Sistem Perhitungan SPT Masa PPH 21 Pada JPP Pratama Cianjur

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Sistem perpajakan dalam era pembangunan, umumnya di diskusikan dari dua sudut pandang yang bertentangan satu sama lainnya, yaitu sudut pandangan sumber penerimaan (Fungsi Budgetair) dan sudut pandangan pemberian insentif (Fungsi Mengatur). Fungsi budgetair merupakan pajak yang dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Pemberian insentif tersebut yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berbentuk pengecualian-pengecualian, pembebasan-pembebasan atau insentif bagi pembayar pajak yang mengadakan penanaman baru atau perluasan usaha, merupakan salah satu faktor yang mengurangi besarnya penerimaaan pajak melalui ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Mohammad Zain, 2006:21).

Para pihak yang percaya bahwa terhambatnya investasi dan pertumbuhan ekonomi akibat kurangnya sumber penerimaan, merasa sangat berkepentingan untuk meningkatkan sumber penerimaan yang tersedia (fungsi budgetair) yang diperlukan untuk pembangunan nasional, melalui perluasan subjek dan objek pajak, tarif pajak baru yang tinggi, walaupun diketahui hal ini akan memperburuk dampak pemberian insentif.

Sangatlah sulit untuk mengukur sampai sejauh mana sistem perpajakan sudah mencapai tujuan seperti yang ditetapkan, akan tetapi ada beberapa indikator


(2)

yang perlu mendapatkan perhatian yang merupakan pendorongan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk dilaksanakannya revisi pajak atau reformasi pajak. Reformasi atau revisi pajak pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki dua landasan fundamental dari prinsip utama sistem perpajakan (Mohammad Zain, 2006:24).

Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Namun disisi lain pajak juga merupakan alat kebijakan ekonomi pemerintah dalam rangka mendorong aktivitas masyarakat yang sejalan dengan program pembangunan nasional serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (Soemarso, 2007:2).

Sistem pemotongan dan pemungutan pajak di indonesia adalah official assessment system, semi self assessment system, full self assessment system, with holding tax system. Salah satu sistem pemotongan pajak penghasilan pasal 21 adalah witholding tax system yaitu merupakan sistem perpajakan dimana pihak ketiga baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan dalam negeri diberi kepercayaan oleh peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan. Pihak ketiga tersebut memiliki peran aktif dalam sistem ini. Dengan memberikan kewajiban pemotongan pada pihak lain, maka potensial loss dari pegawai untuk tidak membayar pajak semakin rendah, dikarenakan ada pihak yang memberikan kewajiban pajak atas penghasilannya. Sistem pajak ini


(3)

menekankan kepada pemberian kepercayaan pada pihak ketiga diluar fiskus dan penerima penghasilan untuk memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang diberikan kepada pihak ketiga tersebut kemudian dibayarkan kepada negara melalui penyetoran pajak seperti aktivitas yang dilakukan di self assessment system dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan undang-undang. Sehingga potensial penerimaan pajak dari penghasilan yang diberikan oleh pihak lain berupa gaji dan sejenisnya dapat tergali dengan baik, (Djoko Mujono, 2006:60).

Surat pemberitahuan masa PPh Pasal 21 adalah surat yang digunakan oleh pemotong pajak yang terutang pada setiap bulan takwim. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang menjadi alat kerja sama antara wajib pajak dan administrasi pajak, yang memuat data-data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang (Siti Kurnia Rahayu, 2010:71).

Salah satu jenis pajak penghasilan adalah PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 merupakan pajak terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi yang bekerja pada satu pemberi kerja (pegawai/karyawan) untuk membayarnya. Penghasilan yang dimaksud disini adalah penghasilan yang berupa penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium dan pembayaran lain (Djoko Mujono, 2006:87).

Perhitungan PPh 21 dilakukan oleh bagian keuangan setelah karyawan mengisi data-data yang dibutuhkan untuk menghitung PPh 21. Kemudian karyawan mendapatkan bukti perhitungan dari bagian keuangan. Walaupun


(4)

bagian keuangan dapat melihat data-data karyawan tersebut sesuai dengan data yang ada sebelumnya, tetapi bagian keuangan tidak mengetahui adanya perubahan data-data pada karyawan tersebut yang akan digunakan untuk menghitung PPh 21.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur melakukan variasi penghitungan PPh Pasal 21/26 atas penghasilan yang dibayarkan kepada pegawai tetap. Seperti telah diatur peraturan perpajakan, hasil penghitungan pajak penghasilan dalam SPT Tahunan yang melaporkan adanya lebih bayar potensial untuk dikenakan pemeriksaan pajak. KPP Pratama Cianjur sendiri dalam melakukan Perhitungan SPT Masa PPh menggunakan sistem berbasis web, sistem Perancangan Data Flow Diagram dan Perancangan Flowchart dimana di dalam data Flow Diagram level 1 terdapat 6 proses yaitu manajemen berita, manajemen user, manajemen profile, manajemen perhitungan PPh 21, pendaftaran, dan login. Ada 5 interface yaitu administrator, manajer, keuangan, karyawan, dan pengunjung. Perancangan flowchart untuk perhitungan PPh 21 diawali dengan memulai menghitung penghasilan bruto yang didapat dari penjumlahan gaji pokok, tunjangan PPh, premi asuransi, tunjangan transport, tunjangan makan, honorarium, bonus selama setahun. Kemudian menghitung biaya jabatan dari 5 % gaji pokok selama setahun, apabila hasilnya lebih dari Rp 1.296.000 maka biaya jabatannya hanya sejumlah Rp 1.296.000. kemudian apabila kurang dari itu maka biaya jabatannya hanya 5 % dari gaji pokok setahun. Setelah itu biaya jabatan ditambahkan iuran pensiun selama setahun. Selanjutnya menghitung penghasilan netto yang didapat dari pengurangan penghasilan bruto dikurangi hasil penjumlahan biaya jabatan dan iuran pensiun selama setahun.


(5)

Namun dalam kenyataannya selama ini, saat menginput data masih sering terjadi kesalahan dalam merekam SPT PPh Pasal 21 dikarenakan sistem yang error sehingga berpengaruh ke dalam data yang akan di inputkan. Sistem error tersebut bisa terjadi karena koneksi yang tidak bisa berjalan dengan baik,dan kesalahan dalam memasukkan data, tidak jarang ditemui kekeliruan dalam Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 bisa berpengaruh terhadap hasil laporan perhitungan Pajak penghasilan Pasal 21 itu sendiri.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui gambaran perhitungan dan penyetoran pada SPT Masa PPh 21. Pada KPP Pratama Cianjur, sehingga penulis mengambil judul “Sistem Perhitungan SPT Masa PPh 21 Pada KPP Pratama Cianjur”

1.2 Maksud dan Tujuan kerja praktek

Maksud adanya laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana tata cara menghitung SPT Masa PPh 21 dengan melihat aturan aturan mengikat yang berkaitan dengan pajak penghasilan 21 tersebut.Seperti halnya terangkum dalam pasal.

Tujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem perhitungan pajak penghasilan 21 di KPP Pratama Cianjur apakah telah sesuai dengan aturan yang ditetapkan atau tidak.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem perhitungan pajak penghasilan 21 di KPP Pratama Cianjur.


(6)

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Informasi – informasi yang berhasil dikumpulkan selama kerja praktek ini baik yang diperoleh dari perusahaan maupun literatur, diharapkan akan memberikan manfaat bagi penulis, bagi perusahaan, serta masyarakat secara umum.

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta menjadi informasi yang memadai tentang bagaimana Sistem Perhitungan SPT Masa PPh 21 di KPP Pratama Cianjur.

2. Bagi Perusahaan

Dapat dijadikan masukan dan bahan untuk mengevaluasi bagi pengembangan di KPP Pratama Cianjur.

3. Bagi Pihak Lainnya

Dapat menjadi tambahan referensi dan tambahan informasi bagaimana Sistem Perhitungan PPh 21 di KPP Pratama Cianjur.

1.4 Metode Kerja Praktek

Metode yang digunakan dalam kerja praktek ini menggunakan metode Block Release yaitu dimana penulis melakukan pengamatan secara langsung, mempelajari kegiatan-kegiatan yang ada dan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi yang dibahas oleh penulis.

