76 belum tersedia di setiap kampung. Dari 86 kampung yang terdapat di Raja Ampat,
baru 39 kampung yang memiliki polindes. Polindes hanya terdapat pada beberapa kampung yang kasus malarianya tergolong tinggi.
Kabupaten Raja Ampat juga memiliki sarana puskesmas keliling yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang
kesulitan untuk pergi ke puskesmas di ibukota distrik. Puskesmas keliling ini berjumlah 4 unit untuk melayani masyarakat di Distrik Waigeo Selatan, Waigeo
Utara, Misool dan Distrik Samate. Tenaga medis di Kabupaten Raja Ampat hanya terdapat 9 dokter, dengan
status 4 dokter PNS dan 5 dokter Pegawai Tidak Tetap PTT. Tenaga medis lainnya adalah bidan sebanyak 51 orang dan mantriperawat sebanyak 78 orang.
Bila melihat data tersebut, maka Raja Ampat masih sangat kekurangan dokter dan bidan. Idealnya di setiap Puskesmas tersedia dokter dan di setiap kampung
tersedia bidan Anonimous, 2006. Bila melihat keberadaan wilayah yang sangat luas dan perkampungan atau
pemukiman tersebar secara berjauhan, maka sebaran dokter dan tenaga medis lainnya tidak merata. Masih banyak puskesmas belum memiliki dokter, begitu
pula kampung-kampung belum memiliki mantriperawat atau bidan. Dengan kondisi seperti ini, ketersediaan dokter maupun tenaga medis lainnya tidak dapat
melayani secara maksimal sehingga sebagian masyarakat memilih cara-cara pengobatan tradisional untuk mengobati penyakitnya atau bila memungkinkan
mereka berobat ke Kota Sorong Bappeda Raja Ampat, 2004.
4.7.3. Sarana Peribadatan
Untuk menunjang kegiatan keagamaan seluruh penduduk Raja Ampat, maka di setiap distrik dan kampung didirikan rumah-rumah ibadah. Sarana ibadah
di Kabupaten Raja Ampat terdiri dari gereja sebanyak 93 buah dan mesjid sebanyak 24 buah. Gereja dan mesjid tersebar di semua distrik, kecuali di Distrik
Waigeo Timur, Kepulauan Ayau dan Kofiau tidak terdapat mesjid karena penduduknya mayoritas beragama Kristen. Masyarakat Raja Ampat adalah
masyarakat yang taat menjalankan ajaran agamanya, baik mereka yang beragama Kristen, Islam maupun Katholik. Di antara umat beragama terjalin hubungan yang
rukun dan penuh toleransi Bappeda Raja Ampat, 2004.
77
4.7.4. Sarana Telekomunikasi
Sarana komunikasi yang umum di Kabupaten Raja Ampat berupa telepon satelit. Fasilitas ini terdapat di beberapa kampung namun beberapa sateli yang ada
sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Sedangkan di ibukota kabupaten, Waisai, sebagian Kampung Saonek, dan sebagian Distrik Samate sudah terdapat
sinyal telepon GSM milik sebuah perusahaan operator telepon selular sehingga di kedua wilayah ini dapat menggunakan telepon genggam hand phone. Alat
komunikasi lain yang dapat menjangkau seluruh Raja Ampat adalah radiogram. Radiogram merupakan salah satu alat komunikasi yang efektif untuk penyebaran
informasi ke seluruh wilayah Raja Ampat. Di Raja Ampat juga tersebar alat komunikasi berupa Radio SSB. Alat ini terdapat di setiap kantor distrik dan
digunakan sebagai alat komunikasi antara pemerintah distrik. Selain pemerintah, alat komunikasi ini juga dimiliki oleh perorangan, organisasi, maupun perusahaan.
4.7.5. Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabuapten Raja Ampat saat ini dipenuhi dari hasil penampungan air dan dari sumur selain dengan memanfaatkan
sumber air yang ada. Cara lain dalam pengadaan sumber air bersih dapat dilakukan dengan pembuatan sumur artesis dan sumur pompa.
4.7.6. EnergiListrik
Penerangan di Raja Ampat yang menggunakan energi listrik kebanyakan terdapat di ibukota distrik, sedangkan kampung lainnya hanya menggunakan
penerangan dari lampu tempel, petromaks dan sebagainya. Sumber energi di ibukota distrik seperti Distrik Samate, Distrik Waigeo Selatan, Distrik Waigeo
Utara dan Distrik Misool kebanyakan berasal dari PLTD yang dikelola PLN. Karena keterbatasan BBM dan dana, listrik yang ada ini hanya mampu melayani
masyarakat mulai dari jam 18.00 sampai 24.00, kecuali di Waisai sudah melayani selama 24 jam. Banyaknya tenaga listrik yang diproduksi di Raja Ampat pada
tahun 2006 sebanyak 141.156 KWH dan yang terjual sebanyak 117.758 KWH. Penerangan listrik di setiap distrik setiap hari terbatas pada waktu tertentu,
besaran daya yang disalurkan ke para pelanggan bervariasi antara 300 watt hingga
78 450 watt setiap rumah tangga, selain itu sumberdaya listrik yang ada peruntukkan
bagi kepentingan fasilitas pemerintahan dan fasilitas sosial serta pelayanan umum lainnya Anonimous, 2006.
4.8. Pengembangan Pariwisata