foreign-worker-abuse/#axzz30wYS9fqf, (05-07-2016)

Protokol PBB, 2000 melalui http://www.unodc.org/unodc/en/human-trafficking/what-is-human-trafficking.html?ref=menuside (04-03-2016).

Migrant CARE. Perwujudan Tata Kelola Migrasi Aman (Save Migration) melalui http://migrantcare.net/program/perwujudan-tata-kelola-migrasi-aman-save-migration/ (06-04-2016).

Migrant CARE. http://migrantcare.net/2014/12/18/siaran-pers-migrant-care- memperingati-hari-buruh-migran-sedunia-18-desember-saatnya- negara-hadir-dalam-melindungi-buruh-migran-indonesia-dan-anggota-keluarganya/ (07-05-2016)


(22)

_______. Pengorganisasian Dan Penguatan Kesadaran Kritis Buruh Migran

Yang Ada Di Negera Penerima melalui

http://migrantcare.net/program/telepon-tree/ (06-04-2016).

_______. Advokasi Amandemen Perundang-Undangan Untuk Mewujudkan Migrasi Aman melalui http://migrantcare.net/program/advokasi- amandemen-perundang-undangan-untuk-mewujudkan-migrasi-aman-2/ (06-04-2016).

_______. Penanganan Kasus Dan Bantuan Hukum Kepada Buruh Migran melalui http://migrantcare.net/program/advokasi-amandemen-perundang-undangan-untuk-mewujudkan-migrasi-aman/ (06-04-2016)

Setyawan, Davit. 2014. Waspada Bahaya Perdagangan Orang (Trafficking) Dan Penyelundupan Manusia (Smuggling) melalui. http://www.kpai.go.id/artikel/waspada-bahaya-perdagangan-orang-trafficking-dan-penyelundupan-manusia-smuggling/ (13-03-2016).

UNDP. 2004 Human Development Report melalui http://hdr.undp. org/sites/default/files/reports/265/hdr_2004_complete.pdf (01-03-2016).

UNODC. Human Trafficking. Melalui

http://www.unodc.org/unodc/en/human-trafficking/what-is-human-trafficking.html?ref=menuside (13-03-2016).

VOAI do esia.co . ‗Migra t CA‘E: Ikla ‗TKI o Sale Tidak Boleh

Ditolera si http://www.voaindonesia.com/content/migrant-care-iklan-tki-on-sale-tidak-boleh-ditoleransi/1535294.html (10 May 2014)

Worldbank, 2009 Migration and Development Brief 11 – Migration and Remittance Trends 2009, Migration and Remittances Team, Development Prospects Group, 3 November 2009 melalui http://siteresources.worldbank.org/INTPROSPECTS/Resources/33493 4-1110315015165/MigrationAndDevelopmentBrief11.pdf (19-07-2016)


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Studi Hubungan Internasional mengalami banyak perkembangan dan perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Studi yang awalnya hanya membahas mengenai politik internasional dan berfokus pada negara sebagai objek utama terus mengalami pergeseran dan lebih membuka diri bagi aktor non-state untuk ikut berperan dalam dunia internasional. Seperti NGO (Non-Governmental Organization), IGO (Inter-Governmental Organization), MNC (Multi National Cooperation) bahkan individu juga memiliki power dan pengaruh yang kuat yang tidak dapat dikesampingkan. Aktor-aktor ini kemudian saling berinteraksi dan bekerja sama hingga terbentuk komunitas dan pola-pola interaksi tertentu (Sitepu, 2011: 138).

Dalam dinamika studi hubungan internasional terdapat berbagai isu kontemporer yang pada awalnya lebih bersifat kepada hal yang teknis, yang kemudian berkembang menjadi agenda politik yang berimplikasi pada lahirnya pola-pola baru kerjasama internasional, dimana dalam perkembangan hubungan internasional terkini tidak lagi hanya memperhatikan aspek hubungan antara negara saja, yang hanya mencakup aspek politik, ekonomi, budaya serta aspek-aspek klasik lainnya, tetapi juga aspek-aspek lain seperti hak asasi manusia, keamanan transnasional,dan organisasi internasional.


(24)

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2013 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 250 Juta jiwa. Tingginya nilai jumlah penduduk tersebut selaras dengan jumlah sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Negara tersebut. Besarnya tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia yang tidak diimbangi dengan kesiapan negara Indonesia dalam berbagai sektor mengakibatkan banyak permasalahan muncul. Salah satunya yaitu terkait kesejahteraan penduduk yang masih rendah. Hal ini dikarenakan kualitas SDM yang dimiliki negara Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara–negara lain di dunia. Human Development Report (HDI, 2004) menyebutkan bahwa jenjang pendidikan yang dimiliki SDM Indonesia cukup rendah yakni 65 % penduduk Indonesia lulus dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi, 35 % tidak sampai di perguruan tinggi bahkan buta aksara (http://hdr.undp.org/sites/default/files/report s/265/hdr_2004_complete.pdf, diakses tanggal 01‐03‐2016).

Rendahnya tingkat pendidikan tersebut dinilai sebagai salah satu penyebab masalah kesejahteraan penduduk di Indonesia. Jika dikaitkan dengan besarnya jumlah penduduk dan kurangnya lowongan pekerjaan di Indonesia maka dapat menyebabkan tingginya angka perpindahan penduduk untuk mencari kesejahteraan di daerah lain bahkan ke negara lain yaitu dengan menjadi seorang tenaga kerja Indonesia. Tenaga kerja Indonesia di negara lain mayoritas menjadi pekerja rumah tangga dan sejenisnya. Hal tersebut dimanfaatkan beberapa oknum yang mengatasnamakan agen tenaga kerja untuk dapat menjual penduduk


(25)

3

Indonesia ke negara lain, Dan masih banyak faktor yang membuat terjadinya praktek perdagangan manusia.

Perdagangan orang (trafficking) menurut definisi dari pasal 3 Protokol PBB berarti perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan atau penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi. Eksploitasi termasuk paling tidak eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-bentuk lain dari eksploitasi seksual, kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, penghambaan atau pengambilan organ tubuh (Pasal 3 Protokol PBB untuk Mencegah, Menekan dan Menghukum perdagangan Manusia, Khususnya Wanita dan Anak-Anak, ditandatangani pada bulan Desember 2000 di Palermo, Sisilia, Italia) (http://www.kpai.go.id/artikel/waspada -bahaya-perdagangan-orang-trafficking-dan-penyelundupan-manusia-smuggling/, diakses tanggal 13-.3-2016).

Menurut UU No.21 tahun 2007 tentang pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang rumusan tentang perdagangan manusia yang terdapat pada UU No. 21 tahun 2007 (Pasal 1 ayat 1) menyebutkan : “Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalah gunaan


(26)

kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi”.

Sedangkan menurut Akta pemerdagangan orang dan Anti penyelundupan orang tahun 2007 kementrian malaysia menyebutkan : ”Perdagangan orang artinya segala perbuatan yang melibatkan akuisisi atau retensi tenaga kerja atau jasa seseorang melalui paksaan, dan termasuk perbuatan merekrut, mengangkut, memindahkan, melindungi, memberikan atau menerima seseorang” (http://www.moha.gov.my/index.php/ms/akta-antipemerdagangan-orang-dan-penyeludupan-migran-2007/sekretariat-akta-definisi di akses 23-04-2016).

Masalah perdagangan manusia bukan lagi hal yang baru, tetapi sudah menjadi masalah nasional dan internasional yang berlarut-larut yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tepat, baik oleh pemerintah setiap negara, maupun oleh organisasi-organisasi internasional yang berwenang dalam menangani masalah tersebut. Seperti kasus yang terjadi kepada Wilfrida Soik diketahui Proses Pengiriman Wilfrida sebagai TKI Ke malaysia banyak terjadi kejanggalan. pertama, saat dikirim ke malaysia, wilfrida masih berusia 17 tahun atau masih di bawah umur. kedua, terjadi pemalsuan usia wilfrida dimana dikatakan usia warga desa futurika, belu, NTT itu sudah mencapai 21 tahun. ketiga, pengiriman Wifrida sebagai TKI dilakukan pada saat moratorium pengiriman TKI ke Malaysia.