Adapun teknik dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penyajian laporan ini adalah :


(7)

1. Studi Kepustakaan (library research)

Studi Kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan, baik buku – buku, diktat dan bahan – bahan lain yang ditulis dan disusun oleh beberapa Penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Juga catatan – catatan pribadi yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Studi Lapangan (Field Research) yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu:

a. Pengamatan (Observation)

Penulis melakukan pengamatan secara langsung, mempelajari, dan melakukan pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan – kegiatan mengenai masalah yang akan Penulis bahas.

b. Wawancara (Interview)

Penulis melakukan kegiatan pengumpulan data dengan cara tanya – jawab sepihak dengan para pegawai atau petugas yang bertanggung jawab dengan perusahaan tersebut dan dikerjakan dengan sistematik dengan berlandaskan kepada tujuan penelitian.


(8)

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.5.1 Lokasi Kerja Praktek

Penulis melakukan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur, tepatnya di Jl.Raya Bandung Km.3 Cianjur,Telp.(0263) 280073,267194,281030.

1.5.2 Waktu Kerja Praktek

Adapun Waktu Kerja Praktek dilaksanakan dari tanggal 01 Agustus 2011 sampai dengan 26 Agustus 2011.


(9)

Tabel 1.1


(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur secara geografis dan administratif berada di bawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I yang berkedudukan di Bandung. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur di bentuk berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.276/KMK/.01/1989, tanggal 25 Maret 1989 dengan kriteria Type B, yang pada saat itu bernama Kantor Inpeksi Pajak (KIP) Cianjur.

Dengan perkembangan tugas yang semakin bertambah seiring meningkat dan meluasnnya potensi ekonomi Kabupaten Cianjur maka dalam rangka reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak tahun 1997 maka di bentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur, dimana wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) cianjur adalah meliputi seluruh wilayah administrasi kabupaten daerah tingkat II Cianjur seluas 350.148 ha, yang terdiri dari 24 kecamatan dan 2 kemantren.

Sebelum menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur, wilayah Kabupaten Cianjur termasuk dalam wilayah kerja Kantor Inpeksi Pajak (KIP) Sukabumi sebagai Kantor Dinas Luar (KDL) Tingkat I. pada tahap awal berdirinya, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur menempati gedung Kantor Dinas Luar (KDL) Tingkat I di jalan siliwangi No.71 Cianjur dan menyewa gedung yang terletak di jl.Sililwangi Ir,H.Juanda No.88 Cianjur.


(11)

Gedung yang terletak di jl.Siliwangi No.71 Cianjur di tempati oleh seksi penagihan dan seksi penerimaan/keberatan. Kepala Kantor dan seksi-seksi lainnya menempati gedung di Jl.Ir.H Juanda No.88 Cianjur. Pada tahun 1993 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur mendapat dana untuk pembelian tanah seluas 3850 M2 di Jl. Arief Rahman Hakim No 55 Cianjur. Pada tahun 1996 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) PratamA Cianjur mendapat dana lagi untuk proyek pembangunan gedung, dan sejak tahun itu bangun gedung Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Ciajur berlantai II dengan luas bangunan 1900 M2.

Gedung tersebut selesai di bangun pada bulan Oktober 1997 dan di resmikan oleh Direktur Jenderal Pajak Dr. Fuad Bawazier pada tanggal 24 November 1997. Semenjak itu seluruh kegiatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur dilakukan dalam satu gedung dengan alamat Jl. Arief Rahman Hakim No. 55 Cianjur. Dan pada awal bulan September tahun 2007, Direktur Jenderal Pajak mencetus untuk menggabungkan Kantor Palayanan Pajak (KPP) dengan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan menjadi kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur dan bertempat dalam satu gedung yaitu di Jl. Raya Bandung KM 3 Cianjur.

Hal ini bertujuan agar memudahkan kepada wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya. Setiap perusahaan memiliki visi, misi, dan strategi agar perusahaan tersebut mencapai apa yang diinginkan di masa yang akan datang. Begitu juga dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur sebagai salah satu perusahaan yang terkemuka dalam menyukseskan program pemerintah


(12)

terutama dibidang perpajakan tentu memiliki visi dan misi yang jelas demi kepuasan para wajib pajak.

2.1.1 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur Visi :

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Adapun Misi yang ingin dicapai oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur, yaitu:

a. Fiskal

Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui system administasi perpajakan yang efektif dan efisien.

b. Ekonomi

Mendukung kebijakan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan bijaksana.

c. Politik

Mendukung proses demokratisasi bangsa. d. Kelembagaan

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.


(13)

2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur Struktur organisasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penyelenggaraan kegiatan suatu organisasi atau perusahaan, karena di dalam struktur organisasi terdapat garis pendelegasian wewenang yang seharusnya dilakukan.

Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang didalamnya menggambarkan tugas dan wewenang yang harus dijalankan sesuai dengan posisi dalam suatu organisasi tersebut. Dari struktur organisasi yang ada dapat diketahui kewajiban dan tanggungjawab setiap pegawai sehingga memperjelas mereka dalam melakukan kewajibannya tersebut. Struktur organisasi yang baik akan mempermudah pula kontrol intern bagi perusahaan dan perusahaan akan mampu mengejar saran serta tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien melalui koordinasi kegiatan serta perpaduan sumber daya alam dan potensi individual yang tergabung dalam suatu entitas.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 276/KMK-01/1989. Kep-94/KMK.01/1994 tentang Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Purwakarta merupakan Kantor Pelayanan Pajak Paripurna yang dikepalai oleh seorang Kepala Kantor. Kepala Kantor Pelayanan Pajak dibantu oleh 9 seksi termasuk satu Kantor Penyuluhan Pengamatan dan Potensi Perpajakan di Subang, dengan rincian sebagai berikut : 1. Kepala Kantor

2. Sub. Bagian Umum


(14)

4. Seksi Pengawasan & Konsultasi 5. Seksi Pelayanan

6. Seksi Pemeriksaan 7. Seksi Penagihan

8. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 9. Kelompok Jabatan Fungsional

2.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur

Suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, maka diperlukan uraian tugas yang jelas dan teratur. Uraian tugas adalah yang menjelaskan jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap pegawai/setiap pemegang posisi untuk mencapai tujuan organiasasi, berikut adalah uraian tugas beserta fungsi dan peran masing – masing unit pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur :

1. Kepala Kantor

Adapun tugas Kepala KPP Pratama Cianjur adalah sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak sebagai bahan penyusunan rencana strategi Kantor Wilayah

b. Mengkoordinasikan penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu.

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan tindak lanjut Nota Kesepahaman/Memorandum of Understanding (MOU) sesuai arahan Kepala Kantor Wilayah.


(15)

d. Mengkoordinasikan rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka instensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

e. Mengkoordinasikan pelaksanaan pencarian data yang strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

f. Mengkoordinasikan pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.

g. Mengkoordinasikan pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak.

h. Mengkoordinasikan pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan.

i. Mengkoordinasikan penyusunan monografi perpajakan.

j. Mengkoordinasikan pemantaun pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan PPh dan pembayaran masa PPN/PPnBM serta pembayaran PBB dan BPHTB untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.

Sedangkan tanggung jawab Kepala KPP Pratama Cianjur adalah sebagai berikut:

Kebenaran usul, saran, telaahan, dan pemecahan masalah dibidang perpajakan. Keberhasilan realisasi intensifikasi atau ekstensifikasi perpajakan.

a. Kebenaran penetapan, pengurangan, dan pembebasan besarnya pajak yang terutang.


(16)

b. Usulan perubahan LPP.

c. Kebenaran pembebasan pembayaran pajak. d. Kebenaran besarnya kelebihan pembayaran pajak.

e. Pemaksaan dan penyitaan kekayaan wajib pajak yang mempunyai tunggakan.

f. Kebenaran pemindahan proses penelitian material dan pemaksaan. g. Kebenaran penangguhan pembayaran pajak.

h. Kebenaran penolakan pemberian informasi dan data perpajakan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

i. Kebenaran penelitian salah tulis, salah hitung atas STP dan SKP yang ditetapkan.

j. Penilaian dan penandatanganan DP3 pegawai bawahan. k. Usulan mutasi/promosi kepegawaian.

