Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Daerah

adalah merupakan kapasitas dari perekonomian suatu daerah untuk menciptakan dan mempertahankan kenaikan PDRB tahunan pada tingkat yang lebih tinggi. Lebih lanjut Todaro 1998 menyebutkan bahwa pembangunan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan terhadap suatu masyarakat dan sistem sosial menuju kehidupan yang lebih baik. Untuk itu ada tiga komponen nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis: 1 kecukupan sustenance, adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar mencakup pangan, sandang, papan, kesehatan, dan keamanan, 2 jati diri self- esteem , adalah dorongan diri untuk maju, menghargai diri sendiri, merasa diri pantas dan layak untuk meraih sukses, dan 3 kebebasan dari sikap menghamba freedom, adalah kemampuan untuk mandiri sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran aspek-aspek materil semata.

2.4. Pendapatan Daerah

Menurut Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sumber pembiayaan daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal terdiri atas : a. Pendapatan Ash Daerah PAD, b. Dana perimbangan, dan c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

2.4.1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli daerah PAD menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asti Daerah PAD bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang Sah. Kewenangan daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dengan UU Nomor 34 Tabun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari UU Nomor 18 Tabun 1997 dan ditindaklanjuti peraturan pelaksanaannya dengan PP Nomor 65 Tabun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP Nomor 66 Tabun 2001 tentang Retribusi Daerah. Berdasarkan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak dan 28 jenis retribusi. Penetapan jenis pajak dan retribusi didasarkan pertimbangan bahwa jenis pajak dan retribusi tersebut secara umum dipungut oleh hampir sernua daerah dan merupakan jenis pungutan yang secara teoritis dan praktis merupakan, pungutan yang baik. Selain jenis pajak dan retribusi tersebut, daerah juga diberikan kewenangan untuk memungut jenis pajak kecuali propinsi dan retribusi lainnya sesuai kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan dalam undang- undang. Ditinjau dari kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah, sampai saat ini distribusi kewenangan perpajakan antara daerah dengan pusat terjadi ketimpangan yang relatif besar. Demikian juga distribusi pajak antar daerah juga sangat timpang sekali dan bervariasi ratio PAD tertinggi dengan terendah mencapai 600 kali. Peranan pajak dalam pembiayaan daerah yang sangat rendah dan sangat bervariasi juga terjadi karena adanya perbedaan yang cukup besar dalam jumlah penduduk, keadaan geografis berdampak pada biaya yang relatif mahal, dan kemampuan masyarakat Saefudin, 2005. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa ketergantungan pada transfer pernerintah pusat yang kini mencapai sekitar 90 persen dari total pendapatan daerah kotamadya 84 persen dan kabupaten 92 persen dalam bentuk Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK bukanlah tujuan jangka panjang. Transfer tersebut harus dipandang sebagai perangsang bagi daerah untuk meningkatkan PAD Pendapatan Asli Daerah yang harus terus dikurangi baik melalui penciptaan sistem perpajakan baru sesuai dengan kebutuhan daerah maupun melalui pertumbuhan ekonomi.

2.4.2. Dana perimbangan