Pengaruh Asimetri Informasi dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I 2009-2015)

(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Erlita Kartika Sari Jenis Kelamin Perempuan

Status Lajang Agama Islam

Tempat & Tanggal lahir Cilacap, 03 Oktober 1994 Jasmani Baik

Keahlian bahasa dan tulisan Indonesia Inggris

Alamat Rumah : Prm. Bukit Cikasungka Blok BF 02 No. 05 RT. 07/RW.10 Desa Cikasungka, Kecamatan Solear, Tangerang 15730

Domisili : Jl. Sekaloa Selatan No. 08 RT. 04 / RW. 15 Kel. Lebakgede Kec. Coblong Kota Bandung 40132

Nomor Kontak

HP : 081214147095 e-mail erlitaks@gmail.com

Pendidikan Terakhir S1 Akuntansi

(2012-Sekarang) UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA, BANDUNG Sekolah Menengah Atas

(2009-2012) SMA NEGERI 1 KABUPATEN TANGERANG Sekolah Menengah Pertama

(2006-2009) SMP NEGERI 1 SOLEAR Sekolah Dasar


(5)

Kursus, Pelatihan, Seminar

 Seminar “The Young Technopreneur” (2012)

 Kuliah Umum Motivasi “Berprestasi Di Kampus” (2012)  Seminar Nasional Akuntansi “Peluang & Karir Di Pasar

Modal” (2013)

 Pembinaan Mental Dan Disiplin Mahasiswa (Character Building) (2013)

 Mentoring Agama Islam ”Membentuk Aqidah Dan Akhlak Yang Baik” (2013)

 Seminar Public Speaking “Spread Your Speak” (2013)  Seminar “Accurate 4 & Peluang Pasar Kerja” (2014)  Seminar Akuntansi Sektor Publik “Penganggaran & Potensi

Fraud Keuangan Publik” (2014)

 Kuliah Umum Akuntansi Keuangan “Mengingat Ilmu Akuntansi Melalui Investasi” (2015)

 Pelatihan Pajak Terapan Brevet A Dan B Terpadu (2015)  Job Training di PT. Asuransi Jasa Indonesia (2015)


(6)

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I Tahun 2009-2015)

THE EFFECT OF INFORMATION ASYMMETRY AND DEFERRED TAX EXPENSE ON EARNINGS MANAGEMENT

(Case Study of Corporate Taxpayers registered in The Tax Office Directorate General Region of West Java I Period 2009-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata I Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Akuntansi

Oleh:

Nama : Erlita Kartika Sari Nim : 21112135

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2016


(7)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengambil judul “Pengaruh Asimetri Informasi dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik secara teknis maupun materi. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini.

Skripsi penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang telah memberi dukungan dan masukan. Dengan segala ketulusan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Dr. Surtikanti, SE., M.Si.Ak selaku Dosen Wali 4Ak1 yang telah banyak memberi ilmu yang sangat berarti bagi penulis.


(8)

iv

5. Nisa Bequimaniar Rustriati, SE., MM, selaku Dosen pembimbing yang sangat membantu dalam menyelesaikan usulan ppenelitian ini

6. Kepada orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan materil dan doa.

7. Seluruh Dosen Universitas Komputer Indonesia. 8. Staff Sekretariat Universitas Komputer Indonesia.

9. Kepada keluarga besar 4Ak-1 angkatan 2012 yang selalu bersama penulis selama 4 tahun terakhir.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penelitian dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan tugas ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan pada penulis khususnya.

Bandung, Agustus 2016 Peneliti,

Erlita Kartika Sari 21112135


(9)

v DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Rumusan Masalah ... 10

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.5.1 Maksud Penelitian ... 11

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Kegunaan Penelitian ... 11

1.5.1 Kegunaan Praktis ... 11

1.5.2 Kegunaan Akademis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 13

2.1. Kajian Pustaka ... 13

2.1.1 Asimetri Informasi ... 13

2.1.1.1 Definisi Asimetri Informasi . ... 14

2.1.1.2 Tipe- tipe Asimetri Informasi . ... 15

2.1.1.3 Indikator Asimetri Informasi . ... 15


(10)

vi

2.1.2.1 Definisi Beban Pajak ... 17

2.1.2.2 Definisi Beban Pajak Tangguhan . ... 17

2.1.2.3 Indikator Beban Pajak Tangguhan. ... 18

2.1.3 Manajemen Laba ... 19

2.1.2.3 Definisi Manajemen Laba ... 19

2.1.2.3 Bentuk-bentuk Manajemen Laba ... 20

2.1.2.3 Motivasi Manajemen Laba... 22

2.1.2.3 Pendekatan Manajemen Laba ... 23

2.1.2.3 Indikator Manajemen Laba ... 24

2.2.3 Konvergensi IFRS dan Manajemen Laba ... 27

2.2 Kerangka Pemikiran ... 31

2.2.1 Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba ... 31

2.2.2 Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba ... 64

2.3 Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Metode Penelitian ... 37

3.2 Operasionalisasi Variabel ... 39

3.3 Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data ... 42

3.4 Populasi, Sampel dan Waktu Penelitian ... 42

3.4.1 Populasi ... 42

3.4.2 Sampel ... 43

3.4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

3.5 Metode Pengujian Data ... 46

3.6 Metode Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 60

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Asimetri Informasi ... 61

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Beban Pajak Tangguhan. ... 64


(11)

vii

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ... 71

4.1.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 72

4.1.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 77

4.1.2.3 Uji Analisis Korelasi Parsial ... 79

4.1.2.4 Uji Analisis Koefesien Detrminasi. ... 80

4.1.2.5 Pengujian Hipotesis ... 83

4.2 Pembahasan ... 87

4.2.1 Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba ... 87

4.2.2 Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1 Simpulan ... 93

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan Publik, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Andi Supangat. 2007. Statistik: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Kencana, Jakarta

Andi Prastowo. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Almar, Multafia. Rima Rachmawati. Asfia Murni. 2012. “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Profitabilitas

Perusahaan”. Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis Universitas

Widyatama, Bandung, 27 Maret; 514-526.

Arikunto Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Ari Dewi Cahyati, Reaksi Pasar dan Informasi Asimetri Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur, Jurnal Riset Akuntansi dan Komputerisasi Akuntansi, Vol.1, No.1, Febuari 2010

Arlene, 2005, Manajemen Laba dan Etika. Jakarta: Universitas Indonesia. Depok. Assih, Prihat, Hastuti Ambar Woro, dan Parawiyati. 2005. Pengaruh Manajemen

Laba pada Nilai dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesiavol.2 no.2.

Budiman, Taufik. 2013. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Akrual Terhadap Indikasi Adanya Praktik Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Chairi, Anis, dan Hendor, Sonny Kusuma Soejanto. 2010. Menguji Kualitas

Standar Akuntansi Hasil Adopsi IFRS: Studi Empiris pada PSAK No. 55 (Revisi 2006). Purwekerto: Jurnal Simposium Akuntansi. Hal 1-28

Danang Sunyoto. 2013. Metode Penelitian Akuntansi. Bandung : PT.Refika Aditama.

Desmiyawati, dkk. 2009. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Pekbis Jurnal, Vol.1, No.3, November 2009: 180-189. Dian, Rohaeni & Aryati, Titik. 2012. “Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap

Income Smoothing dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderasi”. Artikel SNA XV, 30 Juni 2012, p. 1-26.


(13)

Djamaludin, Rahmawati dan Handayani. 2007. Analisis Perubahan Aktiva Pajak Tangguhan Dan Kewajiban Pajak Tangguhan Untuk Mendeteksi Manajemen Laba. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dwi, Martani, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Faoziah Ulfa. 2012. Perbedaan Kecenderungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility: Pengujian terhadap Manipilasi Akrual dan Manipulasi Real. SNA XV, Banjarmasin.

