Hubungan Audit Internal Terhadap Pengendalian Internal Kredit

31 e. Pengawasan kredit Mengingat perkreditan merupakan salah satu kegiatan usaha bank yang mengandung kerawanan yang dapat merugikan bank yang pada gilirannya dapat berakibat pada kepentingan masyarakat penyimpan dana dan pengguna jasa perbankan, maka setiap bank wajib menerapkan dan melaksanakan fungsi pengawasan kredit yang menyeluruh. Setiap bank harus mempunyai struktur pengendalian intern yang memadai dalam perkreditan yang mampu menjamin bahwa dalam pelaksanaan perkreditan dapat dicegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh berbagai pihak yang dapat merugikan bank dan terjadinya praktik pemberian kredit yang tidak sehat. f. Penyelesaian kredit bermasalah Didalam proses perkreditan bank akan selalu dihadapkan pada risiko timbulnya kredit bermasalah yang selalu harus diwaspadai dan sedapat mungkin dapat dicegah. Dalam upaya untuk meningkatkan pemantauan secara dini terhadap kredit-kredit yang akan atau di duga akan merugikan bank, maka bank wajib melakukan pengawasan secara khusus dan secara berkala wajib melakukan evaluasi terhadap daftar kredit dalam pengawasan khusus tersebut serta hasil penyelesaiannya.

M. Hubungan Audit Internal Terhadap Pengendalian Internal Kredit

Pengendalian internal kredit memerlukan laporan untuk menganalisis jumlah kredit yang diberikan serta ketepatan jangka waktu pengembaliannya sehingga menguntungkan bagi pihak bank sebagai kreditur. Laporan tersebut 32 juga harus mengungkapkan perkembangan yang tidak diinginkan atau penyimpangan-penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Dalam kegiatan perkreditan, kualitas aktiva produktif pada sebuah BPR dinilai berdasakan kolektibilitasnya. Menurut Suyatno 2003: 124 penetapan tingkat kolektibilitas aktiva produktif pada prinsipnya didasarkan untuk: 1. Kredit yang diberikan didasarkan pada ketepatan pembayaran kembali pokok dan bunga serta kemampuan peminjam yang ditinjau dari keadaan usaha yang bersangkutan. 2. Aktiva produktif lainnya didasarkan pada tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif lainnya tersebut serta tingkat penghasilannya. 3. Penanaman modal oleh bank dalam aktiva produktif harus dinilai dengan saksama sehingga dalam penentuan kolektibilitasnya disamping menggunakan unsur-unsur kuantitatif juga dilakukan penilaian atau judgement. 4. Berdasarkan penilaian yang dilakukan, maka kolektibilitas aktiva produktif digolongkan sebagai lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet. Dalam surat edaran bank Indonesia no 1416 DKBU tanggal 19 september 2012 “Fungsi audit intern adalah untuk memantau kinerja sistem pengendalian intern serta memastikan bahwa pelaksanaan perkreditan telah dilakukan dengan benar sesuai dengan Pedoman Standar Kebijakan Perkreditan Bank Perkreditan Rakyat PKPB dan telah memenuhi cakupan 33 prinsip pengawasan kredit yang disertai dengan tindakan atau saran perbaikan.” Dalam standar profesi audit internal fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsi audit intern tersebut, audit internal harus mengevaluasi kecukupan pelaksanaan perkreditan dan memastikan pengendalian intern telah dilakukan dengan benar dan sesuai PKPB. Selanjutnya fungsi audit internal akan mengambil cara yang tepat untuk memungkinkan tindakan korektif dalam bentuk pemberian analisis-analisis, penilaian-penilaian dan rekomendasi dalam rangka meminimumkan usaha-usaha penyalahgunaan kredit dan risiko kredit macet yang realitanya banyak ditemukan di lapangan. 34

BAB III METODE PENELITIAN