PERAN BUDAYA POP JEPANG DALAM PROMOSI PARIWISATA JEPANG

(1)

PERAN BUDAYA POP JEPANG DALAM PROMOSI PARIWISATA JEPANG

SKRIPSI

DISUSUN OLEH: PUDRA FANKI AMRILLAH

20120510066

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

ii

PERAN BUDAYA POP JEPANG DALAM PROMOSI PARIWISATA JEPANG

The Role of Japanese Popular Culture in the Promotion of Japan’s Tourism

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik S – 1 pada program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

PUDRA FANKI AMRILLAH 20120510066

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah atau Skripsi ini adalah asli hasil karya sendiri dan Karya Ilmiah ini belum pernah diajukan sebagai pemenuhan untuk memperoleh gelar sarjana Straata Satu (S1) maupun Magister (S2) dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun Perguruan Tinggi lain.

Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilmah ini berasal dari penulis lain baik dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya Ilmiah atau Skripsi ini menjadi tanggung jawab saya penulis.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya da apabila dikemudian hari mendapati ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai atauran yang berlakudi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 20 Desember 2016 Penulis


(5)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu;’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirrabbil’alamin puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayat – Nya. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa saya diberikan kemudahaan, kelancaran dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan maksimal.

Saya menyadari, bahwa dalam pengerjaan Karya Ilmiah atau Skripsi tentang peranan Budaya Populer Jepang terhadap promosi pariwisata memerlukan bantuan dari beberapa pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Tulus Warsito, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 2. Grace Lestariana, S.IP, M.Si selaku penguji yang telah memberi arahan

lebih luas mengenai studi Ilmu Hubungan Internasional.

3. Drs Husni Amriyanto, M.Si selaku penguji yang telah memberikan informasi secara lebih mendalam terhadap materi yang penulis tulis. 4. Dr. Nur Azizah, M.Si dan Siti Muslikhati , S.IP, M.Si. selaku Kaprodi

dan Sekjur yang memberikan banyak kemudahan dalam kebijakannya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi Ilmu Hubungan Internasional.


(6)

vi

5. Bapak Jumari, Bapak Ayoub, dan Bapak Waluyo selaku Tata Usaha Jurusan Ilmu Hubungan Internasional yang telah memberikan informasi mengenai pengerjaan Karya Ilmiah atau Skripsi ini.

6. Pihak – pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu karena kelemahan pribadi penulis

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan karya pertama yang penulis buat. Semoga dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat baik untuk pembaca pada khususnya dan bagi nusa bangsa pada umumnya. Apabila di kemudian hari ditemukan kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini, maka penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar – besarnya.

Yogyakarta, 21 Desember 2016 Pudra Fanki Amrillah


(7)

vii

MOTTO

“Terus Bekerja! Jangan Mengharap pada Negara”

-Emha Ainun Najib

“Hidup itu seperti pergelaran wayang, dimana kamu menjadi dalang atas naskah semesta yang dituliskan oleh Tuhan mu”

-Sujiwo Tejo

“Naskah sutradara kita tau di awal. Sedangkan naskah Tuhan kita tau di akhir”


(8)

viii

Teruntuk Keluarga Suhendro : Bapak Suhendro, Ibu Suharmia, Tia Rizka Nuzula Rachma, Talitha Amanda Ulimaz, terima kasih atas segala doa dan kasih sayang. Terima kasih untuk selalu memperjuangkan yang terbaik.


(9)

ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis atau Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Bapak Suhendro dan Ibu Suharmia karena beliau saya bisa memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik dan selalu memberikan masukan, dorongan, nasihat dukungan, doa, dan kasih sayang terutama selama proses pengerjaan skripsi ini.

2. Saudara – saudara saya, Tia Rizka Nuzula Rahma, Febrilian Fahmi Chabibi, dan Talitha Amanda Ulimaz sebagai pemasok semangat dan motivasi untuk menjadi lebih baik.

3. Keluarga Besar Bani Harjono dan Bani Sutiardjo yang selalu memberikan semangat dan dukungan, dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Keluarga Besar MM Kine Klub 2011, 2012, 2013, dan 2015 Berkat canda tawa,

motivasi, dan ilmu mengenai media khususnya film sehingga ilmu yang saya peroleh semakin berkembang.

5. Teman SMA 1 Wonosobo 50 Susana Nur Kusumaningsih, Rath Kautsar Firdaus, Galih Pratama Pujianto, Gita Asytika, dan kawan – kawan yang selalu menjadi tempat mencurahkan suasana hati, membagi canda tawa, serta motivasi untuk selalu menjadi lebih baik.

6. Teman satu perjuangan Adi Indra, Arya Wedhar, Siddiq Al – Fajar, Fikriyan Al – Farobi, Fahmi Rokhim, dan Difa Prasetya yang selalu membagi keceriaan


(10)

x

dan canda tawa serta berkat semangat dan dorongan untuk dapat mengerjakan Skripsi ini.

7. Teman – teman HI UMY angkatan 2012 berkat pengetahuan tentang ilmu yang kaitannya tentang Hubungan Internasional dan permasalahan skripsi ini terselesaikan.

8. Teman – teman satu hunian Yussa Azmi Naufal, Agha Firdaus, dan Yudha Setya Negara yang selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan dan bimbingan skripsi dan mengingatkan saya untuk tidak lupa makan.


(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRACT ... xv

INTISARI ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 7

Kerangka Pemikiran ... 7

Hipotesa... 13

Tujuan Penelitian ... 13

Jangkauan Penelitian ... 14

Metode Penelitian... 14

Sistematika Penulisan ... 15

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BUDAYA POP JEPANG ... 17


(12)

xii

1. Budaya ... 17

2. Pop ... 19

3. Budaya Pop ... 19

B. Sejarah dan Perkembangan Budaya Pop Jepang... 22

1. Sebelum Abad ke – 19 ... 23

2. Pertengahan Abad ke – 19 Hingga Awal Abad 20 ... 24

3. Pasca Perang Dunia II ... 26

4. Pada Tahun 1980 hingga saat ini ... 29

BAB III SELAYANG PANDANG ANIME DAN MANGA ... 38

A. Manga Sebagai Budaya Pop Jepang ... 39

B. Anime Sebagai Budaya Pop Jepang ... 42

C. Anime dan Manga Sebagai Salah satu Soft Power Jepang ... 47

BAB IV PERAN DIPLOMASI KEBUDAYAAN JEPANG TERHADAP PARIWISATA JEPANG ... 53

A. Pariwisata Jepang Dewasa ini ... 53

B. Pengaruh Pariwisata Terhadap Perekonomian Jepang ... 56

C. Motivasi Wisatawan Asing ke Jepang ... 58

BAB V KESIMPULAN ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 10 Besar Motivasi Kunjungan Turis Asing Ke Jepang ... 6

Tabel 1

.

2 Hubungan Antara Situasi

,

Bentuk

,

Tujuan dan Sarana Diplomasi Kebudayaan ... 8

Tabel 4

.

1 Kunjungan wisatawan asing ke Jepang ... 55

Tabel 4

.

2 Turis Asing yang Mengunjungi Jepang ... 59

Tabel 4

.

3 Data Presentase ketertarikan terhadap produk Jepang ... 62

Tabel 4.5 Motivasi Kunjungan Turis Asing Ke Jepang ... 63


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Produk budaya pop Jepang yang diadaptasi di Indonesia...77

Gambar 2.2 Gojira berbentuk kadal yang memiliki dua kaki...77

Gambar 2.3 Penyerahan piala Oscar kepada Miyazaki selaku...78


(15)

(16)

xv

THE ROLE OF JAPANESE POPULAR CULTURE IN THE PROMOTION OF TOURISM

ABSTRACT

The spread of Japan’s popular cultures has grown so rapidly that attract tourists to visit Japan with large quantities. This thesis will discuss the role of Japan’s popular culture that has become of Japanese soft power. The popularity of Japan’s popular culture, then used by Japanese government to develop the tourism sector of Japan by using the concept of image. The use of one of the elements of culture as a tool in soft power conducted by the Japanese government is known as cultural diplomacy. Concept of image as an interface intended to introduce Japan to the outside world and enhance the positive image of Japan. Japan’s popular culture has become one of the potential mainstays that will continue to grow and provide an enormous impact on the image of Japan, which used by Japanese government to encourage the development of tourism in Japan.

Key Word : Japan’s popular culture, promotion of tourism, Japan tourism

Penulis : Pudra Fanki Amrillah


(17)

xvi

PERAN BUDAYA POP JEPANG DALAM PROMOSI PARIWISATA

Penulis : Pudra Fanki Amrillah

Pembimbing : Prof. Dr. Tulus Warsito, M.Si.

INTISARI :

Penyebaran budaya populer Jepang telah berkembang sangat pesat hingga menarik para wisatawan yang ingin mengunjungi negara Jepang dengan jumlah besar. Skripsi ini akan mengenai peran budaya populer Jepang yang telah menjadi semacam soft power. Kepopuleran budaya populer Jepang ini kemudian dimanfaatkan pemerintah Jepang untuk mengembangkan sektor pariwisata Jepang dengan menggunakan konsep pencitraan. Penggunaan salah satu unsur budaya sebagai alat soft power yang dilakukan oleh pemerintah Jepang ini dikenal sebagai diplomasi kebudayaan. Konsep pencitraan pemerintah Jepang dengan menggunakan budaya populer ditujukan sebagai alat penghubung untuk mengenalkan Jepang ke dunia luar dan meningkatkan citra positif negara Jepang. Budaya populer Jepang ini telah menjadi salah satu potensi andalan yang akan terus berkembang dan memberi dampak yang sangat besar terhadap citra Jepang, yang dimanfaatkan pemerintah Jepang untuk mendorong perkembangan pariwisata di Jepang.


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap orang dewasa ini populer dengan diplomasi menggunakan hard power

.

Hard Power diplomacy adalah kemampuan suatu negara untuk mencapai tujuannya menggunakan unsur – unsur pemaksaan atau ancaman

.

Pemaksaan atau ancaman ini dapat mengarah berupa kekuatan militer

,

embargo

,

ataupun juga kecaman

.

Kekuatan militer dan ekonomi bisa jadi digunakan oleh sebuah negara untuk meraih sebuah kepentingan

.

Akan tetapi, kepentingan dapat diraih bukan hanya menggunakan dua cara tersebut. Menurut Joseph S

.

Nye Jr

.

(2004) sebuah negara dapat meraih apa yang mereka inginkan tidak dengan mengancam atau membujuk atau dengan kekuatan negatif lain

.

