Hasil pengukuran emisi CH

12 perangkat lunak ini menduga emisi secara kumulatif dari tahun pertama pembukaan TPA. Menurut TWG 2002, ukuran kedalaman penancapan flux chamber dalam pengambilan sampel metana adalah lima kaki di bawah permukaan tanah agar mengurangi efek perubahan suhu dan tekanan dari permukaan. Namun hal ini tidak dapat dilakukan di permukaan TPA Galuga karena keterbatasan alat dan biaya, seperti penggunaan bor atau alat lain dalam pengambilan sampel di kedalaman tertentu. Metode flux chamber digunakan untuk mengambil sampel gas pada setiap interval waktu tertentu sehingga diperoleh konsentrasi sampel gas yang berbeda-beda dari setiap selang waktu pengambilan sampel. Nilai konsentrasi dihitung untuk memperoleh laju perubahan konsentrasi dan fluks yang terjadi. Teknik ini dapat mendeteksi fluks yang sangat kecil dengan pengurangan ketinggian chamber dan penambahan periode pengambilan sampel. Teknik closed chamber tidak membutuhkan modal yang besar, namun memerlukan tenaga kerja yang intensif jika dilakukan pengukuran variabilitas temporal dan spasial Rochette et al. 1997 dalam Topp dan Pattey 1997. Hasil perhitungan emisi CH 4 dari TPA Galuga pada hari kedua umumnya menunjukkan nilai laju perubahan konsentrasi yang bernilai negatif, artinya konsentrasi CH 4 yang terukur semakin menurun terhadap perubahan waktu. Kondisi pada malam sebelum pengukuran hari kedua telah terjadi hujan sehingga kadar air dan kelembaban lapisan permukaan TPA Galuga mengalami peningkatan. Perhitungan fluks CH 4 menjadi negatif karena laju perubahan konsentrasi CH 4 bernilai negatif sebagai implikasi dari konsentrasi CH 4 yang menurun. Nilai fluks yang negatif pada saat pengukuran mengindikasikan terjadinya penyerapan gas yang ada di dalam boks sungkup oleh permukaan TPA. Fluks negatif dapat terjadi seperti penelitian yang dilakukan oleh Lessard et al. 1994 dalam Topp dan Pattey 1997 yang mengukur fluks metana di lahan hutan di daerah lintang tinggi Ottawa, Ontario pada April hingga November 1992. Mereka menemukan korelasi linear negatif yang kuat antara kadar air tanah dengan pelepasan metana ke udara. Menurut Topp dan Pattey 1997, metana berdifusi di udara sekitar 10 4 kali lebih cepat dibandingkan di dalam air. Oleh karena itu, laju difusi metana dapat menjadi terbatas pada kadar kelembaban yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan konsentrasi CH 4 menurun karena kelembaban yang tinggi dan absorpsi gas yang berada di dalam boks sungkup oleh permukaan TPA Galuga. Ada tiga lokasi pengamatan di TPA Galuga yang melepaskan metana ke atmosfer secara signifikan, yaitu lokasi C, D, dan E. Lokasi C adalah area awal pembuangan sampah yang masuk ke TPA. Menurut Thorneloe 2000 pembentukan metana tidak terjadi segera setelah ditempatkan di tempat pembuangan sampah. Proses pembentukan dapat memakan waktu berbulan-bulan atau tahun untuk kondisi lingkungan yang tepat dan populasi mikroba yang diperlukan untuk terbentuknya metana. Namun pada pengukuran di lokasi awal pembuangan didapatkan nilai emisi yang cukup tinggi sebesar 11,9 Mgtahun. Hal ini karena metana telah terbentuk di dalam lapisan anaerob bagian dasar TPA. Metana terlepas ke atmosfer melalui celah-celah di antara tumpukan sampah sehingga konsentrasi yang terukur di lokasi tersebut cukup tinggi. Daerah pengamatan yang memiliki emisi CH 4 tertinggi adalah lokasi D sebesar 328,9 Mgtahun. Permukaan lahan TPA Galuga pada lokasi tersebut telah diratakan dan dipadatkan oleh alat berat. Perlakuan pemadatan dapat menyebabkan kandungan udara di bagian permukaan TPA semakin sedikit. Hal ini memungkinkan untuk terjadinya kondisi anaerob sehingga bakteri metanogen dapat aktif menghasilkan gas metana. Proses metanogenesis berlangsung dengan didukung oleh lingkungan tanpa oksigen. Daerah perataan dan pemadatan oleh alat berat di TPA Galuga dapat mengalami perluasan sebanding dengan jumlah massa dan volume sampah yang masuk ke TPA. Dengan demikian, emisi metana dari karakteristik permukaan TPA seperti ini dapat meningkat. Keberadaan titik pengukuran hari pertama di lokasi D memiliki nilai fluks tertinggi di antara titik pengamatan yang lain, yaitu sebesar 59,869 mgm 2 menit. Titik tersebut berada di dekat sisi dasar tebing TPA bekas longsor yang diduga telah terbentuk lapisan anaerob Gambar 7. Adanya longsor menyebabkan lapisan dasar TPA menjadi terbuka dan berinteraksi dengan atmosfer. Metana diperkirakan banyak terdapat di lapisan ini dan terlepas ke udara. Oleh karena itu, lokasi pengukuran di sekitar tebing longsor TPA Galuga diduga menyumbangkan CH 4 terbanyak ke atmosfer dibandingkan titik atau lokasi pengukuran yang lain. yang telah terjadi proses bakteri metanogen. Cada tetap tersimpan di lapisan dapat melewati pori-pori dan hanya sedikit yang sa Gambar 8. Gambar 8 Potensi gas Setyanto 20 Pemanfaatan gas meta melalui sebuah sistem p menjadi sumber energi alte gas metana yang ada di optimum dapat dikump menancapkan pipa ke sampah hingga mendeka diduga memiliki banyak Gambar 9. Pipa yang dita sebagai saluran gas meta tempat penampungan dan gas untuk diproses menja digunakan dalam memp listrik Gambar 10. Gambar 9 Manajemen g suatu TPA M Gambar 10 Sistem pengo ATSDR 200 es metanogenesis oleh adangan tersebut akan isan anaerob, beberapa ori tumpukan sampah sampai ke permukaan gas metana dari TPA 2010. etana dapat diproses pengolahan gas agar i alternatif. Kandungan di dalam TPA, secara pulkan dengan cara ke dalam tumpukan kati dasar TPA yang ak kandungan metana ditancapkan berfungsi etana menuju tempat an tempat pengolahan jadi bahan bakar yang produksi panas atau gas CH 4 dan air lindi Mauritius 2008. ngolahan gas dari TPA 001. Suatu desain sanitary dibangun dengan menginte konstruksi tempat pe pengolahan sampah, gas, berasal dari TPA Gambar memaksimalkan pemanfaa ada di TPA dan aman ter Sistem pengolahan yang dig Galuga menggunakan contr ini sudah baik sehingga tahapan selanjutnya memun pembangunan sistem termasuk tempat pengola memanfaatkan gas metan bakar sumber energi pemba Gambar 11 Desain Moder LMOP 2009. Setiap satu juta to menghasilkan listrik sekitar gas TPA yang diman 432.000 ft 3 hari atau seta m 3 hari LMOP 2009. E jumlah sampah yang masu hingga tahun 2012 3.133.408,985 Mg atau se Berdasarkan hal tersebut, TPA Galuga berpotensi m sekitar 2.507 kW atau memanfaatkan gas metan 49.384 m 3 hari yang diper harian 12,03 Ggtahun em LandGEM-v302. Harga listrik berdasarka TDL yang tercantum Peraturan Menteri ESDM Tanggal 30 Juni 2010 un rumah tangga golongan batas daya 450 VA dan 900 dan Rp605 per kWh. Apab di TPA Galuga sejumlah diperkirakan dapat men sekitar 2,5 MW dari peman menjadi bahan bakar pembangkit listrik, maka d 14 itary landfill modern integrasikan berbagai pembuangan serta s, dan air lindi yang ar 11. Hal ini dapat faatan potensi yang terhadap lingkungan. digunakan pada TPA ontrolled landfill. Hal ga dengan beberapa ungkinkan dilakukan sanitary landfill golahan gas dalam tana menjadi bahan bangkit listrik. dern Sanitary Landfill 9. ton sampah dapat itar 0,8 Megawatt dan anfaatkan sebanyak etara dengan 12.233 . Estimasi kumulatif asuk ke TPA Galuga akan mencapai sekitar 3,1 juta ton. t, jumlah sampah di i menghasilkan listrik u 2,5 MW dengan tana TPA sebanyak iperoleh dari rata-rata emisi metana dengan rkan tarif dasar listrik dalam Lampiran DM Nomor: 07 untuk golongan tarif an R-1TR dengan 00 VA adalah Rp415 abila potensi sampah lah 3,1 juta ton yang enghasilkan listrik anfaatan gas metana ar sumber energi a dalam setahun nilai