George M.Scott. 2004. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Rajagrafindo Persada: Jakarta .

Gede, Putu dan Made, S. 2015. Pengaruh Asimetri Informasi dan Kepemilikan Manajerial Pada Praktik Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol 13 No 3.

Gumanti, Tatang Ary. 2003. Motivasi di Balik Earning Management. Usahawan No. 12 Th. XXXII Desember. 21-26.

Harnanto. 2003. Akuntansi Keuangan Menengah. Edisi 2003/2004. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Hisao Tanaka. 2015. Skandal Terungkap, CEO Toshiba Mundur. bisnis liputan6. 22 juli 2015

Harahap, Sofyan Syafri, 2008. Teori Akuntansi. Edisi Revisi 10. Jakarta: Penerbit PT. Raja Garfindo.

Herawati, V. 2008.Peran Praktek Corporate Governance SebagaiModerating Variabel Dari Pengukuran Earnings Management TerhadapNilai Perusahaan.Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak.

Husein, Umar. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hidayat, Nur., dan Edi Jaenudin. 2006. Penyajian Laporan Keuangan Dalam Kerangka Tax Planning (Studi Kasus Pada PT X Di Bandung). Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, 7(4), h:938-953.

Hidayati, Siti Munfiah dan Zulaika. 2003. Analisis Perilaku Earning Management: Motivasi Minimalisasi Income Tax. Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal 526-537.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2009. PSAK No. 01 (Revisi 2009). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Inten Meutia. 2004. Pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan KAP non-Big 5. Jurnal Riset Akuntani Indonesia. Vol.7 no.3.


(14)

Islahuzzaman. 2012. Istilah-istilah Akuntansi dan Auditing. Bandung: Bumi Aksara.

Islami, amira. 2006. Pengaruh Praktik Earning Management terhadap Asimetri Informasi pada Perusahaan Publik yang Melakukan Seasoned Equity Offering (SEO). Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran.

Jatiningrum. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Perataan Penghasilan Bersih/Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2, No. 2, Agustus: 145-155.

Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kieso, D.E., J.J. Weigandt, dan T.D Warfield. 2011. Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition. Hoboken Willy.

Marasanti, Dewi Sri. 2013. Dampak Konvergensi Standar Pelaporan Keuangan Internasional Terhadap Bisnis dan Pendidikan di Indonesia. Jurnal TEKNIS Vol. 8, No. 3, Desember 2013, p. 111 – 115.

Mashuri. 2008. Penelitian Verifikatif. Andi: Yogyakarta.

Maryono. 2014. Dirut BTN Bantah Laporan Keuangan Tidak Beres. Bisnis keuangan kopas. 24 mei 2014

Moch.Nazir. 2005. Metode Penelitian. Salemba Empat. Jakarta.63. M. Zain, 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Murphy J. dan Louis, K. S. 1999. Handbook of Research on Education Administration. Edisi ke-2. San Fransisco: Jossey Bass Publishers.

Murhaban, Mohamad. 2003. Perlakuan Pajak Tangguhan Pada Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi. Vol. 43.

Nadia, Dheaneswari dan Retnaningtyas, Widuri. 2014. Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Manufaktur Terdaftar di BEI 2010-2012. Tax and Accounting Review, Vol 3 No.2.

Philips, Pincus dan S.O. Rego. 2003. ―Earnings Mangement :New Evidence

Based on Deferred Tax Expense. The Accounting Review. No. 78 pp 491-521.

Puput, Trikomalasari. 2011. Asimetri informasi dan cost equity capital. Jurnal Symposium Nasional Akuntansi III. IAI, Kompartemen Akuntansi Publik. Rahmawati. 2012. Teori Akuntansi Keuangan: Dilengkapi dengan Hasil


(15)

Ratu Nurul Qomariah. 2013. Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Manajemen Laba Dengan Struktur Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating. FE Universitas Diponegoro semarang.

Rininta, Mayanda. 2008. Pengaruh Asimetri Informasi, Kepemilikan Manajerial dan Ukuran Perusahaan terhadap Earning Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di PT BEI. Universitas Negeri Padang

Robert Jao, Gagaring Pagalung. 2011. Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen. Jurnal Akuntansi & Auditing Volume 8/No. 1.

Setiawati, L. dan Naim. 2002. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol: 15. No: 4. Hal: 424-441.

Siregar, 2005. Hubungan antara deviden, leveragekeuangan dan investasi. 13 Jurnal akuntansi dan manajemen Indonesia. Vol 16, No 3, hal. 219-230. Situmorang, Murni Ana Sulfia & Purwanto, Agus. 2011. Transisi Menuju Ifrs

Dan Dampaknya terhadap Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listing di BEI). Jurnal Universitas Diponegoro, Semarang.

Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta : Salemba Empat. Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabet

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis ( Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Multivariate: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit PT.Gramedia. Jakarta.

Supriyati. 2011. Belajar Akuntansi Dasar. Bandung : LABKAT PRESS UNIKOM.

Santoso, Singgih. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi Dengan SPSS 12. PT. Alex Media Komputindo, Jakarta.

Suranggane, Zulaikha. 2007. Analisis aktiva pajak tangguhan dan akrual sebagai prediktor manajemen laba: kajian empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 4. No. 1. Juni. hal. 77-93

Sulistyanto, H. Sri. 2008. "Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris'". Jakarta: Grasindo.


(16)

Suratno. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. AMUS. Yogyakarta

Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory.Fourth Edition. USA Prentice Hall, Inc.

Toto Prihadi. 2012. Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK. PPM Manajemen. Jakarta.

Ujiyantho, Muh. Arief, dan B. A. Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur. Kumpulan Makalah, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makassar, 26-27 Juli, hal 1-26. Uma, Sekaran dan Roger Bougie. 2010. Edisi 5. Research Method For Business A

Skill Building Appoarch. John Wiley @Sons, New York.

Umi Narimawati. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.

Waluyo. 2008. ―Akuntansi Pajak. Jakarta:Salemba Empat.

Wibisono, Dermawan. 2009. Riset Bisnis Bagi Praktisi dan Akademis, Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Windi Ayu dan Hexana Tri. 2015. Pengaruh Konvergensi IFRS Efektif Tahun 2012, Kompleksitas Akuntansi dan Profitabilitas Kebangkrutan Perusahaan Terhadap Timeliness dan Manajemen Laba. E-Journal Akuntansi Trisakti Vol 2 No.1. Hal 67-86.

Wiryandari, S dan Yulianti. 2009. Hubungan Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba. Simposium Nasional Akuntansi XII.

Widyaningdyah, Agnes Utari, 2001. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earnigs Management Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia. Akuntansi dan Keuangan.Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 2, November 2001.

Wiyadi, dkk. 1995. Manajemen Pemasaran I. Surakarta: FE-UMS.

Wulandari, D., Kumalahadi, dan Januar E.P. 2004. Indikasi Manajemen Laba Menjelang Undang-Undang Perpajakan 2000 Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Simposium Nasional Akuntansi, 7, pp: 884-894.

www.duniainvestasi.com www.idx.com


(17)

Yana, Dwi. 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi oleh Good Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

Yulianti. 2004. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Mendeteksi Manajemen Laba. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Yunita, Eka. 2014. Pengaruh Adopsi IFRS, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmu dan Riset Vol 3 No.12.

Yayu, P. S. 2013. Manajemen Laba Akrual dan Riil Sebelum dan Sesudah Adopsi Wajib IFRS di Uni Eropa. Jurnal Etikonomi Vol 12 No.1 April 2013. Yona Octiani Lestari. 2012. Konvergensi International Financial Reporting

Standards (IFRS) dan Manajemen Laba di Indonesia. Jurnal Akuntansi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.


