Sejarah Heart to Heart Diplomacy

heart diplomacy lah yang membuka gerbang kerjasama antara Jepang dengan Indonesia, oleh karena itu tujuan dari bab II ini untuk menjelaskan latar belakang dari keluarnya kebijakan heart to heart diplomacy serta bagaimana pelaksaanannya dan juga bagaimana kebijakan ini mempengaruhi hubungan Indonesia dan Jepang.

2.1 Sejarah Heart to Heart Diplomacy

Heart to Heart Diplomacy mulai diperkenalkan Perdana Menteri Jepang Takeo Fukuda pada tahun 1977 ketika kunjungan Perdana Menteri Jepang ke ASEAN. 38 Diplomasi berisi pernyataan Jepang dalam menjalin hubungan perdagangan, investasi, dan bantuan ke ASEAN itu dikenal dengan , „Doktrin Fukuda‟. Dalam pidatonya di ASEAN Perdana Menteri Jepang menyebutkan 3 poin: i Jepang bertekad akan menjadi negara yang mengikatkan diri pada perdamaian, tidak akan pernah menjadi suatu kekuatan militer, ii Jepang akan membangun hubungan atas dasar saling mempercayai dengan negara-negara Asia Tenggara dalam bidang-bidang yang luas, iii Jepang akan bekerjasama secara positif dengan ASEAN dan negara-negara anggotanya dalam upaya masing masing, sebagai mitra yang sederajat. 39 Dikeluarkannya heart to heart diplomacy dilatarbelakangi oleh beberapa gerakan anti Jepang pada awal tahun 1970an. Berkaitan dengan image Jepang sebagai negara penjajah pada Perang Dunia II yang belum hilang dari sebagian besar negara di kawasan Asia Tenggara yang merupakan bekas negara jajahan Jepang. Walaupun 38 Ministry of Foreign Affair. ͞Diplo ati Effort Made y Japa . Diakses dalam http:www.mofa.go.jppolicyotherbluebook19771977-3-1.htm pada 03092013 39 .ibid Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. semenjak kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Jepang tidak diperbolehkan mempunyai kekuatan militer. Ini biasa disebut dengan istilah security umbrella, yaitu Jepang tidak boleh memiliki kekuatan militer sendiri. Sebagai konsekuensinya, keamanan negara Jepang dilindungi oleh pasukan militer dari Amerika. Seperti yang tertulis di konstitusi Jepang paska perang dunia II pasal 9 yang mengatakan bahwa 40 : “Aspiring sincerely to an international peace based on justice and order, the Japanese people forever renounce war as a sovereign right of the nation and the threat or use of force as means of settling international disputes. In order to accomplish the aim of the preceding paragraph, land, sea, and air forces, as well as other war potential, will never be maintained. The right of belligerency of the state will not be recognized. ” Semenjak itu Jepang tidak pernah menggunakan kekuatan militernya dalam kebijakan politik luar negerinya. Mulai saat itu pula Jepang mengarahkan kebijakan politik luar negerinya ke arah ekonomi. Akibat kekalahan Jepang pada Perang Dunia, Jepang harus membayar kompensasi perang pada negara pemenang perang hingga munculah Yoshida doktrin oleh Perdana Menteri Jepang Yoshida Shigeru. Doktrin ini menitikberatkan pada kerjasama ekonomi untuk memperbaiki perekonomian Jepang kala itu. 41 40 Ka tei.go.jp The Co stitutio Of Japa diakses dari http:www.kantei.go.jpforeignconstitution_ and_government_of_japanconstitution_e.html pada 29052013 41 Pur a ti a, Adiasri Putri War-Compensation Diplomacy dan Yoshida Doctrine sebagai Latar Belaka g Ke ali a Jepa g ke Asia Te ggara diakses dari http:eprints.upnjatim.ac.id444519._Halaman_39-46,_Adiasri_Putri_P pada 17102013 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada tahun 60-an dimulailah Yoshida Doctrine dan Checkbook Diplomacy Jepang. Keduanya dilakukan dengan cara mengalirkan bantuan ekonomi ke Asia Tenggara. Di samping upaya Jepang memberikan kompensasi bagi negara bekas jajahannya, Jepang juga menyiapkan Asia Tenggara sebagai salah satu pasar bagi ekspor barang-barang yang diproduksinya. Bantuan yang diberikan kepada negara - negara Asia Tenggara dengan sendirinya disesuaikan dengan kebutuhan strategi ekspornya. 