Sebuah negara dapat memperoleh apa yang mereka inginkan karena terdapat kekaguman terhadap nilai – nilai dalam negara tersebut

.

Diplomasi seperti hal yang disebutan diatas disebut dengan soft power1

.

Budaya kemudian dianggap sebagai aspek penting dalam hubungan internasional

.

Diplomasi kebudayaan belakangan menjadi salah satu cara agar sebuah negara dapat mencapai kepentingan nasionalnya

.

Diplomasi kebudayaan ini

1 http://hbswk.hbs.edu/archive/4290.html


(19)

2

dapat menggunakan beberapa media antara lain pameran budaya, pertukaran pelajar

,

atau juga penyebaran budaya melalui media seperti internet

,

buku / majalah

,

atau film

.

Jepang merupakan salah satu negara yang gencar menggunakan diplomasi kebudayaan untuk menyebarkan produk – produk kebudayaannya

.

Produk – produk tersebut kemudian dianggap sebagai budaya populer Jepang

.

Menurut Hidetoshi Kato (1989) istilah budaya populer Jepang lebih tepat disebut dengan taishuu bunka

(budaya massa)

.

Selain itu

,

budaya pop Jepang sangat erat kaitannya dengan

minshuu bunka (budaya rakyat) dan juga minzoku bunka (budaya bangsa)2

.

Jepang dahulu dikenal dengan negara dengan kekuatan militer yang kuat

.

Hal ini dapat dibuktikan dengan Jepang berani melakukan pemboman terhadap pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour pada 1941

.

Selain itu

,

Jepang juga masuk menjadi negara yang berhasil menjajah beberapa negara di Asia

.

Karena kekalahan Jepang pada Perang Dunia II

,

maka pemerintah Jepang melakukan perubahan kebijakan luar negeri

.

Perkembangan Jepang saat ini

,

tidak terlepas dari pengaruh Yoshida Doctine

.

Shigeru Yoshida yang menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang pada 1948 – 1954

,

mengeluarkan pernyataan bahwa

,

“beraliansi dengan Amerika Serikat merupakan kunci dasar bagi Jepang untuk melakukan rekonstruksi keadaan

2Richard Gid Powers dan Hidetoshi Kato, ‘Handbook of Japanese Popular Culture’, Greenwood Press, Westport, 1989, p. xvii


(20)

3 ekonomi dan merupakan tonggak utama dalam melakukan politik luar negeri”3

.

Kondisi ini mencerminkan Jepang memilih Amerika Serikat sebagai aliansinya

.

Jepang menganggap bahwa Amerika Serikat adalah aliansi untuk pemulihan perekonomian Jepang pada masa itu

.

Ada beberapa kondisi yang membuat Jepang dapat fokus untuk memulihkan perekonomiannya

.

Pertama

,

Amerika Serikat dapat mengatur kekuatan militer di wilayah Jepang secara utuh

.

Kedua

,

adanya pembukaan konstitusi Jepang dan pasal 9 Konstitusi Jepang yang intinya mengenai larangan Jepang menggunakan hak untuk berperang4

.

Adanya dua kondisi tersebut membuat Jepang dapat memfokuskan diri untuk memperbaiki ekonominya

.

Jepang kemudian mengalami ketidakpastian dalam melakukan kebijakan luar negerinya

.

Jepang seringkali merubah arah kebijakan luar negerinya

.

Hal ini dilakukan oleh pemerintah Jepang agar sesuai dengan perkembangan zaman di lingkungan internasional

.

Perubahan – perubahan tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari Jepang yang menginginkan adanya pemulihan dan perbaikan ekonomi di Jepang

.

Pada tahun 1950 –an hingga awal 1960 – an

,

Jepang fokus untuk merubah citra Jepang dari negara yang memiliki militer yang kuat

,

menjadi negara yang cinta

3 Cooney, J. Kevin. 2002. Japan Foreign Maturation A quest for Normalcy. New York: Routledge. Hal 5.


(21)

4

damai

.

Bukan hal yang mudah diterima tentunya bagi masyarakat internasional

.

Terlebih lagi Jepang merupakan negara yang memliki militer yang kuat pada Perang Dunia II

.

Bukti nyata yang dilakukan oleh pemerintah Jepang adalah mereka bergabung dengan UNESCO pada tahun 19515

.

Artinya bahwa

,

Jepang membangun identitas baru menjadi negara yang cinta damai dengan menonjolkan segi budayanya

.

Terlebih lagi dengan diadakannya Olimpiade Tokyo tahun 1964

,

menjadikan Jepang lebih leluasa untuk mencitrakan Jepang sebagai negara yang cinta damai

.

Perekonomian Jepang kemudian membaik pada sekitar tahun 1970 – an

.

Akan tetapi

,

Jepang mendapatkan protes dari berbagai negara

.

Istilah Anti – Japanese kemudian muncul

.

Anti – Japanese muncul karena Jepang dianggap sebagai negara economic animal karena hanya mementingkan ekspor ke negara –

negara berkembang khususnya Asia Tenggara dan tidak memperhatikan produksi dalam negeri mereka6

.

Thailand dan Indonesia adalah dua negara yang memprotes keras kebijakan dari Jepang tersebut7

.

Selain dari faktor economic animal

,

faktor dari usainya perang Vietnam menjadi salah satu faktor yang memicu Anti Japanese. Perang Vietnam yang usai tahun 1975

,

orientasi kebijakan luar negeri Jepang yang selalu mengikuti pola dari Amerika Serikat membuat adanya kekhawatiran yang

5 Oguraa, Kazuo. 2009. Japan Cultural Diplomacy Past and Present. Tokyo : Aoyama Gakuin University Joint Research Institute for International Peace and Culture. Hal 46

6 Sukmara, Rina & Yusy Widarahesty. 2011. Perkembangan diplomasi luar negeri jepang di asean pasca perang dunia II (Studi Tentang Sejarah Diplomasi Jepang Dari 1970 sampai 1997).

Prosiding Penelitian Bidang Ilmu Sosial dan Humaniora. Muhammadiyah Prof.Dr Hamka hal 291 7 Iokibe, Makoto. 2011. The Diplomatic History of Postwar Japan. New York : Routledge. Hal 125


(22)

5

berujung kepada ketidak harmonisan negara – negara di Asia Tenggara dengan Jepang

.

Hingga kemudian muncullah Fukuda Doctrine

.

Fukuda Doctrine berisi mengenai Jepang tidak akan berambisi menjadi negara adidaya dan mempererat hubungan kerjasama dengan negara – negara tersebut melalui medium kebudayaan8

.

Jepang kemudian membangun fasilitas – fasilitas untuk memperkenalkan Jepang kepada masyarakat Asia Tenggara di awal tahun 1990 – an

.

Hal ini menjadi kebijakan baru untuk lebih memperkenalkan dan lebih menarik masyarakat di Asia Tenggara mengenai studi tentang Jepang

.

Pada periode ini

,

Jepang tidak hanya memperbaiki hubungan dengan negara – negara di Asia Tenggara

,

akan tetapi juga dengan China

.

Jepang membangun Ohira School untuk mempromosikan Jepang di China9

.

Pada tahun 2000 – an, sektor pariwisata Jepang mengalami tren positif jika dibandingkan dengan pada tahun 1990 – an. Terhitung mulai dari tahun1990 – an, hingga tahun 2000, Jepang hampir selalu mengalami kenaikan dalam tingkat kunjungan wisata ke Jepang. Tercatat hanya pada saat krisis moneter tahun 1998 Jepang mengalami penurunan tingkat kunjungan dari wisatawan asing. Berikut merupakan motivasi kunjungan wisatawan asing ke Jepang.

8Opcit


(23)

6

Tabel 1.1 Motivasi Kunjungan Turis Asing Ke Jepang

Sumber: JNTO (Japan National Tourism Organization) dan TIC (Tourism Information Center)

Beradasarkan tabel diatas, alasan turis asing ke Jepang adalah mengunjungi arsitektur tradisional. Sekitar 627 wisatawan mengunjungi Jepang dengan alasan arsitektur tradisional. Berada di posisi ke – 2, sekitar 561 wisatawan asing mengunjungi Jepang adalah mencoba makanan Jepang. Pada urutan ke – 3, alasan wisatawan asing ke Jepang dikarenakan mengunjungi taman tradisional Jepang sekitar 506 wisatawan.

Melalui pidatonya

,

Junichiro Koizumi selaku Perdana Menteri Jepang menargetkan 10 juta turis dari seluruh dunia untuk mengunjungi Jepang

,

yang

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Sampel terdiri dari 919 orang (1 sampel dapat memilih lebih dari 1 )


(24)

7

dinamai Visit Japan Campaign 10

.

Kampanye ini dilakukan dengan menggunakan produk – produk budaya pop Jepang seperti musik

,

anime

,

manga

,

dan lain – lain11

.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas

,

maka penulis dapat menarik rumusan masalah sebagai berikut

:

Mengapa pemerintah Jepang menggunakan budaya pop untuk mendukung pariwisata?

Kerangka Pemikiran

Konsep Diplomasi Budaya

Diplomasi Kebudayaan adalah usaha – usaha suatu negara dalam upaya memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan bidang – bidang ideologi

,

teknologi

,

politik

,

ekonomi

,

militer

,

sosial

,

kesenian

,

dan lain – lain dalam percaturan masyarakat internasional12

.

Diplomasi memiliki tujuan mencari pengakuan

,

penyesuaian

,

bujukan

,

ancaman

,

hegemoni

,

10 Mlit.go.jp/kankocho/en/inbond/jvc.html diakses tanggal 16/05/16

11 Berdasarkan data JNTO (Japan National Tourism Organization) dapat diakses di www.tourism.jp/en/statistics/inbound/

12 Warsito, Tulus dan Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi


(25)

8

atau subversi

.

Adapun hubungan antara situasi

,

bentuk

,

tujuan

,

dan sarana diplomasi kebudayaan

,

dapat dijelaskan dalam tabel berikut

:

Tabel 1

.