2. Sub. Bagian Umum

Tugas dan tanggungjawab Bagian Umum KPP Pratama Cianjur terbagi menjadi tiga yaitu:

A. Urusan dan Tata Usaha Kepegawaian Uraian Tugas:

a. Menyelenggarakan pengurusan surat-surat masuk atau berkas dokumen yang diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Menyelenggarakan penyusunan surat keluar agar komunikasi administrasi berjalan dengan lancar.


(17)

c. Menyimpan surat dan dokumen untuk memudahkan penemuan kembali surat atau dokumen yang diperlukan.

d. Membuat konsep rencana kerja subbagian umum.

e. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan kenaikan pangkat pegawai golongan II/d kebawah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. g. Membuat konsep surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala sesuai

ketentuan yang berlaku.

h. Menyiapkan bahan penyusunan konsep usulan calon peserta diklat. Tanggungjawab:

a. Kebenaran usul, saran, dan pendapat mengenai pelaksanaan tugas, kelengkapan bahan penyusunan konsep rencana kerja Subbagian Umum.

b. Kelengkapan bahan-bahan berkaitan dengan masalah kepegawaian. c. Tertatanya arsip kepegawaian dan berkas kepegawaian.

B. Urusan Keuangan Uraian Tugas:

a. Melaksanakan pengelolaan pembayaran gaji/rapel, gaji/kekurangan gaji, dan atau lembur para pegawai.


(18)

c. Membuat konsep Daftar Perencanaan Pembiayaan Kantor Pelayanan Pajak.

d. Menyiapkan surat permintaan pembayaran/SSP sebagai uang persediaan (UP) atau UP tambahan.

e. Menyiapkan SPPR-LS sebagai pembayaran langsung atas tagihan pihak ketiga.

Tanggungjawab:

a. Kebenaran usul, saran, dan pendapat yang diajukan mengenai penerimaan, penyimpanan dan pembayaran gaji/TKPKN.

b. Pengelolaan pembayaran gaji/TKPKN, penandatanganan SSP.

c. Kebenaran pemotongan pembayaran gaji/TKPKN terhadap pegawai di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak.

d. Keamanan penyimpanan DIPA asli. C. Urusan Rumah Tangga

Uraian Tugas:

a. Membuat konsep perencanaan dan pengadaan alat perlengkapan kantor/ATK/formulir sesuai dengan batas kewenangannya berdasarkan rencana anggaran dalam DIPA.

b. Melaksanakan penyimpanan dan pendistribusian alat perlengkapan kantor.

c. Mencatat dan memberi kode klasifikasi lokasi inventaris serta menyelenggarakan pembukuan inventaris kantor.


(19)

e. Meneliti barang-barang inventaris kantor yang rusak dan tidak terpakai lagi serta membuat konsep daftar usulan penghapusan dan pemusnahannya.

Tanggungjawab:

a. Pelaksanaan penyimpanan dan distribusi alat perlengkapan kantor. b. Kelengkapan sarana rapat dan kebutuhan rapat.

c. Kebenaran penyelenggaraan pembukuan inventaris kantor. d. Kebenaran konsep kompilasi laporan inventaris.

e. Kebenaran konsep penghapusan barang inventaris. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Uraian Tugas:

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data serta penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Bumi dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan laporan kinerja.

Tanggungjawab:

a. Penatausahaan data masukan dan data keluaran b. Pengolahan dan perekaman data perpajakan c. Analisis informasi perpajakan

d. Penyajian informasi perpajakan 4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi


(20)

Uraian Tugas:

Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.

Pada Pelaksanaannya wilayah kerja keempat seksi Pengawasan dan Konsultasi dibagi berdasarkan wilayah tempat wajib pajak.

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

Tanggungjawab:

a. Pengawasan terhadap wajib pajak atas kewajiban perpajakannya b. Penelitian dan analisa kepatuhan wajib pajak

c. Penyusunan nota perhitungan

d. Sebagai alat untuk konsultasi perpajakan bagi wajib pajak. 5. Seksi Pelayanan

Adapun tugas Seksi Pelayanan KPP Pratama Cianjur adalah sebagai berikut: a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja Seksi Pelayanan sebagai

bahan penyusunan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak.

b. Mengkoordinasikan penerimaan dan penatausahaan surat-surat permohonan dari wajib pajak dan surat lainnya.


(21)

c. Mengkoordinasikan penyiapan pengambilan formulir SPT Tahunan PPh berikut aplikasi elektronik SPT Tahunan PPh oleh wajib pajak dan penatausahaan SPT Tahunan yang telah diterima kembali serta penyediaan SPOP dan SSB dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.

d. Membimbing bawahan pada Seksi Pelayanan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi pegawai.

e. Mengkoordinasiakan penyusunan laporan berkala Seksi Pelayanan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

Sedangkan tanggungjawab Seksi Pelayanan KPP Pratama Cianjur adalah sebagai berikut:

a. Kebenaran usul, saran dan pendapat mengenai pelaksanaan tugas. b. Kebenaran bukti pendaftaran wajib pajak.

c. Kebenaran surat pemberitahuan pernyataan pindah.

d. Kelengkapan berkas permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak.

e. Kebenaran daftar nominatif pengiriman formulir SPT Tahunan PPh. f. Kebenaran surat permintaan kelengkapan SPT PPh kepada wajib pajak. 6. Seksi Pemeriksaan

Uraian Tugas:

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak, serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.


(22)

a. Penatausahaan pemeriksaan rutin b. Pengusulan pemeriksaan rutin c. Penerbitan SP3

d. Pemeriksaan lapangan e. Perekaman nota hitung 7. Seksi Penagihan

Uraian Tugas:

Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan pitang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

Tanggungjawab:

a. Penatausahaan piutang perpajakan

b. Penagihan piutang perpajakan dan Bea Perolehan atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)

c. Pembuatan usul penghapusan piutang perpajakan dan Bea Perolehan atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB)

8. Seksi Ekstentifikasi Perpajakan Uraian Tugas:

Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi. Tanggungjawab:

a. Penetapan perpajakan sektor pedesaan dan perkotaan


(23)

c. Intensifikasi dan ekstentifikasi penetapan perpajakan

d. Penetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan 9. Kelompok Jabatan Fungsional

Uraian Tugas:

Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya yang dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk Kepala Kantor Wilayah DJP Jabar I atau Kepala KPP Pratama Cianjur. Jumlah jabatan fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.

Tanggungjawab:

a. Kebenaran usul, saran, dan pendapat mengenai pelaksanaan tugas b. Kebenaran bukti pendaftaran wajib pajak

c. Kebenaran surat permintaan kelengkapan SPT PPh wajib pajak

d. Kelengkapan berkas permohonan pendaftaran dan perubahan data wajib pajak

e. Kebenaran daftar nominatif pengiriman SPT Tahunan PPh

2.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur mempunyai kegiatan melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan


(24)

Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam daerah wewnangnya berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur mempunyai fungsi pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi wajib pajak, mengamankan, menggali dan mengelola Negara dari sektor Pajak.

Dalam melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud diatas, KPP Pratama menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensial perpajakan dan ekstensifikasi wajib pajak.

b. Penelitian dan pentausahaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) dan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) Wajib Pajak.

c. Pengawasan, pembayaran masa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan, penataushaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).


(25)

e. Memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak berupa pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan Wajib Pajak.

f. Mengeluarkan atau menertibkan surat-surat yang berhubungan dengan perpajakan antara lain :

a. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. b. Surat Ketetapan Pajak (SKP).

c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).

g. Melakukan penyuluhan terhadap Wajib Pajak dengan tujuan meningkatkan kepatuhan dan pengetahuan perpajakan Wajib Pajak.

h. Melakukan tindakan penagihan terhadap tunggakan-tunggakan Wajib Pajak dengan tahapan : Surat Teguran, Surat Perintah Melakukan Penyitaan dan Pelelangan, dan Surat Paksa.

i. Melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak yang dapat berupa pemeriksaan sederhana lapangan dan pemeriksaan sederhan kantor.