(18)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka bertujuan mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau pendekatan yang pernah berkembang dan telah di dokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan. Kajian ini dilakukan dengan tujuan menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat, termasuk suaplagiat (Prastowo, 2012: 81). Kajian pustaka selain dari mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan generalisasi yang pernah dibuat sehingga situasi yang diperlukan diperoleh (Nazir, 2005:93).

2.1.1 Asimetri Informasi

Informasi yang dimiliki perusahaan cenderung lebih lengkap dan tidak dapat memberikan informasi yang penting dan rahasia pada pihak eksternal. Informasi yang dapat dibagikan oleh manajer hanya berupa laporan keuangan, sedangkan untuk para stakeholder, mereka menginginkan informasi yang lebih dan transparan untuk pengambilan keputusan. Informasi yang lebih dan transparan akan memenuhi kebutuhan informasi para calon investor. Ketidakseimbangan informasi yang dimiliki kedua pihak akan memunculkan asimetri informasi (Nadia dan Retnaningtyas, 2013).


(19)

2.1.1.1 Definisi Asimetri Informasi

Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Menurut Rahmawati (2012:9) asimetri informasi merupakan masalah komunikasi dari perusahaan kepada investor-investor luar. Namun, sering kali terjadi asimteri informasi yang dialami investor, hal ini tentu saja akan menimbulkan kerugian terutama investor yang kekurangan informasi. Menurut Scott (2004:7) asimetri informasi yaitu beberapa pihak yang terlibat dalam transaksi memiliki keunggulan informasi melebihi yang lain.

Begitupun menurut Suprayono (2000:186) asimetri informasi adalah sebagai berikut :

“Asimetri informasi adalah situasi yang terbentuk karena principal tidak memilki informasi yang cukup mengenai kinerja agen sehingga principal tidak pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agen terhadap hasil-hasil perusahaan yang sesungguhnya”.

Sedangkan menurut Beaver yang terdapat dalam jurnal Puput Tri Komalasari (2001) menyatakan bahwa asimetri informasi adalah istilah untuk menggambarkan adanya dua kondisi investor dalam perdagangan saham yaitu investor yang moreinformed dan investor yang less informed.

Dari teori yang diungkapkan diatas dapat dikatakan bahwa asimetri informasi merupakan masalah komunikasi dari beberapa pihak yang terlibat dalam transaksi mungkin memiliki keunggulan informasi melebihi yang lain. Oleh karena itu, adanya perbedaan informasi yang diperoleh dapat merugikan investor.


(20)

2.1.1.2Tipe-tipe Asimetri Informasi

Dalam asimetri informasi Scott (2009:8) menyatakan bahwa ada dua tipe dari asimetri informasi, yaitu:

1. Adverse Selection

Adverse selection is a type of information asymmetry where by one or more

parties to a business transaction, or potential transaction, have an

information advantage over other parties. Berdasarkan definisi ini, adverse selection ini timbul karena manajer perusahaan dan orang dalam yang mengetahui lebih banyak mengenai kondisi terkini atau prospek mendatang dari suatu perusahaan daripada investor sebagai pihak lain.

2. Moral Hazard

Moral hazard is a type of information asymmetry where by one or more

parties to a bisiness transaction, can obs

erve their actions in fulfillment of the transaction but other parties cannot. Berdasarkan definisi ini, moral hazard timbul karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan karakter sebagian besar entitas bisnis besar.

2.1.1.3Indikator Asimetri Informasi

Pengukuran terhadap asimetri informasi dapat menggunakan pendekatan

Bid Ask spread karena pada penelitian-penelitian terdahulu tingkat asimetri ini bisa terlihat dari selisih harga saham tertinggi dan terendahnya. Menurut Amira (2006:37) pengukuran asimetri informasi adalah sebagai berikut:


(21)

“Agar pasar saham dapat beroperasi dengan efektif pasar harus liquid, artinya saham dapat dijual seketika pada biaya transaksi yang serendah-rendahnya. Dalam pasar yang liquid, harga bid (bid price) yaitu harga dimana pialang bersedia membayar atau membeli, sebaliknya hanya sedikit lebih rendah daripada harga ask (ask spread) yaitu harga dimana pialang bersedia menerima atau menjual saham.”

Asimetri informasi diukur dengan menggunakan Relative Bid-ask Spread.

Dimana asimetri informasi dilihat dari selisih harga saat ask dengan harga bid

saham perusahaan atau selisih harga jual dan harga beli saham perusahaan selama satu tahun (Rinita Mayanda, 2008:46). Dalam melakukan pengukuran terhadap asimetri informasi, penulis menggunakan proksi bid-ask spreed. Bid-ask spreed

adalah selisih dari harga bid dan ask sehingga disebut bid-ask spreed. Adapun cara mencari bid-ask spread ini dapat digunakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Scott (2009:293) Dimana :

RBA I,t = Asimetri informasi yang diproksikan dengan nilai bid-ask spread relative saham perusahaan I yang terjadi pada periode t.

HA i,t = Harga Ask tertinggi saham perusahaan I yang terjadi pada periode t

HB I,t = Harga Bid terendah saham perusahaan I yang terjadi pada periode t

, = , − �,


(22)

2.1.2 Beban Pajak Tangguhan

Beban pajak tangguhan merupakan komponen total beban pajak penghasilan perusahaan yang mencerminkan pengaruh pajak atas perbedaan temporer antara laba buku (pendapatan yang dilaporkan kepada pemegang saham dan pengguna eksternal lainnya) dan penghasilan kena pajak (pendapatan yang dilaporkan kepada otoritas pajak) (Phillips and Rego, 2003).

2.1.2.1 Definisi Beban Pajak

Banyak hal yang dapat mengurangi besar dari laba itu sendiri selain dari adanya biaya operasi yaitu adanya beban pajak. Menurut Dwi Martini, dkk (2012:246) beban pajak adalah sebagai berikut:

“Jumlah agregat beban pajak kini dan beban pajak tangguhan yang diperhitungkan atas laba akuntansi yang diakui pada suatu periode. Beban pajak akan dipadankan dengan laba akuntansi yang diakui pada periode tersebut”.

Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2007:197) beban pajak adalah beban yang terdiri atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan atau pendapatan pajak tangguhan.

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa beban pajak merupakan jumlah beban pajak kini dan pajak tangguhan atau pendapatan pajak yang diperhitungkan atas laba akuntansi pada suatu periode.

2.1.2.2 Definisi Beban Pajak Tangguhan

Beban pajak tangguhan diakui dan disajikan sebagai beban dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Menurut Waluyo (2008:216) pajak tangguhan adalah sebagai berikut:


(23)

“Pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang

(payable) atau terpulihkan (recoverable) pada tahun mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kompensasi kerugian yang dapat dikompensasikan. Pengakuan pajak tangguhan berdampak terhadap berkurangnya laba atau rugi sebagai akibat adanya kemungkinan pengakuan beban pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan”.

Sedangkan menurut PSAK No.46 (IAI, 2009: 8) yaitu sebagai berikut:

“Pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat pajak yang jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan dalam periode yang akan datang sebagai akibat adanya perbedaan sementara antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat dikompensasi pada periode mendatang”. Demikian juga menurut Harnanto (2003:115) beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak).

Dari beberapa definisi diatas bisa dikatakan bahwa beban pajak tangguhan adalah jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan yang timbul akibat perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal.

