197 contoh saat ini terjadi pungutan ganda untuk hasil perikanan mulai dari
pengurusan surat ijin usaha perikanan, surat ijin penangkapan ikan, retribusi lelang dan retribusi angkutan jalan untuk setiap kabupaten yang dilintasi selama
pendistribusian hasil tangkapan.
6.2 Hubungan Alternatif Prioritas Terhadap Fungsi Pelabuhan dan Solusinya
Pola pengembangan pelabuhan adalah suatu contoh, pedoman atau penetapan ukuran-ukuran dalam mengembangkan suatu pelabuhan perikanan.
Penyusunan pola pengembangan PPN Palabuhanratu dibatasi pada penyediaan pola pengembangan target produksi, target kapal dan fasilitas pelabuhan
perikanan terutama fasilitas pokok dikaitkan dengan upaya mengoptimalkan beberapa fungsi pelabuhan perikanan serta pola distribusi di
hinterland. Pengembangan merupakan suatu usaha ke arah perubahan dari kondisi yang
dinilai kurang kepada suatu kondisi baik atau suatu proses untuk mencapai kemajuan.
Adapun hubungan antara alternatif prioritas, fungsi dan solusi permasalahan dalam pola pengembangan PPN Palabuhanratu adalah seperti Gambar 31.
Gambar 31 Hubungan alternatif prioritas, fungsi dan solusi pengembangan dalam pola pengembangan PPN Palabuhanratu.
1. Jumlah kapal 2. Produksi ikan
3. Tenaga kerja 4. Pendapatan
pelabuhan 5. PAD
Alternatif prioritas
1. Tambat labuh 2. Pendaratan ikan
3. Keperluan kapal 4. Pemasaran
distribusi 5. Pembinaan mutu
6. Penyuluhan Pengumpulan data
7. Pengawasan SDI
Fungsi PPN Palabuhanratu
1. Kolam 2. Dermaga
3. Lahan 4. BBM
5. Pelelangan
ikan 6. Pelayanan
Solusi pengembangan
198 Berdasarkan Gambar 31, bahwa jumlah kapal adalah merupakan gambaran
seberapa jauh PPN Palabuhanratu dapat difungsikan sebagai tempat tambat labuh kapal, tempat pendaratan ikan, tempat memperlancar kegiatan kapal perikanan,
tempat penyuluhan dan pengumpulan data, tempat pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data serta tempat
pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan sehingga diperlukan pengembangan kolam, dermaga, lahan, BBM, pelelangan ikan dan pelayanan pelabuhan
perikanan. Ilustrasinya adalah bahwa berdasarkan perhitungan JTB untuk PPN
Palabuhanratu diperoleh sebesar 19.000 tontahun yakni terdiri dari pelagis besar sebanyak 6.584 tontahun, pelagis kecil 9.466 tontahun dan demersal sebesar
2.429 tontahun serta kelompok sumberdaya ikan lainnya sebesar 521 tontahun. Dari JTB 19.000 tontahun tersebut telah dimanfaatkan rata-rata per tahun selama
periode 1993-2005 sebesar 3.382 tontahun sehingga peluang pengembangan penangkapan ikan untuk PPN Palabuhanratu sebesar 15.618 tontahun. Kemudian
berdasarkan perhitungan target jumlah kapal untuk diakomodir oleh pengembangan PPN Palabuhanratu sebanyak 922 unit yakni terdiri dari 676 unit
yang ada pada tahun 2005 ditambah dengan target jumlah kapal tambahan sebanyak 246 unit yang terdiri dari 142 unit kapal berukuran 5 GT, 58 unit
kapal berukuran 5-30 GT dan 46 unit kapal berukuran 30-150 GT. Tambahan 246 unit kapal sebagian berasal dari kapal andon dan sebagian kecil dari hasil
pembangunan kapal baru di PPN Palabuhanratu. Kondisi kolam I dan kolam II pemanfaatannya sudah melebihi kapasitasnya yang disebabkan oleh banyaknya
kapal-kapal yang tidak melakukan operasional karena besarnya biaya operasional melaut terutama naiknya harga BBM. Sehingga dalam operasionalnya untuk
menampung kapal dan produksi ikan diperlukan penambahan kolam dan dermaga, BBM, air, dan es.