Adapun jenis-jenis pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur meliputi:

1. e-register

Merupakan sistem pendaftaran wajib pajak secara online atau biasa disebut e-registration adalah sistem aplikasi sebagai bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan berbasis


(26)

perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran wajib pajak.

2. e-filling

e-filling adalah suatu cara penyampaian surat pemberitahuan yang dilakukan melalui system online dan real time pada satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. 3. e-SPT

Surat pemberitahuan elektronik atau biasa disebut e-SPT adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh wajib pajak untuk kemudahan dalam menyampaikan SPT.

4. Surat Keterangan Fiskal

Surat keterangan fiskal adalah suatu jenis pelayanan pajak yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang menyediakan surat keterangan fiskal. 5. Konsultasi Perpajakan

Konsultasi perpajakan adalah suatu jenis pelayanan untuk berkonsultasi mengenai perpajakan. Wajib pajak dapat berkonsultasi dengan pegawai pajak mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan.


(27)

BAB III

PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Penulis melaksanakan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur, penulis ditempatkan pada Bidang Pelayanan. Dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan bidang pelayanan sehari-hari.

3.1.1 Pengertian Sistem

Sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.

Definisi sistem menurut Romney dan Steinbart (2006:4), yaitu:

“sistem adalah kumpulan dua atau lebih komponen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu”.

Sedangkan pengertian sistem menurut Andri Kristanto (2008:1), yaitu: “sistem merupakan kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan bekerja sama untuk memproses masukan (input) yang ditujukan kepada sistem tersebut dan mengubah masukkan tersebut sampai menghasilkan keluaran (output) yang di inginkan”

Secara umum,suatu sistem mempunyai tiga elemen atau komponen dasar,yaitu:


(28)

1) Input, yaitu elemen-elemen yang masuk ke dalam suatu sistem untuk kemudian diolah.

2) Processing, yaitu tahapan berupa elemen masukan (input) menjadi elemen keluaran (output).

3) Output, yaitu elemen-elemen yang keluar dari suatu sistem yang telah melalui tahapan processing.

Berdasarkan kedua definisi sistem dapat diartikan Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya.

3.1.2 Pengertian SPT Masa PPh Pasal 21

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Tony Marsyahrul, 2006:46).

Perhitungan SPT menurut peraturan dirjen pajak nomor 15/PJ/2006, tanggal 23 februari 2006 adalah perhitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan pph yang terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT masa PPh.

3.1.2.1 Fungsi SPT bagi Wajib Pajak

Adapun fungsi SPT dapat dilihat dari wajib pajak, pengusaha kena pajak atau pemotong atau pemungut pajak sbb: menurut Waluyo (2007:34)


(29)

a. sarana melapor dan mempertanggungjawabkan penghitungan pajak yang sebenarnya terutang

b. melapor pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

c. melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dari satu masa pajak, sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Fungsi SPT bagi pengusaha kena pajak

a. Sarana melapor dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya terutang.

b. Melaporkan pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran

c. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan dengan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. 3. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak

Fungsi ini adalah sarana melapor dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetor.

3.1.2.2 Pengisian dan Penyampaian SPT

Wajib pajak harus mengambil sendiri formulir SPT pada kantor pelayanan pajak setempat (dengan menunjukan NPWP) dan mengisi formulir SPT dengan benar, jelas, dan lengkap serta menandatangani sesuai dengan petunjuk yang


(30)

diberikan. Pengisian formulir SPT yang tidak benar yang mengakibatkan pajak yang terutang kurang dibayar, akan dikenakan sanksi perpajakan .

SPT yang telah diisi diserahkan kembali ke kantor pelayanan pajak yang bersangkutan dalam batas waktu yang ditetapkan, dan meminta bukti penerimaan SPT. Apabila SPT dikirim melalui PT Pos Indonesia (POSINDO) harus dilakukan secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan.

Khusus lampiran SPT masa pajak pertambahan nilai dapat disampaikan melalui media elektronik yaitu sebagai sarana penyimpanan dana yang digunakan untuk memindahkan data dari suatu computer ke computer lainnya secara elektronik, antara lain disket dan catridge. Oleh karena itu, pengusaha kena pajak administrasi pembukuannya dilakukan dengan computer dalam suatu system basis data (data base system). Dalam pengiriman tersebut struktur datanya (urutan,atribut, dan panjang elemen data yang tersusun dalam satu kesatuan yang baku) ditentukan oleh direktur jenderal pajak.

Dokumen lain yang disyaratkan sebagai kelengkapan SPT masa pajak pertambahan nilai tetap disampaikan menggunakan formulir yang telah ditentukan. Kewajiban menyampaikan SPT masa pajak pertambahan nilai sebagaimana diatur dalam pasal 4 undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Sedangkan bagi wajib pajak yang akan menyampaikan lampiran SPT masa pajak pertambahan nilai dengan media elektronik, wajib mengajukan permohonan tertulis yang dilampiri surat pernyataan system administrasi pembukuan dengan komputer (Dadi,2006:34).


(31)

3.1.2.3 Pembetulan SPT

Apabila dalam pengisian SPT Ternyata terdapat kesalahan, maka wajib pajak atas kemauan sendiri dapat membetulkan sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak, dengan syarat:

1. Direktur jenderal pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Pembetulan spt tersebut berakibat utang pajak menjadi lebih besar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% sebulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran karena pembetulan spt.

2. Telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan. Selanjutnya, wajib pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar dua kali jumlah pajak yang kurang dibayar.

Sekalipun jangka waktu pembetulan SPT telah berakhir, dengan syarat direktur jenderal pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak, wajib pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkannya dalam suatu laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT atau pengungkapan wajib pajak berakibat:


(32)

1. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau 2. Rugi berdasrkan kententuan perpajakan menjadi lebih kecil atau 3. Jumlah harta menjadi lebih besar atau

4. Jumlah modal menjadi lebih besar

Pajak kurang dibayar yang timbul sebagai akibat pengungkapan ketidakbenaran pengisian spt tersebut, beserta sanksi administrasi berupa kenaikan 50% dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi sebelum laporan disampaikan (Lilis Setiawati, 2006:8).

3.1.2.4 Jenis-jenis SPT

1. Memperhatikan saat pelaporannya SPT dibedakan menjadi dua:

a) SPT-Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat

b) SPT-Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.

2. Batas waktu penyampaian SPT

Sesuai pasal 3 ayat (3) UU no 16 tahun 2000 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan, batas waktu penyampaian spt diatur;

a. Untuk SPT masa, paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak. b. Untuk SPT tahunan, paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun


(33)

Perpanjangan batas waktu penyampaian SPT tahunan. Sekalipun batas waktu penyampaian SPT diatas telah ditetapkan, tetapi wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT tahunan dengan mengajukan surat permohonan perpanjangan batas waktu penyampaian SPT tahunan kepada direktur jenderal pajak dengan disertai:

1. Alasan-alasan penundaan penyampaian SPT tahunan

2. Surat pernyataan perhitungan sementara pajak yang terutang dalam satu tahun pajak.

3. Bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut perhitungan sementara tersebut.

Apabila permohonan wajib pajak tersebut disetujui untuk paling lama 6 bulan dan ternyata penghitungan sementara pajak selama 1 tahun yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang, atas keurangan pembayaran tersebut dikenakan bunga sebesar 2% sebulan yang dihitung dari batas waktu selambat-lambatnya kewajiban menyampaikan SPT tahunan sempai dengan tanggal pembayaran (Mardiasmo, 2007:56).

3.1.2.5 Sanksi administrasi dan sanksi pidana sehubungan dengan SPT Kepada wajib pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi atau sanksi pidana.


(34)

1. Waijb pajak yang terlambat menyampaikan SPT dikenakan sanksi administrasi berupa denda untuk SPT masa sebesar Rp. 50.000,00 dan untuk SPT Tahunan sebesar Rp. 100.000,00.

2. Pasal 38 UU no 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan menyatakan bahwa, apabila wajib pajak tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar karena kealpaan wajib pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu0 tahun dan atau denda setinggi-tingginya 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

3. Pasal 39 uu nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tetntang ketentuan umum dan tatacara perpajakan menyatakan apabila dengan sengaja wajib pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar, atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda setinggi-tingginya 4 kaliu jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar (Suwarjono, 2008:78).

