Kriteria Sifat Intensitas Curah Hujan Model Hidrologi Terdistribusi Hujan – Limpasan untuk Level Grid

22

3.3.3. Kriteria Sifat Intensitas Curah Hujan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengeluarkan kriteria intensitas curah hujan di Indonesia menjadi 4, yaitu hujan ringan dengan interval 1,0 – 5,0 mmjam atau 5 – 20 mmhari; hujan sedang 5,0 – 10 mmjam atau 20 – 50 mmhari; hujan lebat 10 – 20 mmjam atau 50 – 100 mmhari; dan hujan sangat lebat lebih dari 20 mmjam atau lebih dari 100 mmhari. Berdasarkan kriteria tersebut akan dipilih lokasi yang mempunyai kualitas data dan hubungan Z – R yang paling bagus. Data intensitas curah hujan yang diperoleh dari gabungan antara data radar cuaca dan data pengamatan permukaan, pada periode yang berbeda-beda sesuai dengan kriteria curah hujan tersebut digunakan sebagai masukan dalam model hidrologi terdistribusi untuk satu titik Manggarai. Sehingga akan diperoleh simulasi aliran sungai pada berbagai kondisi intensitas hujan. 3.3.4. Pola Distribusi Curah Hujan Untuk melihat distribusi intensitas curah hujan di DAS Ciliwung, maka dibuat transek intensitas curah hujan dari data radar, dengan cara mengambil data intensitas curah hujan yang berada pada satu garis lurus mulai dari Citeko sampai Pulau Pramuka Transek 1 dan Citeko sampai Laut Jawa Transek 2 seperti yang terlihat pada Gambar 14. Dari gambar juga terlihat bahwa DAS Ciliwung berada di dalam wilayah Transek 1 dan 2, serta posisi alat pengamatan permukaan AWS dan AWLR juga berada di sekitar transek tersebut. Berdasarkan posisi transek tersebut, dibuat Diagram Hoevmoller menggunakan data intensitas curah hujan sepanjang Transek 1 dan 2, sehingga dapat digambarkan distribusi dan pergerakan curah hujan selama periode pengamatan berlangsung. Gambar 14 . Peta posisi data pengamatan dan transek Hoevmoller pergerakan curah hujan. 23

3.3.5. Model Hidrologi Terdistribusi Hujan – Limpasan untuk Level Grid

Data curah hujan dari radar cuaca yang diperoleh dari hubungan reflektifitas radar dan intensitas curah hujan dari permukaan, digunakan sebagai masukan dalam model distribusi hidrologi. Selain data curah hujan, model ini juga memerlukan informasi dari data tinggi muka air, jaringan sungai dan topografi untuk menentukan batas DAS. Berdasarkan karakteristik dari sub-model hujan – limpasan, seperti yang disajikan pada persamaan 2.4 dan 2.7, maka dihitung kecepatan aliran untuk membuat simulasi aliran sungai. Selain parameter model tersebut, dalam melakukan pengolahan runoff model, ada beberapa inisiasi kondisi yang harus dilakukan sebagai berikut : a. Aliran Sungai River Flow Untuk membuat aliran sungai, masukan awal yang digunakan ada tiga kondisi: - Kondisi awal Initial condition untuk kelembaban tanah soil moisture b = kelembaban tanah adalah total maksimum jumlah air pada suatu bucket. - Rata-rata evaporasi Evaporation rate e = nilai konstan. - Kecepatan aliran air Water flow speed v = ms = nilai konstan. Asumsi awal yang digunakan adalah tanah mengandung air pada kondisi kapasitas lapang KL.

b. Bucket Model