2.1.2.3 Indikator Beban Pajak Tangguhan

Menurut Hernanto (2003:115) penghitungan tentang beban pajak tangguhan dihitung dengan menggunakan indikator membobot beban pajak tangguhan dengan total aktiva atau total aset. Hal ini dilakukan untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan total aset pada periode t-1 untuk memperoleh nilai yang terhitung dengan proporsional. Sehingga defered tax expense dihitung dengan menggunakan rumus:


(24)

Hernanto (2003:115)

Dimana :

DTEit = Beban pajak tangguhan perusahaan i pada tahun t

TAi,t-1 = Total asset perusahaan i pada tahun t-1.

2.1.3 Manajemen Laba

Manajemen laba sebagai disclosure management dalam pengertian manajemen melakukan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Andreani dan Kiki, 2015).

2.1.3.1 Definisi Manajemen Laba

Manajemen laba adalah hal yang sangat kontroversial di dunia akuntan. Pernyataan umum mengenai apakah manajemen laba baik atau buruk sulit dibuat. Kebanyakan bergantung pada langkah-langkah yang dilakukan dan motivasi dan mendasari dilakukannya manajemen laba. Menurut Islahuzzaman (2012:257) mendefinisikan manajemen laba adalah proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan dan menurunkan laporan laba, dimana manajemen dapat menggunakan kelonggaran penggunaan metode akuntansi.


(25)

Demikian juga menurut Kieso (2011: 145) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut:

Earning management is often defined as the planned timing of revenues, expenses, gains, and losses to smooth out bumps in earnings”.

Sedangkan menurut Sri Sulistyanto (2008:6) mendefinisikan manajemen laba adalah sebagai berikut:

“Upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan”.

Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri oleh manajemen perusahaan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.

2.1.3.2 Bentuk-Bentuk Manajemen laba

Menurut Sri Sulistyanto (2008:33) ada beberapa bentuk rekayasa laba yang sering dilakukan pihak manajemen agar laba yang dilaporkan sesuai dengan yang dikehendaki yaitu:

1. Taking a Bath

Disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya pergantian direksi. Bila teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan


(26)

datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan bila kondisi yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi meski kondisi sedang tidak menguntungkan.

2. Income Minimization

Cara ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak ekstrim. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan aktiva tidak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, serta pembebanan biaya riset.

3. Income Maximization

Maksimalisasi laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran terhadap kontrak hutang jangka panjang.

4. Income Smoothing

Perusahaan cenderung lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba yang stabil dari pada perubahan laba yang meningkat atau menurun secara drastis. Perataan laba dapat dicapai dengan suatu ketentuan yang tinggi untuk hutang dan bertentangan dengan nilai asset pada tahun yang baik sehingga ketentuan itu dapat dikurangi. Hal ini dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan pada masa yang buruk.

5. Timing Revenue and Expense Recognition

Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan timing suatu transaksi. Misalnya pengakuan prematur atas pendapatan.


(27)

2.1.3.3 Motivasi Manajemen Laba

Menurut Sri Sulistyanto (2008:63) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:

1. Bonus Scheme Hypothesis

Kompensasi (bonus) yang didasarkan pada besarnya laba yang dilaporkan akan memotivasi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan keuntungan yang dilaporkan demi memaksimalkan bonus mereka. Bonus minimal hanya akan dibagikan jika laba mencapai target laba minimal tertentu dan bonus maksimal dibagikan jika laba mencapai nilai tertentu atau lebih besar.

2. Contracting Incentive

Motivasi ini muncul ketika perusahaan melakukan pinjaman hutang yang berisikan perjanjian untuk melindungi kreditur dari aksi manajer yang tidak sesuai dengan kepentingan kreditur, seperti deviden yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan modal kerja atau laporan ekuitas berada di bawah tingkat yang ditetapkan, yang semuanya dapat meningkatkan risiko bagi kreditur, karena pelanggaran perjanjian dapat mengakibatkan biaya yang tinggi sehingga manajer perusahaan berharap untuk menghindarinya. Jadi manajemen laba dapat muncul sebagai alat untuk mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian dalam kontrak hutang.

3. Political Motivation

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan


(28)

karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.

4. Taxation Motivation

Perpajakan merupakan motivasi yang paling jelas untuk melakukan manajemen laba. Manajemen berusaha untuk mengatur labanya agar pembayaran pajak lebih rendah dari yang seharusnya sehingga didapat penghematan pajak.

5. Incentive Chief Executive Officer (CEO)

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.

6. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat menaikan harga saham perusahaan.

2.1.3.4 Pendekatan Manajemen Laba

Pada umumnya pendeteksian manajemen laba dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan accruals. Pendekatan ini akan menggunakan pengukuran berbasis akrual (accrual based measures) dalam mendeteksi ada tidaknya manipulasi. Menurut Sri Sulistyanto (2008:211) yaitu:


(29)

Model berbasis Aggregate Accrual yaitu Model yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa ini dengan menggunakan discertionary accrual

Sebagai proksi manajemen laba. 2. Model Berbasis Spesific Accruals

Model Berbasis Spesific Accruals yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari industri asuransi.

3. Model Berbasis Distribution Of Earning After Management

Pendekatan ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba.

2.1.3.5 Indikator Manajemen Laba

Menurut Sri Sulistyanto (2008:165) manajemen laba dapat diukur dengan

discretionary accrual. Dalam penelitian ini discretionary accrual digunakan sebagai proksi karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer seperti penjualan. Discretionary accrual merupakan kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan kepada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel, atau dengan kata lain, metode discretionary accrual memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya (Sulisyanto dan Wibisosno, 2003:133).


(30)

=∝

− +∝ ∆ +∝

Pencapaian manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan komponen akrual yang berfokus pada discretionary accruals. Discretionary accruals

dihitung dari total akrual, karena total akrual dapat menangkap adanya indikasi manajemen laba. Total akrual merupakan selisih antara laba bersih perusahaan terhadap aliran kas dari operasi perusahaan pada periode yang sama. Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai ekspektasi akrual atau nondiscretionary accruals, kemudian melakukan perhitungan discretionary accruals dengan menggunakan persamaan:

Sri Sulistyanto, 2008:165

Keterangan :

∆ = Perubahan revenue perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan i pada periode ke t

At- 1 = total aset pada t- 1

∝ ∝ ∝ = parameter spesifik perusahaaan adalah ukuran, kriteria, patokan, pembatasan, standar, atau tolok ukur seluruh populasi dalam penelitian (Eko, 2014:225).

(Sri Sulistyanto, 2008:165)


(31)

DA = TAit – NDAit Keterangan :

TA = Total akrual

NI = Laba bersih (Net income)

CFO = Arus kas dari operasi (Cash flow from operation)

(Sri Sulistyanto, 2008:165)

Keterangan :

DA = Discretionary accrual adalah akrual yang ditentukan oleh manajemen (management determined), dimana manajer dapat memilih kebijakan dalam ha1 metoda dan estimasi akuntansi.

Tait = Total accruals perusahaan i pada periode t

NDAit = Non Discretionary accrual adalah akrual yang ditentukan dari kondisi ekonomi (economically determined).

Hasil perhitungan yang menunjukkan adanya praktek manajemen laba adalah nilai discretionary accruals perusahaan pada tahun yang diprediksi. Nilai

discretionary accruals positif berarti perusahaan telah melakukan upaya untuk menaikkan laba, sedangkan untuk nilai discretionary accruals negatif berarti


(32)

perusahaan telah berupaya menurunkan laba. Apabila perusahaan tidak melakukan praktek manajemen laba maka nilai discretionary accruals adalah nol.