2

Hubungan antara situasi

,

bentuk

,

tujuan dan sarana Diplomasi Kebudayaan

Situasi Bentuk Tujuan Sarana

Damai -Eksebisi -Kompetisi -Pertukaran nilai -Negosiasi -Konferensi -Pengakuan -Penyesuaian -Persahabatan -Hegemoni -Pariwisata -Olah raga -Pendidikan -Kesenian -Perdagangan Krisis -Propaganda

-Pertukaran misi -Negosiasi -Persuasi -Penyesuaian -Pengakuan -Ancaman -Politik -Media massa -Diplomatik -Misi tingkat tinggi -Opini publik Konflik -Teror

-Pertukaran misi -Boikot -Negosiasi -Ancaman -Subversi -Persuasi -Pengakuan -Opini publik -Perdagangan -Militer -Forum resmi -Pihak ketiga Perang -Kompetisi

-Teror -Penetrasi -Propaganda -Embargo -Penetrasi -Boikot -Blokade -Dominasi -Hegemoni -Ancaman -Subversi -Pengakuan -Penaklukan -Militer -Penyelundupan -Opini publik -Perdagangan

-Supply barang konsumtif termasuk senjata

Sumber : Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang..

Berdasarkan tabel di atas

,

dapat dilihat bahwa Budaya pop Jepang merupakan bentuk diplomasi yang disampaikan dengan cara yang damai

.

Budaya pop menjadi sarana strategis untuk menunjukkan citra diri suatu bangsa dan juga sebagai media pengenalan nilai budaya

.

Pada akhirnya

,

citra diri positif yang dimunculkan melalui Budaya pop ini akan mendukung tujuan nasional Jepang di


(26)

9

berbagai bidang

,

khususnya bidang pariwisata

.

Jepang melalui Budaya pop mencoba membentuk citra sebagai negara yang bersahabat dan kaya akan nilai budaya sehingga menarik minat masyarakat global untuk lebih mengenali kebudayaan Jepang

.

Konsep Pencitraan

Konsep Pencitraan menurut Aleksius Jemadu (2008) adalah upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada rakyatnya sendiri ataupun dalam pergaulan internasional dengan mengedepankan keunggulan nilai – nilai budaya yang dimiliki dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri dan diplomasi secara umum13

.

Melalui medium Budaya Pop nya

,

Jepang memuat unsur – unsur yang lebih menarik

.

Misalnya

,

dalam setiap manga dan anime mereka

,

Jepang memasukkan unsur – unsur budaya asli Jepang di dalamnya

.

Sangat umum ditemui dalam medium anime dan manga mereka

,

gedung – gedung pencakar langit bersebrangan dengan kuil – kuil

.

Selain itu

,

mereka juga memuat kepercayaan mereka seperti berdoa di kuil

.

Anime dan manga seperti Chibi Maruko – Chan

,

Doraemon

,

Crayon Shinchan

,

dan Detective Conan memuat hal tersebut

.

Anime dan manga tersebut juga memuat mengenai pantangan – pantangan yang ada di Jepang seperti dilarang

13 Jemadu, Aleksius. 2008. ‘Politik Global dalam Teori dan Praktik’.Yogyakarta; Graha Ilmu. Hal 120


(27)

10

menegakkan sumpit di mangkuk

,

dilarang menerima makanan dari sumpit ke sumpit

,

dan dilarang setelah makan lalu rebahan atau tiduran

.

Anime dan manga

juga memerkenalkan olahraga khas seperti oleh raga Dojo di dalam Anime dan

manga One Piece

.

Anime dan manga juga mempopulerkan kehidupan ninja yang dikombinasikan dengan kehidupan modern

.

Naruto Shipuden merupakan judul dari

anime dan manga tersebut

.

Selain manga dan anime

,

terdapat budaya pop lain yakni film – film Jepang yang memuat unsur – unsur promosi budaya Jepang

.

Misalnya saja 700 days of Battle Us vs The Police yang menceritakan kehidupan di sebuah desa di Jepang dengan budaya mereka yang unik

.

Selain itu

,

terdapat juga film The Ring yang menceritakan tentang hantu khas Jepang yakni Sadako

.

Hal berbeda jika melihat film – film atau buku komik asal negara – negara lain seperti Amerika Serikat

.

Amerika Serikat melalui film dan komiknya

,

tidak ada ke khasan yang seperti dilakukan oleh Jepang

.

Jepang dalam film dan komiknya

,

selalu memasukkan unsur – unsur budayanya

.

Selain itu juga memasukkan mengenai tokoh utama yang membantu tokoh yang memerlukan bantuan

.

Komik dan film Jepang hampir selalu memasukkan tokoh utama tidak mengintimidasi tokoh yang lemah

.

Misalnya saja dalam Adapun juga dalam

Doraemon

,

tokoh Nobita selalu mendapatkan bantuan dari Doraemon

.

One Piece

tokoh utama Monkey D

.

Luffy membantu Usop dan menjadikan Usop sebagai salah satu crew nya padahal Usop diceritakan sebagai tokoh yang lemah

.

Menurut penulis


(28)

11 manga Eiichiro oda

,

penulis One Piece (2007) tokoh Usop selalu digambarkan lemah agar penikmat selalu dekat dengan cerita tersebut14.

Adanya pembangunan citra positif terhadap masyarakat akan memunculkan kepercayaan dan juga ketertarikan masyarakat terhadap budaya dan pariwisata Jepang

.

Jika dikaitkan dengan konsep diplomasi budaya

,

melalui budaya populer Jepang berusaha membangun citra yang bersahabat dan mengedepannya nilai budayanya

.

Hal ini kemudian akan menimbulkan ketertarikan masyarakat internasional terhadap Jepang khususnya di bidang kebudayaan

.

Berdasarkan hal tersebut

,

maka dapat dilihat bahwa Jepang memiliki harapan besar dalam peningkatan berbagai sektor salah satunya sektor pariwisata

.

Berkembangnya komunikasi internasional saat ini

,

membuat Jepang lebih mudah untuk menyebarkan budaya pop nya

.

Terlebih Jepang kini sudah mencitrakan diri sebagai negara yang cinta damai dengan lebih mengedepankan sisi budayanya

.

Hal tersebut juga didukung oleh promosi yang baik dari pemerintah dan swasta

.

Dalam komunikasi internasional

,

perspektif kulturalistik seperti yang digunakan oleh Jepang sangat perlu dilakukan guna memperbaiki atau meningkatkan sikap saling pengertian, hal ini ditunjukkan bagi pembinaan persahabatan internasional yang lebih rasional15

.

Jepang kemudian menggunakan perspektif bisnis komunikasi Internasional sebagai bentuk adanya sikap saling

14 Oda, Eichiro. 2007. One Piece 10thTreasures. Tokyo; Shuiesa

15 Andrianti, Nita. 2015. Komunikasi Internasional & Politik Media. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Hal 33


(29)

12

pengertian dengan dunia internasional

.

Hal tersebut dapat berupa acara pameran (international fair)

,

penawaran produk

,

pemasangan iklan di media negara lain

,

mengundang pengusaha dan wartawan / penulis / kolumnis dari negara lain untuk berkunjung16

.

Sejak bergabungnya Jepang dengan UNESCO

,

Jepang berusaha membangun identitas baru sebagai negara yang mengedepankan budaya sebagai arah diplomasinya

.

Hal ini diwujudkan dengan adanya beberapa event yang lebih memperkenalkan budaya populer

.

Jepang berusaha memperkenalkan budaya populer ke Eropa melalui sarana Japan Expo yang dimulai tahun 1999 di Paris

,

Perancis17

.

Jepang juga melakukan promosi di dalam negerinya event yang bernama Visit Japan Camaign yang dimulai pada tahun 2003

.

Menggunakan icon

budayanya

,

Jepang berhasil meningkatkan promosi pariwisatanya dan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa dengan menggunakan budaya populernya

,

Jepang mencitrakan diri sebagai negara yang cinta damai dan lebih mengedepankan budayanya

.

16 Rudi, T. May. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung; Refika Aditama. Hal 103


(30)

13

Hipotesa

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

Pemerintah Jepang menggunakan Budaya Pop untuk promosi pariwisata karena melalui Budaya pop, citra Jepang sebagai negara militer perlahan berubah menjadi Jepang sebagai negara yang mengunggulkan nilai budayanya sehingga hal tersebut berimbas kepada adanya peningkatan sektor pariwisata.

Tujuan Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan kelak akan memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya

,

diantaranya :

1. Mencoba mendeskripsikan fenomena kebudayaan populer Jepang dan perannya terhadap pariwisata Jepang

.

2. Pengembangan pembelajaran studi Hubungan Internasional lewat analisa dan apresiasi budaya populer

.

3. Jawaban atas rumusan masalah dan pembuktian atas hipotesa

.

4. Penelitian ini di tujukan sebagai perwujudan teori – teori yang telah penulis terima selama bangku kuliah dan di luar kuliah. Terutama guna pemenuhan syarat meraih gelar Sarjana Strata Satu pada Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

.


(31)

14

Jangkauan Penelitian

Sebuah penelitian haruslah memiliki batasan atau jangkauan

.

Hal ini dimaksudkan agar objek menjadi jelas dan spesifik

,

kajian dan wacana tidak melebar dari wacana yang telah ditetapkan. Sehingga

,

dengan adanya batasan penelian maka tidak terdapat kerancuan dalam pengertian dan dalam wilayah persoalan

.

Batasan yang digunakan oleh peneliti adalah mengenai peran budaya pop Jepang dalam kaitannya terhadap promosi pariwisata Jepang

.

Metode Penelitian

Metode dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian

.

Keberadaan sebuah metode meruakan salah satu syarat diakuinya sebuah karya tulis menjadi ilmu pengetahuan

,

disamping syarat – syarat lain seperti objek

,

sudut pandang terhadap objek

,

metode serta hasil – hasil pandangannya merupakan sebuah kesatuan utuh dan bulat atau sistematis18

.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang menggunakan interpretasi logis dengan mengumpulkan fakta-fakta yang ada

.

Dalam memperoleh data guna memahami serta menyelesaikan permasalahan yang


(32)

15

ada saat ini

,

penulisan melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber

.

Beberapa sumber yang digunakan adalah berasal dari

:

buku – buku

,

website

,

surat kabar

,

dan artikel

.

Sistimatika Penulisan

Penulisan penelitian ini terbagi atas 5 bagian

.

Terdiri atas

:

 BAB I : Pendahuluan

Terdiri atas alasan pemilihan judul

,

latar belakang masalah

,

rumusan masalah

,

landasan teori

,

hipotesa

,

tujuan penelitian

,

jangkauan penelitian

,

metode penelitian

,

dan sistematika penulisan

.

 BAB II : Sejarah dan Perkembangan Budaya Pop Jepang

Berisi tentang definisi Budaya Pop dan sejarah serta perkembangan budaya populer Jepang

.

 BAB III : Selayang Pandang tentang Anime dan Manga

Berisi mengenai sekilas mengenai perkembangan Anime dan Manga di Jepang

.

 BAB IV : Diplomasi Budaya dan Promosi Pariwisata Jepang

Berisi tentang diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Jepang dan pengaruhnya terhadap perkembangan parwisata di Jepang

.


(33)

16  BAB V : Kesimpulan


(34)

17

BAB II

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BUDAYA POP JEPANG

Pemahaman mengenai pengertian budaya pop diperlukan untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan budaya pop tersebut

.

Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya multi tafsir atau perbedaan pendapat

.

Sehingga budaya pop tersebut telah dimengerti terlebih dahulu

.

Dengan memahami pengertian dari budaya pop tersebut maka diharapkan adanya kesepahaman bersama mengenai budaya pop tersebut

.

A. Definisi Budaya Pop

Budaya pop merupakan sebuah kesatuan makna

.

Budaya pop itu sendiri memiliki 2 (dua) suku kata yakni

budaya

dan

pop

”.

Sehingga dalam memahami makna budaya pop itu sendiri memerlukan pengertian dari kedua istilah tersebut

.

Adapun pertiannya sebagai berikut

:

a) Budaya

Pertama

,

budaya merupakan acuan pada suatu proses umum perkembangan intelektual

,

spiritual

,

dan estesis


(35)

17

18

.

Sebagai contoh

,

kita dapat mengetahui perkembangan budaya dari Jepang dengan mengacu pada faktor – faktor intelektual

,

spiritual

,

dan estetis yang dimiliki oleh filusuf

filusuf

,

seniman – seniman

,

dan penyair – penyair yang terdapat pada negara tersebut

.

Kedua

,

budaya merupakan pandangan hidup tertentu dari masyarakat

,

periode

,

atau kelompok tertentu 19

.

Contohnya adalah ketika kita membicarakan masalah perkembangan budaya di suatu negarJepang

,

maka kita bisa menggunakan pendekatan – pendekatan lain seperti olah raga

,

upacara adat

,

atau hiburan dan tidak hanya melihat dari sisi intelektual dan estetisnya saja

.

Ketiga

,

budaya juga dapat merujuk kepada karya dan praktik – praktik intelektual

,

terutama aktifitas artistik20

.

Hal ini dapat juga merujuk kepada karya – karya seperti puisi

,

lagu

,

lukisan

,

novel

,

buku

,

dan lain sebagainya

.

Sehingga dalam perkembanganya budaya sangat dipengaruhi oleh karya para seniman dan budayawan

.

Berdasarkan ketiga uraian diatas

,

maka dapat diketahui bahwa budaya merupakan proses perkembangan intelektual

,

spiritual

,

dan estetis yang dapat membentuk sudut pandang tertentu dari sebuah masyarakat dalam periode

18 William, Reymond. 1983. Keyword : A Vocabulary of Culuture And Society. London : Fontana. Hal 90

19Ibid 20Ibid


(36)

18

dan kelompok tertentu yang diwujudkan dalam praktik – praktik intelektual terutama aktifitas artistik

.

Sebagai contoh cerita – cerita dalam pewayangan menunjukkan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat nusantara jaman dahulu yang diwujudkan dalam karakter atau penokohan – penokohan yang berada dalam kisah – kisah pewayangan

.

Tokoh – tokoh tersebut kemudian di pentaskan dalam sebuah pagelaran wayang yang mana di dalamnya terdapat filosofi – filosofi kehidupan orang jawa yang digambarkan di dalam setiap tokohnya

.

b) Pop

Pop merupakan sebuah kata yang merujuk pada istilah ”populer”

.

Istilah populer menurut Reymond Williams dapat memiliki empat arti yang pertama banyak disukai orang

,

kedua jenis kerja rendahan

,

ketiga karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang dan yang terakhir budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri21

.

Jika merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

,

maka arti kata populer adalah yang pertama, dikenal atau disukai oleh orang banyak (umum)

.

Kedua

,

sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya atau mudah dipahami oleh khalayak umum

.

Terakhir

,

disukai dan dikagumi oleh orang banyak

.

21Ibid hal 237


(37)

19

c) Budaya Pop

Menurut William

,

budaya pop itu memang budaya yang menyenangkan atau banyak disukai orang22

.

Hal ini dapat dibuktikan bahwa tayangan TV

,

selalu menunjukkan hal – hal yang disukai oleh kebanyakan orang. Misalnya saja acara kartun di minggu pagi atau sebuah film ataupun mendengarkan musik melalui radio membaca komik melalui koran ataupun buku dan lain sebagainya

.

Hal tersebut kemudian dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan untuk mempopulerkan budaya populer menggunakan alat – alat yang mudah dijangkau oleh masyarakat

.

Munculnya budaya pop sendiri menimbulkan terdapat klasifikasi terhadap budaya karena menurut beberapa orang, terdapat kelas – kelas atau segmentasi terhadap budaya sesuai dengan penikmat budaya tersebut

.

Karena menurut William (1983)

,

jika arti kata populer adalah jenis karya rendahan, sehingga terdapat kelas antara budaya tinggi dan budaya rendah (budaya pop)

.

Sehingga sangat sulit mengesampingkan ekslusivitas audiens suatu budaya tinggi23

.

Menurut Bourdieu (1984), adanya konsumsi budaya yang dimiliki oleh seseorang

.

Menurutnya

,

konsumsi budaya seseorang sudah ditentukan

,

sadar

,

disengaja

,

dan tidak untuk tujuan memenuhi fungsi

22Ibid

23 Storey, John. 2003. Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap konseptual Cultural


(38)

20

sosial pengabsahan perbedaan sosial24

.

Dapat diartikan menjadi Budaya Pop merupakan budaya yang dapat dinikmati oleh semua orang karena mudah dipahami dan dapat dikatakan sebagai karya yang murah serta menggunakan media – media yang mudah terjangkau oleh mmasyarakat umum

.

Sedangkan Budaya tinggi merupakan sebuah karya seni yang memiliki target audience tersendiri karena hanya beberapa orang yang memahami atau karya tersebut merupakan karya yang mahal dan tidak semua orang dapat menjangkaunya

.

Sebagai contoh musik Dangdut dapat dikatakan sebagai karya seni yang murah karena semua orang dapat menjangkau pentas tersebut pementasannya juga biasanya adalah outdoor

sehingga mudah dinikmati oleh semua orang

.

Sedangkan musik beraliran

Jazz ataupun EDM (Electronic Dance Music) hanya beberapa kalangan yang dapat menikmatinya dan tidak semua orang dapat menjangkaunya dipentaskannya pun juga terdapat kriteria tersendiri bagi penikmatnya

.

Akan tetapi

,

terdapat juga hal lain yang dapat mempengaruhi sebuah karya seni dapat dinilai sebagai budaya pop ataupun budaya tinggi

.

Hal ini adalah waktu atau jaman

.

Hal ini dapat dilihat dari karya – karya Shakespheare

.

Pada jamannya

,

karyanya tidak lebih dari sebuah teater pop. Akan tetapi saat ini karyanya dianggap sebagai budaya tinggi karena memiliki eksklusifitas penikmat dalam setiap karyanya

.

24 Bourdieu, Pierre. 1984. Distintion: A Social Critique of the Judgment of Taste, terjemahan


(39)

21

Konsep Budaya Pop menurut Hidetoshi Kato yang mengatakan bahwa istilah budaya pop identik dengan taishuu bunka (Budaya Massa)25

.

Taishuu bunka (atau dapat disingkat menjadi taishuuka) dalam kamus bahasa Jepang

Kouijen dapat berarti hal yang menyebar dalam masyarakat banyak dan semacamnya26

.

Sebagai contoh

,

budaya pop Jepang seperti manga dan

anime tidak hanya disukai oleh masyarakat Jepang

.

Akan tetapi

,

hal ini juga tersebar diluar Jepang

.

Hal ini dibuktikan dengan mudah ditemukannya

anime dan manga baik ditelevisi dan toko buku

.

Bahkan karya – karyanya sangat mudah ditemukan di internet

.

Begitu juga dengan musik Jepang misalnya saja group AKB 48 yang telah diadaptasi di beberapa negara di Asia misalnya saja SHN 48 (Tiongkok) dan JKT 48 (Indonesia) (Lihat gambar 2.1 pada halaman 77)

.

Hal ini membuktikan bahwa musik – musik dan budaya pop asal Jepang kini digemari tidak hanya di Jepang akan tetapi juga di luar Jepang.

B. Sejarah dan Perkembangan Budaya Pop Jepang

Dewasa ini, kita mengenal mie ramen

,

anime

,

manga

,

dan produk – produk budaya Jepang sebagai penantang produk – produk Amerika Serikat seperti Coca – cola

,

Produk kartun Amerika Serikat seperti Mickey Mouse

,

The Simpson

,

25 Kato, Hidetoshi. 1989. Handbook of Japanese Popular Culture.Westport: Greenwood Press. xviii


(40)

22

dan lain sebagainya

.

Sebagai salah satu negara berkembang, budaya – budaya tersebut masuk melalui medium – medium budaya seperti internet, TV, majalah, dan media – media lain

.

Jika kita menilik kebelakang

,

produk – produk budaya yang dimiliki oleh Jepang baru sekitar pada awal abad ke – 21 mulai merajai pasar – pasar Asia bahkan dunia

.

Akan tetapi

,

kesuksesan dari produk – produk Jepang khususnya dengan budaya populernya

,

bukanlah sebuah kesuksesan yang terjadi dalam sekejap

.

Tidak dalam satu, dua tahun bahkan 10 tahun sekalipun untuk membuat budaya Jepang diterima oleh masyarakat luas

.

Bagian ini akan menerangkan perkembangan budaya populer Jepang yang dimulai pada abad ke – 19 hingga saat ini

.

a) Sebelum abad ke – 19

Pada masa Tokugawa (1600 - 1868)

,

Jepang dipimpin oleh para elit kerajaan. Masalah – masalah masyarakat Jepang pada masa tersebut berada di bawah naungan Edo

.

Para pedagang – pedagang di Jepang pada saat itu menjual lukisan – lukisan yang menggambarkan tradisi – tradisi kebangsawanan dan menjadi sangat populer karena merupakan karya sastra yang bernilai tinggi27

.

Pada masa tersebut juga sudah terdapat nama penulis terkenal yang bernama Ihara Saikaku yang menulis mengenai cerita – cerita fiksi bertemakan petualangan28

.

Adapun juga seni pertunjukan Kabuki

27 Varley, Paul. 2000. Japanese Culture.Honolulu; University of Hawaii Press. Hal 164 28 M. Tsutsui, William. 2010. Japanese Popular Culture and Globalization. Ann Arbor; Association for Asian Studies. Hal 6


(41)

23 Theatre semacam pertunjukkan yang menggabungkan seni theatre, musik, dan tarian29

.

Adapun juga Bunraku sebuah pertunjukkan seni semacam

theatre yang menggabungkan drama

,

musik

,

dan juga pertunjukkan manipulasi wayang yang dimainkan oleh beberapa orang30

.

b) Pertengahan Abad ke – 19 hingga awal abad ke – 20

Pada masa Tokugawa

,

Jepang mengisolasi diri dari pengaruh asing

.

Baru sekitar tahun 1858 setelah munculnya perjanjian dagang Jepang mulai membuka diri terhadap dunia luar

.

Kaum cerdik pandai Jepang mulai mengenalkan budaya – budaya yang dimiliki oleh Jepang kepada dunia luar seperti Amerika Serikat dan Eropa

.

Sebagai gantinya

,

mereka mulai mempelajari seni yang dimiliki oleh Eropa dan Amerika Serikat

.

Sedangkan bagi Eropa dan Amerika Serikat mereka menemukan sebuah karya seni baru dengan bahan baku murah akan tetapi memiliki kualitas yang bagus

.

Pasca Restorasi Meiji pada 1868

,

pada saat rezim baru berkuasa

,

masyarakat Jepang menginginkan adanya pembaruan di berbagai sektor antara lain industri, gaya hidup

,

hiburan

,

dan pola – pola barat pada area dan ruang publik31

.

Pada tahun 1870 an

,

barang Barang seperti Kimono

,

lukisan

29Ibid

30Ibid 31Ibid


(42)

24

yang menggunakan papan kayu

,

tato

,

dan peninggalan masa Tokugawa yang lain, menjadi souvenir kunjungan ke Jepang32

.

Bangsa barat kemudian mengenalkan cara berpakaian

,

olah raga seperti rugby dan baseball

,

alat musik dan jenis musik seperti rock dan jazz

,

serta mengenalkan sistem politik

,

pendidikan

,

dan militer33

.

Bahkan salah seorang jurnalis Jepang yang bernama Oya Soichi menyebutkan hiruk pikuk kehidupan modern Jepang yang menyebutkan tentang masifnya pengaruh budaya – budaya – budaya Amerika Serikat34

.

Budayamasyarakat Jepang saat itu bersinggungan langsung dengan budaya barat. Sehongga muncul istilah “Americanized” dan “Westernized” yang mengacu kepada pola – pola kehidupan yang dialami dan budaya – budaya barat yang kemudian menjadi

booming di Jepang

.

Adanya kontak budaya secara langsung membuat adanya asimilasi budaya seperti perpaduan antara kecap dan arak dari barat kemudian berubah menjadi bahan dasar pembuatan makanan sukiyaki35

.

Akan tetapi

,

ketika terdapat poros sekutu dan sentral

,

budaya – budaya Amerika mulai masyarakat Jepang tinggalkan

.

Istilah – istilah yang berbau Amerika Serikat

,

diganti menjadi istilah yang menurut Jepang lebih berjiwa patriotik

.

Seperti pada saat olah raga base ball

,

pemain yang berlari

32M. Tsutsui, William Hal 7 33 M. Tsutsui, Williamhal 8

34 Dorman, Benjamin. 2012. Celebrity Gods : New Religion, Media, and Authority in Occupied

Japan. Honohulu; University of Hawaii Press. Hal 54 - 67 35 M. Tsutsui, Williamhal 9


(43)

25

menuju papan pengadil tidak mengatakan in atau out seperti di Amerika Serikat akan tetapi menjadi Ikita atau Shinda yang di bahasa Indonesiakan menjadi hidup atau mati36

.

Musik Jazz juga pada saat itu mulai dilarang oleh pemerintah Jepang

,

akan tetapi karena musik jazz sendiri sudah mulai banyak diadopsi dan sudah melekat pada masyarakat

,

pemerintah Jepang hanya mengganti istilah saxophone menjadi Kinzoku Seihin Magari Sakuhachi yang dibahasa Indonesiakan menjadi seruling besi yang bengkok37

.

Akan tetapi, pernah adanya kontak budaya dengan negara – negara seperti Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa

,

membuat banyaknya keberagaman budaya yang dimiliki oleh Jepang

.

Masyarakat Jepang memanfaatkan hal tersebut untuk menjadikan budaya yang dimiliki Jepang lebih beragam lagi

.

Terlebih Jepang yang pernah mengalami politik isolasi pada jaman Edo

,

tidak serta merta membuat budaya mereka terkikis akan tetapi lebih kepada adanya akulturasi dan asimilasi budaya

.

Hal tersebutlah yang membuat budaya Jepang menjadi beragam

.

c) Pasca perang dunia II

Pada medium ini

,

Jepang mulai memncampurkan budaya mereka dengan budaya Eropa dan Amerika Serikat

.

Demi peningkatan ekonominya

,

Jepang pada medium ini menggunakan pendekatan low

36Ibid


(44)

26 profile maksudnya

,

Jepang ingin merubah diri sebagai negara yang menjadi raksasa di bidang ekonomi akan tetapi kerdil di bidang politik38

.

Jepang pada saat ini ingin mengembangkan perekonomiannya tanpa mengganggu negara lain

.

Hal ini dilakukan mengingat Jepang yang pada waktu itu Hiroshima dan Nagasaki merupakan kota penting bagi Jepang

.

Hiroshima adalah kota industri dan militer serta merupakan markas kedua Angakat Darat Umum

.

Sedangkan Nagasaki saat itu

,

termasuk kota pelabuhan terbesar di Jepang

.

Nagasaki juga merupakan kawasan yang penting bagi negara barat dalam menyebarkan pengaruhnya usai hancurnya jaman Edo

.

Pasca perang dunia kedua, Jepang mulai mengimport budaya – budaya barat seperti comic

,

cartoon

,

film

,

dan produk budaya barat lain. Jepang juga mulai membangun pabrik – pabrik mainan

.

Pabrik – pabrik mainan ini kemudian diminati oleh anak – anak pada masanya

.

Para pekerja pabrik yang kehilangan pekerjaan akibat perang dunia

,

menggunakan sampah dan limbah yang sudah tidak terpakai lagi

.

Mereka menghasilkan miniatur seperti mobil

,

kereta

,

dan pesawat

.

Mainan – mainan ini kemudian menjadi komoditi export Jepang ke Amerika Serikat39

.

38 Soesastro, Hadi. 1980. Perkembangan Ekonomi dan Militer Jepang dan Pengaruhnya di Asia

Tenggara. Makassar; Lontara. Hal 43 39 M. Tsutsui, William. Hal 11


(45)

27

Jepang memproduksi film monster pertama pada tahun 1954

.

Film ini disebut – sebut sebagai film yang paling populer setelah Perang Dunia II40

.

Film tersebut berjudul Gojira atau dalam bahasa yang lebih populer

Godzilla

.

Film ini bercerita tentang monter laut yang menyerang Jepang

.

Gojira dalam film ini digambarkan sebagai monster laut yang berbentuk seperti kadal raksasa yang berdiri menggunakan dua kaki dan memiliki tangan (Lihat gambar 2.2 pada halaman 77)

.

Film ini juga berisi tentang kampanye bebas nuklir karena Gojira ini sendiri muncul akibat dari radiasi nuklir

.

Film Gojira ini kemudian dieksport hingga ke Amerika Serikat pada tahun 1956

.

Karena kepopuleran Gojira

,

Jepang membuat film tentang monster kembali di tahun 196141

.

Film Gojira kemudian menuai sukses di pasaran

.

Amerika Serikat kemudian ditahun 1975 membuat film – series tentang Gojira yang berjumlah 15 episodes

.

Karena kepopuleran

Gojira

,

beberapa negara kemudian membuat tiruan yang serupa

.

Tercatat ada 3 negara yakni UK (Gorgo 1960)

,

Denmark (Reptilicius 1962)

,

dan Korea Selatan (Yongary)42

.

40 Telegraph.co.uk/culture/film/10788996/godzilla-why-the Japanese-original-is-not-joke.html diakses tanggal 29/9/2016 pukul 23:04

41Opcit


(46)

28

Pasca melejitnya Jepang di bidang perundistrian film

,

Jepang kemudian mulai merintis cartoon asli Jepang yang diberi nama Anime

.

Pada tahun 1945

,

Jepang pernah membuat momotaro umi no shinpei

(Momotaro Devine Sea Warrior) yang merupakan anime pertama Jepang43

.

meskipun kemudian cenderung kurang berhasil di pasar internasional. Toei Entertaiment kemudian mulai merintis anime Jepang kembali

,

mengingat pasar internasional mulai memperhatikan Jepang sebagai negara yang memiliki budaya pop yang menarik

.

Hakujaden dan

Shonen Sarutobi Sasuke yang dirilis pada 1957 dan 1958

.

Pada tahun 1963

,

salah satu budaya pop mereka kembali booming yakni

,

Tetsuwan Atomu (lebih dikenal dengan Astro Boy)44

.

Pencapaian Astro Boy bahkan melebihi Gojira merupakan TV series yang lebih mendunia

.

Pada tahun 1970

,

perekonomian Jepang sudah mulai membaik. Jepang pada saat itu juga sudah dianggap memiliki reputasi sebagai negara yang memproduksi mainan – mainan anak serta alat – alat yang berkaitan dengan entertaiment lainnya

.

Contohnya Sony Walkman yang diperkenalkan pada 1979

,

dapat diterima secara luas karena mudah dibawa

43 Clements, Jonatan dan Helen Mc Carthy. 2001.The Anime Encyclopedia : A Guide to Japanese

Animation Since 1917. California;Stone Bridge Press .hal 152

44 Article.latitimes.com/2009/oct/23/entertaiment/et-astroanime23 diakses pada 30/09/2016 pukul 20:30


(47)

29

dan dapat dinikmati secara individu45

.

Budaya pop mereka juga sudah mulai banyak dikenal dan mulai diterima secara global

.

Selain Film dan

Anime nya Jepang juga pernah menduduki Billboardpop chart di Amerika Serikat. Sakamoto kyu dengan Sukiyaki adalah musik dengan bahasa Jepang pertama yang mampu menembus Billboard pop chart tersebut46

.

d) Pada 1980 hingga saat ini

Menurut Iwabuchi (2002) budaya pop Jepang terus berkembang pada medium tahun 1980 – 1990

.