3.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21


(35)

“PPh Pasal 21 adalah pajak yang terutang sehubungan dengan pekerjaan,jasa,dan kegiatan yang wajib dipotong dan disetorkan oleh pemberi kerja. Jadi PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa upah,gaji,honorarium,tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,jasa ddan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri”. PPh Pasal 21 adalah pembayaran pajak dimuka bagi pegawai/WP orang Pribadi yang dipotong pajaknya. Bagi WP orang Pribadi selaku pegawai,pemotongan PPh Pasal 21 oleh pemberi kerja (yang tidak bersifat final) tersebut akan diperhitungkan dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

Sedangkan PPh Pasal 21 yang bersifat final tetap harus dilaporkan pada SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

3.1.3.1 Dasar Hukum PPh Pasal 21

- Pasal 21 UU No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.17 Tahun 2000,diubah kembali dengan UU No.36 Tahun 2008. - Keputusan Dirjen Pajak No. Kep-545/2000 sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Dirjen Pajak No.15/PJ/2006 dan dirubah kembali dengan keputusan terakhir PER-31/PJ/2009 yang berlaku tanggal 1 Januari 2009.

3.1.3.2 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Orang atau badan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan kewajiban pemotongan PPh Pasal 21, adalah:


(36)

1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi maupun badan,pusat maupun cabang,perwakilan maupun unit,termasuk badan atau organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai pemotong.

2. Bendaharawan pemerintah,baik pusat atau daerah,instansi atau lembaga,termasuk kedutaan RI di Luar Negeri.

3. Dana Pensiun,Jamsostek,dan badan lain yang membayarkan uang pensiun,THT,JHT.

4. Perusahaan,badan dan BUT yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan/jasa.

5. Yayasan,lembaga,kepanitiaan,asosiasi,perkumpulan,organisasi massa,orsospol,sebagai pembayar gaji.

6. Perusahaan,badan dan BUT yang membayar honorarium kepada peserta pendidikan,pelatihan dan pemagangan.

7. Penyelenggara kegiatan yang membayar honorarium,hadiah atau penghargaan.

3.1.4 Subjek yang Dikenakan Pemungutan/Pemotongan

Yang dikenakan pemungutan atau pemotongan adalah wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap yang memperoleh penghasilan yang berasal dai modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21.


(37)

Tarif Pemotongan PPh Pasal 21

1. Tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak s/d Rp 25 Juta di atas Rp 25 Juta 5% s/d Rp 50 Juta di atas Rp 50 Juta 10% s/d Rp 100 Juta di atas Rp 100 Juta 15% s/d Rp 200 juta di atas Rp 200 Juta 25%

2. Tarif berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : 15/PJ/2006 tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-545/PJ./2000 sebesar:

a) 15% berdasarkan Pasal 12 diterapkan atas perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan atau terutang kepada tenaga ahli.Perkiraan penghasilan netonyya berdasarkan pasal 9 ayat (8) ditentukan 50% sehingga tarif efektifnya adalah 7,5% dari jumlah bruto yang dibayarkan atau yang terutang oleh pemberi penghasilan.

b) 5% berdasarkan pasal 13 diterapkan atas upah harian,upah mingguan,upah satuan,upah borongan,dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp 110.000,- sehari tetapi tidak melebihi Rp 110.000,- dalam satu bulan takwim dan/atau tidak dibayarkan secara bulanan


(38)

c) 15% bersifat final diterapkan atas penghasilan yang dibayarkan berupa Honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh Pejabat Negara,PNS,anggota TNI/POLRI yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah,kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah.

d) 20% bersifat final berdasarkan Pasal 16 diterapkan terhadap penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh sebagai imbalan atas pekerjaan jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status WP luar negeri, dengan memperhatikan ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku antara Republik Indonesia dengan negara domisili Wajib Pajak Luar negeri tersebut

3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 149 Tahun 2000

Uang pesangon,Uang Tebusan Pensiun,dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dibayar sekaligus dan dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat final dengan tarif:

a. 5% dari jumlah bruto apabila penghasilan bruto diatas Rp 25 juta s.d Rp 50 juta.

b. 10% dari jumlah bruto apabila penghasilan bruto di atas Rp 50 juta s.d Rp 100 juta.


(39)

c. 15% dari jumlah bruto apabila penghasilan bruto di atas Rp 100 juta s.d Rp 200 juta.

d. 25% dari jumlah bruto apabila penghasilan di atas Rp 200 juta Dalam hal penghasilan bruto jumlahnya Rp 25.000.000,00 atau kurang,dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 21.

Dikecualikan sebagai pemotong penghasilan:

1. Badan perwakilan Negara Asing

2. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK 574/KMK.04/2000), yaitu organisasi dibawah PBB.

3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

3.1.5 Objek PPh Pasal 21

Objek pemotongan PPh Pasal 21 adalah Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.

a. Penghasilan Teratur,Penghasilan yang diterima oleh: 1. Pegawai tetap atau penerima pensiun secara berkala


(40)

Misalnya: gaji,uang pensiun bulanan,tunjangan dalam bentuk uang,uang lembur,honorarium,beasiswa,premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan sebagainya.

b. Penghasilan tidak teratur yang diterima pegawai tetap,penerima

pensiun,atau mantan pegawai. Berupa jasa

produksi,tantiem,gratifikasi,tunjangan cuti tahunan,THR,Bonus,Premi Tahunan dan penghasilan lain yang sejenis yang biasanya dibayarkan sekali setahun.

c. Upah yang diterima pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berupa upah harian,upah mingguan,upah borongan dan upah satuan.

d. Uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan,pelatihan,atau pemagang yang merupakan calon pegawai. e. Penghasilan sehubungan dengan berhenti kerja

f. Penghasilan tidak teratur lainnya.

3.1.5.1 Obyek PPh Pasal 21 Yang Dikecualikan

1. Bayaran asuransi (klaim asuransi) dari perusahaan asuransi berupa asuransi kesehatan,kecelakaan,jiwa,dwiguna,dan beasiswa.

2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan oleh WP atau Pemerintah

3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada Dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan.


(41)

4. Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar pemberi kerja.

5. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

3.1.5.2 Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap, pemagang dan calon pegawai serta distributor MLM/direct elling dan kegiatan sejenis, dikenakan tarif Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung berdasarkan sebagai berikut:

- Pegawai Tetap.

Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 1.296.000,- setahun atau Rp 108.000,- sebulan); dikurangi iuran pensiun. Iuran jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

- Penerima Pensiun Bulanan. Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 432.000,- setahun atau Rp 36.000,- sebulan); dikurangi PTKP. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai: Penghasilan bruto dikurangi PTKP.

- Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai : Penghasilan bruto dikurangi PTKP yang diterima atau diperoleh untuk jumlah yang disetahunkan.


(42)

2. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan; mantan pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana pension, dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh dikalikan dengan penghasilan bruto.

3. Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan tarif PPh 15% dari perkiraan penghasilan neto

4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai, serta pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang besarnya melebihi Rp.110.000 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp. 1.100.000,- dan atau tidak di bayarkan secara bulanan, maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp. 110.000. Bila dalam satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp.1.100.000,- sebulan, maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi 360.

5. Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus dikenakan tarif PPh final sebagai berikut:


(43)

- 5% dari penghasilan bruto diatas Rp 25.000.000 s.d. Rp. 50.000.000.

- 10% dari penghasilan bruto diatas Rp. 50.000.000 s.d. Rp. 100.000.000.

- 15% dari penghasilan bruto diatas Rp. 100.000.000 s.d.Rp. 200.000.000.

- 25% dari penghasilan bruto diatas Rp. 200.000.000. Penghasilan bruto sampai dengan Rp.25.000.000,- dikecualikan dari pemotongan pajak.

6. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI yang menerima honorarium dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong PPh Ps. 21 dengan tarif 15% dari penghasilan bruto dan bersifat final, kecuali yang dibayarkan kepada PNS Gol. lId kebawah, anggota TNI/POLRI Peltu kebawah/ Ajun Insp./Tingkat I ke bawah.

7. PTKP adalah penghasilan tidak kena pajak

3.1.5.3 Formula Menghitung PPh Pasal 21

Berikut ini rumus/formula yang digunakan untuk menghitung PPh 21 pada pegawai tetap yang menjadi contoh dalam pembuatan aplikasi ini.

Keterangan :

PB = penghasilan bruto, total semua penghasilan yang diterima. BJ = biaya jabatan, 5% dari penghasilan tetapi maksimal Rp. 108 ribu

per bulan.


(44)

Tarif Pasal 17 = tarif progresif berdasarkan Pasal 7 UU PPh 1984

Penghasilan Teratur yang diterima oleh Pegawai Tetap (Direktorat Jenderal Pajak, 2008).

(PB–(BJ+IP)–PTKP)xTarif Pasal 17 ………(2.1)

Contoh perhitungan PPh 21 pegawai tetap:

Seorang karyawan Bernama Budi, NPWP nya 04.432.654.8.025.00. mempunyai alamat di jalan kaliurang km 20 no 17. Berikut data-data yang dibutuhkan untuk menghitung PPh nya.

Jabatan Bagian Pemasaran Status dan Tanggungan Kawin/2 Anak

Gaji Pokok Rp 5.000.000/bulan

Tunjangan Transport Rp 1.000.000/bulan

Tunjangan Makan Rp 750.000/bulan

Honorarium Rp 15.000.000 setahun

Bonus Rp 20.000.000 setahun

Iuran Pensiun Rp 250.000/bulan

Perhitungan PPh nya sebagai berikut :

- Hitung Gaji Pokok selama setahun = 12 x 5.000.000 = Rp 60.000.000 - Tunjangan-tunjangan PPh


(45)

- Tunjangan lain

Tunjangan transport selama setahun = 12 x 1.000.000 = Rp 12.000.000 - Honorarium = Rp 15.000.000

Jumlah semuanya = 60.000.000 + 9.000.000 + 12.000.000 + 15.000.000 = Rp 96.000.000

- Bonus = Rp 20.000.000 setahun

Jumlah Penghasilan Bruto = 96.000.000 + 20.000.000 = Rp 116.000.000

Selanjutnya hasil di atas dikurangi data-data berikut :

- Biaya Jabatan = 5% x 60.000.000 = 3.000.000 karena biaya jabatan maksimum 1.296.000 setahun,maka diambil nilainya yang Rp 1.296.000 - Iuran Pensiun Setahun = 12 x 250.000 = Rp 3.000.000 Sehingga didapat

jumlah penghasilan Netto : penghasilan bruto – biaya jabatan – iuran pensiun = 116.000.000 – 1.296.000 – 3.000.000 = Rp 111.704.000

Menghitung PTKP Selama Setahun

WP Sendiri Rp 13.200.000

Tambahan WP Kawin Rp 1.200.000

Tambahan 2 Anak 2 x 1.200.000 = 2.400.000

Total PTKP Rp 16.800.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP) : Penghasilan netto – PTKP


(46)

Terakhir Menghitung PPh 21 terutang sesuai tarif pada Pasal 17 dari PKP yang didapat. Karena hasil PKP Rp 94. 904.000 maka perhitungan tarif dihitung sampai 15%.

5% x 25.000.000 = Rp 1.250.000

10% x 25.000.000 = Rp 2.500.000

15% x 44.904.000 = Rp 6.735.600

Sehingga PPh 21yang didapatkan Pak Budi selama dia bekerja setahun yaitu:

1.250.000 + 2.500.000 + 6.735.000 = Rp 10.485.600

3.1.6 Kewajiban Administrasi PPh 21 Setiap Bulan

1. Setiap Akhir Bulan Buatlah Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atas setiap transaksi.

2. Bukti Pemotongan Dibuat 3 rangkap (Rekanan, KPP, Arsip Bendahara) 3. Lakukan Rekapitulasi pada Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/26. 4. Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 21/26.

5. Isi Surat Setoran Pajak sesuai Jumlah PPh Pasal 21 pada SPT Masa 6. NPWP diisi dan dittd

7. Kode Akun Pajak : 411124 Kode Jenis Setoran : 100 8. Bayar Ke Bank atau Kantor Pos

9. Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya

10.Sampaikan SPT Secara Lengkap + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak

11.SPT Lengkap Terdiri dari : SPT Induk. Daftar Bukti Potong, dan Bukti Potong.


(47)

13.Bendahara Tidak Perlu Melaporkan SPT apabila NIHIL

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Seksi Pengolahan Data Informasi memiliki tugas membantu Kepala Kantor dalam penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas, pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi serta pengolahan SPT. Secara rinci, tugas Seksi Pengolahan Data Informasi adalah sebagai berikut:

1. Melakukan kegiatan /atau perekaman SPT di KPP sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

2. Menyusun Laporan Bulanan Kemajuan Inventarisasi SPT yang Belum Direkam.

Selama pelaksanaan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur dari tanggal 01 Agustus 2011 sampai dengan 26 Agustus 2011, penulis melakukan beberapa kegiatan untuk membantu petugas Pelaksana Seksi Pelayanan antara lain:

1. Mendapatkan penjelasan umum tentang kepegawaian dan struktur organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur. Informasi dan penjelasan singkat mengenai sejarah perusahaan. Informasi dan penjelasan tersebut diperoleh dari bidang atau bagian umum.

2. Perkenalan dengan staf dan karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur.


(48)

4. Setelah diperkenalkan di bimbing serta mendapatkan penjelasan bagaimana prosedur penginputan pengisian SPT dari awal dibuat hingga selesai.

5. Dipelajari apa yang sudah dijelaskan sebelum praktek dimulai.

6. Apabila sudah memahami apa yang telah dijelaskan oleh Staf Pelayanan Selanjutnya Memulai menginput data.

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Sistem Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 di KPP Cianjur 3.3.1.1 Sistem SPT Masa PPh 21

Merekam SPT masa menggunakan system yang berasal dari direktorat jenderal pajak yang berbasis pemrograman data, dimana system yang digunakan berbasis teknologi dengan tahapan sebagai berikut:

1. Login user

2. Masukan NIP dan password

3. Pilih pph kemudian pilih masa spt tahunan PPh 21 4. Kemudian ketik tahun pajak, pembetulan

5. Kemudian masukan NPWP XX.XXX.XXX.X – XXX.XXX

a. 2 digit pertama menunjukkan jenis WP. Untuk WP Badan 2 digit pertama adalah 01 - 03 sedangkan untuk WP OP 04 dst.

b. 3 digit setelah tanda strip adalah kode KPP. Untuk KPP Pratama Soreang kodenya adalah – 445


(49)

c. 3 digit terakhir setelah kode KPP adalah kode cabang perusahaan atau istri untuk WP perorangan misalnya -445.001

6. Kemudian ketik nama dan alamat wajib pajak kemudian klik pilih, setelah itu bakal muncul SPT berhasil disimpan kemudian klik OK

7. Merekam isi SPT berikut lampirannya.(lihat lampiran) 8. Jika SPT balance maka klik ok

Kemudian ketik nama dan alamat wajib pajak kemudian klik pilih, setelah itu bakal muncul SPT berhasil disimpan kemudian klik OK

- Merekam isi SPT berikut lampirannya.(lihat lampiran) - Jika SPT balance maka klik ok

Sejauh Mana Sistem Itu Telah Berjalan Saat Ini

Berdasarkan penghitungan yang telah ditetapkan serta sistem yang harus diikuti maka disimpulkan bahwa sejauh ini sistem penghitungan pajak penghasilan di KPP Cianjur adalah:

1. Sistem perhitungan serta penginputan data sampai saat ini sudah berjalan dengan baik dan mudah dimengerti bagi wajib wajib maupun para pekerja. 2. Sistem perhitungan tersebut tidak ada masalah yang begitu besar, apabila

ada masalah apabila masalah itu timbul dari kesalahan menginputkan data serta computer eror.

3. Sistem perhitungan serta penginputan data tidak ada yang rumit, kecuali apabila kita salah menginputkan data atau tidak sesuai dengan yang sudah ditetapkan maka dalam pengerjaannya pun akan mengalami kesulitan,


(50)

harus dibutuhkan kejelian dalam menginputkan data jangan sampai ada yang salah.

3.3.2 Pelaksanaan Perhitungan PPh Pasal 21 di KPP Cianjur

Cara perhitungannya sebenarnya sederhana saja, jauh lebih mudah dibandingkan Perhitungan PPh Pasal 23. Sebelum ke cara dan contoh perhitungannya, serta prosedur pencatatan dan pelaporannya, ada beberapa jargon (istilah) yang perlu dipahami pengertiannya, yaitu :

BUT = Acronym dari Badan Usaha Tetap = Representative Office = Perwakilan perusahaan asing yang berkedudukan di Indonesia.

Jumlah Bruto/Penghasilan Bruto/Nilai Bruto = Total nilai transaksi persewaan = Penghasilan yang diterima atas persewaan sebelum memperhitungkan adanya perkiraan cost/expense yang timbul guna memperoleh penghasilan tersebut.

Jumlah Neto/Penghasilan Neto/Nilai Neto = Total Nulai transaksi persewaan [dikurangi] perkiraan cost/expense yang timbul guna memperoleh penghasilan persewaan tersebut.

DPP = Dasar Pengenaan Pajak = Nilai Neto/Penghasilan Neto = Penghasilan setelah dikurangi perkiraan expense/cost.

Pemotong = Pihak yang melakukan pemotongan atas obyek PPh Pasal 21 Terpotong = Pihak penerima penghasilan atas obyek PPh Pasal 21


(51)

Berdasarkan pemantauan dan praktek yang dilakukan penulis di Pelayanan sejauh ini perhitungan pajak penghasilan sudah membeikan kontribusi kepada Negara dengan perhitungan sbb:

Rumus-rumus Perhitungan PPh 21:

Penghasilan Teratur yang diterima Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun Secara Berkala

Dasar untuk menghitung PPh pasal 21 adalah Penghasilan Bruto Sebulan:

a. Gaji dibayarkan bulanan,maka penghasilan bruto sebulan adalah penghasilan yang diterima bulan tersebut.

b. Gaji dibayarkan Mingguan, maka penghasilan bruto sebulan adalah penghasilan bruto seminggu x 4

c. Gaji dibayarkan harian,maka penghasilan bruto sebulan adalah penghasilan bruto sehari x 26.

Penghasilan Netto Setahun

a. Untuk pegawai yang sudah bekerja sejak awal tahun, Penghasilan Netto Setahun adalah Penghasilan Neto sebulan x 12

b. Untuk pegawai expatriate, Penghasilan neto setahun adalah Penghasilan Neto Sebulan x 12

c. Untuk pegawai yang baru mulai bekerja dipertengahan bagian tahun takwim,Penghasilan neto setahun adalah Penghasilan Neto sebulan x banyaknya bulan dari mulai bekerja sampai dengan bulan Desember.


(52)

Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

a. Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan,menagih,dan memelihara penghasilan

Besarnya 5% dari Penghasilan Bruto,dengan batas maksimum diperkenankan Rp.500.000 sebulan atau Rp. 6.000.000 per 12 bulan. b. Biaya Pensiun adalah biaya untuk mendaptkan,menagih dan memelihara

uang pensiun sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, dengan batas maksimum diperkenankan Rp.200.000 sebulan atau Rp. 2.400.000 per 12 bulan.

Besarnya PTKP setahun menurut pasal 7 uu PPh Tahun 2008 yang berlaku sejak Tahun Pajak 2009 adalah sebagai berikut:

a) Untuk diri pegawai sendiri sebesar Rp.15.840.000 b) Tambahan untuk status kawin Rp. 1.320.000

c) Tambahan untuk masing-masing tanggungan Rp 1.320.000 maksimum 3 orang.

Dasar untuk menghitung PPh Pasal 21 atas kelompok upah adalah upah bruto sehari yang dihitung sebagai berikut:

a) Upah harian,maka upah bruto sehari adalah upah yang diterima hari tersebut

b) Upah mingguan,maka upah bruto sehari adalah upah seminggu dibagi 6


(53)

Tarif PPh Pasal 21-nya sebagai berikut Jika jumlah upah sebulan tidak

melebihi Rp 1.320.000 PPh Pasal 21 Sehari

5% x (Upah Bruto Sehari – 150.000)

Jika jumlah upah sebulan lebih dari Rp 1.320.000 PPh Pasal 21 sehari

5% x (Upah Bruto Sehari =PTKP Setahum/360)

PPh Pasal 21 Seminggu PPh Pasal 21 Sehari x 6

PPh Pasal 21 Final -

Penghasilan Berkaitan Dengan Berhenti Kerja Penghasilan Bruto sampai dengan

Rp 25.000.000 dikecualikan dari pemotongan pajak

-

Di atas Rp 25.000.000 s.d Rp 50.000.000

Dikenakan tarif 5%

Diatas Rp 50.000.000 s.d Rp 100.000.000

Dikenakan tarif 10%

Diatas Rp 100.000.000 s.d Rp 200.000.000

Dikenakan tarif 15%

Di atas Rp 200.000.000 Dikenakan Tarif 25% Penerapan PPh pasal 21 nya

dilakukan secara progresif dan -


(54)

bersifat final.

2. Penghasilan Bruto terhadap Honorarium dan imbalan lain yang diterima Pejabat Negara,PNS (kecuali pegawai golongan II d ke bawah)

Tarif 15% dari Penghasilan Bruto

3. Penghasilan Tidak Teratur Lainnya

a) Atas tenaga ahli

PPh Pasal 21 Terutang = 15% x 50% x Jumlah Bruto b) Atas Distributor MLM

PPh Pasal 21 Terutang = Tarif Pasal 17 x (Penghasilan Sebulan-PTKP Sebulan).

c) Honorarium, uang saku,penghargaan,komisi,beasiswa,honorarium anggota dewan komisaris,jasa produksi,tantiem,gratifikasi,bonus yang diterima atau diperoleh mantan pegawai selama satu tahun takwim,penarikan dana pada dana pensiun.

PPh Pasal 21 Terutang= tarif pasal 17 x Penghasilan Bruto

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perhitungan dari PPh pasal 21 menguntungkan, menguntungkan bagi wajib pajak serta menguntungkan terhadap penerimaan pajak disuatu KPP tersebut, selain perhitungan yang mudah prosedur terhadap perhitungannya pun mudah dan dimengerti oleh wajib pajak.


(55)

Hal diatas adalah salah satu bentuk contoh penghitungan pajak di KPP Cianjur,sejauh ini berdasarkan penghitungan yang dilakukan telah sesuai prosedur dan ketentuan yang telah ada pendapatan pajak di KPP tersebut didominasi oleh sector industry.

3.3.3 Kewajiban Pemotong Pajak PPh 21

Hak dan kewajiban pemotong pajak adalah sebagai berikut :

a. Pemotong Pajak berhak memperhitungkan kelebihan setoran PPh 21 dalam satu bulan takwim dengan PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya. b. Melakukan perhitungan tahunan.

c. Pemotong Pajak berhak membetulkan sendiri SPT atas kemauan sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak..

d. Pemotong Pajak berhak mengajukan surat keberatan. e. Pemotong Pajak berhak mengajukan permohonan banding.

f. Pemotong Pajak dapat mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT.

g. Setiap Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak. h. Pemotong Pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan.

i. Pemotong Pajak wajib menghitung,memotong dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan takwim.

j. Melaporkan penyetoran tersebut sekalipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak.


(56)

l. Dalam waktu 2 bulan setelah tahun takwim berakhir,Pemotong Pajak berkewajiban menghitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang terutang.

m. Pemotong Pajak wajib mengisi,menandatangani,dan menyampaikan SPT Tahunan.

n. Pemotong Pajak wajib menyetor kekurangan PPh Pasal 21. o. Pemotong Pajak wajib melampiri SPT Tahunan PPh Pasal 21. 3.3.4 Pelaksanaan Pelaporan SPT Masa PPh 21

Tata Cara Pelaporan SPT Masa PPh 21:

1. Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada pemotong pajak Jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut dapat dikreditkan dari pajak penghasilan yang terutang pada tahun yang bersangkutan.

2. Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak jika PPh Pasal 21 yang dipotong oleh pemotong pajak tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding dengan alasan yang jelas kepada Badab Penyelesaian Sangketa Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. 4. Wajib Pajak menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong Pajak yang

menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subjek Pajak dalam Negeri.

5. Wajib Pajak juga wajib menyerahkan surat pernyataan ke[ada Pemotong Pajak


(57)

6. Wajib Pajak wajib memasukkan SPT tahunan jika memiliki penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.

Dengan adanya pelaksanaan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur telah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan yang sudah berlaku tetapi apabila ada wajib pajak yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku haruslah petugas segera dapat menjelaskan dan memberikan informasi yang jelas dan supaya tidak terjadi kesalahan kembali dan diharapkan petugas harus lebih tegas.


(58)

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan kerja praktek tersebut dan setelah penulis memahami, dan mempelajari serta menguraikan tentang Pelaksanaan Sistem atas perhitungan SPT Masa PPh 21 di KPP Pratama Cianjur maka Penulis mencoba menyimpulkan beberapa hasil kegiatan Kuliah Kerja Praktek yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur yaitu :

1. Sistem Perhitungan SPT Masa PPh 21 Bagian-bagian yang terlibat didalam perhitungan/pengolahan data SPT PPh 21 di KPP Pratama Cianjur dalam seksi pemeriksaan, serta seksi PDI tersebut , saat ini sudah terlaksana dengan baik karena cukup mudah dimengerti oleh setiap pegawai setempat dan disetiap-setiap form-formnya mempunyai alur petunjuk yang sangat jelas, sehingga perhitungan/pengolahan data cepat dan mudah.

Selain itu Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan perhitungan SPT bersifat mutlak agar ketentuan Perhitungan SPT dapat berjalan dengan efektif dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Direktorat Jenderal Pajak. Dalam kegiatan pelaksanaan Sistem Perhitungan SPT PPh 21 pada KPP Pratama Cianjur telah berjalan dengan efektif dan sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan agar proses verifikasi dan perhitungan SPT berjalan dengan lancar.


(59)

2. Berdasarkan Perhitungan SPT PPh 21 di KPP Pratama Cianjur hasil yang diperoleh bahwa Pelaksanaan Perhitungan SPT PPh 21 sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku, karena terdapat banyak objek pajak berupa perseorangan maupun industry di daerah kabupaten ini, dan jumlahnya cukup besar untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak. 4.2 Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka Penulis memberikan saran untuk peningkatan dan kelancaran dalam pelaksanaan Sistem Perhitungan SPT Masa PPh 21 di KPP Pratama Cianjur yaitu :

1. Sistem Perhitungan SPT masa PPh 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur petugas harus bersedia membantu menjelaskan dan petugas juga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

2. Dalam Pelaksanaan SPT PPh 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur seharusnya Petugas perhitungan/pengolahan data harus yang berkompeten dibidangnya.


(60)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi S-1 Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh: Giska Septa Rahdianawati

2.11.08.025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(61)

Pasal 21, Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Arja Sadjiarto, 2008, Variasi Penghitungan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No.1, Mei 2008 48-68.

Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, 2007, Buku Panduan Bagi KPPN dan

Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemotong/Pemungut Pajak-Pajak Negara,

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Djoko Muljono, 2006, Akuntansi Pajak, Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Mohammad Zain, 2006, Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume.3, Nomor 6, Januari 2006. Siti Kurnia Rahayu, 2009, Perpajakan Indonesia, Konsep & Aspek Formal, Edisi Pertama,

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu & Ely Suhayati, 2009, Perpajakan, Teori dan Teknis Perhitungan, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.


(62)

Nama : Giska Septa Rahdianawati

Nim : 21108025

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Pangkalanbun, 21 September 1990

Agama : Islam

Alamat : Perum Tigaraksa,Kabupaten Tangerang 15720

Email : septagiska@yahoo.co.id

RiwayatPendidikan :

1. Tahun 1996 – 2002 : SDN 4 Cikupa,Tangerang 2. Tahun2002 – 2005 : SMPN 1 Cikupa,Tangerang

3. Tahun 2005 – 2008 : SMA Yuppentek 1 Cikokol,Tangerang 4. Tahun 2008 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia


(63)

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah kerja praktek ini,.

Laporan ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu Tugas dalam mata kuliah Kerja Praktek pada program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu: “Sistem Perhitungan SPT Masa PPh 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur”

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun laporan ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan.Akhirnya dengan doa, semangat dan ikhtiar penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:

1. Dr.Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Unikom.


(64)

6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

7. Amuh Muslihat Selaku Pembimbing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur,terimakasih atas pengarahan dan bimbingannya.

8. Orang tua dan adikku tercinta Desta dan Adell yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan laporan ini.

9. Untuk Moch Dea, Reza Meiriyadhi, Imam, Windy, Iman, Indra, Jhon yang telah berbagi pengalaman bekerjasama bahu membahu melaksanakan kerja praktek.

10.Untuk sahabat-sahabatku Susan, Reni, Ridwan, Ressa, Windy, Egit, dan yang lainnya terima kasih atas dukungannya dan bantuannya.

11.Semua teman-temanku kelas Akuntansi-1 terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

12.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan Laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan


(65)

penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2011

Penulis

Giska Septa Rahdianawati


(66)

(1)

61 DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana,Lilis Setiawati,Dadi Adriana, 2004, Pedoman & Cara Pengisian SPT PPh Pasal 21, Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Arja Sadjiarto, 2008, Variasi Penghitungan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No.1, Mei 2008 48-68.

Departemen Keuangan Direktorat Jenderal Pajak, 2007, Buku Panduan Bagi KPPN dan Bendaharawan Pemerintah sebagai Pemotong/Pemungut Pajak-Pajak Negara, Jakarta: Elex Media Komputindo.

Djoko Muljono, 2006, Akuntansi Pajak, Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Mohammad Zain, 2006, Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume.3, Nomor 6, Januari 2006. Siti Kurnia Rahayu, 2009, Perpajakan Indonesia, Konsep & Aspek Formal, Edisi Pertama,

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Kurnia Rahayu & Ely Suhayati, 2009, Perpajakan, Teori dan Teknis Perhitungan, Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.


(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Giska Septa Rahdianawati

Nim : 21108025

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Pangkalanbun, 21 September 1990

Agama : Islam

Alamat : Perum Tigaraksa,Kabupaten Tangerang 15720 Email : septagiska@yahoo.co.id

RiwayatPendidikan :

1. Tahun 1996 – 2002 : SDN 4 Cikupa,Tangerang 2. Tahun2002 – 2005 : SMPN 1 Cikupa,Tangerang

3. Tahun 2005 – 2008 : SMA Yuppentek 1 Cikokol,Tangerang 4. Tahun 2008 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia


(3)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah kerja praktek ini,.

Laporan ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu Tugas dalam mata kuliah Kerja Praktek pada program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul yang diambil yaitu: “Sistem Perhitungan SPT Masa PPh 21 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur”

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun laporan ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan.Akhirnya dengan doa, semangat dan ikhtiar penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:

1. Dr.Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Unikom.


(4)

4. Surtikanti, SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen Wali kelas AK-1 Unikom

5. Wati Aris Astuti,SE., M.Si Selaku Dosen Pembimbing yang saya hormati dan yang saya cintai.

6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

7. Amuh Muslihat Selaku Pembimbing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur,terimakasih atas pengarahan dan bimbingannya.

8. Orang tua dan adikku tercinta Desta dan Adell yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan laporan ini.

9. Untuk Moch Dea, Reza Meiriyadhi, Imam, Windy, Iman, Indra, Jhon yang telah berbagi pengalaman bekerjasama bahu membahu melaksanakan kerja praktek.

10.Untuk sahabat-sahabatku Susan, Reni, Ridwan, Ressa, Windy, Egit, dan yang lainnya terima kasih atas dukungannya dan bantuannya.

11.Semua teman-temanku kelas Akuntansi-1 terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

12.Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan Laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan


(5)

iii

kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar tugas ini bermanfaat bagi pembaca.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek.

Wassalamua’laikum Wr. Wb. Bandung, Desember 2011

Penulis

Giska Septa Rahdianawati


(6)