12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Anak Tunagrahita
1. Pengertian Anak Tunagrahita
Tunagrahita berasal dari kata “tuna” berarti rugi dan “grahita” yang artinya berfikir. Di Indonesia diistilahkan beragam seperti lemah
ingatan, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental, terbelakang mental dan lemah mental. Berbagai istilah tersebut pada dasarnya mengacu pada hal
yang sama yaitu menjelaskan tentang kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan
ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Keterbatasan yang dimiliki anak tunagrahita membuat mereka sukar mengikuti program pendidikan di
13
sekolah pada umumnya secara klasikal, oleh karena itu memerlukan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan mereka.
Terkait pendapat para ahli maka terdapat berbagai pengertian mengenai tunagrahita sesuai sudut pandang masing-masing. Gunner
Dybward dalam Amin 1995: 16 mengemukakan” mental retardation is condition which originates during the developmental in social
inadequacy“, menekankan bahwa tunagrahita dicirikan dengan kecerdasan di bawah normal dan berakibat tidak layak dalam bidang
sosial. Lebih lanjut Edgare Doie Dalam Sri Rumini 1997: 30, menjelaskan bahwa seseorang dianggap cacat mental jika ditandai :
a. tidak berkemampuan secara sosial dan tidak mampu mengelola dirinya sendiri sampai tingkat dewasa,
b. mental di bawah normal, c. terlambat kecerdasannya sejak dari lahir,
d. terlambat tingkat kemasakannya, e. cacat mental disebabkan pembawaan dari keturunan atau penyakit,
f. tidak dapat disembuhkan.
Secara umum dapat ditarik pengertian sesuai apa yang dikemukakan AAMD American Association Mental Retardation dalam
Smith dan Luckasson 1992: 120 yaitu“ mental retardation refers to significantly subaverage general intelectual functioning existing
concureatly with deficites and adaptive behaviour manifested the developmental period.”
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka terdapat dua kriteria dari individu yang dianggap retardasi mental yaitu kecerdasan di bawah
rata-rata dan kekurangan dalam kemampuan adaptasi tingkah laku yang terjadi selama masa perkembangan, dan karena hal tersebut maka anak
14
tunagrahita mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran mereka yang ada dalam sekolah formal maupun bersosialisasi.
2. Klasifikasi Anak Tunagrahita