2.1.3 Konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) dan Manajemen Laba

Konvergensi merupakan mekanisme bertahap yang dilakukan suatu negara untuk mengganti standar akuntansi nasionalnya dengan IFRS. Konvergensi banyak ditemukan di negara berkembang (Nobes dalam Qomariah, 2013: 16). Walaupun belum memasuki tahap adopsi penuh, namun konvergensi menunjukkan perbedaan yang minimal antara standar akuntansi yang diberlakukan dengan IFRS.

Di Indonesia, program konvergensi ke IFRS dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). DSAK adalah badan yang berwenang menyusun standard akuntansi keuangan untuk entitas privat di Indonesia. Menurut DSAK (dalam Qomariah, 2013: 16-17), tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat sebagaimana berikut :

1. Full Adoption, yaitu kondisi ketika suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang Negara tersebut gunakan.

2. Adopted, yaitu kondisi ketika program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.


(33)

3. Piecemeal, yaitu kondisi ketika suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.

4. Referenced (convergence), yaitu kondisi ketika standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.

5. Not adopted at all yaitu kondisi ketika suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.

Berdasarkan hasil proposal konvergensi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), proses konvergensi IFRS diklasifikasikan kedalam tiga tahap, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan, dan tahap implementasi. Jadwal pelaksanaan dari setiap tahapan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1

Tahap Konvergensi IFRS di Indonesia

No. Tahap Keterangan Tahun

1 Tahap Adopsi Adopsi seluruh IFRS terakhir ke

dalam PSAK. 2008-2010

2 Tahap Persiapan

Penyiapan seluruh infrastruktur

pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS.

2011

3 Tahap Implementasi

Penerepan PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.

2012 Sumber: Proposal Konvergensi IFRS, IAI (Marasanti, 2013: 113)

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 tahap utama dalam implementasi IFRS, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan, dan tahap implementasi. Dari ketiga tahap tersebut, tahap adopsi akan dilakukan dengan cara adopsi satu per satu IFRS. Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan


(34)

perusahaan-perusahaan listing di BEI menggunakan sepenuhnya IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan nasional atau PSAK. Perusahaan yang memenuhi syarat kemudian sangat dianjurkan untuk mengadopsi IFRS pada tahun 2010. Pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan untuk menyusun/merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009.

Menurut Qomariah (2013: 21) konvergensi PSAK ke IFRS memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2. Mengurangi biaya SAK

3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan

5. Meningkatkan transparansi keuangan

6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal

7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

IFRS merupakan standar akuntansi yang muncul karena adanya tuntutan globalisasi yang mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk beroperasi lintas negara. Perusahaan-perusahaan multinasional membutuhkan suatu standar akuntansi internasional yang dapat berlaku di seluruh negara. IFRS memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas


(35)

dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu (Situmorang dan Siswanto 2011:8).

Manajemen laba dapat dikatakan sebagai intervensi manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai kepentingannya (Scott, 2004: 295). Nampak bahwa manajemen laba sebenarnya bukan sebuah kecurangan, tetapi aktivitas manajerial ini merupakan penerapan metode – metode yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum (Sulistyanto, 2008: 12). Semakin sedikit tingkat manajemen laba dalam suatu laporan keuangan, maka semakin berkualitas informasi laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan standar keuangan yang dapat membatasi perilaku manajemen laba, yang kemudian akan meningkatkan kinerja dan kualitas perusahaan itu sendiri. Tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba diharapkan dapat berkurang dengan adanya adopsi IFRS, namun dibawah ini beberapa penelitian membuktikan bahwa konvergensi IFRS berpengaruh negative terhadap manajemen laba yang berarti masih ada beberapa perusahan melakukan manajemen laba setelah melakukan konvergensi IFRS. Berikut merupakan hasil penelitian yang membuktikan bahwa konvergensi IFRS berpengaruh negative terhadap manajemen laba :

Tabel 2.2

Penelitian Konvergensi IFRS dan Manajemen Laba No. Peneliti

/Tahun Judul Penelitian Kesimpulan

1.

Dian dan

Titik/2011

Pengaruh Konvergensi IFRS

Terhadap Income Smoothing dengan

Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi.

Konvergensi IFRS terbukti

berpengaruh negative terhadap

incomesmoothing.

2. Yayu/2012 Manajemen Laba Berbasis Akrual

dan Riil Sebelum dan Setelah Adopsi

Tidak ada perbedaan antara


(36)

IFRS. periode sebelum dan setelah adopsi IFRS secara wajib.

3.

Yunita Eka

/2014

Pengaruh Adopsi IFRS, Leverage

dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.

Adopsi IFRS tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dikarenakan revisi tujuh PSAK di bawah program konvergensi IFRS tidak menyebabkan perubahan dalam kebijakan akuntansi perusahaan.

4.

Windy dan

Hexana /2015

Pengaruh Konvergensi IFRS Efektif Tahun 2012, Kompleksitas dan

Profitabilitas Kebangkrutan

Perusahaan Terhadap Timeliness dan Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Konvergensi IFRS pada PSAK yang efektif di tahun 2012 tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Manajemen Laba

Manajer karena kesuperiorannya dalam menguasai informasi akan berprilaku oportunis, prilaku oportunis mengimplikasikan upaya manajer dalam mentransfer kemakmuran pemilik perusahaan kepada dirinya sendiri atas dasar inilah mengapa manajemen laba dinilai sebagai cermin oportunis seorang manajer dengan mempercantik laporan keuangannya (Sri Sulistianto, 2008:23). Bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasi manajemen, serta ratio-ratio keuangan perusahaan (Scott, 2004:13). Kondisi asimetri informasi muncul dalam teori keagenan (agency theory), yaitu principal

(pemilik/atasan) memberikan wewenang kepada agent (manajer/bawahan) untuk mengatur perusahaan yang dimiliki. Karena principal tidak memiliki informasi yang mencukupi mengenai kinerja agent, principal tidak pernah tahu pasti bagaimana usaha agent memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan, situasi ini disebut sebagai asimetri informasi (Anthony dan Govindarajan,


(37)

2001:270). Dengan adanya perbedaan kepentingan maka jelas bahwa asimetri informasi akan mendorong terjadinya manajemen laba oleh manajemen. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajemen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer (Nadia dan Retnaningtyas, 2013).

Menurut Sri Sulistyanto (2008:84) Semakin tinggi nilai Bid-Ask Spread

berarti semakin besar kesenjangan informasi yang dimiliki oleh manajemen dengan informasi yang dimiliki oleh investor mengenai harga sahamperusahaan, dan semakin besar pula dorongan bagi manajer untuk merekayasalabanya.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti/T

ahun Judul Penelitian Perbedaan Kesimpulan

1 Wiyadi,

dkk/ 2016

Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Riil Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Variabel Independen (Leverage dan Profitabilitas) dan Indikator Manajemen Laba Variabel asimetri informasi secara signifikan berpengaruh terhadap manajemen laba.

2 Desmiya

wati, dkk/ 2009

Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

Variabel Independen (Ukuran Perusahaan) dan Tahun pada Populasi.

Maka dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima artinya secara parsial variabel asimetri informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.

3 Gede dan

Made/ 2015

Pengaruh Asimetri

Informasi dan Kepemilikan Manajerial pada Praktek Manajemen Laba Variabel Independen (Kepemilikan Manajerial) dan Tahun Sampel Asimetri informasi secara positif berpengaruh pada praktek manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013.