Hal ini terbukti dengan mendominasinya budaya – budaya pop Jepang di Asia dan bahkan merambah Eropa dan Amerika Serikat

.

Hal ini juga dipengaruhi dengan adanya internet yang membuat promosi budaya pop mereka semakin berkembang pesat47

.

Pada 1980

,

Jepang sangat banyak menerbitkan comic (atau kemudian lebih dikenal sebagai manga) hampir 27% atau lebih dari 1,8 juta manga yang diproduksi di negeri matahari terbit48

.

Manga kemudian populer terutama dikalangan anak – anak. Science fiction

,

olah raga

,

comic tentang perkelahian

,

dan aksi – aksi samurai merupakan tema dari

anime yang populer bagi anak laki – laki pada saat itu

.

Akan tetapi

,

45 Content.time.com/time/nation/article/0,8599,1907884,00.html diakses pada 1/10/2016 pukul 08.00

46 Billboard.com/artist/306251/kyu-sakamoto/biography diakses pada 1/10/2016 pukul 08.00 47 Iwabuchi, Koichi. 2002. Taking popular cultural connections seriously: Issues in the study of regional cultural flows in South/East Asia.


(48)

30

adapula comic tentang percintaan dan kisah – kisah remaja yang populer bagi anak – anak perempuan saat itu49

.

Meskipun pada awalnya perkembanganya sendiri tidak lebih baik daripada anime yang segmentasinya untuk laki – laki

.

Pada akhir tahun 1980 – an

,

novelis Jepang Yoshimoto Banana perlahan menjadi populer

.

Novel – novel fiksi sukses membuat namanya melambung

.

Bagi Yoshimoto Bannana, dalam setiap pembuatan novelnya, selalu terinspirasi dari manga

.

Beberapa novelnya seperti Kitchen

,

N.P

,

dan Lizard di terjemahkan dalam bahasa inggirs dan sukses menembus pasar dunia50

.

Pada 1990 budaya Jepang sudah menjadikan beberapa negara besar seperti Amerika Serikat sebagai pasar mereka

.

Melalui anime

Pokemon

,

Sailor Moon

,

dan Dragon Ball Z merupakan anime – anime

yang populer di Amerika Serikat51

.

Kesuksesan anime – anime tersebut kemudian membuat Jepang semakin menambah produksi anime mereka

.

Hadirnya Anime sendiri merupakan angin segar bagi acara televisi di Amerika Serikat. Tokoh – tokoh yang merupakan produk budaya populer mereka seperti Batman dan Aquaman pada tahun 1990 – an mulai ditinggalkan karena dianggap membosankan52

.

Bagi beberapa orang

49 Valey, Paul hal 348

50 Valey,Paul hal 349

51 http://asianavenuemagazine.com/2013/anime/ diakses pada 1/10/2016 pukul 08.15 52 http://www.japaninc.com/article.php?articleID=972 diakses pada 1/10/2016 pukul 08.15


(49)

31

Amerika Serikat pada masa tersebut

,

anime – anime lebih memberikan kesan moral

.

Dimana dalam setiap anime yang ditayangkan kesuksesan sebuah tokoh merupakan buah dari usaha mereka

.

Pada tahun 1990 di Amerika Serikat

,

banyak dijumpai orang – orang yang memperjualkan substitle dari anime – anime

.

Melalui internet

,

anime disebarkan ke Amerika Serikat dan beberapa orang mulai membuat subtitle unofficial yang mereka buat sendiri53

.

Hal in juga yang mempengaruhi adanya perkembangan budaya populer Jepang di Amerika Serikat

.

Menginat Amerika Serikat kemudian menjadi pasar yang sangat menarik bagi Jepang Adanya transfer – transfer budaya ini membuat semakin meningkatnya minat terhadap budaya – budaya yang dimiliki oleh Jepang

.

Jepang juga pada tahun 1990 – an mulai memperkenalkan budaya – budaya mereka keseluruh dunia melalui penjualan franchise acara – acara TV dan lain sebagainya

.

Mengingat pada medium tahun ini, Jepang telah dianggap berhasil dalam menyebarkan produk – produk budaya populernya

.

Pada pertengahan 1990 – an, beberapa TV Show Jepang tidak hanya dapat dinikmati di Jepang akan tetapi di luar Jepang

.

Acara sepeeti

Mighty Morphine Power Ranger

,

Takeshi Castle

,

dan Iron Chef mulai ditayangkan di beberapa bagian di Asia dan beberapa bagian dunia lain

.


(50)

32

Begitu pula dengan beberapa anime dan manga mereka seperti Pokemon

dan Yu – Gi – Oh

!

Perkembangan mulai memberikan pengaruh yang baik bagi perkembangan budaya Jepang itu sendiri

.

Musik J – Pop atau Japanese Pop pun juga mulai merambah ke pasar Asia

.

Bahkan negara seperti Indonesia, beberapa group bandnya sudah mulai menggunakan aliran ini untuk musik mereka seperti J – Rock

yang terang – terangan menggunakan huruf J di depan yang merupakan kependekan dari Japanese. Akan tetapi, musik yang berasal dari Jepang sendiri menuai banyak kritik dari beberapa kalangan pengamat musik baik di Jepang dan di barat

.

Pada medium tahun 1990 – an Nintendo juga mulai populer pada tahun ini

.

Perkembangan game consol ini terhitung cepat karena pasarnya sendiri tidak hanya di Asia akan tetapi juga di barat. Bahkan tokoh Mario Bross melebihi kepopuleran dari Mickey Mouse54

.

Kesuksesan Nintendo sebagai produsen game kemudian diikuti dengan perkembangan gameconsol lain yakni Sega

.

Karena persaingan dengan barat yag menghadirkan Play Station sebagai produk mereka

,

Sega

kemudian menghadirkan saingan bagi Play Station yang bernama

Dream Cast meskipun kesuksesannya masih belum dapat menyamai produk – produk terdahulunya yakni Nintendo dan Sega

.

54 M. Tsutsui, William . hal 17


(51)

33

Pada awal 2000 – an

,

Perdana Menteri Jepang mulai fokus kepada budaya populer sebagai sumber daya yang potensial untuk mendatangkan para turis

.

Pemerintah Jepang memanfaatkan produk – produk budaya mereka sebagai icon dari promosi – promosi yang dilakukan oleh Jepang

.

Douglas McGray menulis tentang Japan National Cool yang berisikan mengenai pumujian mengenai cara Jepang dalam menyebarkan budaya populernya

.

Secara kebetulan pada tahun tersebut anime Spirit Away’s memenangkan Oscar sebagai best animation picture55(Lihat gambar 2.3 pada halaman 78)

.

Oscar Award

sendiri merupakan ajang penghargaan tertiggi bagi sineas di dunia. Spirit Away sendiri merupakan sebuah anime yang menceritakan tentang perjuangan seorang gadis kecil bernama Chihirio untuk menyelamatkan orang tuanya yang ditangkap oleh makhluk dari dunia lain.

Junichiro Kozumi kemudian mendeklarasikan bahwa Jepang memiliki ‘intelectual property based – nation’56

.

Junichiro Kozumi yakin bahwa menggunakan budaya populernya

,

Jepang dapat merajai pasar internasional terutama di bidang produksi budaya populer

.

Jepang kemudian fokus kepada industri – industri kreatif mereka

.

Tahun 2003

,

Jepang memasang target yang ambisius yakni 10 juta turis yang

55 Seaton, Philp dan Takayoshi Yamamura. 2016.Japanese Popular Culture and Content Tourism

Introduction. Rouledge. Hal 6

56 Arai, H., 2005. Intellectual property strategy in Japan. International Journal of Intellectual


(52)

34

mengunjungi Jepang pada tahun 2010 yang kemudian diberinama Visit Japan Campaign

.

Visit Japan Campaign menggunakan percampuran antara budaya populer dan budaya tradisionalnya untuk menarik para turis

.

Kampannye ini dapat dikatakan cukup sukses karena terjadi lonjakan yang tinggi terhadap kunjungan ke Jepang. Jepang sendiri hampir tidak pernah mengalami pelonjakan turis sebanyak 1 juta jiwa sebelum tahun 2002, akan tetapi memasuki 2003 ke 2004, terdapat lonjakaan yang signifikan yakni sebesar 1 juta jiwa. Meskipun angka penurunan wisatawan asing ke Jepang pernah mengalami penurunan akibat tsunami 2011, akan tetapi secara keseluruhan Jepang mengalami peningkatan jumlah wisatawan.

Hal ini kemudian mendorong Jepang untuk melakukan pembuatan landmark untuk mendukung promosi terhadap budaya Jepang hal ini dilakukan untuk meningkatkan wisatawan asing di Jepang

.

Pembuatan landmark ini juga menjadi icon budaya populer di Jepang

.

Pada tahun 2007

,

pemerintah Jepang kemudian fokus terhadap ekspor budaya Jepang demi semakin menarik wisatawan berkunjung ke Jepang

.

Contoh nya

,

Museum Manga Internasional di Kyoto

.

Pada tahun pertamanya

,

mencapai 100.000 pengunjung 57

.

Akan tetapi, kunjungan terhadap museum ini terus meningkat selaras dengan berkembangnya

57 http://www.kyotomm.jp/english/about/mm/about-jigyo.php diakses tanggal 2/10/2016 pukul 18.00


(53)

35

budaya populer itu sendiri

.

Pada tahun 2008

,

Pemerintah Jepang mendirikan Japan Tourism Agency untuk lebih mempopulerkan budaya Jepang dan landmark yang telah mereka dirikan58

.

Pada tahun 2010,

Creative Industries Promotion Office didirikan dengaan tujuan akan lebih meluasnya budaya pop Jepang59

.

Mengingat Jepang pada tahun ini sudah tidak dikenal menjadi negara yang menggunakan hard power nya akan tetapi lebih kepada soft power nya

.

Pada tahun 2000 – an

,

budaya pop Jepang sudah berkembang begitu pesat

.

Jepang sendiri telah memiliki judul ratusan anime dan

manga yang mereka produksi dengan minat penonton yang positif

.

Anime seperti Doraemon juga sudah meluas hampir keseluruh penjuru dunia

.

Benua seperti Asia

,

Afrika

,

Eropa dan Amerika sudah familiar dengan karakter Doraemon

.

Bahkan Doraemon sendiri menjadi duta

anime internasional. Begitu pula dengan J – Pop

.

AKB 48 contohnya mereka sudah mulai merambah Asia sebagai pasar mereka. AKB 48 juga membuat beberapa group dibeberapa negara seperti Indonesia (JKT 48)

,

Tiongkok (SHN 48)

,

Thailand (BNK 48)

,

dan lain – lain

.

Begitu pula dengan anime mereka seperti One Piece bahkan masuk rekor dunia sebagai jumlah komik terbanyak yang diterbitkan oleh satu pengarang

.

58Seaton, Philip . Hal 7


(54)

36

Sebanyak 320

.

866

.

000 telah tersebar ke seluruh dunia60

.

Hal ini tentunya membuat budaya – budaya populer asal Jepang sendiri semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin dekat dengan masyarakat terssebut

.

Karena faktor kedekatan ini lah yang membuat masyarakat semakin penasaran terhadap budaya mereka. Sehingga, hal ini dapat berpengaruh kepada tingkat kunjungan ke Jepang

.

60 Tempo.co/read/news/2015/06/17/118675768/serial-manga-one-piece-raih-guiness-world-of-record diakses pada 2/10/2016 pukul 19.00


(55)

38

BAB III

SELAYANG PANDANG TENTANG ANIME DAN MANGA

Perkembangan budaya populer Jepang saat ini telah mengarah ke arah positif karena budaya – budaya tersebut seolah – olah sudah dekat kepada masyarakat saat ini

.

Hal tersebut terbukti dengan menghilangnya sterotype Jepang adalah negara yang kuat dalam militernya akan tetapi Jepang berhasil merubah stigma – stigma negatif menjadi Jepang yang lebih mengunggulkan budayanya

.

Perkembangan – perkembangan budaya yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan bukti jika Jepang telah berhasil merubah stigma – stigma negatif tentang mereka

.

Bahkan mereka sukses mempasarkan budaya mereka ke negara Asia yang diantaranya sempat memiliki hubungan buruk dengan Jepang

.

Seperti Korea Selatan

,

Tiongkok

,

dan Indonesia

.

Pada bab ini

,

akan dipaparkan mengenai beberapa budaya populer yakni

anime dan manga

.

Meskipun selain anime dan manga terdapat juga budaya pop lain seperti musik

,

drama

,

film

,

fashion

,

game

,

dan lain lain, akan tetapi manga dan

anime dapat dikatakan memiliki peminat yang tersebar di seluruh dunia karena kedekatan anime dan manga sendiri sudah meluas keseluruh dunia jika dibandingkan dengan budaya – budaya populer sebelumnya

.

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya event – event baik tingkat nasional bahkan internasional terkait dengan anime dan manga contohnya cosplay

.

Selain itu

,

semenjak tahun 2006


(56)

39

Kyoto Seika University di Jepang membuka jurusan untuk menjadi mangaka

(seniman manga)

.

Hal tersebut membuktikan jika manga dan anime memiliki pengaruh yang besar di Jepang dan juga memiliki kedekatan budaya di level internasional

.

A. Manga Sebagai Budaya Pop Jepang

Secara bahasa

,

manga terdiri dari 2 kata yakni man yang berarti tidak beraturan dan ga yang berarti gambar

61

.

Jika diterjemahkan secara harfiah, maka akan berarti gambar yang tidak beraturan

.

Karena manga sendiri tidak seperti lukisan yang terdiri dari satu gambar

,

akan tetapi di dalam satu halaman manga memuat beberapa tokoh dengan satu cerita yang berkesinambungan

.

Sama seperti comic mennurut barat

,

penyebutan

manga sebagai comic di Jepang membuat manga memiliki pasar sendiri karena penyebutan manga pada saat ini, selalu merujuk kepada produk budaya populer Jepang berupa comic

.

Perkembangan manga saat ini dapat dikatakan sangat pesat

.

Sejak awal pembuatannya hingga saat ini

,

manga merupakan salah satu budaya populer yang sangat pesat perkembangannya

.

Manga saat ini juga sudah mulai dapat dinikmati

61 Wulansuci, Yolana. 2010. Budaya Populer Manga dan Anime sebagai Budaya Populer Jepang. Depok; Universitas Indonesia. Hal 13


(57)

39

baik di Jepang dan juga di luar Jepang

.

Bahkan di Indonesia sendiri manga sangat umum ditemukan di setiap toko – toko buku di seluruh Indonesia

.

Sehingga, manga

sendiri memiliki penggemar dari berbagai macam usia dan latar belakang

.

Sehingga, manga dapatdibedakan jenis dan macamnya seperti usia pembaca

,

tema yang diangkat dan lain – lain

.

Adapun jenis – jenis manga berdasarkan segmentasi usia pembaca 62 :

1. Shounen

Manga jenis ini dibuat khusus untuk anak laki – laki

.

Manga ini merupakan salah satu manga yang paling populer di seluruh dunia

.

Tema dari manga

ini biasanya petualangan atau aksi. Contohnya adalah Naruto Shipuden

,

One Piece

,

Dragon Ball dan lain – lain

.

2. Seinen

Manga jenis ini dibuat khusus untuk pria dewasa

.

Tema dari manga ini mirip seperti manga shounen akan tetapi kontennya lebih vulgar

.

Contohnya adalah Berserk

.

3. Shoujo

Manga jenis ini dibuat khusus untuk anak perempuan

.

Tema yang dihadirkan seperti konflik percintaan

.

Contohnya Electric Daisy dan Chibi Maruko Chan

.


(58)

40

4. Josei

Manga jenis ini dibuat khusus untuk wanita dewasa

.

Tema yang dihadirkan hampir sama dengan manga shoujo akan tetapi lebih rumit

.

Contohnya adalah Hana Yori Dango

.

5. Kodomo

Manga jenis ini dibuat untuk anak – anak baik laki – laki maupun perempuan

.

Biasanya bertemakan petualangan atau kehidupan anak – anak

.

Contohnya Doraemon dan Dr. Slump

.

Sebagai budaya populer, manga merupakan komoditi yang dapat dijangkau oleh masyarakat

.

Hal ini kemudian berpengaruh juga kepada pasar atau masyarakat sebagai peminatnya

.

Manga dapat dikatakan lebih menarik daripada

comic di barat. Menurut Schodt (1996) manga memiliki kekuatan untuk menggambarkan ketakutan atau harapan yang dimiliki manusia63

.

Sehingga pembaca merasa dekat dengan karakter – karakter yang ada di setiap manga

.

Contohnya, dalam setiap manga

,

selalu ada karakter yang lemah yang kemudian dibantu oleh yang kuat

.

Hal semacam inilah yang dimaksudkan oleh Schodt.

Sebagai salah satu produk budaya populer

,

manga memiliki banyak penggemar baik itu di Jepang sendiri dan di luar Jepang

.

Hal ini dapat dibuktikan


(59)

41

dengan penjualan manga di Jepang sendiri sangat tinggi

.

Pada tahun 2004 contohnya

,

sekitar 22,5% dari total penjualan media cetak lain seperti buku dan majalah dan pada tahun 2006

,

penjualan manga total mencapai 481 milyar yen64

.

Selain di Jepang

,

penjualan di Amerika Serikat juga mengalami peningkatan

.

Peningkatan sebesar 22% di tahun 2005 ke tahun 2006

.

Pada tahun 2005

,

sebesar 7,8 juta dollar meningkat menjadi 9,6 juta dollar65

.

Manga sudah menjadikan komoditas yang penting dan tidak terpisahkan bagi masyarakat Jepang

.

Hal ini dikarena kan banyaknya penggermar manga baik di Jepang sendiri dan luar Jepang

.

Terdapat beberapa komunitas – komunitas pecinta manga di seluruh dunia

.

Terdapat juga costplay – costplay yang menggunakakan karakter manga sebagai modelnya

.

B. Anime Sebagai Bagai Pop Jepang

Ketenaran manga sebagai produk budaya populer

,

diikuti pula produk budaya populer Jepang lain selain manga

.

Jepang juga memiliki anime

.

Anime

merupakan istilah yang digunakan oleh masyakat Jepang yang merujuk kepada kata

animation dalam bahasa Inggris66

.

Seiring dengan perkembangan budaya populer

64Ibid. Hal 14

65Ibid

66Napier, J. Susan. 2005. Anime from akira to Howl’s Moving Castle.New York; Palgrave Macmilian. Hal 4


(60)

42

Jepang

,

anime sendiri dikenal sebagai produk animasi Jepang

.

Hampir sama seperti

manga

,

penyebutan anime menjadikan pembaca langsung dapat merujuk kepada produk budaya populer Jepang berupa animasi

.

Kesuksesan anime merupakan usaha yang berlangsung sangat lama

.

Jepang sebenarnya telah memulai proyek anime mereka pada awal abad ke 20

.

Anime yang berjudul Imokawa Makuzo Genkaban no Maki (Mukuzo Imokawa

,

the Doorman) karya Oten Shimokawa tahun 1917 di tampilkan sebagai film pembuka

.

Anime tersebut kemudian mendorong produksi anime lain

.

Selanjutnya

,

pada tahun 1945 anime digunakan untuk tentara Jepang menyebarkan propagandanya kepada anak muda muda

.

Anime yang berjudul Momotaro Umi no Shinpei (Momotaro’s

Drive Sea Warrior) dirilis guna mempropagandakan Jepang di Perang Dunia ke 2

.

Anime ini ditujukan untuk pemuda – pemuda Jepang guna membakar semangat para pemuda dan juga menunjukkan betapa heroiknya para tentara Jepang

.

Hal ini juga pernah dilakukan oleh tentara Nazi pada perang dunia 1 untuk membakar semangat para tentara dan juga menunjukkan gagah dan heroik para tentara Nazi pada saat itu

,

Hitler menggunakan propaganda Triumph of Will (Triumph des Willens) pada tahun 1935

.

Anime selanjutnya yang dirilis adalah Hakujaden (The Legend of White Serpent) pada tahun 195867

.

Anime sendiri kemudian berkembang

67 MacWillliam, Hal 49


(61)

43

baik secara secara kualitas dan alur cerita

.

Mengingat Jepang sendiri bertujuan untuk merubah citra mereka menjadi negara yang cinta damai

.

Pada tahun 1960 – an

,

seiring berkembangnya alat komunikasi diantaranya adalah televisi

,

serial anime kemudian terus berkembang

.

Perkembangan ini mulai dirasakan di dalam Jepang

.

Jepang memproduksi serial

anime yang pertama adalah Otogi Manga Karendaa (Otogi Manga Calendar) yang dirilis pada 1962 dengan total episode 312

.