Diketahui Proses Pengiriman Wilfrida bermula Sekitar bulan September 2010, ia direkrut oleh seorang calo bernama Deni. Wilfrida Yang ketika itu belum


(27)

5

genap berusia 17 tahun dibujuk untuk mau dipekerjakan di Malaysia. Wilfrida yang masih lugu itu akhirnya mau Dan diberangkatkan Ke Malaysia. pada Tanggal 23 oktober 2010 (ketika itu usia Wilfrida sudah mencapai 17 tahun) akhirnya ia pun diberangkatkan ke Malaysia melewati rute Jakarta-Batam-Johor Bahru-Kota Bharu. Pada Saat keberangkatan itulah diketahui adanya kejanggalan dalam Dokumen Perjalanan Wilfrida.

Di dalam paspor, Wilfrida tercatat Tanggal Kelahiran 8 Juni 1989. Tetapi dalam surat baptis Gereja Katolik Roh Kudus Koloulun Futurika yang di dapatkan oleh Migrant Care, Wifrida lahir pada Tanggal 12 oktober 1993. Selain itu Penempatan Wilfrida di Malaysia juga diketahui bermasalah. Di dokumen visa kerjanya diketahui, Yang Menjadi majikan Wilfrida Seharusnya Yeoh Meng Tat Yang beralamatkan di PT 163, Jl Nara Pasir Peteh, 26600 Kota Bharu Kelantan, Bukan Yeap Seok Peng yang sudah melakukan tindak kekerasan terhadap wilfrida sehingga wilfrida mendapat gangguan kejiwaan yang menyebabkan dia membunuh majikannya tersebut. Wilfrida direkrut langsung oleh agensi di Malaysia, AP lenny, Sekaligus pemilik AP Master melalui calo yang bernama Deni di Belu. Wilfrida diberangkatkan dengan JP (Journey Performance Visa) di Saat Indonesia sedang diberlakukan moratorium Penempatan TKI migran Ke Malaysia (http://www.gresnews.com/berita/hukum/801610-kasus-wilfrida-soik-pintu-masuk-ungkap-perdagangan-manusia/0/ diakses tanggal 19/04/2016).

Berdasarkan definisi tersebut, terdapat tiga hal yang harus kita perhatikan: pertama, the act (proses) yaitu melalui perekrutan, pengiriman, pengantaran, penampungan, atau penerimaan korban; kedua, the means (cara) yaitu dengan


(28)

menggunakan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau penyalahgunaan posisi rentan seseorang sehingga seseorang dapat dikontrol; dan ketiga, the purpose (tujuan) yaitu untuk tujuan eksploitasi (http://www.unodc.org/unodc/en/human-trafficking/smuggling-of-migrants.html, diakses tanggal 13-03-2016).

Menurut Bareskrim Mabes Polri, diperoleh data peningkatan kasus perdagangan manusia di Indonesia dengan uraian sebagai berikut: tahun 2009 terdapat 142 kasus; tahun 2010, 105 kasus; dan tahun 2011, 126 kasus. Sedangkan pada tahun 2013 berdasarkan data dari International Organization for Migration (IOM), laporan mengenai perdagangan manusia berjumlah 1045 kasus. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Larsen, Andrevski dan Lyneham (2013) diketahui sebanyak 71% atau sekitar 2179 orang Indonesia yang menjadi korban perdagangan manusia mengalami penahanan gaji atau gaji tidak dibayarkan.Selain itu, sebanyak 950 orang dari 2115 orang yang merupakan korban perdagangan manusia memiliki hutang untuk biaya rekrutmen sebanyak 643 orang dari 2115 orang tersebut memiliki hutang biaya transportasi dan pengurusan dokumen; dan sisanya memiliki hutang untuk biaya akomodasi (http://www.kemlu.go.id/id/lembar-informasi/Pages/human-trafficking-manusia-bukan-komoditas.aspx di akses tanggal 03-03-2016).

Berdasarkan data Migrant Care tahun 2014, kasus TPPO meningkat sebanyak 32 persen. Laporan tersebut juga menandai kasus tersebut terus menaik sepanjang tiga tahun terakhir, Pada 2013 kasus TPPO terjadi sebanyak 186 kasus. Pada 2014 meningkat menjadi 365 kasus, atau naik sebesar 96 persen dan sampai


(29)

7

padabulan Mei tahun 2015 sudah mencapai 196 kasus, diperkirakan jumlah ini akan meningkat dan melampaui angka pada 2014 (http://migrantcare.net/2014 /12/18/siaran-pers-migrant-care-memperingati-hari-buruh-migran-sedunia-18- desember-saatnya-negara-hadir-dalam-melindungi-buruh-migran-indonesia-dan-anggota-keluarganya/ diakses tanggal 03-03-2016).

Berdasarkan pada data di atas maraknya kasus perdagangan manusia yang terjadi di Indonesia, ditinjau dari aspek legal formal, pemerintah Indonesia pada tataran nasional telah menerbitkan berbagai peraturan nasional yang mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan perdagangan manusia. Peraturan tersebut antara lain Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO); Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bagi Saksi dan/atau Korban TPPO; serta Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang berfungsi sebagai lembaga koordinatif di 20 provinsi dan 72 kabupaten/ kota dengan ketua umumnya Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi kesepakatan-kesepakatan internasional, regional, dan terlibat dalam forum-forum/ pertemuan yang membahas upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan perdagangan manusia. Pada forum regional, Indonesia telah menyatakan komitmennya melalui ASEAN Declaration Against Trafficking in Persons Particularly Women and Children di Vientiane pada tahun 2004. Pada forum internasional, salah satunya


(30)

Indonesia bertindak sebagai co-chair Bali Process pada tahun 2002. Bali Process merupakan forum internasional yang memfasilitasi diskusi mengenai perkembangan dan solusi atas praktek penyelundupan manusia, perdagangan orang, serta kejahatan transnasional lainnya (http://www.kemlu.go.id/id/lembar-informasi/Pages/HUMAN-TRAFFICKING-MANUSIA-BUKAN-KOMODITAS. Aspx di akses tanggal 03-03-2016).

Dan pada tahun 2007 pemerintah Indonesia juga ikut meratifikasi protokol anti trafficking yang mendorong Indonesia untuk membentuk undang-undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO). Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Woman (CEDAW), yang diadopsi melalui UU No 7/1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan dan UU No.23 tentang perlindungan anak juga menjadi dasar terbentuknya UU PTPPO (https://www.k4health.org/sites/default/files/CEDAW_document.pdf, diakses tanggal 02‐03‐2016).

Kondisi politik global sekarang ini menunjukan bahwa aktor dalam dunia internasional tidak hanya negara. INGO (International Non-Government Organization) atau NGO (Non-Government Organization) merupakan aktor yang mempunyai peran besar dalam dunia internasional dalam menanggani kasus yang mengancam human security seseorang. Eksistensi NGO (Non-Government Organization) dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah, merespon isu-isu global dan sebagai ruang yang membuka partisipasi masyarakat tingkat global. Dewasa ini Banyak sekali NGO (Non-Government Organization) yang


(31)

9

bermunculan yang bergerak pada isu perdagangan manusia. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa upaya dalam mengatasi masalah perdagangan manusia telah melibatkan banyak elemen selain negara. Salah satu lembaga yang memiliki perhatian terhadap perdagangan manusia adalah Perhimpunan Indonesia untuk Pekerja Migran Berdaulat (Migrant Care).

Migrant Care adalah organisasi yang bertujuan memperkuat perlindungan yang diberikan lembaga-lembaga negara dalam hal hak-hak pekerja migran. Organisasi yang berkonsentrasi pada penguatan kapasitas dan daya tawar pekerja migran ini didirikan pada 2004 dan memiliki 10 staf dan tiga pengurus (Pendiri yang membentuk Migrant Care) serta satu staf perwakilan di Malaysia.

Program-program Migrant Care :

1. Perwujudan Tata Kelola Migrasi Aman (Save Migration) (http://migrantcare.net/program/perwujudan-tata-kelola-migrasi-aman-save-migration/ diakses tanggal 06-04-2016).

2. Pengorganisasian Dan Penguatan Kesadaran Kritis Buruh Migran Yang Ada Di Negera Penerima (http://migrantcare.net/program/telepon-tree/ diakses tanggal 06-04-2016).

3. Advokasi Amandemen Perundang-Undangan Untuk Mewujudkan Migrasi Aman (http://migrantcare.net/program/advokasi-amandemen-perundang-undangan-untuk-mewujudkan-migrasi-aman-2/ diakses tanggal 06-04-2016) 4. Penanganan Kasus Dan Bantuan Hukum Kepada Buruh Migran

(http://migrantcare.net/program/advokasi-amandemen-perundang-undangan-untuk-mewujudkan-migrasi-aman/ diakses tanggal 06-04-2016).


(32)

Migrant Care juga telah menandatangani MoU dengan PT Angkasa Pura II (Persero) pada 2015 mengenai program pengawasan pelayanan publik bagi buruh migran perempuan di terminal khusus untuk buruh migran (Terminal TKI) Bandara Soekarno Hatta di Jakarta. Melalui program ini, Migrant Care mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan buruh migran ( http://migrantcare.net/2015/06/09/penandatanganan-perjanjian-kerjasama-migrant-care-dengan-pt-angkasa-pura-ii-persero/ diakses tanggal 06-04-2016).

Pada era Reformasi seperti sekarang ini, keberadaan NGO semakin diperhitungkan. Eksistensi NGO bahkan semakin diakui pemerintah dengan diberikannya berbagai kesempatan untuk melaksanakan misinya secara lebih nyata di tengah-tengah masyarakat. NGO dianggap sebagai partner pemerintah dalam community development atau menjadi agen pembaharu (agent of change) khususnya dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Peran dan aktivitas yang dimainkan NGO di tengah-tengah masyarakat sejauh mana NGO tersebut mampu memposisikan dirinya menjadi agen pembaruan sesuai dengan komitmen dan misi utama yang diemban. NGO yang memiliki komitmen dan keberpihakan kepada kepentingan masyarakat, akan semakin memiliki eksistensi dan pengakuan oleh konstituen yang menjadi kliennya. NGO seperti ini akan senantiasa memiliki kredibilitas dan program-program yang jelas dan terencana, serta selalu merasa tertantang untuk terus mengembangkan diri, baik dalam lingkup internal pengelolaan operasional di dalamnya maupun secara kelembagaan. Untuk itu setiap NGO perlu memiliki platform yang jelas sehingga dapat menunjukkan eksistensi suatu NGO tersebut.


(33)

11

Untuk memperoleh pijakan ilmiah dalam penelitian ini, peneliti merujuk beberapa karya ilmiah yang sudah dibuat sebelumnya dan berkaitan dengan tema yang diangkat dalam skripsi peneliti yakni masalah perdagangan manusia. Salah satu karya ilmiah tersebut adalah skripsi yang berjudul “Peran ASEAN dalam menangani masalah Human Trafficking di Asia Tenggara 2008-2011” yang dibuat pada tahun 2012 oleh Riena Dyaningtyas Rampan, IISIP Jakarta.

Dalam skripsi tersebut peneliti yang bersangkutan mengangkat masalah yang sama yaitu perdagangan manusia. Peneliti yang bersangkutan meneliti bagaimana peran ASEAN dalam menangani masalah perdagangan manusia di Asia Tenggara, peran ASEAN dalam memberantas perdagangan bebas juga terealisasikan dalam ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children serta ASEAN Intergovernmental Commission on Human Right segala komitmen ASEAN dalam piagam ASEAN terus di upayakan agar dapat mampu berperan dalam mengatasi perdagangan manusia terutama perempuan dan anak.

Karya tulis lain yang membahas permasalahan yang sama adalah sebuah jurnal yang berjudul “Peran Non Government Organization (NGO) Dalam Menangani Human Trafficking Yang Terjadi Pada Pekerja Migran Indonesia Ditinjau Dari Humanitarianisme: Studi Kasus Migrant Careyang dibuat tahun 2014 oleh Siti Maizul Habibah, Universitas Gadjah Mada.

Dalam karya tulis tersebut penulis yang bersangkutan menjelaskan Peran NGO dalam menangani masalah perdagangan manusia yang terjadi pada kerja migran Indonesia ditijaun dari segi Humanitarian principles sebagai kerangka


(34)

acuan aktor kemanusiaan ini sangat penting, karena implementasi dan kejiannya bisa dilihat dalam hal bagaimana hal itu melandasi aksi kemanusiaan NGO tersebut dengan memaksimalkan network dan hukum internasional maupun hukum nasional disetiap negara membela korban dalam hal ini yaitu korban perdagangan manusia. NGO yang mengikuti kerangka Humanitarian principles ini akan membangun identitas dan kredibilitas di lingkungannya, baik masyarakat maupun pemerintah. NGO yang memiliki visi, misi, tujuan dan sasaran, harus menjalankan strategi untuk mencapainya. Sehingga NGO sangat membutuhkan kredibilitas dari masyarakat nasional maupunin ternasional dalam menjalankan aksi kemanusiaannya.

Karya tulis lain yang membahas permasalahan yang sama adalah sebuah jurnal yang berjudul “Peran Unit Counter-Trafficking IOM (International Organization for Migration) Indonesia dalam menangani Human Trafficking di Kalimantan Barat (2004-2010)yang dibuat tahun 2013 oleh Eka Jaya Putra Hatika Embang, Universitas Mulawarman.

Dalam karya tulis tersebut penulis yang bersangkutan menjelaskan IOM sebagai organisasi internasional yang bergerak dalam empat area luas manajemen migrasi: migrasi dan pembangunan, fasilitas migrasi, pengaturan migrasi, dan penanganan migrasi paksa, situasi darurat dan pasca krisis dalam melaksanakan program kerjanya usaha IOM dalam melakukan tindakan pencegahan adalah IOM memprakarsai secara langsung program pendidikan masyarakat dan Kampanye publik sosialisasi perdagangan orang bekerja sama dengan Polda Kalbar, Pemkot Pontianak, Australian Federal Police (AFP), MTV Exit dan Mata Enggang. IOM


(35)

13

secara resmi meluncurkan upaya melawan perdagangan anak di Sambas, Kalimantan Barat pada bulan Mei 2006 dalam bentuk inisiatif yang melibatkan kerjasama erat dengan pihak berwenang setempat.

Berbeda dengan penelitian ini yang akan dilakukan peneliti peran yang akan dilakukan Migrant Care terhadap masalah perdagangan manusia yang terjadi pada pekerja migran Indonesia di Malaysia melalui beberapa kerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam bidang perlindungan hak asasi manusia terutama aspek perlindungan pekerja migran sehingga kepentingan nasional Indonesia untuk menangani masalah perdagangan manusia terhadap para pekerja migran Indonesia dapat tercapai.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penelitian ini diberi judul : Peran Migrant Care Dalam Menangani Masalah Perdagangan Manusia Yang Terjadi Terhadap Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia 2011-2015

Penelitian ini dibuat berdasarkan beberapa mata kuliah yang dipelajari peneliti di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Antara lain sebagai berikut :

1. Hubungan Internasional

Di dalam mata kuliah ini peneliti mempelajari hubungan dan interaksi yang dilakukan hubungan para aktor negara atau juga aktor non-negara yang melewati batas–batas Negara dan juga sebagai dasar dalam penelitian yang akan dilakukan


(36)

2. Organisasi Internasional

Di dalam mata kuliah ini peneliti mempelajari mengenai Organisai Internasional sebagai aktor politik dalam Hubungan Internasional dalam memenuhi kepentingan nasionalnya di dunia internasional.