Hasil perhitungan kebutuhan kolam untuk pengembangan pelabuhan seluas 8,6 ha yakni terdiri dari luas kolam I sebesar 2 ha, luas kolam II sebesar 3 ha dan
luas kolam III sebesar 3,6 ha. Hasil perhitungan kolam III seluas 3,6 ha memiliki daya tampung sebanyak 46 unit kapal berukuran 30-150 GT. Tambahan kapal
untuk pengembangan PPN Palabuhanratu yang berukuran 5-30 GT sebanyak 58
199 unit diakomodir oleh kolam II dan kapal berukuran 5 GT sebanyak 142 unit
diakomodir oleh kolam I. Secara keseluruhan, kebutuhan tambahan panjang dermaga 1.452 meter
untuk melayani frekuensi kapal sebanyak 88 kali sehari. Agar kebutuhan es terhadap ikan adalah 2 : 1, maka kapasitas pabrik es yang diperlukan sebesar
sebesar 38.000 tontahun atau 104 tonhari. Kondisi pabrik es yang ada sekarang berkapasitas 50 tonhari sehingga untuk mencapai kapasitas 104 ton diperlukan
tambahan kapasitas pabrik es sebesar 54 tonhari. Kebutuhan solar sebanyak 37.695 kltahun, kondisi saat ini sebanyak 10.381
klbulan, sehingga perlu ada penambahan solar sebanyak 27.314 kltahun sehingga diperlukan penambahan SPDN.
Kebutuhan air bersih untuk operasional pelabuhan perikanan sebanyak 86.272 kltahun yang antara lain untuk kebutuhan ABK sebesar 20.005 kltahun,
kebutuhan baku es sebesar 38.000 tontahun, kebutuhan ikan sebesar 19.000 tontahun, kebutuhan TPI sebesar 1.424 tontahun, kebutuhan penghuni sebesar
7.843 kltahun dan untuk kebutuhan pendingin mesin-mesin sebesar 7.843 kltahun.
Lahan darat menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.10Men2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang pelabuhan perikanan
diperlukan seluas minimal 15 ha belum termasuk kolam pelabuhan. Sehingga paling tidak luas lahan yang diperlukan untuk PPN Palabuhanratu adalah 30 ha.
Menurut hasil pertemuan Bupati Kabupaten Sukabumi dengan Pemda Provinsi Jawa Barat dan Ditjen. Perikanan Tangkap pada tanggal 25 Agustus 2006
dinyatakan bahwa ketersediaan lahan yang ada seluas 500 ha dan untuk memperkuat jaminan ketersediaan lahan, maka lahan seluas 500 ha ini akan
dimasukan dalam RUTR tentang peruntukannya bagi pengembangan industri perikanan. Khusus lahan industri akan dikelola oleh Pemerintah Daerah Jawa
Barat dan Kabupaten Sukabumi. Dari perhitungan pengembangan daerah
hinterland primer dalam negeri sebanyak 32 dari target produksi 19.000 ton didistribusikan untuk ikan segar
kebutuhan konsumen dalam negeri. Sebesar 35 atau 6.650 ton didistribusikan
200 di
hinterland primer luar negeri, sebesar 6.187 ton didistribusikan di hinterland sekunder dan jumlah konsumen dalam negeri sebanyak 542.619 orang.
Adapun hasil studi kelayakan yang merupakan pola pengembangan awal, pola saat ini dan pola pengembangan PPN Palabuhanratu seperti pada Tabel 46.