Pada 1963

,

manga Jepang menuai sukses tidak hanya di Jepang akan tetapi merambah ke Amerika Serikat

,

beberapa negara Eropa dan beberapa negara Asia

.

Anime yang berjudul Tetsuwan Atomu ( lebih dikenal dengan judul Atom Boy) dan Gigantor merupakan tonggak awal berkembangnya anime di dunia

.

Berkembangnya anime di Amerika Serikat

,

membuat produksi anime sendiri pada tahun berikutnya semakin masif selaras dengan perkembangan alat telekomunikasi dan media

.

Anime dari tahun tersebut terus berkembang hingga sekarang

.

Anime

yang terkesan mudah dicerna dengan alur yang sederhana serta terdapat segmentasi bagi penontonnya

,

membuat kepopuleran anime terus berkembang

.

Anime pernah menjuarai beberapa ajang festival bergengsi

.

Anime dengan judul Sen to Chihiro Kamikakushi (Spirited Away) berhasil meraih ajang bergengsi seperti Best Animated Feature Film pada ajang Film Academy tahun 2001 dan juga Golden Bear


(62)

44 Award dalam Berlin Festival di tahun yang sama68

.

Pada bidang perfilman

,

2 ajang tersebut merupakan event besar

.

Festival tersebut diikuti oleh berbagai negara

.

Pada ajang tersebut bahkan Spirited Away mengalahkan Walt Disney dan Pixar sebagai produsen – produsen animasi barat yang sudah mendunia lebih dahulu dibanding dengan anime

.

Bahkan pada tahun 2003

,

Spirited Away memenangkan

Oscar Award yang mana merupakan penghargaan tertinggi di bidang perfilman

.

Anime – anime lain yang terkenal adalah Death Note

,

Crayon Shinchan

,

Doraemon

,

Naruto Shipuden

,

One Piece

,

Gundam

,

Pokemon

,

Sailor Moon

merupakan salah satu contoh anime yang meraih kepopulerannya tidak hanya di Jepang

,

akan tetapi merambah ke Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia dan Eropa

.

Seiring dengan perkembangan media masa

,

anime kini semakin mudah untuk ditemukan

.

Melalui media seperti DVD

,

Youtube dan Microsoft Xbox Video anime semakin mudah ditemukan

.

Terdapat juga website – website yang menyediakan streaming online untuk meneonton anime

.

Hal ini kemudian yang membuat anime sendiri dapat tersebar ke seluruh dunia

.

Salah satu faktor populernya anime adalah lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan kartun – kartun dari barat seperti Pixar yang sangat sulit dicari di Youtube dan Microsoft Xbox Video

.

Anime sendiri kini juga tidak hanya dirilis menggunakan bahasa Jepang dan Inggris saja

,

bagi anime – anime yang lain seperti One Piece

,

Gundam

,

68Ibid hal 59


(63)

45 Doraemon

,

dan anime – anime lain yang telah mencapai kepopulerannya, anime – anime tersebut kemudian juga dialih bahasakan kedalam bahasa Korea

,

Mandarin

,

bahasa Indonesia

,

bahasa Spanyol

,

bahasa Jerman

,

bahasa Portugis dan bahasa – bahasa lain

.

Penjualan anime sama seperti manga yang membawa dampak positif bagi perekonomian Jepang

.

Lebih dari 80 judul anime yang ditayangkan dalam setiap minggunya dan diperkirakan jumlah penonton mencapai 1 juta penonton

.

Penjualan DVD anime di Jepang sangatlah besar

.

Mencapai sekitar 27 milyar yen pada tahun 200669

.

Menurut Japan Information Network

,

60% kartun yang terdapat di dunia saat ini adalah anime70

.

Hal ini membuktikan bahwa anime adalah kekuatan bagi ekonomi Jepang

.

Melalui anime Jepang juga dapat mempropagandakan sesuatu

.

Misal saja pembangunan Masjid di Shizouka

,

para umat muslim disana menggunakan anime sebagai sarana promosi mereka

.

Agar mendapat empati dari kalangan masyarakat luas

,

sehingga pembangunan masjid di Shizouka dapat terlaksana

.

Menggunakan anime

,

tentu saja tidak hanya menarik bagi warga Jepang itu sendiri

,

akan tetapi juga menarik perhatian seluruh dunia mengingat internet merupakan media yangdapat menyebar secara dengan luas dan cepat

.

69Ibid hal 13


(64)

46

C. Manga dan Anime Sebagai Salah Satu Soft Power Jepang

Menurut Nye (2004) salah satu sumber softpower adalah daya tarik yang dimiliki oleh suatu negara, seperti budaya populer

.

Jepang merupakan salah satu negara yang menggunakan soft power berupa budaya pop sebagai salah satu langkah diplomasinya

.

Jepang awalnya menggunakan anime sebagai propaganda untuk memberikan semangat bagi pemuda – pemuda Jepang di Perang Dunia II

.

Akan tetapi

,

hal ini kemudian bergeser menggunakan anime dan manga nya sebagai perubah citra mereka

.

Jepang yang awalnya menggunakan hard power sebagai arah diplomasi mereka kemudian berubah menjadi soft power

.

Menurut McGray (2002) Jepang saat ini sudah tidak relevan lagi jika disebut dengan negara super – power dalam konteks Gross National Product (GNP)

.

Jepang saat ini lebih cenderung culturalsuper power dalam konteks Gross National Cool (GNC)71

.

Meminjam istilah dari Joseph S. Nye (2004)

,

Jepang dapat dikatakan sebagai negara superpower dalam konteks soft-power karena ia dinilai memiliki kekuatan untuk membuat orang dari negara lain tertarik melalui budaya

,

nilai-nilai

,

maupun kemampuan diplomasinya

,

termasuk diplomasi anime dan

manga

.

Sehingga

,

sudah menjadi hal yang tidak mengherankan jika karakter –

71 Budianto, Firman. Tinjauan Buku Anime, Cool Japan, Dan Globalisasi Budaya Populer Jepang. LIPI hal 179


(1)

73 Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Antropologi Budaya. Jakarta; Aksara

Baru

Ledford, John. 2005. “It’s… Profitmón!” Fortune 152 no. 12.

MacWilliams, Mark W. 2008. Japanese Visual Culture. New York; M. E. Sharpe

Tsutsui, William M. 2010. Japanese Popular Culture and Globalization. Ann Arbor; Association for Asian Studies

Nakamura, T. , 2013 . Japan’s New Public Diplomacy: Coolness in Foreign Policy Objectives, 名古屋大学大学院国際言語文化研究科, Vol. 5

Napier, Susan J. 2005. Anime from akira to Howl’s Moving Castle.New York; Palgrave Macmilian

Nasurullah, Rulli. 2012. Komunikasi Antar Budaya Di Era Budaya Siber. Jakarta : Kencana.

OCDE. 2002. National Tourism Policy Review Of Japan

Oda, Eichiro. 2007. One Piece 10th Treasures. Tokyo: Shuiesa.

Oguraa, Kazuo. 2009. Japan Cultural Diplomacy Past and Present. Tokyo : Aoyama Gakuin University Joint Research Institute for International Peace and Culture.


(2)

74 Richard Gid Powers dan Hidetoshi Kato. 1989 . Handbook of Japanese

Popular Culture. Westport; Greenwood Press .

Rudi, May T. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional. Bandung; Refika Aditama.

Sahara, Taicho. A Research On International Tourism in Japan – Cultivating Inbound Tourism.

Seaton, Philp dan Takayoshi Yamamura. 2016.Japanese Popular Culture and Content Tourism Introduction. Rouledge

Schodt, Frederik L. 1983 .Manga! Manga! New York: Kodansha

Sihono, Teguh. 2009. Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap perekonomian Asia.

Soesastro, Hadi. 1980. Perkembangan Ekonomi dan Militer Jepang dan Pengaruhnya di Asia Tenggara. Makassar; Lontara

Storey, John. 2003. Teori Budaya dan Budaya Pop Memetakan Lanskap konseptual Cultural Studies. Yogyakarta; Qalam

Sukmara, Rina & Yusy Widarahesty. 2011. Perkembangan Diplomasi Luar Negeri Jepang di ASEAN Pasca Perang Dunia II (Studi Tentang Sejarah Diplomasi Jepang Dari 1970 sampai 1997). Prosiding Penelitian Bidang Ilmu Sosial dan Humaniora. Muhammadiyah Prof.Dr Hamka


(3)

75 Varley, Paul. 2000. Japanese Culture.Honolulu; University of Hawaii Press.

Warsito, Tulus dan Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang. Yogyakarta : Ombak.

William, Reymond. 1983. Keyword : A Vocabulary of Culuture And Society. London : Fontana.

Wulansuci, Yolana. 2010. Budaya Populer Manga dan Anime sebagai Budaya Populer Jepang. Depok; Universitas Indonesia

Internet :

http://Article.latitimes.com/2009/oct/23/entertaiment/et-astroanime23

http://asianavenuemagazine.com

http://Billboard.com/artist/306251/kyu-sakamoto/biography

http://Content.time.com/time/nation/article/0,8599,1907884,00.html

http://hbswk.hbs.edu/archive/4290.html

http://j-cul.com/jenis-jenis-manga-jepang/

http://Japan-expo-paris.com/en/menu_info/history_475.htm

http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/4092461.stm


(4)

76 http://www.kyotomm.jp/english/about/mm/about-jigyo.php

http://www.theatlantic.com/entertainment/archive/2015/03/japan-and-the-powerof-coolness/387664/

http://Telegraph.co.uk/culture/film/10788996/godzilla-why-the Japanese-original-is-not-joke.html

http://Tempo.co/read/news/2015/06/17/118675768/serial-manga-one-piece-raih-guiness-world-of-record

www.globalasia.org/v6N1_Spring_2011/Asger_Rojle_Chistensen.html

www.mlit.go.jp/kankocho/en/about/keiki.html

www.Mlit.go.jp/kankocho/en/inbond/jvc.html


(5)

77 LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2.1 contoh produk budaya pop Jepang yang diadaptasi di Indonesia

Sumber : http://jkt48.com/third-anniversary-concert?lang=id

Gambar 2.2 Gojira salah satu produk budaya populer yang berbentuk seperti kadal akan tetapi memiliki dua kaki


(6)

78 Gambar 2.3 Penyerahan piala Oscar kepada Miyazaki selaku sutradara Spirit

Away

Sumber : http://hot.detik.com/art/2745335/animator-jepang-hayao-miyazaki-terima-piala-kehormatan-dari-oscar

Gambar 3.1 Maid Cafe yang berada di Akihabara