(38)

2.2.2 Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba

Ada banyak cara yang dilakukan manajer untuk mempengaruhi laporan keuangan misalnya keputusan mengenai umur ekonomis dan nilai sisa residu aktiva jangka panjang, kewajiban manfaat pension dan manfaat post employment

yang lain, pajak ditangguhkan, kerugian piutang tak tertagih dan kerusakan aktiva (Sri Sulistianto 2008:56). Banyak manajer yang memanfaatkan peluang untuk merekaya angka laba (earnings management) pada perusahaannya dengan rekayasa akrual untuk mempengaruhi hasil akhir dari berbagai keputusan antara lain adanya motivasi bonus, dianggap kinerjanya lebih baik atau meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan (Suranggane, 2007:526). Tujuan manajemen laba adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada, maka manajemen laba secara hakikat ekonomisnya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali (Suandy, 2008:98).

Semakin besar presentase beban pajak tangguhan terhadap total beban pajak perusahaan menunjukkan standar akuntansi yang semakin liberal (Yulianti, 2005:118). Perbedaan laba akuntansi dengan laba fiscal memiliki hubungan positif dengan insentif pelaporan keuangan seperti financial distress dan pemberian bonus, dengan adanya hal tersebut maka dimungkinkan manajer dapat melakukan rekayasa laba atau earning management dengan memperbesar atau memperkecil jumlah beban pajak tangguhan yang diakui dengan laporan laba


(39)

rugi. Selisih negative antara laba akuntansi dan laba fiscal mengakibatkan terjadinya koreksi negative yang menimbulkan terjadinya beban pajak tangguhan (Djamaludin, 2008:58). Sering juga manajer memanfaatkan peluang untuk merekayasa angka laba (earnings management) dengan rekayasa akrual untuk mempengaruhi hasil akhir dari berbagai keputusan riil agar kinerjanya dianggap lebih baik, atau untuk meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan (Hidayati dan Zulaikha, 2003).

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti/

Tahun Judul Penelitian Perbedaan Kesimpulan

1 Ulfa/ 2013 Pengaruh Beban Pajak

Tangguhan dan Perencanaan Pajak Terhadap Praktik Manajemen Laba Variabel Independen (Perencanaan Pajak)

Bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap manajemen laba, perencanaan pajak berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

2 Taufik

Budiman/ 2013

Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Akrual

Terhadap Indikasi

Adanya Praktik

Manajemen Laba

Variabel Independen (Akrual) dan Indikator Variabel

Menemukan hasil bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap adanya indikasi praktik manajemen laba,

3 Yulianti /

2005

Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba

Sampel Perusahaan dan Indikator Beban Pajak Tangguhan

Penelitian ini menemukan bahwa kedua pengukur manajemen laba (akrual dan beban pajak tangguhan) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari manajemen laba.


(40)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian 2.3 Hipotesis

Suharsimi Arikunto (2013:110) mengartikan hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara dan akan dicari kebenarannya melalui pengumpulan data dan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis merumuskan hipotesis adalah sebagai berikut:

1. H1 : Terdapat pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I pada tahun 2009-2015.

Asimetri Informasi (X1)

Beban Pajak Tangguhan

(X2)

Manajemen Laba (Y) 1. Sri Sulistianto (2008:23)

2. Anthony dan Govindarajan (2001:270)

3. Scott (2004:13)

4. Nadia dan Retnaningtyas ( 2013).

1. Suranggane (2007:526)

2. Sri Sulistianto (2008:56)

3. Yulianti (2005:118)

4. Djamaludin, (2008:58)


(41)

2. H2 : Terdapat pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I pada tahun 2009-2015.


(42)

37 3.1 Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 2) menjelaskan bahwa metode penelitian adalah metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Dari definisi tersebut maka dikatakan metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dan mencapai tujuan tertentu.

Penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana pengaruh asimetri informasi dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba.

Menurut Umi Narimawati (2011: 29) yang menyatakan bahwa pengertian metode deskriptif adalah:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan

atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Selanjutnya Suharismi Arikunto (2013:174) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah:


(43)

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dilaporkan dalam bentuk laporan penelitian”.

Sedangkan Supriati (2011:31) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah:

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang”.

Menurut Sugiyono (2012:13) menjelaskan bahwa metode verifikatif adalah sebagai berikut:

“Metode verifikatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan”.

Sedangkan menurut Masyhuri (2008:45) yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2011:29) bahwa:

“Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk memeriksa benar

tidaknya apabila dijelaskan, untuk menguji suatu cara dengan dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi

masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif dan verifikatif bertujuan untuk menggambarkan benar atau tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan tentang hubungan antara variabel yang diteliti dengan cara menumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menginterprestasikan data dalam pengujian hipotesis.

Menurut Husein Umar dalam Umi Narimawati (2011:29) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah:


(44)

“Tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana

dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika

dianggap perlu”.

Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah variabel asimetri informasi, beban pajak tangguhan, dan manajemen laba melalui laporan keuangan wajib pajak badan yang terdaftar di kanwil DJP Jawa Barat I periode 2009-2015.

Unit Analisis menurut Uma Sekaran (2006:248) adalah tingkat pengumpulan data yang dikumpulkan selama analisis data. Unit analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pada wajib pajak badan yang terdaftar di Kanwil DJP Jawa Barat I yang telah dijadikan sampel.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Andi Supangat (2010:9) menjelaskan operasionalisasi variabel sebagai berikut:

“Operasionalisasi variabel melakukan identifikasi variabel, ada berapa

banyak variabel yang digunakan dalam penelitian yang direncanakan, menggunakan skala apa saja dalam setiap variabelnya dan termasuk melakukan pemisahan variabel mana yang akan dijadikan sebagai variabel tidak bebas dan variabel mana yang dijadikan sebagai variabel bebasnya,

jika digunakan lebih dari satu variabel dalam sisi pengamatannya”.

Kemudian Suharsimi Arikunto (2013:164) menjelaskan bahwa sub-variabel adalah:

“Pemecahan variabel menjadi sub-variabel disebut dengan kategorisasi, yaitu memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus

dikumpulkan oleh peneliti atau bisa diartikan sebagai indikator”.

Selanjutnya Suharsimi Arikunto (2013:164) menjelaskan bahwa kategori, indikator dan sub-variabel adalah:


(45)

“Kategori, indikator dan sub-variabel adalah pedoman bagi perumusan hipotesis minor, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan kelanjutan langkah penelitian lain yang bertujuan supaya peneliti bisa lebih memahami semua variabel yang akan diteliti agarnpeneliti bisa menguraikan pemecahan masalah dan hipotesisnya dengan baik.

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian kemudian ditarik kesimpulannya. Sesuai judul penelitian ini yaitu pengaruh Asimetri Informasi dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba, maka variabel-variabel terkait dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel Bebas /Independent Variable (X)

Menurut Sugiyono (2012:39) mendefinisikan bahwa variabel bebas adalah sebagai berikut:

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Sesuai dengan judul yang peneliti ajukan terdapat dua variabel bebas, yaitu variabel bebas (X1) Asimetri Informasi (X2) Beban Pajak Tangguhan.

2) Variabel Terikat / Dependent Variable (Y)

Menurut (Sugiyono, 2012:39) mendefinisikan variabel dependen adalah sebagai berikut:

“Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas”.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen (Y) yaitu Manajemen Laba.


(46)

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio, menurut Bambang Jatmiko (2008:132) menjelaskan bahwa ukuran rasio adalah:

“Pengungukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan dan jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas dan

memilki nilai 0 (nol) yang mutlak”.

Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami berbagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah. Hal ini termuat dalam operasionalisasi variabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Kosep Variabel Indikator Skala

Asimetri Informasi

(X1)

Asimetri informasi yaitu

beberapa pihak yang terlibat dalam transaksi memiliki keunggulan informasi melebihi yang lain (Scott, 2004:7).

{ } Scott (2004:293) Rasio Beban Pajak Tangguhan (X2)

Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan untuk pihak eksternal) dengan laba fiscal (laba yang digunakan sebagai

dasar perhitungan pajak)

(Hermanto, 2003:115).