42 Akan tetapi kebijakan politik checkbook diplomacy Jepang terbukti tidak efektif. Hal ini terlihat dari munculnya gerakan – gerakan anti Jepang di ASEAN salah satunya di Indonesia. Demonstrasi ini terjadi karena mahasiswa memprotes kebijakan pemerintah Soeharto yang tunduk kepada para pemodal asing, khususnya negara Jepang yang menjadi aktor utama dalam impor mobil ke Indonesia. Jepang pada saat itu telah menjadikan Indonesia sebagai pasar produk manufaktur mereka. Jepang juga mendominasi dan mengekploitasi ekonomi Indonesia serta menyedot sumber keuangan rakyat Indonesia. 43 Peristiwa tersebut dinamai oleh masyarakat sebagai Malapetaka Limabelas Januari Malari. Malari adalah sebuah demonstrasi besar-besaran digelar di Jakarta, mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat turun ke jalan. Demonstrasi itu digelar saat Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei sedang 42 Ezra F. Vogel, Japan as Number One In Asia, dalam Gerld E Curtis, The Japanese Way of Politic.1988 ed. Hal : 98 43 Mahardhikka. Refleksika Malari, Geraka A ti Kapitalis e diakses dari http:www.centroone.comnews2012012rrefleksikan-malari-gerakan-anti-kapitalisme pada 01112013 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berkunjung ke Jakarta 14-17 Januari 1974. 44 Peristiwa Malari berawal dari mahasiswa Bandung, yang banyak menerima keluhan pengusaha-pengusaha tekstil di sekitar Bandung yang terpuruk oleh kehadiran modal Jepang. Gerakan ini kemudian diekspresikan dengan ekstrim dan radikal oleh mahasiswa Jakarta, sehingga terjadi huru hara besar 15 Januari 1974 yang kemudian dijuluki sebagai Malapetaka limabelas Januari atau Malari. 45 Paska peristiwa Malari, Jepang kemudian berusaha menghapuskan tanggapan negatif semacam ini melalui aliran besar program – program bantuan. Salah satunya dengan banyak program bantuan pendidikan berupa beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Jepang kepada Indonesia baik dalam bentuk non Loan maupun dalam bentuk Loan pinjaman LN. Hal ini selain terkait dengan kekacauan anti-Jepang, juga terkait dengan adanya ASEAN Summit di Bali pada bulan Febuari 1976, dimana Jepang tidak diundang. 46 Perdana Menteri Jepang Yosihida Shigeru mulai berpikir untuk mengubah kebijakan politik luar negeri nya. Hal yang dilakukan pemerintah Jepang yaitu dengan mengedepankan kerjasama yang seimbang Mulai muncullah kebijakan politik luar negeri Jepang Heart to heart diplomacy atau biasa disebut juga dengan Yoshida doctrine. Dari 3 poin yang dikeluarkan pada kebijakan heart to heart 44 PlasaMSN Me ge a g Peristi a Malari diakses dala http:berita.plasa.msn.comnasional mengenang-peristiwa-malari-1974 pada 04092013 45 RIMA e s. o Peristi a Malari adalah Geraka a ti-kapitalis e Predator diakses dala www.rimanews.comread2012011551679peristiwa-malari-adalah-gerakan-anti-kapitalisme- predator pada 04092013 46 Purbantina, Adiasri Putri . Dari Yoshida Doctrine keFukuda Doctrine: Politik Luar Negeri Jepang di Asia Tenggara Pasca-Perang Dunia II diakses dala http:eprints.upnjatim.ac.id44451 9._Halaman_39-46,_Adiasri_Putri_P pada 2013 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. diplomacy semua bertujuan untuk mengubah image Jepang sebagai negara penjajah dan negara yang melakukan kerjasama hanya berorientasi pada keuntungan semata. Kebijakan politik luar negeri ini diambil oleh Jepang untuk menghindari gerakan – gerakan anti Jepang untuk kedepannya, sehingga Jepang dapat menjalin kerjasama dengan negara – negara lainnya tanpa ada tentangan dari masyarakat negara yang dituju.

2.2 Agen Heart to Heart Diplomacy