205 kondisi keamanan, ketertiban dan keindahan di daerah perusahaan perikanan
sehingga perusahaan perikanan dapat berjalan sempurna.
6.4 Peluang Penerapan Peraturan Internasional
PPN Palabuhanratu sebagai pelabuhan perikanan yang akan ditingkatkan kapasitasnya menjadi PPS Palabuhanratu, akan melayani kapal-kapal perikanan
lintas negara, sehingga perlu dipersiapkan PPS Palabuhanratu sesuai dengan aturan internasional. Menurut Nugroho 2004, bahwa pengaturankonvensi
internasional yang terkait dengan pelabuhan perikanan dan operasional kapal ikan adalah:
1 Agreement to promote compliance with international conservation and
management measures by fishing vessels on the high seas compliance agreement 1993.
2 Code of conduct for responsible fisheries CCRF, 1995.
3 The amendments to the convention for the safety at sea SOLAS 1974 dan
ISPS code 2002. 4
The joint ILOIMO code of practice COP on security in ports 2002. Selanjutnya dikatakan bahwa persyaratan yang perlu diperhatikan pada
pelabuhan perikanan untuk dukungan ekspor adalah: 1 Aspek teknis, yakni untuk membangun:
-Fasilitas pelabuhan dengan memperhatikan bobot kapal yang akan dilayani, panjang dermaga, kedalaman di depan dermaga dan pengaturan zonasi
pelabuhan. - Jumlah armada yang akan dilayani.
- Volume produksi ikan yang akan ditampung. - Pengaturan dampak erosi dan endapan lumpur.
2 Aspek kelembagaan, yakni - Penyusunan struktur organisasi harus menjangkau semua lini pekerjaan,
- Peraturan operasional pelabuhan perikanan, misalnya harus ada standard
operational procedure SOP. - Penegakan hukum.
- Penetapan kawasan industri perikanan.
206 - Penetapan kawasan peti kemas.
3 Aspek teknologi, yakni - Mutu produk perikanan harus diperhatikan.
- Sistem pembuangan limbah. 4 Aspek anggaran, yakni
- Anggaran operasional. - Anggaran pemeliharaan harus cukup.
5 Aspek informasi, yakni - Informasi harga ikan.
- Informasi traceability.
- Informasi mutu produk. 6 Aspek pengamanan kapal dan fasilitas pelabuhan, menggunakan
international ships and port security facility ISPS.
ISPS adalah suatu penerapan sistem kode pengamanan kapal dan fasilitas pelabuhan internasional. Pelabuhan perikanan yang bersifat internasional harus
disertifikasi melalui ISPS. Ketentuan ISPS code diterima dan disahkan di forum
international maritime organization IMO pada tanggal 12 Desember 2002 dan menjadi Bab XI-2 dari konvensi SOLAS 1974 tentang keselamatan jiwa di laut.
Aturan baru ini akan diterapkan terhadap kapal-kapal yang melakukan pelayaran internasional. Hal ini penting karena jika kapal dan pelabuhan internasional di
Indonesia belum disertifikasi, kapal Indonesia tidak akan diterima atau ditolak di pelabuhan asing. Sementara pelabuhan Indonesia juga tidak akan dapat dikunjungi
kapal asing. Persyaratan penetapan ISPS di pelabuhan perikanan adalah: 1 Pengumpulan dan pemeriksaan informasi yang berkaitan dengan ancaman
keamanan dan pertukaran informasi tersebut antar negara. 2 Mewajibkan pemeliharaan protokol komunikasi untuk kapal dan fasilitas
pelabuhan. 3 Pencegahan akses yang tidak berkepentingan ke kapal, fasilitas pelabuhan dan
area terlarang untuk umum. 4 Mencegah membawa senjata api yang tidak memiliki ijin, alat pembakar atau
bahan peledak ke kapal atau fasilitas pelabuhan.
207 5 Menyediakan peralatan untuk membunyikan alarm sebagai reaksi terhadap
ancamaninsiden keamanan. 6 Mewajibkan rancangan keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan berdasarkan
pada hasil penilaian keamanan. 7 Mewajibkan pelatihan gladi dan latihan untuk memastikan agar terbiasa
dengan rancangan dan prosedur pengamanan. Ketentuan Uni Eropa tentang penerapan standarisasi mutu di pelabuhan
perikanan Direktur Standardisasi dan Akreditasi DKP, 2005 adalah: 1 Peralatan yang digunakan selama pembongkaran dan pendaratan harus
dikonstruksi dengan bahan yang mudah dibersihkan dan disinfektan serta di tempat yang bersih.