Deferred tax expense

Hernanto(2003:115) Rasio Manajemen Laba (Y)

Manajemen laba merupakan

upaya manajer perusahaan

untuk mengintervensi atau

mempengaruhi

informasi-informasi dalam laporan

keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

kondisi perusahaan (Sri

Sulistyato, 2008:48).

DA = TAit – NDAit Sri Sulistyanto (2008:165)


(47)

Dari uraian tabel di atas bisa dilihat bahwa semua variabel menggunakan skala rasio. Menurut Sujoko Efferin, Stevanus Hadi Darmadji, Yuliawati Tan (2008) yaitu skala rasio adalah skala dimana angka mempunyai makna yang sesungguhnya, sehingga angka nol dalam skala ini diperlakukan sebagai dasar perhitungan dan mengukur obyek penelitian.

3.3 Sumber Data dan Tehnik Pengumplan Data

Jenis data yang digunakan yaitu data Sekunder. Menurut Andi Supangat (2010:2) data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian dari para pengguna. Data yang akan digunakan yaitu laporan keuangan wajib pajak badan yang terdaftar di Kanwil DJP Jawa Barat I pada tahun 2009-2015.

Tehnik Pengumpulan Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi dan studi pustaka. Menurut Sugiyono (2013) teknik ini pengumpulan data dengan dokumen adalah teknik mengumpulkan catatan peristiwa yang sudah lalu.

3.4 Populasi, Sampel dan Waktu Penelitian 3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi


(48)

dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kanwil DJP Jawa Barat I tahun 2009-2015 dan sudah mempublikasikan laporan keuangan (audited) untuk tahun buku 2009-2015. Karena keterbatasan data untuk mendapatkan laporan keuangan wajib pajak badan yang terdaftar di Kanwil DJP Jawa Barat I, penulis hanya mengambil populasi dari wajib pajak badan yang mempublikasikan laporan keuangan. Dari jumlah wajib pajak yang terdafatar di Kanwil DJP Jawa Barat I hanya 21 wajib pajak badan yang mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2009-2015. Jadi, jumlah populasi yang penulis ambil berjumlah 21.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011:120). Untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30 (Mahmud, 2011:159).

Menurut Sugiyono (2010:85) purposive sampling adalah sebagai berikut :

Sampling purposive adalah tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metoda penyampelan bersasaran (purposive sampling method) yaitu sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria sebagai berikut :


(49)

1. Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kanwil DJP Jawa Barat I yang memiliki saham di BEI pada tahun 2009-2015.

2. Perusahaan mempublikasi laporan tahunan di BEI secara lengkap dan perusahaan yang menyajikan laporan keuangan secara wajar.

3. Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan berturut-turut dari tahun 2009-2015.

4. Perusahaan yang sahamnya masih aktif diperdagangkan selama tahun 2009-2015.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

Kriteria Penentuan

Sampel

Sampel

1 2 3 4

1. ALDO Alkindo Naratama x -

2. BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk. x -

3. BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan

Banten Tbk.

x -

4. SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk.

5. CPGT PT. Cipaganti Citra Graha Tbk. x -

6. HDTX Panasia Indo Resources Tbk.

7. CENT Centrin Online Tbk. x -

8. INDS Indospring Tbk. x -

9. ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk.

10. AKPI Argha Karya Prima Ind Tbk x -

11. ALTO Tri Bayan Tirta Tbk. x -

12. ARTO PT. Bank Artos Tbk. x -

13. INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk. x -

14. BTON Beton Jaya Manunggal Tbk. x -

15. INAF PT. Indofarma Tbk.

16 UNTX Unitex Tbk. x -

17 BRNA Berlina Tbk. x -

18 GDYR Goodyear Indonesia Tbk. x -

19 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk.

20 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk. x -

21 NIPS Nipress Tbk. x -


(50)

Jumlah sampel akhir yang terpilih bedasarkan karakteristik di atas sebanyak 5 wajib pajak badan yang terdaftar di Kanwil DJP Jawa Barat I dan mempublikasikan laporan keuangan selama tahun 2009 sampai dengan 2015.

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini, maka penulis mengadakan penelitian pada Wajib Pajak Badan yang terdaftar di Kanwil DJP Jawa Barat I pada tahun 2009-2015 dan Perusahaan Bursa Efek Indonesia.

Tabel 3.3 Waktu Penelitian

No. Deskripsi Kegiatan 2015

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst. 1 Pra Survei:

a. Persiapan Judul

b. Pengajuan

proposal

c. Pengajuan judul

d. Mencari

Perusahaan 2 Usulan Penelitian

a. Pemilihan UP

b. Bimbingan UP

c. Sidang UP

d. Revisi UP 3 Pengumpulan Data 4 Pengelolaan Data 5 Penyusunan Skripsi

a. Bimbingan

Skripsi

b. Sidang Skripsi

c. Revisi Skripsi


(51)

3.5 Metode Pengujian Data

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa metode penelitian yang digunakan dalam penelitian penulis adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

Metode analisis kuantitatif menurut Sugiyono (2012:8) sebagai berikut :

“Metode yang dapat diartikan sebagai metode analisis yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif dijelaskan melalui analisis statistik inferensial. Menurut (Sugiyono, 2012:148) menyatakan bahwa Statistik

inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Selain itu analisis statistik inferensial

juga disebut dengan statistik probabilitas, karena kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan sampel itu kebenarannya bersifat peluang

(probability) yaitu peluang kesalahan dan kepercayaan yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

Statistik inferensial terbagi atas statistik parametric dan statistik

nonparametric. Statistik inferensial dalam penelitian penulis adalah statistik

parametric. Menurut (Sugiyono 2012:150) menjelaskan statistik parametric

kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio.

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada analisis regresi berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh merupakan persamaan regresi yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE).


(52)

Beberapa asumsi klasik regresi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Linear Regression) sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Berikut ini merupakan uji asumsi klasik, analisis korelasi pearson dan analisis korelasi berganda.

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi-asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda.Hal ini dilakukan sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis. Pengujian asumsi klasik meliputi:

1) Uji Normalitas

Menurut Husein Umar (2011:182) mendefinisikan uji normalitas sebagai berikut:

“Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen,

independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau

tidak.”

Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Asumsi Normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi, apabila model regresi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan,


(53)

karena statistik uji F dan uji t pada analisis regresi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regresi.

Dengan dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance) menurut Singgih Santoso (2002:393) sebagai berikut:

a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal; dan b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

Menurut Singgih Santoso (2002:322) pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas; dan

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji Multikolinearitas

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi linear berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variabel dimana akan diukur keeratan hubungan antarvariabel bebas tersebut melalui besaranya koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinearitas, jika koefisien korelasi antarvariabel bebas lebih besar dari 0,60. Dikatakan tidak terjadi mltikolinearitas jika koefisien korelasi antarvariabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60.


(54)

Atau dalam menetukan ada tidaknya multikolinearitas dapat digunakan cara lain yaitu:

Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut:

 Besar nilai tolerance (α) : α = 1 / VIF

 Besar nilai variance inflation factor (VIF) : VIF = 1 / α

Variabel bebas mengalami multikolinearitas jika α hitung < α dan VIF

hitung > VIF sedangkan jika Variabel bebas tidak mengalami

multikolinearitas jika α hitung > α dan VIF hitung < VIF

 Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara

statistik (α).

 Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat.

3) Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variannya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas.

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik

scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu X = Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi – Y riil). Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot


(55)

titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar dibawah maupun diatas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang.

4) Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linear antar kesalahan pengganggu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa uji asumsi klasik autokorelasi dilakukan untuk data time series

atau data yang mempunyai seri waktu, misalnya data dari tahun 2000 sampai dengan 2012.

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW). Dengan melakukan uji Durbin Watson, dapat diketahui apakah terdapat autokorelasi antarsesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Secara umum, kriteria yang digunakan adalah :

 Jika DU < DW < 4-DU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi

 Jika DW < DL atau DW > 4-DL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi

 Jika DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL, artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti


(56)

Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test. Pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi, dijabarkan sebagai berikut :

Tabel 3.4 Uji Autokorelasi

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Definisi Garis Regresi menurut Andi Supangat (2010:352) adalah sebagai berikut:

“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating line) adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).”

Analisis regresi linear berganda digunakan peneliti dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hubungan arus kas operasi dan modal kerja terhadap likuiditas. Menurut Sugiyono (2012:261) bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini adalah sebagai berikut :

Keterangan:

Y = Manajemen Laba X1 = Asimetri Informasi

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4

Tidak ada autokorelasi negatif No Decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 – du


(57)

X2 = Beban Pajak Tangguhan α = Konstanta Intersep

β1 = Koefisien regresi variabel asimetri informasi β2 = Koefisien regresi variabel beban pajak tangguhan ε = Tingkat kesalahan (error term)

Arti koefisien β menunjukan hubungan searah antara variabel bebas

dengan variabel terikat jika bernilai positif (+). Dengan kata lain, peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas akan diikuti oleh peningkatan atau

penurunan besarnya variabel terikat. Sedangkan jika nilai β negatif (-), menunjukan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel terikat dan sebaliknya. Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan yang telah ada mempunyai kadar tertentu, maka harus melihat dua hal. Pertama, ada (dalam pengertian nyata atau berarti) atau tidak ada keterkaitan antara Manajemen Laba (Y) dengan Asimetri Akuntansi (X ) dan Manajemen Laba (Y) dengan Beban Pajak Tangguhan (X ).

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2 metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1, dan b2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Σy = na + b1ΣX1 + b2ΣX2

ΣX1y = aΣX1 + b1ΣX12 + b2ΣX1X2 ΣX2y = aΣX2 + b1ΣX1X2 + b2ΣX22 (Sumber: Sugiyono, 2012: 279)


(1)

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.5

Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiono (2012: 250)

Untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y serta Variabel X2 dan Y, adalah sebagai berikut :

(a) Menghitung koefisien korelasi antara asimetri informasi (X1) terhadap manajemen laba (Y), menggunakan rumus:

Sumber: Sugiyono (2012:274)

(b) Menghitung koefisien korelasi antara beban pajak tangguhan (X2) terhadap manajemen laba (Y), menggunakan rumus :

Sugiyono (2012:274)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi ( -1≤ r ≥ +1), di mana x = Variabel bebas


(2)

y = Variabel terikat

4. Analisis Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh asimetri informasi (X1) dan beban pajak tangguhan (X2) terhadap manajemen laba (Y) dapat diketahui dengan menggunakan analisis koefisien determinasi atau disingkat Kd yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien korelasinya yaitu :

Umi Narimawati (2011:50) Keterangan :

Kd = Koefisien Determinasi atau Seberapa Jauh Perubahan Variabel Y Dipergunakan oleh Variabel X

r² = Kuadrat Koefisien Korelasi

100% = Pengkali yang menyatakan dalam persentase

Dengan diketahuinya koefisien korelasi antara masing-masing asimetri informasi (X1) dan beban pajak tangguhan (X2) serta manajemen laba (Y), kita bisa menentukan koefisien determinasi. Koefisien determinasi tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel bebas (X1 dan X2) terhadap variabel terikat (Y).

Pada hakikatnya nilai r berkisar antara -1 dan 1, bila r mendekati -1 atau 1 maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang erat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bila r mendekati 0, maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sangat lemah atau bahkan


(3)

3.6. Metode Analisis Data

Pengertian rancangan/metode analisis menurut Umi Narimawati (2011:41) menyatakan bahwa :

“Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dimengerti.”

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011:159).

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya korelasi dan pengaruh variabel independen X1 dan X2 secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan Pengujian Secara Parsial (Uji Statistik t).

Uji statistik t digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan secara parsial atau satu pihak dari masing-masing variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Hipotesis nol (H0) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (H1) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen, maka pengujian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(4)

1) Uji Statistik t

Pengujian secara parsial menggunakan uji t (pengujian signifikansi secara parsial). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah :

1. Menyusun Hipotesis

Adapun hipotesis statistik yang akan di uji dalam penelitian ini adalah:

a) Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba

H0 : β1 = 0, Asimetri Informasi tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

Ha : β1 ≠ 0, Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Manajemen Laba. b) Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba.

H0 : β2 = 0, Beban Pajak Tangguhan tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

Ha : β2 ≠ 0, Beban Pajak Tangguhan berpengaruh terhadap Manajemen Laba. 2. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 (α = 0,05), dengan derajat

kebebasan (df = n-k-1).

3. Mencari Nilai

4. Menentukan daerah penerimaan atau penolakan hipotesis dengan membandingkan dengan dengan ketentuan :

 Jika < atau > , variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, maka H0 ditolak (signifikan).


(5)

 Jika variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, maka H0 diterima (tidak signifikan).

5. Menentukan Kesimpulan Berdasarkan Probabilitas

Dengan menggunakan nilai probabilitas, Ha akan diterima jika probabilitas kurang dari 0,05.

2) Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

Penggambaran daerah penerimaan atau penolakan hipotesis beserta kriteria akan dijelaskan sebagai berikut:

Hasil dibandingkan dengan dengan kriteria :

a. Jika maka H0 ada di daerah penolakan, hal ini diartikan Ha diterima dan artinya antara variabel X dan variabel Y memiliki pengaruh.

b. Jika maka H0 ada di daerah penerimaan, hal ini diartikan Ha ditolak dan artinya antara variabel X dan variabel Y tidak memiliki pengaruh.

c. dicari dengan rumus perhitungan

d. dicari didalam tabel distribusi dengan ketentuan α = 0,05 dan dk = (n – k – 1)


(6)

Sumber: Sugiyono (2011:185)

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho

3) Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan dan berlaku sebaliknya. Jika jatuh di daerah penolakan (penerimaan) maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisien regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, asimetri informasi dan beban pajak tangguhan mempengaruhi (tidak mempengaruhi) manajemen laba. Tingkat signifikannya yaitu 5% (α = 0,05) artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95% maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukkan adanya (tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut). Dalam hal ini ditunjukkan dengan penolakan Ho atau penerimaan alternatif (Ha).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang Terdaftar di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I 2010-2015)

4 19 43

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I

0 2 1

Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Dalam Mendeteksi Manajemen Laba (Studi Kasus pada Wajib Pajak yang Terdaftar di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I Tahun 2011-2015)

0 3 1

Pengaruh Ekstensifikasi Pajak dan Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang Terdaftar di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I 2012-2015

2 28 77

Pengaruh Beban pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak Terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi Kasus pada Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I 2009-2014)

2 30 49

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Survei pada Kantor Pelayanan Pajak yang Terdaftar di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I 2010-2015)

0 6 41

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PERENCANAAN PAJAK, ASIMETRI INFORMASI, DAN Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, Asimetri Informasi, Dan Leverage Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Pe

1 3 15

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN, PERENCANAAN PAJAK, ASIMETRI INFORMASI, DAN Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, Perencanaan Pajak, Asimetri Informasi, Dan Leverage Terhadap Earnings Management (Studi Empiris Pada Pe

0 2 17

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

0 8 17

PENGARUH ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

0 4 19