Tabel 46 Hasil studi kelayakan, kondisi tahun 2005 dan pola pengembangan PPN Palabuhanratu
Variabel Hasil studi
kelayakan tahun 1987
Kondisi tahun 2005
Pola pengembangan
Perbedaan
1 2 3 4
4 –
3 Jumlah kapal
unit 125 676
922 246 Produksi ikan
ton 16.000 6.601 19.000 12.399
Luas kolam ha 3
5 8,6
3,6 Kedalaman
kolam m 1, 2 dan 3
3,5 dan 4 3,5 dan 4
- Lahan ha
7,2 7,2
30 22,8
Dermaga m 500
910 1.452
542 Solar klthn
10.423 10.381
37.695 27.314
Pabrik es tonthn
32.000 18.250 38.000 19.750
Gedung TPI m
2
900 900 1.424
524 Air bersih
klthn 54.385 38.370
86.272 47.902 Distribusi di
hinterland primer dalam
negeri ton - 3.194
6.163 2.969
Distribusi di hinterland
primer luar negeri ton
- 204 6.650
6.446 Distribusi di
hinterland sekunder ton
- 3.203 6.187
2.984 Jumlah
konsumen dalam negeri
orang - 281.049
542.619 261.570
201 Dari aspek operasional, maka pola pengembangan PPN Palabuhanratu akan
disesuaikan terlebih dahulu dengan kondisi pengembangan fisik yang diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi PPN Palabuhanratu yang ada saat ini sehingga
terdapat perubahan kapasitas layanan yang berkaitan dengan penyiapan standard
operational procedure. Adapun perubahan-perubahan dari aspek operasional terhadap pola pengembangan PPN Palabuhanratu seperti pada Tabel 47.
Berdasarkan Tabel 47 maka banyak perubahan-perubahan yang akan terjadi apabila pola pengembangan PPN Palabuhanratu yang baru dilaksanakan terutama
untuk optimalisasi fungsi PPN Palabuhanratu mulai dari kegiatan tambat labuh, pendaratan ikan, pemasaran dan distribusi ikan, pembinaan mutu, penyuluhan dan
pengumpulan data serta pengawasan SDI dan adanya perubahan struktur organisasi serta syahbandar perikanan.
Tabel 47 Perubahan pola pengembangan PPN Palabuhanratu dari aspek operasional
Variabel Kondisi tahun 2005
Pola pengembangan
Tambat labuh Pengaturan zonasi
kapal, dermaga I untuk kapal 30GT,
dermaga II untuk kapal 30- 150 GT
Tambahan dermaga III , kapal 30- 150 GT
Pendaratan ikan
Pendaratan ikan sebesar 6.601 ton
Pendaratan ikan sebesar 19.000 tontahun
Pemasaran dan distribusi
Ekspor sebesar 3, pemasaran dalam negeri 97
Ekspor sebesar 35, pemasaran dalam negeri 65
Pembinaan mutu
Belum ada Uji formalin setiap bulan dan belum ada
laboratorium Uji formalin, organoleptik,
histamin, mikrobiologi, logam berat di laboratorium
Penyuluhan dan statistik
Dilakukan oleh petugas PPNP berstatus bukan penyuluh
Dilakukan oleh petugas PPNP melakukan penyuluhan dan
pengumpulan data Pengawasan
SDI Masih dibawah pembinaan
PPN Palabuhanratu Langsung dilakukan oleh Satker
dari P2SDKP. SDM
Dominan sarjana perikanan dan SLTA umum
Disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan dengan menambah
sarjana teknik,hukum, komputer, lingkungan, statistik.
Struktur organisasi
Sederhana dan belum kaya fungsional
Disesuaikan dengan kebutuhan dengan menambah kesyahbandaran
dan memperkaya jabatan fungsional Syahbandar
Dilaksanakan oleh syahbandar umum
Dilaksanakan oleh syahbandar perikanan
202
6.3 Dukungan Kelembagaan Terhadap Pengembangan PPN Palabuhanratu