2 Selama pembongkaran dan pendaratan harus dihindarkan produk perikanan tersebut dari kontaminasi dan ditangani secara khusus antara lain: operasi
pembongkaran dan pendaratan dilakukan secara cepat; produk perikanan harus ditempatkan tanpa mengalami penundaan dan dilindungi dari
lingkungan suhu yang tinggi dan selalu menggunakan es selama transportasi, kemudian disimpan dalam
cold storage; tidak diijinkan menggunakan peralatan dan cara penanganan yang dapat menyebabkan rusaknya nilai gizi
dari produk-produk perikanan. 3 TPI harus dilengkapi dengan atap dan dindingnya mudah dibersihkan;
lantainya harus tahan air dan mudah dibersihkan, mempunyai fasilitas drainase dan sistem pembuangan air kotor; peralatan harus dilengkapi
dengan fasilitas sanitasi, antara lain untuk pencucian dan kamar mandiwc terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan; pembersihan harus dilakukan
secara teratur baik sebelum maupun sesudah pelelangan, lantai TPI dibersihkan baik bagian luar maupun dalam dengan menggunakan air
lautair minum dan harus dengan disinfektan; tidak diperkenankan merokok, makan dan minum di area penjajaan ikan; mempunyai suplai air bersih;
khusus untuk ikan-ikan harus ditempatkan pada alat yang tidak berkarat; produk perikanan setelah pendaratan harus aman, selama transportasi tidak
mengalami penundaan; jika produk perikanan tersebut mengalami penundaan pendistribusian, maka harus disimpan diruangan dingin
cool
208 room dalam kondisi yang baik dan pada suhu yang sesuai daripada suhu
pelelehan esmendekati suhu pelelehan es; untuk pedagang besar produk- produk perikanan harus dijajakan pada kondisi yang bersih.
4 Persyaratan pelabuhan perikanan dalam mencapai standar sanitasi dan hygiene: bangunan, fasilitas dan lingkungan harus sesuai dengan
persayaratan pelabuhan perikanan yang hygienis dan berstandar sanitasi; sanitation standard operating procedured SSOP adalah prosedur
pelaksanaan standar sanitasi dan hygiene yang harus dipenuhi oleh
pelabuhan untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk yang ditangani; setiap pelabuhan harus memiliki rencana SSOP yang tertulis dan
spesifik sesuai dengan lokasi, peralatan dan jenis penanganan serta diterapkan secara konsisten.
5 Penanganan mutu ikan: pengembangan fasilitas penanganan ikan-ikan yang didaratkan di pelabuhan seperti penyediaan laboratorium mutu hasil
perikanan, penyediaan air bersih, penyediaan es, garam, kebersihan TPI dan alat angkut ikan, penerangan instalasi listrik, penyuluhan mengenai
penanganan ikan, penyediaan petugas pengolahan ikan, penyediaan data statistik penanganan ikan, keranjang ikan, WC umum, drainase TPI yang
baik, pengaturan lalu lintas orang di TPI, penyediaan keamanan, ketertiban dan keindahan pelabuhan serta pengaturan petugas pelayanan penanganan
ikan yang dilengkapi dengan standard operational procedure SOP yang
jelas serta pengawasan pelaksanaannya dilakukan oleh manajemen pelabuhan. Hal itu dilakukan dengan maksud agar semua ikan-ikan yang
akan didistribusikan dari PPN Palabuhanratu hingga ke tangan konsumen telah memperoleh jaminan mutu.
Peraturan Uni Eropa yang berkaitan dengan penanganan ikan juga telah dikemukakan oleh Le Ry 2005, bahwa sejak 22 Juli 1991 diatur tentang
peraturan-peraturan hygienitas untuk nelayan di kapal, kondisi penanganan ikan di kapal, kondisi penanganan pada saat pembongkaran ikan dan kondisi
prosessing dan pengepakan ikan. Selanjutnya pada tanggal 1 Januari 2007 dikeluarkan
peraturan baru tentang Undang-undang pangan yang mengatur tentang
209 traceability, informasi mengenai pelanggan, tanggung jawab dari comercial
operator. Begitu pentingnya penanganan ikan di negara-negara Uni Eropa, maka sudah selayaknya perlu diterapkan juga di Indonesia khususnya di pelabuhan
perikanan dalam menghadapi era globalisasi untuk perdagangan hasil perikanan tujuan ekspor.