3. Hubungan Internasional di kawasan Asia Tenggara

Di dalam mata kuliah ini peneliti mempelajari hubungan dan interaksi yang dilakukan antara negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara dalam menjalankan kerjasama dibidang politik, ekonomi dan sosial-budaya. 4. Setudi Kemanan Internasional

Di dalam mata kuliah ini peneliti mempelajari sebuah proses kerangka membangun keamanan dunia, konsep keamanan terus berkembang dan bertransformasi, keamanan dalam kontek kekinian atau pasca perang dingin dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu keamanan tradisional dan keamanan non-tradisional.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor

Berdasarkan uraian diatas dan untuk memudahkan dalam menganalisis masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana peran Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusiayang terjadi terhadap pekerja migran Indonesia di Malaysia ”.


(37)

15

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

1. Apa saja yang dilakukan Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusia yang Terjadi pada pekerja migran Indonesia di Malaysia pada kurun waktu 2011-2015?

2. Kendala apa saja yang dialami Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusia yang terjadi pada pekerja migran Indonesia di Malaysia?

3. Hasil apa saja yang telah di peroleh oleh Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusia yang Terjadi pada pekerja migran Indonesia di Malaysia?

1.2.3 Pembatasan Masalah

Mengingat dari judul penelitian, yakni Peran Migrant Care Dalam Menangani Masalah Perdagangan Manusia Yang Terjadi Pada Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia 2011 - 2015, maka untuk lebih memudahkan penelitian ini, peneliti membatasi masalah berdasarkan peran Migrant Care sebagai NGO pembela buruh migran pada kurun waktu 2011 – 2015 agar memudahkan peneliti menganalisa hasil apa saja yang telah dilakukan oleh Migrant Care.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peran Migrant Care sebagai Non-Governmental Organization (NGO) yang berkonsentrasi kepada buruh


(38)

migran dalam hal ini menangani masalah perdagangan manusia yang terjadi pada pekerja migran Indonesia di Malaysia.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, antara lain:

1. Untuk mengetahui, memahami, dan menganalisa peran yang dilakukan oleh Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusia di Indonesia. 2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh Migrant Care dalam mengatasi masalah perdagangan manusia di Indonesia, serta bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.

3. Untuk mengetahui apa saja hasil yang diperoleh Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusia di Indonesia.

1.4Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada maksud dan tujuan serta latar belakang yang terdapat pada penelitian ini, maka peneliti mengkatagorikan kegunaan penelitian ini menjadi dua bagian, diantaranya adalah sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian secara teoritis diharapkan dapat lebih mengembangkan dan meningkatkan kajian-kajian yang ada dalam studi ilmu hubungan internasional khususnya pada program studi ilmu hubungan internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Komputer Indonesia

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan peraktis dari hasil penelitian ini, di harapkan dapat menjadi bahan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan juga informasi bagi :


(39)

17

Pertama, bagi peneliti diharapkan dapat menjadi sebbuah tambahan ilmu, pengetahuan dan juga informasi mengenai peran Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusia yang terjadi pada pekerja migran Indonesia di Malaysia pada tahun 2011-2015

Kedua, bagi lembaga akademik diharapkan penelitian ini mampu memberikan tambahan data-data/informasi dan tentunya tambahan dokumen akademik yang sangat berguna di masa depan bagi civitas akademik khususnya bagi yang akan meneliti peran Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusia yang terjadi pada pekerja migran Indonesia di Malaysia. Sehingga nantinya dapat menjadi sebuah acuan bagi civitas akademik khususnya bagi civitas akademik yang ada pada program studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Ketiga, bagi masyarakat umum diharapkan dapat mejadi sebuah tambahan informasi, pengetahuan serta wawasan bagi siapapun yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang perdagangan manusia dan bagi siapapun juga ingin mengetahui informasi dan peran Migrant Care dalam menangani masalah perdagangan manusia yang terjadi pada pekerja migran indonesia.


(40)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Hubungan Internasional

Hubungan Internasional mengacu pada seluruh bentuk interaksi hubungan antar negara. Hubungan yang terjadi di antara negara-negara tersebut dapat merupakan suatu hubungan kerjasama atau merupakan hubungan yang ditandai dengan konflik atau persaingan. Setiap negara akan melakukan interaksi dengan negara lainnya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan nasionalnya dan mencapai suatu kepentingan bersama. Interaksi yang terjadi antar negara tersebut didasari oleh adanya keterbatasan dari tiap negara dalam upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan nasional mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Perwita, A.A Banyu, dan Yanyan Moch. Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan Internasional:

"Tujuan studi Hubungan Internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku para aktor negara maupun non-negara didalam arena transaksi internasional. Perilaku ini berwujud kerjasama, pembentukan aliansi, perang, konflik, serta interaksi dalam organisasi internasional“ (Perwita dan Yani, 2005: 4-5).

Hubungan internasional bisa saja merupakan aktor negara atau juga aktor non-negara seperti yang dijelaskan oleh Perwita, A.A Banyu, dan Yanyan Moch. Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan Internasional:

“Hubungan Internasional didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antar beberapa faktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi negara-negara, organisasi internasional, organisasi non-pemerintah,


(41)

19

kesatuan sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta individu-individu” (Perwita dan Yani, 2005: 4).

Studi hubungan internasional merupakan sebuah bidang studi yang dinamis. Penyebabnya adalah dinamika yang terjadi dalam sistem internasional itu sendiri. Hubungan-hubungan atau interaksi antar negara merupakan hal yang paling mendasar dalam hubungan internasional, hal ini dapat dipertegas dengan melihat definisi dari hubungan internasional, yakni hubungan internasional mengacu pada semua bentuk interaksi antara anggota masyarakat yang berlainan, baik dari aktor pemerintah maupun bukan pemerintah.

Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat internasional, baik oleh pelaku negara (state-actor) maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara (non-state actor). Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa kerjasama (coorperation), persaingan (competition), dan pertentangan (conflict) (Rudy, 2003:2).

Robert Jackson dan Georg Sorensen juga mengatakan, bahwa Hubungan Internasional kontemporer selain mengkaji hubungan politik, juga mencakup sekelompok kajian lainnya seperti tentang interdependensi perekonomian, kesenjangan utara-selatan, keterbelakangan, perusahaan internasional, hak-hak asasi manusia, organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional, lingkungan hidup, gender, dan lain sebagainya (Jackson & Sorensen, 2009:34).

Sistem internasional menjadi semakin kompleks pasca berakhirnya perang dingin, dimana selama perang dingin sistem internasional lebih fokus pada isu-isu


(42)

high politics seperti perang, politik, keamanaan dan militer bergeser ke low politics seperti masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia, ekonomi, budaya dan terorisme. Karena hal-hal tersebut Perwita, A.A Banyu, dan Yanyan Moch. Yani dalam bukunya Pengantar Ilmu Hubungan Internasional menyatakan bahwa:

“Dengan berakhirnya Perang Dingin dunia berada dalam masa transisi. Hal itu berdampak pada studi Hubungan Internasional yang mengalami perkembangan yang pesat. Hubungan internasional kontemporer tidak hanya memperhatikan politik antar Negara saja, tetapi juga subjek lain meliputi terorisme, ekonomi, lingkungan hidup, dan lain sebagainya. Selain itu Hubungan Internasional juga semakin kompleks. Interaksi tidak hanya dilakukan Negara saja, melainkan juga aktor-aktor lain, yaitu actor non-negara juga memiliki peranan yang penting dalam Hubungan Internasional” (Perwita dan Yani, 2005: 7-8).

Maka dari seluruh penjelasan di atas, peneliti dapat memahami bahwa hubungan internasional tidak lagi didominasi oleh aktor-aktor negara saja seperti yang terjadi selama perang dunia dan perang dingin. Melainkan terdapat beberapa aktor lain (non-state actor) seperti organisasi internasional baik itu IGO maupun NGO.

2.1.2 Organisasi Non Pemerintah (Non-Governmental Organization)

Definisi “Non-Governmental Organization” (NGO) pertama kali diberikan dalam resolusi 288 (X) ECOSOC pada 27 Pebruari 1950 bahwa setiap organisasi internasional tidak didirikan atas dasar sebuah perjanjian internasional. World Bank, medefinisikan NGO sebagai organisasi swasta yang menjalankan kegiatan untuk meringankan penderitaan, mengentaskan kemiskinan, memelihara lingkungan hidup, menyediakan layanan sosial dasar atau melakukan kegiatan pengembangan masyarakat. Dalam sebuah dokumen penting Wold Bank, Working With NGOs, disebutkan, dalam konteks yang lebih luas, istilah NGO dapat


(43)

21

diartikan sebagai semua organisasi nirlaba (non-profit organization) yang tidak terkait dengan pemerintah (Suparni, 1994 : 17).

Organisasi non-penerintah dapat bersifat organisasi internasional yang disebut INGO (International Non-Governmental Organization) dan dapat pula hanya bersifat intra-nasional yang disebut NGO (Non-Governmen tal Organization) saja. Perbedaannya hanya pada keanggotaan organisasi mitra kerjasama serta ruang lingkup kegiatan organisasinya (Rudy, 2009:19).

Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu bahwa status suatu organisasi sebagai NGO yang bersifat intra-nasional (di dalam negeri) saja, tidaklah menghambat organisasi itu beserta tokoh-tokohnya untuk dikenal secara internasional, dan sewaktu-waktu menjadi aktor internasional. Contohnya, Nahdatul Ulama (NU) sebagai suatu organisasi massa (ormas) di Indonesia. Tokoh NU, Abdurahman Wahid ternyata sering diundang ke berbagai pertemuan internasional, dan banyak pandangannya yang menjadi perhatian di negara-negara lain.

Dalam tulisannya, Forsythe (2000, 166-172), menjelaskan empat prosedur peran dan aktivitas yang dijalankan NGO dalam upaya untuk memberikan dukungan dan mengupayakan perubahan terhadap isu yang diperjuangkan. Prosedur peran tersebut terdiri dari:

1. Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan

NGO berusaha untuk mengumpulkan seluruh data dan informasi terkait isu yang diperjuangkan termasuk data dan informasi yang dianggap kurang penting oleh entitas lain. Selain itu, NGO juga memiliki kemampuan untuk


(44)

mengumpulkan jenis informasi dan data yang sulit diakses oleh pihak lain. Data dan informasi tersebut harus diolah dengan baik oleh NGO sehingga informasi tersebut dapat disebarluaskan secara akurat.

2. Melakukan persuasi terhadap otoritas public

Persuasi dilakukan untuk mengupayakan perubahan terhadap standar HAM yang telah ada dan menerapkan perubahan tersebut. Aktivitas ini disebut dengan lobbying. Namun, karena sifatnya yang non-politik, NGO cenderung menggunakan kata edukasi„ terhadap aktivitas tersebut. Salah satu bentuk persuasi yang dilakukan NGO yaitu melalui kampanye.

3. Mempublikasikan informasi yang di dapat untuk edukasi jangka panjang Dalam aktivitasnya, NGO tidak mengharapkan perubahan langsung. Tujuan NGO yaitu untuk mempengaruhi proses jangka pendek agar dapat memiliki pengaruh yang bersifat jangka panjang. Dengan publikasi informasi yang dilakukannya, NGO berupaya untuk menarik perhatian masyarakat terhadap isu yang diangkat dan menyuarakan pentingnya perubahan kepada pemerintah, seperti perubahan terhadap kebijakan pemerintah.

4. Menyediakan bantuan langsung

NGO juga memberikan bantuan langsung kepada civil society yang diperjuangkan. Bantuan ini dapat berbentuk judicial lobbying dimana NGO memberikan bantuan legal kepada civil society yang menjadi korban baik melalui saran dan edukasi terkait permasalahan hukum hingga melakukan lobi di tingkat pengadilan.


(45)

23

Organisasi non-pemerintah merupakan kelompok sukarela yang bersifat nirlaba dan diorganisasikan secara lokal, nasional, ataupun internasional. Organisasi non-pemerintah sekarang diakui sebagai pelaku utama sektor ketiga dalam lanskap pembangunan, hak asasi manusia, aksi kemanusiaan, lingkungan, dan area lainnya dalam aksi publik (Lewis, 2009 : 1).

Tujuan dari NGO didasarkan pada kepentingan bersama dalam isu-isu spesifik, dengan berbagai variasi fungsi sebagai pelayanan jasa dan kemanusiaan sehingga masyarakat memiliki perhatian kepada pemerintah terutama dalam hal advokasi dan monitor kebijakan, serta menggerakkan partisipasi politik melalui informasi yang tersedia (http://www.ngo.org/ngoinfo/define.html diakses pada tanggal 28 Desember 2015).

NGOs dapat dilihat sebagai sarana progresif untuk perubahan, selain juga untuk pengelolaan sistem politik dan sosial yang ada (Morris-Suzuki, 2000:68 dalam Lewis, 2009).Intinya, NGOs merupakan solusi berbasis pasar untuk permasalahan politik.

2.1.2.1 Jenis-Jenis Non-Governmental Organization (NGO)

Menurut dokumen World Bank (1989), NGO cenderung untuk dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu NGO operasional dan NGO advokasi:

Tujuan NGO Operasional adalah perancangan dan implementasi proyek pengembangan. Kelompok ini menggerakkan sumber daya dalam bentuk keuangan, material atau tenaga relawan, untuk menjalankan proyek dan program mereka. Proses ini umumnya membutuhkan organisasi yang kompleks. NGO operasional ini masih dapat dibagi atas 3 kelompok besar:


(46)

1. Organisasi berbasis masyarakat – yang melayani suatu populasi khusus dalam suatu daerah geografis yang sempit;

2. Organisasi Nasional – yang beroperasi dalam sebuah negara yang sedang berkembang, dan

3. Organisasi Internasional – yang pada dasarnya berkantor pusat di negara maju dan menjalankan operasi di lebih dari satu negara yang sedang berkembang.

Tujuan NGO Advokasi adalah mempertahankaan atau memelihara suatu isu khusus dan bekerja untuk mempengaruhi kebijakan dan tindakan pemerintah untuk atau atas isu itu. Berlawanan dengan manajemen proyek operasional, organisasi ini pada dasarnya berusaha untuk meningkatkan kesadaran (awareness) dan pengetahuan dengan melakukan lobi, kegiatan pers dan kegiatan-kegiatan aktivis. NGO ini pada dasarnya bekerja melalui advokasi atau kampanye atas suatu isu dan tidak mengimplementasikan program. Kelompok ini menjalankan fungsi yang hampir sama dengan kelompok operasional, namun dengan tingkatan dan komposisi yang berbeda. Pencarian dana masih perlu namun dengan ukuran yang lebih kecil.

Meskipun perbedaan ini jelas menyandang tanda perspektif pembangunan khas World Bank, World Bank tentu benar dalam asumsi bahwa NGO saat ini berdiri di arena internasional sebagian besar aktif di salah satu atau kedua bidang ini. Fokusnya adalah terutama pada legitimasi keterlibatan NGO dalam pemerintahan internasional dan pembuatan kebijakan, fungsi operasional dan advokasi dari NGO sangat penting. Ini berarti bahwa fokus utama akan berada di NGO yang terutama berorientasi pada bantuan dan advokasi, sementara banyak


(47)

25

dari apa yang akan dikatakan juga berlaku untuk, misalnya organisasi masyarakat sipil sejauh bahwa mereka juga terlibat dalam pemerintahan dan pembuatan kebijakan melalui bantuan dan advokasi. Memiliki atau menjalankan fungsi operasional atau advokasi tidak dianggap sebagai memadai atau bahkan kondisi yang diperlukan untuk menjadi NGO. Namun demikian, berfokus dalam membedakan antara kedua fungsi ini tampaknya penting dilihat dari perspektif legitimasi (Chairunnisa, 2014:26).

Selain itu Menurut Vedder dalam Chairunnisa Semakin banyak NGO terlibat dalam kedua kegiatan operasional dan advokasi. Kadang-kadang, sulit untuk menentukan yang berfungsi kegiatan NGO yang khas. Advokasi kadang-kadang dapat mengambil bentuk tindakan yang sangat nyata dengan tujuan yang sangat spesifik, seperti boikot dan tindak pencegahan.Beberapa kelompok, terutama yang terlibat dalam advokasi, sementara tidak terlibat langsung dalam merancang dan melaksanakan program aksi, fokus pada masalah spesifik terkait dengan perubahan konkrit. Dari perspektif legitimasi, kadang-kadang diperlukan untuk menentukan jenis lebih lanjut dari tindakan dan kebijakan dalam fungsi operasional dan advokasi, tergantung pada dampak yang mungkin menguntungkan atau merugikan para pihak yang terlibat (Chairunnisa, 2014:27).

Dalam penelitian ini, Migrant Care sebagai subjek penelitian mempunyai fungsi operasional yaitu dalam melaksanakan program aksi konkret yang secara langsung menghasilkan perubahan pada kehidupan sosial seperti perlindungan kesejahteraan pekerja migran.


(48)

2.1.2.2 Kekuatan dan Kelemahan NGO

Sejak pertengahan 1970-an, sektor NGO (di negara maju dan berkembang negara) telah mengalami pertumbuhan yang eksponensial.Dari tahun 1970 sampai 1985, jumlah pembangunan bantuan yang disalurkan oleh NGO internasional meningkat sepuluh kali lipat.Pada tahun 1992, LSM internasional disalurkan lebih dari $76 miliar bantuan kepada negara-negara berkembang. Sekarang diperkirakan lebih 15 persen dari total bantuan pembangunan luar negeri disalurkan melalui NGO. Sementara statistik tentang nomor global NGO terkenal lengkap, saat ini diperkirakan bahwa ada suatu tempat antara 6.000 dan 30.000 NGO nasional di negara-negara berkembang.Organisasi pengembangan masyarakat di seluruh negara berkembang diberi jumlah dalam ratusan ribu (Cernea, 1988:5).

World Bank telah menilai kekuatan dan kelemahan NGO, tetapi mengakui bahwa sifat dan kualitas NGO individu sangat bervariasi. Meskipun keragaman ini, mereka menarik kesimpulan sebagai berikut :

A. Kekuatan NGO:

1. Link akar rumput yang kuat

2. Keahlian pengembangan berbasis lapangan 3. Kemampuan untuk berinovasi dan beradaptasi

4. Pendekatan proses yang berorientasi pada pembangunan 5. Metodologi partisipatif dan alat

6. Komitmen jangka panjang dan penekanan pada keberlanjutan 7. Efektivitas biaya


(49)

27

1. Terbatas keahlian keuangan dan manajemen 2. Terbatas kapasitas kelembagaan

3. Rendahnya tingkat kemandirian

4. Isolasi / kurangnya komunikasi antar - organisasi dan / atau koordinasi 5. Intervensi skala kecil

6. Kurangnya pemahaman tentang konteks sosial atau ekonomi yang lebih luas (Cernea, 1988:17-19).

World Bank mengakui bahwa selama beberapa dekade terakhir, NGO telah menjadi pemain utama dalam pembangunan global.Namun World Bank tidak membahas bagaimana kekuatan dapat dikembangkan dan kelemahan berkurang. 2.1.3 Peran Non governmental organization (NGO)

Peran (role) Menurut Mas‟‟oed dan Arfani dalam Ilmu Hubungan Internasional; Disiplin dan Metodologi menyatakan bahwa :

“Peran adalah perilaku yang diharapkan seseorang yang menduduki suatu posisi. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada posisi tersebut, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut”(Mas‟‟oed, 1994:30).

Pendapat lainnya yang dikemukakan oleh Levinson dalam Soekanto, peranan dapat mencakup tiga hal, yaitu :

1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.


(50)

3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.( Soekanto.1990).

Dalam pergaulan masyarakat internasional, peran NGO semakin signifikan dalam melakukan lobi bahkan penentuan pengambilan keputusan suatu konferensi ditingkat internasional. Menurut A. Leroy Bennet bahwa Non-Government Organization (NGO) merupakan suatu organisasi yang berdiri secara mandiri dan berdisiplin serta sebagai penghubung antara pemerintah dengan masyarakat atau penghubung antara NGO dengan NGO, NGO dengan pemerintah dan juga NGO dengan masyarakat itu sendiri (Bennet, 1977). Sedangkan menurut Ann C. Hudock bahwa Non-Government Organization adalah suatu organisasi di luar dari pemerintahan dan komunitas bisnis tertentu (Hudock, 1999).

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Non-Government Organization (NGO) yang lebih dikenal dengan istilah Lembaga swadaya masyarakat (LSM) itu merupakan sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela, yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya. NGO adalah aktor non-negara, tetapi memiliki sifat yang sama kuatnya dan dapat melewati batas negara. NGO yang didirikan oleh sekelompok individu atau kelompok domestik yang bukan sebagai perwakilan dari pemerintah. Aktor ini masuk dalam analisis sistem dunia karena peranannya dapat mempengaruhi kebijakan suatu negara yang bersangkutan.

Non Government Organization memiliki peran serta kontribusi yang sangat besar untuk menangani dan memberikan bantuan terhadap bidang yang


(51)

29

ditangganinya masing-masing. Peran serta kontribusi NGO yang bergerak pada penangganan perdagangan manusia, antara lain:

a. Memberikan informasi kepada korban tentang proses hukum, membahas semua pilihan yang tersedia untuk korban dan membantunya untuk memutuskan tindakan apa yang harus di ambil.

b. Advokasi atas nama korban dalam proses hukum. Hal ini untuk memastikan bahwa sistem hukum yang sensitif dan akomodatif terhadap kebutuhan korban.

c. Memberikan dukungan emosional dan semangat, termasuk memberikan konseling kepada korban, memberikan layanan untuk bertemu dengan korban lainnya sehingga dapat berbagi pengalaman dengan korban yang lain.

d. Mendampingi korban ke pertemuan-pertemuan berkaitan dengan kasus mereka dan sidang pengadilan memberikan dorongan, memastikan perawatan yang sensitif dan untuk membantu korban memahami proses yang akan dijalaninya.

e. Pencatatan (recording) data dan mengumpulkan informasi tentang kasus korban.

f. Membantu korban untuk mengumpulkan dokumen atau bukti yang dia butuhkan untuk membuktikan kasusnya.

g. Membantu korban untuk mempersiapkan surat-surat dan dokumen lain untuk hadir ke pengadilan atau kepada individu atau organisasi yang melanggar hak-haknya.


(52)

h. Memberikan pelayanan untuk rujukan ke layanan lain seperti pengacara, perawatan medis , psikologis, perlindungan, pelatihan kerja dan pendidikan. i. Membantu korban untuk mengakses fasilitas yang dibutuhkan untuk

menyiapkan kasusnya.

j. Memberikan dukungan material kepada korban seperti akomodasi, dana untuk transportasi dan makanan (ACILS and ICMC, 2004).

seperti bagaimana Migrant Care berperan dalam mengatasi masalah perdagangan manusiayang terjadi pada pekerja migran Indonesia di Malaysia. 2.1.4 Migrasi

Migrasi merupakan perpindahan penduduk, dalam migrasi memiliki jenis-jenis atau macam-macam migrasi dalam dalam Pengertian Migrasi, Migrasi adalah perpindahan atau gerak penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Perpindahan penduduk selain imigrasi terdapat juga transmigrasi dan urbanisasi. Perpindahan penduduk dari migrasi memiliki berbagai jenis-jenis yang pengertian dan fungsinya berbeda-beda satu dengan yang lainnya jenis-jenis migrasi seperti Remigrasi, imigrasi, evakuasi, migrasi, forensen (ngalaju), dan turisme (Drs. Kuswanto, 2002 : 81-82).

migrasi adalah gerak penduduk yang melintasi batas wilayah menuju ke wilayah lain dengan ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Sebaliknya mobilitas penduduk non permanen ialah gerak penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.

“Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud tidak menetap di daerah tujuan, orang tersebut


(53)

31

digolongkansebagai pelaku mobilitas non permanen walaupun bertempat tinggal didaerah tujuan dalam jangka waktu cukup lama (Steele, 1983 dalam vilantina,2008).

Sedangkan menurut pendapat Lee, Everesst S. dalam bukunya Teori Migrasi:

“migrasi adalah perubahan tempat tinggal yang permanent atau semi permanent dan tidak ada batasan mengenai jarak yang ditempuh, apakah perubahan tempat tinggal itu dilakukansecara sukarela atau terpaksa, dan apakah perubahan tempat tinggal itu antar Negara atau masih dalam suatu Negara” (Lee, Everesst S. 1976).

Definisi migran menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa : ”a migrantis a person who changes his place of residence from one political or

aadministrative area to another.” pengertian ini dikaitkan dengan pindahtempat tinggal secara permanen sebab selain itu dikenal pula

”mover”yaitu orang yang pindah dari satu alamat ke alamat lain dan dari saturumah ke rumah lain dalam batas satu daerah kesatuan politik atau administratif, misalnya pindah dalam satu Propinsi. Beberapa bentuk perpindahan tempat (mobilitas) :

1. Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja (Recurrent Movement).

2. Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara sepertiperpindahan tempat tinggal bagi para pekerja musiman.

3. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidakkembali ke temapat semula (Non Recurrent Movement).

Pendapat Todaro (1969) dalam Puspitasari bahwa faktor ekonomi merupakan motif yang paling sering dijadikan sebagai alasan utama untuk


(54)

bermigrasi. Sehingga daerah yang kaya sumber alam tentunya akan lebih mudah menciptakan pertumbuhan ekonominya, meskipun mungkin kurang stabil. Daerah yang kaya sumber daya manusia akan menjadi lokasi yang menarik bagi manufaktur atau jasa, terutama yang menggunakan teknologi tinggi. Seperti lazimnya dalam ilmu ekonomi regional, tenaga kerja akan cenderung melakukan migrasi dari daerah dengan kesempatan kerja kecil dan upah rendah ke daerah dengan kesempatan kerja besar dan upah tinggi.

Menurut Mantra (2000) dalam Puspitasari Teori Migrasi Todaro ini bertolak dari asumsi bahwa migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomena ekonomi. Keputusan seorang individu untuk melakukan migrasi ke kota merupakan keputusan yang telah dirumuskan secara rasional. Teori Todaro mendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus migrasi itu berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara desa dengan kota.Namun, pendapatan yang dipersoalkan disini bukan pendapatan yang aktual, melainkan pendapatan yang diharapkan (expected income).

Para migran senantiasa mempertimbangkan dan membanding-bandingkan pasar-pasar tenagakerja yang tersedia bagi mereka di sektor pedesaan dan perkotaan, salah satu diantaranya yang sekiranya akan dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan diukur berdasarkan besar kecilnya angka selisih antara pendapatan riil dari pekerjaan di kota dan dari pekerjaan di desa. Angka selisih tersebut juga senantiasa diperhitungkan terhadap besar kecilnya peluang migran yang bersangkutan untuk mendapatkan pekerjaan di kota.


(55)

33

2.1.4.1 Jenis-jenis Migrasi

Mobilitas penduduk dipandang sebagai mobilitas geografis tenaga kerja, yang me-rupakan respon terhadap ketidakseimbangan distribusi keruangan lahan, tenaga kerja, kapital dan sumber daya alam. Ketidak seimbangan lokasi geografis factor produksi tersebut pada gilirannya mempengaruhi arah dan volume migrasi. Pengertian Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ketempat yang lain. Mobilitas penduduk dibagi menjadi 3 macam:

a. Mobilitas horizontal adalah perpindahan penduduk dari satu lapangan hidup ke lapanganhidup yang lain.

b. Mobilitas vertikal adalah perpindahan penduduk dari cara-cara hidup tradisional kecara-carahidup yang lebih moderen.

c. Mobilitas geografis adalah berpindahnya seseorang dari satu tempat ke tempat atau daerah lain.

Migrasi penduduk terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk yang melewati batas suatu negara.

b. Migrasi interen adalah migrasi yang terjadi dalam batas wilayah suatu negara.

Migrasi interen terdiri dari berbagai macam jenis diantaranya:

1. Migrasi sirkuler. Ya itu perpindahan penduduk sementara karena mendekati tempat pekerjaan.

2. Komuter (ngelaju). Yaitu pergi ketempat atau kota lain dipagi hari dan pulang disorehari ataupun malam hari.


(56)

3. Urbanisasi. Yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan maksud untuk mencarinafkah.

4. Transmigrasi.Yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduknya ke pulau yang jarang penduduknya dalam satu negara. (Lee, Everesst S. 1976)

2.1.5 Kejahatan Transnasional

Pengertian kejahatan transnasional merupakan tindak pidana atau kejahatan yang melintasi batas negara. Konsep ini diperkenalkan pertama kali secara internasional pada tahun 1990-an dalam pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membahas pencegahan kejahatan. Pada tahun 1995, PBB mengidentifikasi beberapa jenis kejahatan transnasional yaitu pencucian uang, terorisme, pencurian benda-benda seni dan budaya, pencurian kepemilikan intelektual, perdagangan senjata ilegal, pembajakan pesawat terbang, pembajakan laut, penipuan atas nama asuransi, kejahatan komputer, perusakan lingkungan, perdagangan manusia, perdaganagn organ tubuh manusia, perdagangan narkoba, korupsi dan lain-lain. Meskipun kejahatan-kejahatan transnasional ini telah ada sejak lama, akan tetapi banyak para sarjana yang menyatakan bahwa ancaman yang dibawa oleh aktor-aktor kejahatan transnasional ini adalah ancaman bagi keamanan yang baru.

Menurut Bunbongkarn, kejahatan transnasional adalah bentuk kejahatan yang harus memiliki elemen-elemen sebagai berikut (Partiana,2003:13):

1. Kejahatan transnasional adalah kejahatan yang melewati lintas batas teritorial, baik yang dilakukan oleh individu (penjahat kriminal, buronan,


(57)

35

atau yang sedang melakukan kejahatan, atau korban seperti dalam kasus penyelundupan manusia); atau oleh benda (senjata api, seperti saat teroris memasukkan senjata ke dalam pesawat sebelum lepas landas, uang yang akan digunakan dalam kejahatan cuci uang, benda-benda yang digunakan dalam kejahatan seperti obat-obat terlarang.

2. Adanya pengakuan dari dunia internasional terhadap sebuah bentuk kejahatan. Pada tataran nasional, sebuah tindakan antisosial baru bisa dianggap sebagai tindak kriminal apabila ada aturan hukum tertulis yang mengaturnya; pada tataran internasional, sebuah tindakan bisa dianggap tindak kriminal bila dianggap demikian oleh minimal dua negara. Pengakuan ini bisa berasal dari konvensi internasional, perjanjian ekstradisi atau adanya kesamaan dalam hukum nasionalnya.

Sedangkan menurut pendapat Martin dan Romano dalam bukunya yang berjudul Multinational Crime: Terrorism, Espionage, Drug and Arms Trafficking mengatakan bahwa:

"Kejahatan Transnasional dapat didefinisikan sebagai perilaku organisasi yang sedang berlangsung yang melibatkan dua atau lebih negara, dengan perilaku seperti yang didefinisikan sebagai criminal oleh setidaknya lebih dari satu Negara” (Martin Dan Romano, 2001:30).

Dan juga pendapat yang berbeda menurut Gerhard O.W. Mueller dalam jurnalnya yang berjudul Transnational Crime: Definition and Concepts, pada pertengahan tahun 1990-an, banyak peneliti mendefinisikan “kejahatan transnasional” untuk menyebut,

“…pelanggaran awal, pencegahan, dan / atau efek langsung maupun tidak langsung melibatkan lebih dari satu negara.” Mueller sendiri menggunakan


(58)

istilah kejahatan transnasional untuk mengidentifikasi,“…tertentu fenomena kriminal melampaui batas-batas internasional, melangkahi hukum beberapa negara atau mempunyai dampak pada negara lain” (Mueller,2001:5).

Perdagangan manusia bahkan semakin berkembang dengan semakin majunya sistem telekomunikasi dan transportasi. Modus perdagangan manusia selalu melibatkan warga negara indonesia maupun negara asing dan berdampak terhadap teritorial duanegara atau lebih serta selalu didahului oleh persiapan atau perencanaan yang dilakukan diluar batas teritorial negara tertentu. Selain itu, modus operandi tindak pidana perdagangan manusia telah membagi tiga wilayah operasi, meliputi: negara keberangkatan, Negara transit dan negara tujuan pemasaran.

Pendapat yang dikemukakan M. Cherif Bassiouni, penulis buku International Criminal Law, menyebutkan bahwa kejahatan transnasional adalah suatu tindak pidana internasional yang mengandung tiga unsur yakni unsur internasional, unsur transnasional, dan unsur kebutuhan (necessity):

1. Unsur internasional meliputi unsur ancaman secara langsung terhadap perdamaian dunia, ancaman secara tidak langsung atas perdamaian dan keamanan di dunia, dan menggoyahkan perasaan kemanusiaan.

2. Unsur transnasional meliputi unsur atau tindakan yang memiliki dampak terhadap lebih dari satu negara, tindakan yang melibatkan atau memberikan dampak terhadap warga negara dari lebih satu negara, dan sarana prasarana serta metode-metode yang dipergunakan melampaui batas territorial suatu negara.


(1)

47

untuk menangani masalah perdagangan manusia pada pekerja migran Indonesia di malaysia. Selain itu peneliti juga akan melakukan wawancara dengan staf Kementerian Luar Negeri di Jakarta untuk mengetahui langkah-langkah untuk mendukung upaya dalam menangani masalah perdagangan manusia pada pekerja migran Indonesia di Malaysia.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan, penelusuran data online, dokumentasi, dan wawancara. Hal ini dikarenakan penelitian ini difokuskan pada diplomasi Indonesia dalam bidang keamanan dengan mengolah data-data yang diperoleh dari sumber yang relevan secara mendalam.

3.3.1 Studi Pustaka

Peneliti melakukan pengumpulan data melalui tulisan, artikel yang dikeluarkan oleh migrant care, dan Kementerian Luar Negeri serta menelaah teori, opini, membaca buku atau jurnal yang relevan dengan masalah yang diteliti. Peneliti juga menggunakan layanan internet dengan cara mengakses alamat situs berita online seperti detiknews, okezone, kompas dan situs berita lainnya serta situs resmi migrant care, dan Kementerian Luar Negeri dalam melakukan pengumpulan data terkait penelitian yang akan dilakukan serta situs-situs lain terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu peneliti juga menggunakan metode dokumentasi, yakni mencari data berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya yang dikeluarkan oleh lembaga terkait seperti Migrant Care, dan Kementerian Luar Negeri.


(2)

48

3.3.2 Penelusuran Data Online

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan internet dengan cara mengakses alamat situs Migrant Care, dan Kementerian Luar Negeri serta situs lain yang terkait dengan segala informasi sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.

3.3.3 Metode Dokumentasi,

Peneliti mengumpulkan data berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dokumen, dan sebagainya. Dokumen bisa berbentuk tulisan atau gambar yang diperoleh melalui Migrant Care, dan Kementerian Luar Negeri. dan sumber lain terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

3.3.4 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita, data atau fakta untuk memperoleh keterangan. Pelaksanaannya dapat secara langsung, bertatap muka (face to face) dengan orang yang akan diwawancarai atau bisa secara tidak langsung dengan memanfaatkan akses teknologi melalui telepon, internet dan sebagainya. Dalam hal ini, peneliti mewawancarai narasumber terkait masalah yang akan diteliti. Salah satu narasumber yang terkait yaitu Pihak Migrant Care, di Jakarta untuk mengetahui apa saja yang sudah dilakukan Indonesia dalam menangani masalah perdagangan manusia pada pekerja migran Indonesia di Malaysia. Selain itu peneliti melakukan wawancara dengan staf Kementerian Luar Negeri di Jakarta untuk menjawab pertanyaan penelitian.


(3)

49

3.4 Uji Keabsahan Data

Dalam melakukan uji keabsahan data peneliti menggunakan metode triangulasi data dengan cara melakukan konfirmasi data yang diperoleh ke Migrant Care, dan Kementerian Luar Negeri. dengan melakukan studi lapangan ke lembaga tersebut. Peneliti juga melakukan wawancara dengan staf Migrant Care, Kementerian Luar Negeri, dan perwakilan Negara Malaysia untuk mengkonfirmasi data yang diperoleh.

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menganalisis data dengan menggunakan teknik reduksi data. Artinya, data-data yang diperoleh, baik melalui studi pustaka, penelusuran online dan wawancara dihubungkan dengan teori atau konsep sebagai pijakan peniliti sesuai dengan keperluan penelitan berdasarkan dengan tujuan penelitian. Hal ini bertujuan supaya data yang digunakan berkorelasi dengan perumusan masalah yang telah dibuat. Penyajian Data, peneliti menyajikan data-data yang diperoleh dari hasil meneliti dan wawancara atau dari sumber-sumber internet sesuai dengan kebutuhan. Penarikan kesimpulan, peneliti menarik kesimpulan dari beberapa data yang disajikan baik data primer atau sekunder yang didapatkan dari informan yakni Pihak Migrant Care, dan Kementerian Luar Negeri.


(4)

50

3.6 Rencana Pengumpulan Data

Rencana pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1

Rencana Pengumpulan Data No Data yang dibutuhkan Teknik

pengumpulan data

Sumber

1. Fenomena perdagangan manusia 2011-2015

Studi pustaka 1. buku 2. internet

wawancara 1. staf Migrant Care di Indonesia

2. staf Kementerian Luar Negeri di Jakarta

3. BNP2TKI 2. Perdagangan manusia yang

terjadi pada pekerja migran indonesia di malaysia

Studi pustaka 1. buku 2. internet

wawancara 1. staf Migrant Care di Indonesia

2. staf Kementerian Luar Negeri di Jakarta


(5)

51

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.7.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dan informasi yang bersumber dari berbagai tempat di bawah ini sesuai dengan kebutuhan penelitian, diantaranya:

1. Migrant CARE

Alamat : Jl. Pulo Asem I C No.15 Kel. Jati, Kec. Pulo Gadung, Jakarta Timur Indonesia

No Telp : 021 475 2803

E-mail : migrantcare@nusa.or.id

Website : http://www.humantrafficking.org/ 2. Kementerian Luar Negeri RI

Jl. Pejambon No.6. Jakarta Pusat, 10110 Indonesia No Telp : 021 3441508 atau 021 3813186

E-mail : pwni.bhi[at]kemlu.go.id Website: http://www.kemlu.go.id/ 3. BNP2TKI

Jl. MT Haryono Kav 52, Pancoran, Jakarta Selatan 12770. Telepon Halo TKI: 08001000

Faksimili: (021) 29244810

Telepon dari luar negeri: +6221 29244800 Email: halotki@bnp2tki.go.id


(6)

52

4. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia

Alamat : Jl. Dipati Ukur No 112-114. Bandung. Jawa Barat 40132 Telepon: 022-2504119

Fax : 022-2533754

Website: http://www.unikom.ac.id/ 5. Perpustakaan Universitas Padjajaran

Alamat : Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jawa Barat 45363 Telepon : (022) 84288828

Website : http://www.unpad.ac.id/ 3.6.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu delapan bulan terhitung dari bulan Febuari sampai dengan bulan Agustus 2016.

Tabel 3.2 Waktu Penelitian

NO Kegiatan

Waktu Penelitian

2016

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

1. Pengajuan Judul

2. Pembuatan Usulan

Penelitian

3. Seminar Usulan Penelitian

4. Bimbingan Skripsi

5. Pengumpulan Data

Analisa Data