Menurut FAO 1995 tentang Code of Conduct for Responsible Fisheries
CCRF, bahwa persyaratan lokasi pelabuhan perikanan dan kaitannya dengan lokasi PPS Palabuhanratu adalah:
1 Tempat berlindung yang aman bagi kapal penangkap ikan dan disediakan pelayanan yang memadai bagi kapal, pedagang dan pembeli. Kondisi lokasi
site yang akan dijadikan kolam PPS Palabuhanratu berada pada bagian Selatan Pelabuhan yang ada sekarang. Direncanakan akan dibangun kolam
seluas 20 ha dengan kedalaman kolam bervariasi antara -4 m, -6 m dan -8 m. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah penentuan mulut masuk kolam
pelabuhan harus tepat pada tempat yang telah diperhitungkan dengan mempertimbangkan kondisi
oceanografi nya terutama arus, gelombang, sedimentasi, dan kedalaman perairan.
2 Pasokan air tawar yang memadai dan pengaturan sanitasi harus disediakan. Kondisi pasokan air tawar di Palabuhanratu saat ini berasal dari PDAM
dengan kondisi debit air yang kadang-kadang tidak cukup terutama pada saat musim kemarau. Pihak PDAM merencanakan menambah kapasitasnya dengan
merehab dan mengembangkan instalasi air tawar. Selain itu air bersih berasal dari sumur air tanah yang dikelola oleh penduduk. Seringkali air tawar dari
PDAM tidak mengalir, maka pihak PPN Palabuhanratu dengan menggunakan mobil tanki air melakukan pengangkutan air dari sumber air tanah tersebut,
sehingga sampai saat ini tidak ada keluhan dari kapal tentang pasokan air tawar ini. Perusahaan pabrik es memasok air tawar dari Sungai Cimandiri
yang berada sekitar 2 km dari PPN Palabuhanratu. Sehingga masalah pasokan air untuk keperluan industri perikanan bisa berasal dari air Sungai Cimandiri
yang harus diolah terlebih dahulu. Dalam pembangunannya, PPS Palabuhanratu harus membuat fasilitas yang berkaitan dengan sanitasi
lingkungan, terutatam sistem drainase dan tempat pembuangan sampah.
210 3 Sistem pembuangan limbah, termasuk pembuangan minyak, air berminyak dan
alat penangkapan ikan harus diintroduksikan. Pembangunan IPAL merupakan keharusan dalam membangunan PPS Palabuhanratu, sehingga perlu adanya
studi AMDAL. Dari hasil studi AMDAL, tentu harus ada tindak lanjutnya seperti perlunya IPAL. Kebersihan kolam harus dijaga. Hal yang harus
dilakukan adalah bagaimana menyadarkan pemakai kolam agar menjaga kebersihan kolam, sehingga perlu adanya sosialisasi terus menerus mengenai
cara menjaga kebersihan kolam, termasuk keamanan dan ketertiban memakai kolam. Saat ini sudah ada alat pembersih kolam secara manual dan secara
mesin. Secara manual, petugas cukup menggunakan skop untuk membersihkan kolam pelabuhan, secara mesin, maka petugas menggunakan
kapal yang dilengkapi alat penyedot sampah dan minyak di kolam. 4 Pencemaran dan kegiatan perikanan dan sumber eksternal harus
diminimumkan. Sehingga dalam hal ini perlu penyadaran pengguna pelabuhan tentang pentingnya menjaga pelabuhan agar tidak tercemar dari bahan yang
merugikan aktivitas perikanan. Apalagi akhir-akhir ini banyak pedagang dan nelayan menggunakan formalin untuk mengawetkan ikannya, yang sangat
membahayakan kesehatan manusia. Seperti yang telah dijelaskan pada halaman 181 bahwa pihak PPN Palabuhanratu telah melakukan kerja sama
dengan pihak kepolisian untuk mencegah penggunaan pemakaian formalin dan telah melakukan pengujian formalin pada berbagai produk perikanan di
laboratorium milik PPN Palabuhanratu pada ikan segar dan ikan olahan. Ternyata terbukti memang ada masyarakat yang menggunakan formalin. Pihak
Kepolisian telah menggunakan bukti uji formalin tersebut untuk menangkap para pelaku yang berakibat berkurangnya penggunaan formalin oleh
masyarakat. 5 Pengaturan untuk menanggulangi efek erosi dan siltasi harus dibuat. Dalam
perencanaan PPS Palabuhanratu harus diperhitungkan dampak atau efek terhadap bangunan yang direncanakan terhadap bangunan lain atau pantai
yang ada di sekitarnya.
7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan